Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu


negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga
negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu negara


yang memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis
demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial,
terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga jenis demokrasi itu, yang menjadi
pembuka lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi parlemeter yang
dimulai sejak tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959.
Melihat demokrasi parlementer yang menjadi tonggak awal pelaksanaan
demokrasi di Indonesia, maka sudah selayaknya kita sebagai generasi
penerus Indonesia mengenal bagaimana proses permulaan dan lika-liku yang
mewarnai perjalanan demokrasi kita. Dalam paper ini terutama akan
dijabarkan pelaksanaan pasa masa pasca revolusi kemerdekaan (1945-1959)
atau demokrasi parlementer.
Dengan adanya pengetahuan sejarah yang baik, maka diharapkan dapat
menghantarkan kita menemukan jati diri untuk menentukan demokrasi yang
pas untuk diterapkan di Indonesia. Dari sejarah itu pula kita bisa memetetik
pengalaman yang berharga guna menentukan arah demokrasi Indonesia di
masa yang akan datang.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian, ciri-ciri, kekurangan dan kelebihan demokrasi
parlementer?
b. Mengapa bangsa Indonesia sempat memberlakukan demokrasi
parlementer?
c. Bagaimana sejarah pelaksanaan demokrasi parlementer di Indonesia
sejak tahun 1945 sampai dengan tahun 1959?
C. Manfaat dan Tujuan
1. Dapat menjelaskan dengan rinci pengertian, ciri-ciri, kekurangan dan
kelebihan demokrasi parlementer
2. Untuk menemukan dasar atau alasan ditetapkannya pelaksanaan
demokrasi parlementer di Indonesia
3. Untuk mengetahui pasang surut pemberlakuan demokrasi di
Indonesia, khususnya yakni demokrasi parlementer

2
BAB II
PEMBAHASAN

Setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan


kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945 dan dengan disahkannya
UUD 1945 sebagai konstitusi negara, pancasila sebagai dasar negara,
perjuangan pada masa pasca proklamasi adalah mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan bangsa.
Salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan
mempertahankan kemerdekaan bangsa yang telah lama diraih oleh pejuang-
pejuang bangsa. Cara mempertahankannya sendiri adalah diantaranya
dengan mempelajari sejarah pelaksanaan demokrasi di Indonesia sehingga
dapat dijadikan tolak ukur dalam penentuan sistem pemerintahan yang baik,
yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan belajar dari
sejarah, kita dapat memetik ilmu serta dapat menganalisis baik buruknya
dampak yang ditimbulkan dari berbagai pelaksanaan demokrasi yang
berbeda-beda di Indonesia.
Menurut sejarahnya, bangsa indonesia pernah menerapkan tiga model
demokrasi, yaitu demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan
demokrasi pancasila. Setiap fase tentunya memiliki karakteristik yang
merupakan ciri khas dari pelaksanaan tiap-tiap tiap fase demokrasi. Namun,
untuk pembahasan kali ini penulis akan mengkhususkan pembahasan
mengenai pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa Demokrasi
Parlementer 1945 – 1959.
Sebelum menginjak ke pembahasan selanjutnya, terlebih dulu penulis
akan memaparkan mengenai pengertian dan ciri-ciri dari demokrasi
parlementer itu sendiri.
Demokrasi parlementer (liberal) adalah suatu demokrasi yang
menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan
eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri.
Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan

3
diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden
menjabat sebagai kepala negara. Demokrasi liberal dikenal pula sebagai
demokrasi  parlementer karena pada saat itu berlangsung sistem
pemerintahan parlementer dan berlaku UUD 1945 periode pertama,
konstitusi RIS, dan UUDS 1950.
Berikut adalah beberapa ciri dari demokrasi parlementer :
1. Kedudukan DPR lebih kuat atau lebih tinggi daripada pemerintah
2. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/Dewan menteri
dibawah pimpinan Perdana menteri dan bertanggung jawab pada
parlemen.
3. Presiden hanya sebagai kepala negara, kepala pemerintahan
dipegang Perdana Menteri.
4. Program kebijakan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik
anggota parlemen
5. Kedudukan kepala negara terpisah dari kepala pemerintahan,
biasanya hanya berfungsi sebagai simbol negara
6. Jika pemerintah dianggap tidak mampu, maka anggota DPR dapat
meminta mosi tidak percaya kepada parlemen untuk
membubarkan pemerintah
7. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas.
Secara garis besar, pelaksanaan demokrasi parlementer ini terbagi ke
dalam tiga periode: periode pertama pada kurun waktu1945-1949, kedua
pada kurun waktu 1949-1950, dan ketiga yakni dalam kurun waktu 1950-
1959.

4
A. Pada masa pasca revolusi kemerdekaan (18 Agustus 1945 - 27
Desember 1949)
Pada masa ini ternyata masih terbagi lagi ke dalam dua periode, yakni:
 18 Agustus 1945 - 14 November 1945 dimana berlaku sistem
pemerintahan presidensiil, dan
 14 November 1945 - 27 Desember 1949 dimana berlaku sistem
pemerintahan parlementer.
Tanggal 17 Agustus 1945, tepatnya pada awal-awal deklarasi
kemerdekaan Indonesia, Indonesia menjalankan sistem presidensial dengan
bentuk negara kesatuan yang berbentuk republik (sesuai dengan pasal 1 ayat
1 UUD 1945) yang menyatakan bahwa Presiden memiliki kekuasaan tertinggi
dalam pemerintahan.
Pada tanggal 23 Agustus 1945, Belanda dan negara sekutu mendarat
di Indonesia. Negara lain bermaksud untuk mengamankan Indonesia pasca
revolusi kemerdekaan.Sementara lain halnya denganBelanda yang
bermaksud untuk kembali menguasai Indonesia. Sebagai negara yang baru
merdeka, Indonesia menghadapi berbagai rongrongan untuk
mempertahankan kemerdekaannya.Padahal pada masa ini terdapat indikasi
dan keinginan kuat dari para pemimpin negara untuk membentuk
pemerintahan demokratis. Namun karena Indonesia harus berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan maka belum bisa sepenuhnya mewujudkan
pemerintahan demokratis sesuai dengan UUD 1945. Akhirnya dalam
perjalanannya terjadilah berbagai penyimpangan-penyimpangan.Contohnya
saja beberapa bulan setelah Proklamasi kemerdekaanadanya kesempatan
besar untuk mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah partai-
partai politik Indonesia. Dengan demikian kita kembali kepada pola sistem
politik multipartai.
Pada zaman awal kemerdekaan ini, partai politik tumbuh menjamur
dengan berbagai haluan ideologi politik yang berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan adanya Maklumat Pemerintah Republik Indonesia 3 November
1945 yang berisi anjuran mendirikan partai politik dalam rangka
memperkuat perjuangan kemerdekaan. Akhirnya secara resmi muncul 10

5
partai politik. Bukan hanya itu, tetapi penyimpangan konstitusional juga
sempat terjadi dengan berubahnya sistem kabinet presidensiil menjadi
sistem kabinet parlementer atas usul badan pekerja KNIP yakni pada tanggal
11 November 1945. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Maklumat
pemerintah tanggal 14 November 1945 yang mengubah sistem
pemerintahan presidensiil menjadi parlementer berdasarkan asas-asas
demokrasi liberal yang di pimpin oleh perdana mentri Syahrir. Dalam kabinet
ini mentri-mentri tidak lagi menjadi pembantu dan bertanggung jawab
kepada Presiden, tetapi bertanggung jawab kepada KNIP.Disamping itu, KNIP
menjadi lembaga yang menjadi cikal bakal DPR yang berfungsi sebagai badan
legislatif. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945
dan maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 yang
memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan bersama-sama
dengan Presiden berfungsi  menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.
Hal ini dilakukan karena MPR dan DPR belum terbentuk.
Bagi bangsa Indonesia, hak untuk menentukan nasib sendiri
merupakan hak yang harus dipertahankan dan diperjuangkan. Sebagai
konsekuensinya, banyak perlawanan-perlawanan dari rakyat kepada tentara
sekutu dan NICA dimana-mana. Terbukti dengan adanya pertempuran di
Bandung, Surabaya, dan tempat-tempat lain yang mereka datangi.
Munculnya perlawanan-perlawanan sengit tersebut memaksa Belanda
melakukan perundingan dan perjanjian dengan Indonesia. Akhirnya setelah
melalui perjuangan panjang, Belanda mau mengakui kedaulatan Indonesia
dengan disetujuinya perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal
27 Desember 1949 di Istana Dam, Amsterdam. Namun, bangsa Indonesia
harus menerima berdirinya negara yang tidak sesuai dengan cita-cita
proklamasi dan kehendak UUD 1945, sehingga Negara Kesatuan Republik
Indonesia berubah menjadi Negara Republik Indonesia Serikat berdasarkan
konstitusi RIS.

6
B. Kurun waktu kedua (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
Pada periode ini sistem pemerintahan Indonesia masih menggunakan
sistem pemerintahan parlementer yang merupakan lanjutan dari periode
sebelumnya (1945-1949). Dalam sistem parlementer, artinya kabinet
bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
RIS intinya terdiri dari negara-negara bagian dan kesatuan kenegaraan.
Berubahnya NKRI menjadi negara RIS merupakan konsekuensi diterimanya
hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dituangkan dalam Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini karena adanya campur tangan dari
PBB yang memfasilitasinya.Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya
konfrensi KMB yaitu:
 Indonesia merupakan Negara bagian RIS
 Indonesia RIS yang di maksud Sumatera dan Jawa
 Wilayah diperkecil dan Indonesia di dalamnya
 RIS mempunyai kedudukan yang sama dengan Belanda
 Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi Jawa, Sumatera dan
Indonesia Timur.
Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem pemerintahan
parlementer ini, Kekuasaan negara terbagi dalam 6 lembaga negara (alat-alat
kelengkapan federal RIS) yakni sebagai berikut:
- Badan Eksekutif yakni Presiden dan Menteri-menteri
- Badan Legislatif yangdibagi menjadi dua bagian yakni Senat dan
Dewan Perwakilan Rakyat, dan
- Badan Yudikatif terdiri dari Dewan Pengawas Keuangan dan MA.
Rancangan konstitusi RIS pada saat itu berada di bawah pengawasan
PBB, dengan menetapkan :
1) Menentukan negara yang berbentuk serikat (federalistis) yang dibagi
dalam 16 derah bagian, yakni :
1. Negara Republik Indonesia
2.     Negara Indonesia Timur
3.     Negara Pasundan, termasuk Distrik Federal Jakarta
4.     Negara Jawa Timur

7
5.     Negara Madura
6.     Negara Sumatera Timur
7.     Negara Sumatera Selatan
Di samping itu, ada juga wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan
tak tergabung dalam federasi, yaitu:
1.     Jawa Tengah
2.     Kalimantan Barat (Daerah Istimewa)
3.     Dayak Besar
4.     Daerah Banjar
5.     Kalimantan Tenggara
6.     Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan
Pasir)
7.     Bangka
8.     Belitung
9.     Riau
2) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan yang liberalistis atau
pemerintahan yang berdasarkan demokrasi parlementer.
3) Mukaddimah konstitusi RIS telah menghapuskan semangat jiwa,
maupun isi pembukaan UUD proklamasi.
Sebenarnya dari awaltidak seluruh rakyat setuju terhadap
pemberlakuan sistem pemerintahan parlementer yang menggunakan
konstitusi RIS, namun keadaanlah yang memaksa demikian. Banyak aturan di
dalam konstitusi tersebut yang menyimpang dari isi jiwa dan cita-cita bangsa
Indonesia. Selain itu, dasar pembentukannya juga sangat lemah dan tidak
didukung oleh suatu ideologi yang kuat dan satu tujuan kenegaraan yang
jelas Olehkarenatidak mendapatkan dukungan rakyat terhadap sistem
pemerintahan ini, akhirnya dalam waktu singkat RIS mulai goyah. Sistem
federal seperti apapun juga telah dianggap rakyat sebagai alat Belanda untuk
memecah belah bangsa Indonesia agar Belanda dapat berkuasa di Indonesia,
sehingga tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyatakan kembali
ke Negara Kesatuan dengan UUDS 1950.

8
C. Kurun waktu ketiga (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)
Pada tanggal 17 Agustus 1950 negara RIS secara resmi dibubarkan.
Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, terjadi demo besar-
besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui
perjanjian antara tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara
Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian
pembentukan Negara Kesatuan berdasarkan UUD Sementara 1950.
Menurut UUD ini, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer. Dalam kabinet parlementar, para menteri
bertanggung jawab kepada parlemen. Oleh karena itu, jatuh bangunyakabinet
sangat tergantung pada parlemen.. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan
politik, terbukti dengan adanya perpecahan daerah, pertentangan antar
partai, bahkan pemberontakan di daerah-daerah seperti pemberontakan
DI/TII di berbagai kota, pemberontakan APRA, pemberontakan RMS,
pemberontakan PPRI dan Permesta yang tidak dapat dielakkan lagi. Masalah
sering terjadinya pergantian kabinet pun tak urung menjadi salah satu
penyebab kekacauan yang ada. Dalam sejarahnya saja sudah tercatat dalam
kurun waktu sekitar 9 tahun Indonesia telah berganti kabinet sebanyak 7
kali. Kabinet-kabinet tersebut diantaranya :

1. Kabinet Natsir  (7 September 1950-21 Maret 1951)


Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad
Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri. Kabinet ini merupakan kabinet
koalisi yang dipimpin Masyumi.Program kerja :
a. Menggaitkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk
Konstituante.
d. Mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan
serta membentuk peralatan negara yang kuat dan daulat.
e. Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas
– bekas anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat.

9
f. Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya.
g. Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat
sebagai dasar bagi pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat.
h. Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas
usaha – usaha meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat

2. Kabinet Soekiman  (27 April 1951-23 Februari 1952)


Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI. Dipimpin oleh
Soekiman Wiryosanjoyo.
Program kerja :
a. Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk
menjamin keamanan dan ketentraman serta menyempurnakan
organisasi alat-alat kekuasaan negara.
b. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam
jangka pendek untuk mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat
dan mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam
pembangunan
c. Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan
Konstituante dan menyelenggarakan pemilu itu dalam waktu singkat
serta mempercepat terlaksananya otonomi daerah
d. Menyampaikan Undang-Undang pengakuan serikat buruh, perjanjian
kerja sama, penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian
buruh
e. Menyelenggarakan politik luar negeri bebas aktif
f. Memasukkan Irian Barat ke wilayah RI secepatnya

3. Kabinet Wilopo  (3 April 1952-3 Juni 1953)


Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam bidangnya.Dipimpin oleh Mr. Wilopo.
Program kerja :
a. Mempersiapkan pemilu
b. Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam pangkuan RI

10
c. Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan
d. Perbaharui bidang pendidikan dan pengajaran
e. Melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo  ( 1 Agustus 1953-24 Juli 1955 )


Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Dipimpin oleh Mr. Ali
Sastroamijoyo.
Program kerja :
a. Menumpas pemberontakan DI/TII di berbagai daerah
b. Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI
c. Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika
d. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera
menyelenggarakan Pemilu.
e. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
f. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan
KMB.
g. Penyelesaian Pertikaian politik

5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)


Dipimpin oleh Burhanuddin Harahap.
Program kerja :
a. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
b. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah
ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru.
c. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi.
d. Perjuangan pengembalian Irian Barat.
e. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas
aktif.

11
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan koalisi antara tiga partai yaitu PNI, Masyumi, dan
NU. Dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo. Program kerjanya disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun, yaitu :
a. Menyelesaikan pembatalan KMB
b. Pembentukan provinsi Irian Barat
c. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
d. Perjuangan pengembalian Irian Barat
e. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat
terbentuknya anggota anggota DPRD.
f. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
g. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
h. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
berdasarkan kepentingan rakyat.
i. Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun,
menjalankan politik luar negeri bebas aktif
j. Melaksanakan keputusan KAA.

7. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-10 Juli 1959 )


Kabinet ini merupakan zaken kabinet yatu kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena kegagalan konstituante
dalam menyusun Undang-Undang Dasar pengganti UUDS 1950 serta
terjadinya perebutan kekuasaan politik.Dipimpin oleh Ir. Juanda.Program
kerjanya disebut Panca Karya (Kabinet Karya ), yaitu :
a. Membentuk dewan nasional
b. Normalisasi keadaan RI
c. Melanjutkan pembatalan KMB
d. Memperjuangkan Irian Barat kembali ke RI
e. Mempercepat pembangunan
Ternyata dengan adanya kinerja kabinet yang berbeda-beda ini telah
memunculkan pertentangan dari perlemen karena konstituante nya gagal
membentuk undang-undang. Konsekuensi dari kejadian kabinet yang

12
berulang-ulang tersebut adalah munculnya tuntutan rakyat untuk segera
dilakukan pemilihan umum, tujuannya adalah untuk menjembatani aspirasi
rakyat yang belum tersalurkan oleh wakil dari partai-partai yang ada, serta
diharapkan dapat mengakhiri ketidakstabilan politik. Akhirnya pada masa
kabinet Ali Sastroamijoyo I diselenggarakan pemilihan umum.
 Pemilu I, tanggal 29 Desember 1955 untuk memilih anggota parlemen
(DPR).
 Pemilu II, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Badan
Konstituante.
Pada saat Indonesia menganut Demokrasi Parlementer dengan sistem
multi partai, banyak sekali bermunculan partai politik. Buktinya pemilu
pertama dalam sejarah Republik Indonesia pada tahun 1955 berdasarkan UU
No. 7 tahun 1953 diikuti oleh 28 parpol yaitu : diantaranya Perti, Parkindo,
Partai Katolik, PSI, PSII, Murba, dan IPKI dan yang lain partai gurem (partai
kecil) dan beberapa partai dominan lainnya yakni: Masyumi, PNI, NU dan
PKI. Alasan mengapa empat partai tersebut menjadi partai dominan adalah
karena :
a. PNI merupakan partai politik tertua yang terbentuk sebelum
Indonesia merdeka, dan ikut berperan dalam upaya memperjuangkan
kemerdekaan dari penjajah. Oleh karena itu partai ini telah
mempunyai basis masa yang kuat.
b. Masyumi dan Nahdatul ulama adalah partai politik yang berlandaskan
agama islam. Karena Indonesia mempunyai jumlah penduduk muslim
yang besar maka basis masa dari kedua partai politik ini juga kuat.
c. PKI dekat dengan orang-orang pemerintahan diantaranya Ir.
Soekarno. Dan PKI juga membentuk beberapa perkumpulan dibawah
naungannya diantaranya serikat buruh, Gerakan Wanita Indonesia.
Tanpa kita sadari, ternyata masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering
disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena partai politik
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara
melalui sistem parlementer yang berujung pada sistem partai politik yang
multipartai. Berikut dampak positif dan negatif adanya multipartai.

13
Dampak Positif :
a. Menghidupkan suasana demokratis di Indonesia.
b. Mencegah kekuasaan presiden yang terlalu besar, karena wewenang
pemerintah di pegang oleh partai yang berkuasa
c. Menempatkan kalangan sipil sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dan
pemerintahan.
Dampak Negatif :
a. Sejumlah partai cenderung menyuarakan kepentingan kelompok
sendiri, bukan banyak rakyat.
b. Ada kecenderungsn persaingan tidak sehat, baik dalam parlemen
maupun kabinet yang berupa saling menjatuhkan.
Walaupun pemilu dapat berlangsung dengan aman, lancar dan tertib, tetapi
keadaan politik dan keamanaan belum stabil, hal ini di sebabkan oleh :
a. Badan kontituante gagal menyusun UUD.
Partai politik tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik,
sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat melaksanakan
program kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat
berjaan dengan baik.
b. Sering terjadi pertentangan antar politik.
Rapuhnya Koalisi antar partai sehingga sering terjadi pergolakan
politik di parlemen.
c. Anggota DPR hasil pemilu belum dapat memenuhi harapan rakyat.
Peranan partai politik pada masa tersebut sudah menjadi sarana
penyalur aspirasi rakyat, namun kurang maksimal karena situasi
politik yang panas dan tidak kondusif. Dimana setiap partai hanya
mementingkan kepentingan partai sendiri tanpa memikirkan
kepentingan yang lebih luas yaitu kepentingan bangsa.
d. Partai politik hanya mempertahankan keyakinan partainya.
Partai politik pada zaman liberal diwarnai suasana penuh ketegangan
politik, saling curiga mencurigai antara partai politik yang satu
dengan partai politik lainnya. Hal ini mengakibatkan hubungan antar

14
politisi tidak harmonis karena hanya mementingkan kepentingan
(Parpol) sendiri.
e. Kebijkaan-kebijakan yang dalam pandangan parlemen tidak
menguntungkan Indonesia ataupun dianggap tidak mampu meredam
pemberontakan-pemberontakan di daerah.
Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal
yang dialamirakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia
sadar bahwa UUDS1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok,
karena tidak sesuai denganjiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden
menganggap bahwa keadaanini membahayakan persatuan dan kesatuan
bangsa dannegara sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkandekrit
mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945
serta tidak berlakunya UUDS 1950, serta pembentukan MPRS dan DPAS
dalam waktu singkat. Dekrit presiden 5 Juli 1959 ini menjadi akhir dari
sistem demokrasi parlementer dan mengawali sistem pemerintahan pada
demokrasi terpimpin.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi awal yang diberlakukan di Indonesia adalah
demokrasi parlementer dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan
parlemen. Demokrasi ini berlaku sejak kurun waktu 1945-1959 (yakni
bermula dari pasca kemerdekaan Indonesia sampai dengan munculnya
dekrit presiden 5 Juli 1959).
Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami pergantian
kabinet selama 7 kali. Hal itu disebabkan karena ketidakmampuan
konstituante untuk membentuk undang-undang serta adanya konflik
antar parpol. Selain itu, pada masa demokrasi ini pernah menerapkan
UUD 1945, UU RIS, dan juga UUDS 1950. Mulanya demokrasi ini disetujui
oleh bangsa Indonesia karena merujuk ke demokrasi liberal dimana
kebebasan rakyat lebih diakui, terbukti dengan sistem multipartai dan
menjamurnya parpol yang ikut andil dalam kursi pemilu tahun 1955.
Namun, ternyata dalam perjalanannya demokrasi ini tidak cocok
diterapkan di Indonesia karena menimbulkan banyak penyimpangan,
pergolakan, perpecahan, bahkan pemberontakan yang terjadi dimana-
mana. Akhirnya muncullah dekrit presiden dari Soekarno yang
menyatakan bahwa Indonesia kembali ke konstitusi UUD 1945 dan
kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sistem
pemerintahan presidensiil. Hal ini menandai berakhirnya demokrasi
parlementer yang beralih ke demokrasi terpimpin.

B. Saran
Sejarah merupakan acuan yang menjadi pijakan untuk menuju ke
masa depan yang lebih gemilang. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah
selayaknya kita harus berupaya untuk mengisi kemerdekaan bangsa
dengan cara mempertahankannya. Salah satu caranya adalah dengan
mempelajari sejarah pelaksanaan demokrasi Indonesia. Hal ini menjadi
penting manakala dijadikan referensi untuk membentuk sistem
pemerintahan yang lebih baik melalui hikmah dan pelajaran yang
didapatkan dari sejarah itu sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Chotib, Djazuli. 2006. Kewarganegaraan 3 Menuju Masyarakat Madani.


Jakarta: PT Ghalia Agung.

Puji Afitriani. 2012. Demokrasi Parlementer. Diunduh dari


http://demokrasipascakemerdekaan.blogspot.com/2012/05/katapengantar
-pujisyukur-alhamdulillah.html tanggal 17 Desember 2013

Hafidz Faitz. 2010. Perkembangan Demokrasi Indonesia ke-I tahun 1945-


1959. Diunduh dari
http://politikkomunikasi.blogspot.com/2010/10/perkembangan_demokrasi
-di-indonesia-ke.html tanggal 17 Desember 2013

Inggit Bayu Setyawan. 2012. Sistem Politik Parlementer. Diunduh dari


http://inggitberbagi.blogspot.com/2012/10/sistem-politik-indonesia-
demokrasi.html tanggal 17 Desember 2013

Sahril Battala. 2013. Sejarah Sistem Pemerintahan Indonesia. Diunduh dari


http://sahrilbattala.blogspot.com/2013/07/sejarah-sistem-pemerintahan-
indonesia.html tanggal 17 Desember 2013

Sarmia Jeremia. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan, Pelaksanaan Demokrasi


di Indonesia. Diunduh dari http://satuhati-
satukisah.blogspot.com/.../pendidikan-kewarganegaraan_pelaksanaan-
demokrasi-di-indonesia.html tanggal 17 Desember 2013

17

Anda mungkin juga menyukai