TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Penyakit Kanker
tidak terkontrol dan mengambil alih fungsi organ yang terkena, sehingga organ
2017). Defenisi lain kanker adalah “confused cell”, ganas (malignan) yaitu
hambatan dalam komunikasi antar sel. Sel normal mampu berhenti membelah
dikarenakan adanya komunikasi antar sel, sementara pada sel kanker tidak
memiliki komunikasi antar sel sehingga akan terus membelah dan menyerang
menyulitkan karena satu sel ganas saja dapat menimbulkan lesi metastatic
dibagian tubuh yang jauh. Kanker dapat bermetastasis melalui beberapa cara yaitu
dan difusi di dalam organ tubuh. Kanker primer merupakan area dimana sel ganas
14
pertama kali terbentuk. Kanker sekunder atau kanker metastasis adalah daerah
Pertumbuhan dan reproduksi sel kanker meliputi dua tahap. Tahap pertama
dalam struktur genetic sel/DNA. Perubahan sel dikaitkan dengan pajanan dengan
karsinogen. Perubahan selular ini menyebabkan sel menjadi kanker. Tahap kedua
menyebabkan mutasi pada sel. Mutasi sel ini disebabkan oleh peningkatan faktor
resiko kanker yang dikaitkan dengan banyak faktor. Faktor spesifik seperti virus,
pajanan radiasi, bahan kimia, iritasi, genetic, diet, usia, hereditas ( Cortan et al,
selnya dibedakan menjadi; 1) Karsinoma, dibentuk dari sel epitel, yaitu sel sel
yang menutupi bagian dalam dan luar dari permukaan tubuh. Karsinoma
prostat), basal cell carcinoma (kanker kulit), squamous cell carcinoma (lambung,
kemih, ureter, bagian ginjal lainnya); 2) Sarkoma, merupakan kanker yang berasal
dari tulang dan jaringan lunak, termasuk otot, lemak, pembuluh darah, pembuluh
kanker ini tidak membentuk struktur yang padat, terjadi peningkatan secara
abnormal sel darah putih sehingga akan mengurangi sel darah normal. Hal ini
15
akan menyebabkan tubuh akan kesulitan mendapatkan oksigen, mengendalikan
pendarahan dan melawan infeksi; 4) Limpoma, berasal dari limposit (sel T atau
sel B), ada dua jenis yaitu Limpoma Hodgkin, Limpoma Non-Hodgkin; 5)
Multiple Myeolomai, berasal dari sel plasma, tipe lain dari sel imun, disebut juga
Kahler Disease; 6) Melanoma, berasal dari sel melanosit, misalnya kanker kulit;
b. Stadium kanker
1) Stadium 0 : kanker in situ, sel ganas tapi masih terbatas pada lapisan sel
2) Stadium I, II, III : semakin tinggi angka menunjukkan ukuran yang semakin
besar dan atau penyebaran kanker ke kelenjar getah bening terdekat dan atau
Dampak psikologis (cemas, harga diri rendah, stress dan amarah) yang
karena gejala penyakit yang semakin progresif dan adanya efek samping
16
c. Pengobatan Kanker
utama yang bersifat profilaksis, paliatif atau rekonstruktif yang bertujuan untuk
Hipertermia; dan 4) Terapi lainnya yaitu Biologic response modifiers, terapi gen,
memiliki efek samping seperti rambut rontok, mual dan muntah, dan diare. Lama
ketergantungan, dan peran sosial akan berdampak pada psikis pasien. Pengobatan
dengan operasi juga menyebabkan perubahan fisik, nyeri, dan gangguan seksual.
Kondisi ini akan menyebabkan munculnya kecemasan, stres, dan depresi pada
pasien kanker (Pandey, et al, 2006; Barre, et al, 2015; Pastore, et al, 2017).
17
2. Dampak kanker
kemarahan, syok, ketidakpercayaan dan distress pada pasien kanker (Sostaric &
hospitalisasi, radioterapi dan atau kemoterapi, yang akan menjadi stressor berat
bagi pasien. Pada akhir pengobatan pasien akan dihantui dan ketakutan bahwa
kanker akan terjadi lagi atau terjadi kekambuhan, dan adanya rasa kehilangan
yang mungkin muncul karena akan berpisah dengan petugas kesehatan. Namun,
jika terjadi kekambuhan dan atau mencapai tahap penyakit terminal maka akan
menimbulkan depresi, rasa sakit yang tidak terkendali, serta timbulnya rasa cemas
akan datangnya kematian dan akan berpisah dengan orang yang dicintai (White &
diri, berpakaian atau mencuci; 2) Kondisi fisik, masalah fisik yang sering terjadi
(53,3%); 3) Masalah psikologis yang sering terjadi pada penderita kanker yaitu
stress, depresi, gangguan mood, dan depresi. Stres terjadi pada 73,52% pasien
kemoterapi menjadi stressor tinggi bagi pasien kanker; 4) masalah spiritual yang
banyak terjadi pada pasien kanker adalah kesulitasn menerima kondisi atau
18
beban keuangan akibat biaya perawatan pasien kanker dan kehilangan
penurunan kualitas hidup pasien kanker. (Effendy et al, 2014; Cheng et al, 2012;
dari psikologis (kognitif, perilaku,emosional), sosial, spiritual, dan atau fisik yang
dapat mengganggu kemampuan koping secara efektif terhadap gejala fisik dan
disebabkan karena terdiagnosis kanker dan proses pengobatan kanker. CRS mulai
tingkat stres lebib tinggi dibandingkan usia dewasa. Pendidikan yang rendah dan
related stress. Kurangnya dukungan sosial dan menurunnya fugnsi fisik juga
19
a. Respon Neuroendokrin Cancer Related Stress
Semua respon individu terhadap stres baik secara langsung maupun tidak
stress fisik dan emosional dari sebagian besar area otak dan reseptor di
pembuluh darah ginjal oleh katekolamin yang secara tidak langsung memicu
sekresi rennin dengan mengurangi aliran darah beroksigen yang berefek pada
20
Stressor
ACTH
Medulla Adrenal
Korteks Adrenal
Epineprin
Kortisol
vasokonstriksi
Glukagon Insulin
RAAS
Pada pasien kanker, gangguan regulasi HPA Axis dan SNS terkait dengan
axis akibat stres psikologis dapat mempengaruhi berbagai aktivitas sel imun,
termasuk Natural Killer Cell (NK cell), Sel T dan Makrofag yang akan
21
b. Dampak Cancer Related Stress
Aktivasi Sistem saraf simpatik dan aktivasi HPA axis dengan hormon
terkait yang dilepaskan saat terjadi stress memiliki dampak fungsional dan
meningkat pada individu yang mengalami stres akut maupun kronik. Hormon
tumor yang cepat dan kemungkinan adanya kambuh kembali akan berdampak
pada penurunan kualitas hidup pasien kanker (Denaro, et al, 2014). Penjelasan
22
Stressor (Sosial ekonomi, Respon Psikologis
Kondisi Penyakit, dll. (Depresi, cemas, Koping
kurang)
Tumor Microenviroment
Kortisol merupakan hormon utama dalam tubuh yang disekresikan saat terjadi
stres, jika terjadi gangguan dalam sekresinya akan menjadi mediator utama dalam
hubungan stres dan kesehatan (Clow & Hamer, 2010). Kortisol yang dihasilkan di
HPA axis atau disebut juga Stress axis (Grahn & Kalman, 2004).
Kortisol sebagai biomarker stres, merupakan alat ukur yang telah banyak
diteliti melalui air liur (Hellhammer, et al,2009; Groschl, 2008; Clow, et al, 2010;
Smyth, et al, 2013). Kadar kortisol saliva memberikan hasil yang akurat, reliable,
dan non-invasif dalam mengukur stress pada orang dewasa dan anak-anak, telah
23
digunakan dalam penelitian selama lebih dari setengah abad (Hellhammer, et al,
oleh korteks adrenal dan dilepaskan kedalam aliran darah. Dalam plasma darah,
sebagain besar kortisol (65%) terikat dengan afinitas yang tinggi dan kapasitas
kortisol terikat pada albumin, sementara 3% - 5% kortisol tidak terikat dan berada
Kemeny, 2004; Groschl, 2008). Dengan demikian, aktivitas HPA axis selama
ekstraselular yaitu dalam darah, urin, atau air liur/saliva (Bozovic, et al, 2013).
Penentuan kadar kortisol dalam darah telah banyak digunakan, tetapi memiliki
banyak kekurangan. Proses pengambilan darah yang invasif dari pembuluh darah
akan menjadi stres tambahan bagi pasien yang akan menghasilkan hasil
sisanya 75% disekresikan melalu ginjal dalam bentuk bebas. Sekresi ginjal
tergantung fungsi glomerulus dan tubular. Kadar kortisol urin akan tergantung
pada prosedur pengumpulan urin yang tepat selama 24 jam, kortisol urin tidak
selalu berkorelasi dengan konsentrasi kortisol dalam darah, sehingga tidak begitu
kortisol dalam saliva berjumlah 70% yang merupakan kortisol darah tak terikat
24
yang berdifusi kedalam saliva melalui membrane basal lateral kelenjar saliva,
berdifusi kedalam membrane sel dengan proses difusi sederhana (Michael , G.,
2008). Kortisol saliva berkorelasi kuat (r≥0.90, p<0.001) dengan kortisol darah
bebas (Kaufman & Lamster, 2002; Poll, et al 2007). Pengambilan sampel saliva
diulang, dan tidak memerlukan pelatihan atau peralatan khusus. Pada suhu
ruangan kortisol stabil dalam saliva dan dapat disimpan sampai 4 minggu tanpa
perubahans signifikan pada kadar kortisol, untuk waktu penyimpanan lebih lama
Kortisol mempunyai irama sirkandian dengan waktu paruh <1 jam. Pada
individu yang sehat jumlah rata-rata total kortisol yang dihasilkan dalam sehari
adalah 5,7-7,4 mg/m2/hari atau 9,5-9,9 mg/hari (Kerrigan, et al, 1993; Esteban &
Yergey, 1990). Kadar kortisol tertinggi dicapai pada pagi hari (30-50 menit
sepanjang hari. Tingkat terendah didapatkan pada malam hari. Rata rata kadar
kortisol saliva pada individu sehat yaitu, pada pagi hari 0,20 – 1,41 ug/dl (5,52 –
28.92 nmol/L), dan pada siang hari 0,04 – 0,41 ug/dl (1,10 – 11,32 nmol/L)
(Kirschbaun & Hellhammer, 2000), lebih lanjut dapat dilihat pada gambar berikut.
25
Gambar 3. Nilai Normal kadar kortisol saliva selama sehari (Kirschbaun &
Hellhammer, 2000)
Interpretasi hasil kortisol saliva harus dinilai dengan teliti dan detail, oleh
aktivitas HPA axis. Sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kadar kortisol
1) Umur
lanjut. Perubahan ini juga tergantung jenis kelamin dan irama sirkadian
(Van Cauter, et al, 1996). Perubahan ini terjadi karena adanya perbedaan
reaktivitas stress pada usia dewasa dan usia tua (Nicolson, et al, 1997).
Perubahan terkait usia akan mempengaruhi regulasi HPA axis, yaitu pada
26
mempertahankan fungsi umpan balik negative. Penelitian Kudielka et al,
lanjut usia dibandingkan dengan anak anak yang diberi test stress sosial .
2) Faktor somatik
Penyakit akut dan kronik akan berefek langsung terhadap HPA axis.
Pasien yang akut seperti demam, malaise harus di tunggu sampai pulih.
badan rendah atau malnutrisi dapat dikaitkan dengan disregulasi HPA axis
(Nicolson, 2008).
Konsumsi obat juga dapat berefek pada sistem umpan balik HPA.
aktivitas HPA axis. Asupan makan, terutama saat makan siang dapat
tinggu kalori dapat meningkatkan kortisol 50% - 100% dari nilai basal kira
27
kira 30 menit setelah makan, memuncak 60 menit setelah makan, dan
kembali ke awal dalam waktu 2 jam (Gibson, et al 1999). Oleh karena itu,
pukul 2 siang dan 4 siang, dan pukul 7 malam dan 9 malam (Nicolson,
2008)
4) Gaya Hidup
pada kadar kortisol saliva (Kudielka, et al, 2009). Kafein dan alcohol juga
5) Faktor Psikososial
28
b. Pengujian Kadar kortisol saliva dengan Metode ELISA (Enzime-Linked
Immunosorbent Asssay)
berikut:
Tabel 2. Sedian Reagen dan Alat untuk Pengujian Kortisol Saliva Metode
ELISA
No. Reagen Alat
1 Microtiterwells, dilapisi dengan Pembaca Calibrated ELISA
anti-cortisol antiserum reader
2 Standard (Standar 0-6): Precisions Pipettes (100 dan
konsentrasi 0.0—2—5—10—20— 200 µL)
40—80 ng/Ml
3 Control Low / Control hight Distilled atau Deionized water
4 Enzyme Conjugate Timer
5 Substrate Solution Reservoir (disposable)
(Tetramethylbenzidine)
6 Stop Solution (0,5M H2SO4) Test tube atau microtube rack
in a microplate configuration
7 Wash Solution Linear-linear graph paper for
data reduction
29
a) Waktu pengambilan spesimen.
asupan makan, misalnya pukul 9 pagi dan 11 pagi, pukul 2 siang dan 4
Reagen disimpan pada suhu 2oC - 8oC dan tidak dibuka untuk
dengan rapat setelah digunakan. Kit akan bertahan selama 2 bulan jika
digunakan
30
khusus sampling saliva, yaitu SALI-TUBES 100(SLV-4158) atau
(3) Sebaiknya spesimen di ambil 2-3 jam sebelum atau makan, karena
tabung. Isi hingga ¾ bagian lalu tutup rapat, kemudian beri label.
(4) Spesimen saliva dapat disimpan pada suhu 2oC - 8oC sampai satu
minggu, dan untuk waktu yang lebih lama simpan pada suhu -20 oC.
Nilai rujukan kortisol untuk pasien dewasa yaitu 0.12 – 1.47 μg/dL or
tekanan pada titik titik tertentu pada area kaki dan tangan, berdampak terhadap
kesehatan yang dikaitkan dengan bagian dari tubuh (Embong¸ et al, 2015;
Ariyani, 2017). Setiap titik tekan bereaksi sebagai sensor pada kaki dan tangan
yang dihubungkan dengan bagian spesifik dari tubuh (Lu, et al, 2011; Hughes, et
al, 2011). Sensor ini akan distimulasi dengan menerapkan tehnik pijat refleksi
untuk meningkatkan sirkulasi darah dan energi, memberikan rasa relaksasi dan
31
Belum ada pendapat yang universal tentang mekanisme aksi yang terlibat
pemijatan. Endorphin adalah zat yang diproduksi secara alamiah oleh tubuh,
memberikan efek nyaman, dan sangat berperan dalam regenerasi sel sel guna
darah dan limpatik, menstimulasi saraf untuk bekerja lebih baik, memelihara
sistem saraf sensori yang berpengaruh pada keluaran sistem saraf aferen; 3) Pijat
energi; dan 4) Aplikasi Tehnik pijat menstimulasi saraf saraf yang akan merubah
terdapat titik atau area pada kaki, tangan, dan telinga yang terhubung kebagian
tubuh atau organ tubuh lain melalui sistem saraf. Tekanan atau pijatan dititik
atau area tersebut akan merangsang pergerakan energi pada sistem saraf untuk
32
Dasar dasar ilmiah pijat refleksi dibagi atas dua aliran pemikiran : 1)
5000 tahun lalu. Pada pengobatan cina terdapat prinsip yaitu“The Whole
represents itself in the parts”, pernyataan ini bermakna bahwa kaki adalah
bagian tubuh lainnya. TCM menetapkan bahwa terdapat sejumlah energy tak
terlihat, atau titik kulminasi dalam tubuh yang membawa energy yang disebut
Qi, yaitu energi vital di balik semua proses. Semua organ saling berhubungan
satu sama lain oleh sistem jaringan meridian yang akan menjaga kesehatan
Pemikiran kedua berasal dari barat, disebut sebagai terapi zona pada awal
abad ke-20 oleh Fitzgerald menemukan bahwa dengan memberi tekanan pada
tertentu, sehingga menemukan susunan dari tubuh dan organ yang serupa
dengan telapak kaki. Dan membagi 10 zona longitudinal mulai dari kepala
sampai jari kaki, serta mengemukakan bahwa bagian-bagian dari tubuh dalam
zona tertentu saling terkait satu samal lain (Snyder & Linquist, 2006)
bagian kaki dan akan berefek didalam tubuh. Proposisinya adalah ketika
aliran darah terhambat dengan material sampah dalam tubuh atau kelebihan
asam dalam tubuh, maka akan terbentuk endapan pada bagian akhir saraf dan
33
ketidakseimbangan diberbagai tubuh. Endapan pada bagian kaki dapat
dideteksi sebagai gritty areas dan pasien kemungkinan akan kesakitan saat
daerah ini disentuk. Pijat refleksi akan merangsang sistem peredaran darah dan
sesuai dengan bagian tubuh yang bermasalah. Kristal ini dapat berupa seperti
pasir atau terasa berbentuk benjolan. Kristal terbentuk karena adanya halangan
saluran energi, sehingga dengan adanya pijatan akan merangsang aliran energi
tanda seperti mengerasnya kulit, perubahan warna kulit, bau kaki, kelembaban
Pijat refleksi dilakukan dengan memanipulasi titik atau area refleksi untuk
merangsang aliran dan pergerakan energi sepanjang saluran zona yang akan
34
seperti morphin yang dihasilkan secara alami oleh tubuh. Efek dari endorphin
manfaat bagi sistem dalam tubuh, yaitu; 1) Pijat refleksi bersifat sedative yang
gangguan tidur, nyeri kepala yang disebabkan oleh ketegangan sistem saraf; 2)
Saat bekerja otot membutuhkan energi yang didapat dari pembakaran dengan
cara aerob atau anaerob. Proses anaerob menghasilkan asam laktat sebagai
rasa pegal pada otot atau rasa nyeri pada persendian. Pijat refleksi dapat
membuat otot dan jaringan lunak tubuh lebih relaks dan meregang. Hal itu
buangan yang dak terpakai; 3) Kalsium adalah zat yang sangat diperlukan
untuk memelihara saraf, otot, tulang, termasuk gigi. Pemijatan di area atau k
tubuh. Hal itu tentu sangat bermanfaat untuk memelihara jantung, sistem
Efek pijat refleksi telah banyak dilaporkan. Hodson dan Lafferty (2012)
35
cortisol, nyeri dan membantu meningkatkan mood. Sementara dalam
kemoterapi dan atau terapi hormonal. Penelitian lain menemukan bahwa pijat
refleksi mampu menurunkan persepsi stress dan kelelahan (Young Mee, 2011;
sebagai berikut: 1) Kondisi Klien. Pemijatan tidak dilakukan jika klien dalam
keadaan lapar atau kenyang, menderita penyakit yang berat, keadaan marah
atau emosi tinggi, baru saja melakukan hubungan seks, demam atau suhu
terlalu tinggi, menderita thrombosis vena, osteoporosis berat, hamil muda atau
ruangan dalam suhu kamar, sirkulasi lancer, dan alat dan bahan yang tersedia
dalam keadaan bersih; 3). Posisi klien sewaktu dipijat harus disesuaikan,
36
Gambar 4. Titik atau area Pijat refleksi di telapak kaki, punggung dan samping
kaki (KemenDikBud, 2015)
Keterangan :
1. Kepala (otak) 22. Ginjal 42. Organ keseimbangan
2. Dahi (Sinus) 23. Ureter 43. Dada
3. Otak Kecil 24. Kandung kemih 44. Diafragma
4. Hyphophyse/Pituitary 25. Usus halus 45. Tonsil
5. Pelipis Kiri/kanan 26. Usus buntu 46. Rahang bawah
6. Hidung 27. Katub ileo sekal 47. Rahang atas
7. Leher 28. Colon ascendens 48. Tenggorokan dan
8. Mata 29. Colon Transversal saluran napas
9. Telinga 30. Colon decendens 49. Kunci paha
10. Bahu 31. Rectum 50. Rahim atau testis
11. Otot Trapezius 32. Anus 51. Penis atau vagina
12. Kelenjar tiroid 33. Jantung atau saluran kencing
13. Kelenjar paratiroid 34. Limpa 35. Lutut 52. Dubur atau wasir
14. Paru-paru & Bronkus 36. Kelenjar reproduksi 53. Tulang leher
15. Lambung 37. Mengurangi sakit perut 54. Tulang punggung
16. Duodenum 38. Sendi pinggul 55. Tulang pinggang
17. Pangkreas 39. Kelenjar getah bening 56. Tulang kelangkang
18. Hati atas tubuh 57. Tulang tungging
19. Kantung empedu 40. Kelenjar getah bening 58. Tulang tungging
20. Solar Pleksus/diafragma bagian perut 59. Tulang belikat
21. Kelenjar adrenal 41. Kelenjar getah bening 60. Sendi siku
bagian dada 61. Tulang rusuk
62. Pinggul
63. Lengan
37
e. Titik atau Area Pijat Refleksi Kaki pada Klien Stres
Pijat Refleksi Kaki adalah manipulasi dari struktur jaringan lunak yang
al, 2008). Menurut Ariyani (2017) terdapat lima tehnik dasar, yaitu:
38
pemijatan. Manfaat gerakan mengusap adalah merelaksasikan otot dan
ujung-ujung syaraf.
penekanan yang lebih dalam menggunakan jari, ibu jari, dan siku tangan.
aliran darah lebih lancer, dan juga dapat meredakan rasa sakit.
terapis harus hafal semua letak titik/ area pijat refleksi. Pelaksanaan pijat refleksi
1) Mempersiapkan otot dan tubuh klien untuk diterapi. Otot dan tubuh klien
39
dimulai dengan teknik peregangan dan relaksasi otot yang bertujuan agar
2) Memberikan hasil pijat yang maksimal. Pemijatan di titik atau area pijat
paratiroid, adrenal.
menit, dan cuci tangan dengan bersih sesuai SOP cuci tangan terapi
c) Setelah itu, seka dengan handuk bersih dan semprot dengan alcohol
70% dan lakukan peregangan dan relaksasi otot kaki klien dengan cara
oleh otak dan sistem saraf. Oleh karena itu, titik yang dipilih adalah
sampai 58
40
e) Lakukan pemijatan pada titik wajib. Area titik wajib meliputi titik
detoksifikasi (34, 22, 23,24, 51, 28, 29, 30, 31, 32), titik pemeliharaan
saraf dan metabolism tubuh pada area 12 dan 13, titik pencernaan (15,
16, 17, 8, 19, dan 25), titik relaksasi (2 dan 20), dan titik suplemen
f) Titik terapi, titik yang dipilih sesuai dengan keluhan klien, jika sudah
termasuk titik pada langkah (c & d), tidak perlu dipijat lagi.
titik 39, 40, dan 41. Jangan pijat area tersebut jika klien menderita
menekan, menggetar dan menepuk agar otot menjadi elastis dan tidak
memar.
B. Landasan Teori
di luar kendali atau tidak terkoordinasi dan dapat mengambil alih fungsi organ
yang terkena dan menyebabkan organ tersebut menjadi berhenti berfungsi. Kanker
juga didefenisiskan sebagai confused cell, atau ganas (malignan) yang merupakan
41
memperburuk keadaan serta dapat mengancam jiwa (William & Hopper, 2007;
prinsip bahwa terdapat titik pada kaki yang terhubung dengan bagian organ tubuh
lainya melalui sistem saraf. Tekanan atau pijatan yang dilakukan pada area-area
tersebut akan merangsang pergerakan energi pada sistem saraf untuk memperbaiki
homeostasis energi tubuh. Pada saat dilakukan pemijatan tubuh akan merespon
psikologis, sosial, spiritual, dan atau fisik yang mengganggu kemampuan koping
secara efektif terhadap gejala fisik dan pengobatan kanker (NCCN, 2017). Stres
2001).
Kortisol merupakan hormon utama yang dihasilkan didalam tubuh saat terjadi
stress. Kortisol menjadi penanda peningkatan aktivitas HPA axis (Grahn &
Kalman, 2004). Kadar kortisol dapat dinilai melalui kortisol darah, kortisol saliva
dan kortisol urin. Kortisol sebagai biomarker stress merupakan alat ukur yang
telah banyak digunakan dalam penelitian melalui saliva/air liur (Smyth, et al,
2013).
42
C. Kerangka Teori
Masalah Spritual
Korteks Adrenal
Sumber : Effendy, et al., 2014; White & Macleod, 2002; Strittmatter, 2002; Brunnar & Suddarts, 2010; Cheng, et al., 2012; Barre, et al.,
2017; Chandwani, et al., 2012; Sherwood, 2010; Nicolson, 2008; KemenDikBud, 2015; Nicolson, et al., 1997; Kudielka, et al., 2004.
42
D. Kerangka Penelitian
E. Hipotesis Penelitian
Pijat refleksi kaki menurunkan kadar kortisol saliva sebagai biomarker stres
F. Pertanyaan Penelitian
Apakah Pijat refleksi kaki dapat menurunkan kadar kortisol saliva sebagai
43