Anda di halaman 1dari 2

A.

Judul
Penguatan Potensi Wisata Desa Pentingsari dengan Mengoptimalkan Protokol
COVID-19 untuk Menghadapi New Normal
B. Latar Belakang
Mengangkat tema Desa Wisata Alam, Budaya dan Pertanian yang
Berwawasan Lingkungan, Desa Wisata Pentingsari menawarkan kegiatan
wisata pengalaman berupa pembelajaran dan interaksi tentang alam,
lingkungan hidup, pertanian, perkebunan, wirausaha, kehidupan sosial
budaya, aneka seni tradisi dan kearifan lokal yang masih mengakar kuat di
masyarakat dengan suasana khas pedesaan di lereng gunung Merapi. Desa
Wisata Pentingsari adalah salah satu dari sekian banyak desa wisata yang
berkembang di wilayah Yogyakarta. Berlokasi di kawasan lereng gunung
Merapi (salah satu gunung teraktif di dunia/rawan bencana) dengan jarak
hanya 12,5 km dari puncak gunung Merapi dan jarak tempuh 22,5 km dari
pusat Kota Yogyakarta serta berlokasi di ketinggian 700 m dpl.
Pada tahun 2014, desa wisata Pentingsari danggap telah mampu
memberdayakan sebagian besar anggota masyarakat (>70%), dengan berbagai
kelompok yang terlibat, seperti homestay (55 homestay/140 kamar), atraksi
seni dan budaya (25 orang), pemandu wisata lokal/pemuda (30 orang), kuliner
lokal (60 orang), home industri (20 orang), warung kelontong (6 unit) dan
tenaga keamanan/pendukung (30 orang). Desa Pentingsari juga mampu
memanfaatkan lahan kas desa yang terlantar menjadi area camping dan out
bond (1 ha) serta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Kuning menjadi area
petualangan/tracking yang menarik bagi tamu, Selain itu pengelola Desa
Pentingsari juga telah bekerjasama dengan beberapa pihak di dalam desa
seperti kelompok tani pemuda, perkebunan, pertanian, wanita tani, dsb.
Kerjasama dengan pihak luar seperti Pemerintah Desa dengan tanah kas desa,
kelompok kesenian, kelompok peternak dan Vulcano Tour Merapi yang ada
disekitar kawasan lereng gunung Merapi.
Namun pada awal tahun 2020, terdapat sebuah wabah penyakit virus
COVID-19 yang mengharuskan pemerintah mengambil kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) pada bulan Maret. Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) dilakukan dengan harapan mengurangi bertambahnya kasus
pasien positif COVID-19. Hal ini menyebabkan kawasan wisata terpaksa
harus ditutup karena diharapkan masyarakat membatasi diri dan tidak boleh
berkumpul dalam skala besar. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
dilakukan dengan harapan mengurangi penyebaran virus COVID-19 karena
penyebaran virus korona atau sering disebut COVID-19 secara global semakin
mengkhawatirkan. Tentunya keputusan pemerintah ini berdampak juga pada
Desa Pentingsari yang merupakan kawasan desa wisata.
Dahulu entitas desa sering digambarkan sebagai teritori yang paling
rentan terhadap wabah baik penyakit yang merusak fisik manusia ataupun
wabah hama yang merusak komoditas pangan. Masyarakat desa di Pulau Jawa
terutama Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta telah
akrab dengan “pagebluk” dikala wabah penyakit melanda dan istilah
“paceklik” ketika komoditas pangan sulit tersedia.
Setelah kurang lebih 4 bulan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) diterapkan, akhirnya pada bulan Juni 2020 pemerintah menghapus
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan memulai era new
normal. Yang artinya Desa Penitingsari akan membuka kembali kawasan
wisata mereka dan akan mulai menerima kunjungan wisatawan. Penerapan
new normal terjadi polemik satu sisi dianggap akan meningkatkan kasus
COVID-19 mengingat kasus COVID-19 di Indonesia masih sangat tinggi dan
disisi lain menjadi upaya meredam tingginya kerentanan sosial yang terjadi di
masyarakat. Pandemi COVID-19 tentu membuat peemasukan menjadi
berkurang. Sementara negara harus melindungi dan meminimalisir dampak
pandemi COVID-19 pada warga negaranya.
New normal harus direncanakan secara komprehensif. Sebab penerapan
new normal seperti pisau bermata dua, bisa menguraikan masalah dan
sebaliknya bisa menambah masalah. Salah satu upaya untuk mengahapi era
new normal yakni dengan cara membentengi diri menerapkan protokol
kesehatan. Protokol kesehatan mudah dirumuskan, namun belum tentu realitas
pelaksanaannya dilapangan mudah dilakukan. Dari kenyataan ini, peneliti
tertarik untuk mengoptimalkan protokol kesehatan di Desa Pentingsari,
dengan melakukan pengawasan, meningkatkan kesadaran dan disiplin
masyarakat, memanajemen sarana dan prasaran, sosialisasi ke masyarakat
serta memastikan tindakan respon masyarakat saat terjadi peningkatan kasus.
Jika semua saling bahu-membahu untuk melalui new normal ini akah
diharapkan masyarakat Desa Pentingsari dapat menjalani kehidupan seperti
biasanya dengan mematuhi aturan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai