Perencanaan Kerja PR
Perencanaan Kerja PR
Masalahnya lagi, penjelasan PLN yang disampaikan kepada Jokowi juga masih diragukan
kebenarannya. Lantaran PLN mengubah-ubah penjelasannya. Bukan hanya itu, penjelasan PLN
pun sulit diterima. Sebagaimana yang diberitakan sejumlah media, sebelumnya PLN menyebut
gangguan gas turbin 1 sampai 6 di Suralaya dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Turbin di
Cilegon sebagai penyebab matinya aliran listrik. Penjelasan PLN ini tidak bisa diterima begitu
saja lantaran kecilnya kemungkinan terjadinya kerusakan pada instalasi listrik di dua lokasi yang
berjauhan pada waktu yang hampir bersamaan. Satu-satunya yang bisa menguatkan penjelasan
PLN ini hanyalah faktor kebetulan. Kemudian, lewat Direktur Pengadaan Strategis 2 Djoko
Raharjo Abumanan, PLN meralatnya. Katanya, penyebab utama mati listrik total lantaran
kelebihan beban listrik di wilayah barat Pulau Ralat PLN ini malah lebih tidak bisa diterima lagi.
Sebab, jumlah maksimal penggunaan listrik sudah diketahui PLN. Jumlah maksimal penggunaan
listrik setiap pelanggan pastinya sudah dihitung. Dan, kalau pun benar, PLN pastinya masih
mempunyai cadangannya. Berubah-ubah penjelasan PLN ini mengindikasikan adanya faktor X
ditutup-tutupi pihak PLN. Inilah yang memancing kecurigaan massal. Menariknya lagi, selain
mengubah-ubah penjelasannya, PLN juga melakukan atraksi akrobatik dengan menghadap
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjelang kedatangan Jokowi ke kantor PLN.
Adapun perencanaan kerja PR oleh humas PLN, berkaitan dengan :
1. Pengertian Perencana
Yaitu seseorang yang memanfaatkan atau menginterpretasikan segala informasi, materi dan
data yang tersedia secara kuantitatif maupun kualitatif untuk dianalisis, diseleksi, dan diproses
sebagai bahan perencanaan kerja yang akan datang.
Dalam kasus PLN tersebut, maka dapat dijelaskan mengenai rencana awal dari pihak humas
PLN untuk mengembalikan kepercayaan publik serta reputasi PT PLN itu sendiri. Secara
garis besar, prinsip-prinsip yang harus dilakukan serupa, seperti proaktif, kecepatan, dan
penyajian fakta dari narasumber kredibel serta konteksnya. Serta secara organisasi dan juga
praktisi humasnya pun harus siap menyikapi hal-hal ini. Disini peran humas menjadi kritis
baik ke eksternal maupun kepada senior manajemennya. Untuk mengembalikan reputasi PLN
perlu melakukan pemantauan dan potensi isu secara berkelanjutan. Kelola hubungan baik
dengan media. Pastikan mereka menyampaikan pesan dari perusahaan secara utuh tanpa
mengurangi atau bahkan melebih-lebihkan. Sementara itu, untuk menghindari kesan defensif,
informasi tidak melulu harus keluar dari pihak internal perusahaan. Informasi bisa juga
disampaikan oleh pihak ketiga seperti pakar yang berkompeten di bidangnya.
2. Perencanaan
Perencanaan yang berkaitan dengan :
(1) Fungsi dan teknis manajemen humas yang :
Profesional, dalam keadaan dan situasi apapun segera mungkin memberikan informasi
pertama mengenai kasus atau permasalhaan yang terjadi dengan disampaikan secara resmi
oleh pihak humas/PR PLN
Dinamis, setiap perkembangan harus di informasikan sehingga baik publik maupun media
dapat melihat langkah konkret yang dilakukan.
Proaktif, dalam hal ini perusahaan PLN perlu mengedepankan proactive approach,
speed, dan juga contents-context. Terutama di era digital seperti saat ini, yang mana
pemberitaan dan informasi menyebar dengan sangat cepat dalam hitungan menit saja.
(2) Merupakan metode terbaik untuk mempersiapkan pihak organisasi dalam menghadapi
perubahan yang sering terjadi.
Dalam hal ini pihak perusahaan PLN harus segera menjelaskan kepada publik mengenai
fakta di lapangan serta langkah-langkah mitigasi yang dilakukan apabila nantinya
menghadapi perubahan secara mendadak atau tiba-tiba.
(3) Penilaian (evaluasi) atau meriview hasil perkembangan kegiatan masa lalu, sekarang dan
masa yang akan datang
Dalam hal ini pihak humas PLN perlu adanya meriview atau melihat hasil perkembangan
humas PLN pada masa lalu, saat ini dan masa akan datang. Seperti dalam hal :
Menjelaskan kepada publik mengenai fakta di lapangan
Memberikan informasi di setiap perkembangan, baik kepada publik maupun media
Jika biasanya narasumber yang dihadirkan belum tentu dari pimpinan, kini
narasumber pun juga harus dari pimpinan puncak seperti CEO atau presiden
direktur untuk menunjukkan kredibilitas, transparansi, dan kepercayaan dari
pesan-pesan yang disampaikan.
Kemudian informasi serupa juga harus disosialisasikan kepada para karyawan,
yang mana biasanya pihak internal terkadang tidak mengetahui adanya krisis
setelah muncul di media.
(4) Mengantisipasi dan mengahadapi tantangan atau resiko yang akan terjadi melalui suatu
proses untuk menentukan tujuan dan sasaran jangka pendek dan jangka panjang secara
periodik dan strategis.
Dalam hal ini, PLN dalam posisi sebagai perusahaan pemerintah (BUMN) jika berada
dalam keadaan di mana resiko yang terjadi mungkin adalah perombakan direksi guna
rehabilitasi operasional PLN ke depannya. Dalam kondisi normal, perusahaan PLN
akan berupaya segala cara untuk mendapatkan atensi media bahkan jika diperlukan
akan membutuhkan sejumlah budget besar untuk membangun citra positif di mata
publik melalui media nantinya. Jika nantinya dalam kondisi krisis, sebaliknya semua
media akan mengejar staf PR atau pimpinan PLN untuk mencari sumber berita dan isi
berita yang tepat terkait dengan kondisi krisis yang dialami oleh PLN. Dalam kondisi
seperti inilah, kesiapan perusahaan menghadapi tekanan media diuji sekaligus
kemampuan melakukan tindakan strategi komunikasi yang efektif dan tepat di saat
krisis.