Orang yang tidak beriman dengan taqdir, maka akan terhalangi untuk
diterimanya amalan shalih yang dilakukan. Karena syarat seorang diterima amal
shalih yang dilakukan ada 3, yaitu : Ikhlas, Mutaaba’ah dan Memiliki Aqidah
Yang Benar.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
”Siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang tidak ada urusan
(agama) kami, maka dia tertolak.” HR. Muslim dari Ummul
Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiyallahu anha
3- Memiliki aqidah yang benar; diantaranya yaitu beriman dengan taqdir. Dalilnya
adalah ucapan Abdulloh bin „Umar radhiyallahu „anhu terhadap pengingkar taqdir
:
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian yang semisal
mereka, kemudian yang semisal. “ ( Hr. Al-Imam Hakim, At-Tirmidzi, An-Nasaai,
Ibnu Majah dan yang lainnya).
1. Dalil yang menjelaskan bahwa sakit itu sebab gangguan syaithon adalah :
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menjawab:
“Kamu tidak boleh meninggalkan shalat, (karena) apa yang kamu alami itu
hanyalah darah dari urat bukan haid. Apabila datang haidmu, tinggalkanlah
shalat. Jika haidmu telah berlalu, cucilah darah darimu (mandilah) dan
shalatlah.” (HR. al-Bukhari no. 228 dan Muslim no. 751)
2. Anatomi/organ tubuh
Sabda Rasululah shallallahu „alaihi wasallam kepada Hamnah: “Yang
demikian itu hanyalah satu gangguan dari setan...........” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, At-Tirmidzi dan ia menshahihkannya. Dinukilkan pula penshahihan
AlImam Ahmad terhadap hadits ini, sedangkan Al-Imam Al-Bukhari
menghasankannya. Lihat Subulus Salam, 1/159-160)
G. Usaha
1. Hukum melakukan upaya kesembuhan
Hukum seorang melakukan upaya kesembuhan ada tiga macam :
1- Wajib
2- Sunnah
3- Mubah
2. Keyaqinan tentang sebab.
Pembahasan mengenai sebab itu terbagi menjadi 3 :
a) Sebab syar‟i
b) Sebab kauni
c) Sebab yang dilarang
3. Menjalani sebab syar‟i dan Kauni. Setelah kita mengetahui tentang pembagian
“sebab”, maka tentunya seorang Muslim itu dituntut melakukan sebab yang
dibolehkan ( sebab kauni ) atau bahkan melakukan sebab yang akan mendatangkan
pahala ( sebab syar‟i ).
H. Do’a
1. Keutamaan do‟a
2. Do‟a bagi orang yang tertimpa musibah
3. Do‟a bagi yang menjenguk orang yang sakit
I. Tawakkal
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakal sebagai berikut, “Tawakal ialah
menyandarkan kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar
kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai
jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.”
Contoh nyata, ada orang yang diuji dengan sakit parah, sebagai ikhtiar ia melakukan
berbagai metode pengobatan mulai dari menemui dokter terbaik, mencoba cara alternatif,
konsumsi obat herbal, sampai akhirnya menemui dukun alias orang pintar yang
menggunakan pengobatan dengan cara haram, semua ini dilakukan dengan alasan
berikhtiar. Tepat kah?