Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TEKNIK RADIOGRAFI TRAKTUS URINARIUS

BNO-IVP

Disusun oleh :
Euis Noviyanti P23130014043
Iman Hari Pradhana P23130014045

Kelompok 8
Tingkat 2 D-III B

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberi nikmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang Teknik Radiografi Traktus Urinarius
dengan pembahasan Teknik Pemeriksaan BNO IVP.
Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber referensi dari buku teknik
radiografi sehingga dapat membantu kami dalam penyelesaian penyusunan tugas makalah ini.
Makalah ini juga merupakan penyempurnaan tugas presentasi tentang teknik radiografi
traktus urinarius.
Kami menyadari banyaknya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Semoga
makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 15 Desember 2015

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......... ............................................................................................................2


Daftar Isi ......................................................................................................................3
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................5
C. Tujuan .....................................................................................................5
Bab 2
Tinjauan Teori
A. Pengertian ............................................................................................................6
B. Anatomi dan Fisiologi ...............................................................................................6
C. Indikasi ............................................................................................................7
D. Persiapan pasien ...............................................................................................13
E. Persiapan alat dan bahan ...........................................................................................13
F. Foto Pendahuluan ......................................................................................................
14
G. Teknik Pemeriksaan ..................................................................................................15
H. Teknik Penyuntikan Kontras .....................................................................................16
I. Kontras Media .......................................................................................................... 17
Hasil Foto Pemasukan Kontras ............................................................................................ 17
Bab 3
Penutup
A. Kesimpuan ............................................................................................................... 18
B. Saran .....................................................................................................................18
Daftar Pustaka .....................................................................................................................19

3
BAB  I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Radiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kedokteran yang memanfaatkan
penggunaan sinar X. Dimana ilmu Radiologi memiliki peranan penting dalam proses
menegakkan diagnosa. Untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit yang terletak di dalam
tubuh memerlukan pemeriksaan Radiodiagnostik. Dengan pemeriksaan ini organ-organ yang
berada dalam tubuh yang tidak bisa terlihat dengan mata telanjang dapat diperlihatkan
melalui gambaran atau pencitraan Radiografi.
Sesuai dengan fungsinya sebagai sarana penunjang dalam menegakkan diagnosa,
maka gambaran radiografi harus mempunyai kualitas yang tinggi sehingga diperlukan
manajemen terhadap seluruh komponen yang terkait, yang ada dalam proses pencitraan
meliputi: pasien, pengolahan, dan teknik pemeriksaan yang digunakan.
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem didalam tubuh kita dapat diperiksa
secara radiologi, bahkan setelah ditemukan media kontras yang berguna untuk
memperlihatkan jaringan organ yang memiliki nomor atom yang lebih kecil sehingga
kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa. Pemeriksaan radiologi secara garis besar
dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi
dengan kontras.
Pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan kontras salah satunya yaitu
pemeriksaan BNO-IVP (Blast Near Overseas – Intravena Pyelografi). Pemeriksaan BNO-IVP
adalah pemeriksaan radiografi untuk menggambarkan anatomi dari pelvis renalis dan sistem
calyces serta seluruh traktur urinarius dengan penyuntikan kontras media positif secara intra
vena.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari pemeriksaan BNO-IVP ?
b. Bagaimana susunan anatomi fisiologi dari traktus urinarius ?
c. Apa saja indikasi untuk pemeriksaan BNO-IVP ?
d. Apa saja alat dan bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan BNO-IVP ?
e. Apa jenis kontras media yang digunakan dalam pemeriksaan BNO-IVP ?
f. Bagaimana teknik pemasukan bahan kontras ke tubuh pasien ?
g. Apa saja dan bagaimana teknik pemeriksaan BNO-IVP dilakukan ?

4
3. Tujuan
a. Menjelaskan pengertian BNO IVP
b. Menjelaskan anatomi fisiologi dari traktus urinarius.
c. Untuk mengetahui indikasi dalam pemeriksaan BNO IVP.
d. Menjelaskan cara pemasukan kontras melalui intra vena.
e. Menjelaskan teknik pemeriksaan BNO IVP.

5
BAB  II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
BNO IVP (Blass Near Overzeigh Intervenous Prelografi) merupakan
pemeriksaan secara radiografi sistem perkencingan (tractus urinarius) dengan
menggunakan kontras media positif yang disuntikan melalui pembuluh vena
ekstremitas atas (vena mediana cubiti).

B. Anatomi dan Fisiologi

1) Ginjal
Ginjal biasa juga disebut dengan renal, terletak di belakang rongga peritoneum dan
berhubungan dengan dinding belakang dari rongga abdomen. Ginjal terdiri dari dua
buah yaitu bagian kanan dan bagian kiri. Ginjal kanan lebih rendah dan lebih tebal
dari ginjal kiri, Letak ginjal kanan setinggi lumbal I sedangkan letak dari ginjal kiri
setinggi thorakal XI dan XII. Bentuknya seperti biji kacang tanah. Panjangnya sekitar
4,5 inchi (11,25 cm), lebarnya 3 inchi (7,5cm), dan tebalnya 1,25 inchi (3,75cm).

6
2) Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya antara 10 sampai 12 inchi
(25-30 cm), dan diameternya sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter mulai sebagai
pelebaran hilum ginjal, dan letaknya menurun dari ginjal sepanjang bagian belakang
dari rongga peritoneum dan di depan dari muskulus psoas dan prosesus transversus
dari vertebra lumbal dan berjalan menuju ke dalam pelvis dan dengan arah oblik
bermuara ke kandung kemih melalui bagian posterior lateral.

3) Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan muskulus membrane yang berbentuk kantong yang
merupakan tempat penampungan urine yang dihasilkan oleh ginjal, organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya di dalam panggul besar, sekitar bagian
postero superior dari simfisis pubis. Kandung kemih bervariasi dalam bentuk, ukuran,
dan posisinya, tergantung dari volume urine yang ada di dalamnya. Secara umum
volume dari vesika urinaria adalah 350-500 ml.

4) Urethra
Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa membrane dengan muskulus
yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih. Letaknya agak ke
atas orivisium internal dari uretra pada kandung kemih, dan terbentang sepanjang 1,5
inchi (3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm) pada pria.

C. Indikasi Pemeriksaan
1. Nefritis : kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman
umumnya bakteri streptococcus, akibat nefritis ini akan menderita
uremia(masuknya kembali urine dan urea ke dalam pembuluh darah
2. Uretrisis (radang ureter)
3. Ureterolithiasis : suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. 
4. Neprolithiasis : suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam Pelvis
atau Calyces dari ginjal.
5. Karsinoma ginjal adalah jenis kanker yang sering di temukan pada orang dewasa.
6. Vesicolithiasis : terdapat batu pada vesica urinaria
7
7. Hydroneprosis  : pelebaran renal pelvis biasanya disebabkan oleh adanya
penyumbatan aliran urin di ginjal.
8. Mega ureter : Pelebaran saluran ureter biasanya disebabkan oleh adanya
penyumbatan aliran urin di ginjal.
9. Pyelonefritis : pengurangan ukuran ginjal, bentuk iregular akibat jaringan
parut fokal dan deformitas calyces. Penyakit ini di tandai dengan penumpulan
pada calyces ginjal.
10. Cystitis (radang pada vesica urinaria) : radang atau infeksi pada kandung kemih,
11. Hypertrofi prostat (BPH) atau pembesaran prostat jinak, yaitu suatu kondisi yang
menyebabkan kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat
kanker.
12. Congenital anomali : kelainan sejak lahir
a. Horshoe kidney (ginjal tapal kuda) : Ginjal tapal kuda adalah penyatuan kutub
– kutub ginjal (biasanya bagian bawah)
b. Penduplikasian sistem pengumpulan : kondisi bawaan di mana tunas ureter
terpecah (atau muncul dua kali) pada ginjal yang sama
i. Pelvic kidney : Adalah ginjal yang terlihat tetap di panggul
tulang atau di tulang belakang.

8
Indikasi Patologis

Neprolithiasis Ureterolithiasi

Karsinoma Karsinoma VU

Ginjal tidak berfungsi


9
Mega Ureter Hydroneprosis 
Neprolithiasis

Pyelonefritis 

10
Diverticula VU

Pembesaran Prostat

11
Indikasi Congenital anomali

12
Pelvic kidney Duplicate Collecting System

Horshoe
kidney

13
D. Persiapan Pasien
Perjanjian: Kapan dilaksanakan, setelah itu melakukan persiapan sebagai berikut:
a. 2 hari sebelumnya makan makanan yang lunak
b. 1 hari sebelumnya puasa mulai dari jam 19.00
c. Jam 20.00 makan obat pencahar (dulcolax)
d. Minum terakhir pukul 23.00, puasa hingga waktu pemeriksaan
e. Tidak boleh banyak bicara
f. Riwayat alergi

E. Persiapan Alat dan Bahan


a. Kontras media urografin 20 cc/lopamiro
b. Spuit disposible (20 ml/30 ml)
c. Stuwing band, pesawat dan meja pemeriksaan
d. Kapas alkohol, torniket
e. Wing needle
f. Spuit 2 cc (premedikasi) bagi yang alergi
g. Obat-obat amergensi
h. Nier beken
i. Alat kompresi
j. Standar infus
k. Oksigen
l. Film + kaset 30x40 cm, 18x24 cm, 24x30 cm

14
F. Foto Pendahuluan
Foto abdomen Posisi AP
Posisikan pasien:
Supine diatas meja pemeriksaan, untuk proyeksi AP dari sistem urinari. Pendahuluan
dan pasca injeksi radiografi adalah paling sering dengan pasien supine. Tempatkan
alat bantu di bawah lutut pasien untuk meredakan ketegangan di bagian belakang.
Tempatkan pasien dalam posisi tegak atau semiupright untuk menunjukkan opacified
kandung kemih dan ginjal.
Posisi obyek:
 Pusatkan di mid sagital dari tubuh pasien ke pertengahan meja pemeriksaan
 Posisikan lengan pasien agar tidak tergambar di kaset
 Pusatkan kaset setinggi crista iliaca
 Lindungi gonad
 Respirasi
Central Ray: ke pertengahan dari kaset setinggi crista iliaca
Struktur gambaran: pada posisi AP dari sistem urinari tergambarkan ginjal, ureter
dan kandung kemih yang terisi kontras medium
Evaluasi kriteria:
 Seluruh bagian ginjal tercakup
 Kandung kemih dan simphisis pubis tercakup
 Tidak ada pergerakan
 Skala kecil dari radiografi kontras secara jelas menggambarkan kontras
medium di dalam area renal, ureter dan kadung kemih
 Perangkat kompresi dipusatkan diatas sacrum dan menghasilkan pengisian
ginjal yang jelas
 Columna vertebrae terletak di pertengahan film
 Tidak ada artefak dari pakaian dalam pasien
 Area prostat inferior dari simphisis pubis pada pasien pria lanjut usia
 Time marker
 Proyeksi PA menggambarkan ginjal yang lebih rendah dan seluruh ureter
tercakup

15
G. Teknik Pemeriksaan
1. Plan foto BNO (kaset 30x40 cm)
Jika persiapan baik, foto baik, gambaran tercakup, pasien disuruh BAK
2. Penyuntikan kontras media melalui vena, lakukan kompresi dengan ureteric
kompression
3. Foto 5 menit / 7menit untuk melihat nefogram (kaset 24x30 cm)
4. Foto 10 menit / 15 menit untuk melihat nefogram (kaset 24x30 cm), batas atas
Processus Xyphoideus, batas bawah Crista Iliaca
Central Ray: vertikal tegak lurus
Central Point: pertengahan antara Processus Xyphoideus dan Crista Iliaca
5. Foto 20 menit / 30 menit: posisi pasien prone (film 30x40 cm)
6. Foto 45 menit: posisi pasien supine (film 30x40 cm)
7. Jika kontras media terlihat memenuhi blass (kandung kemih) maka diperintahkan
BAK, bila belum penuh tunggu sampai pasien ingin merasakan mixie. Dengan
ukuran film 18x24 cm melintang
8. Lanjutkan dengan post void dengan ukuran film 18x24 cm melintang, pasien
supine, mencakup daerah vesica urinaria, eksposi tahan nafas setelah full inspirasi
9. Lepas jarum (wing needle) dan diberi kapas alkohol
10. Pasien diperbolehkan makan dan minum

16
H. Teknik Penyuntikan Kontras Media
Setelah foto pendahuluan dibuat dan hasilnya baik, maka tahapan berikutnya adalah
penyutikan kontras media. Sebelumnya harus dilakukan skin tes untuk menyakinkan
bahwa pasien tidak alergi terhadap kontras media.

Vena cubiti
mediana
Vena brachial Vena Aksilaris

INJEKSI
Atrium Kanan Vena Cava
Superior Vena subclavia

Ventrikel
Arteri pulmonalis Paru -paru
kanan

Ventrikel kiri Vena


Atrium Kiri
pulmonalis

Aorta
Aorta thoracalis Arteri renalis
abdominalis

Selanjutnya setelah mencapai arteri renalis kontras akan menuju arteriola aferen dan menjadi
gumpalan kapiler yang disebut glomerulus, lalu setelah mencapai glomerulus kontras akan
keluar melalui arteriola eferen hingga menuju pelvis renal.

17
I. Kontras Media
Dosis rendah atau dosis tinggi dari kontras media yang digunakan disesuaikan dengan
indikasi/ klinis pemeriksaan dan keputusan radiolog, misal :
1. Dosis rendah : 20 cc urovision ; 40 cc hypaque
2. Dosis medium : 50 cc conray ; 50 cc urovision
3. Dosis tinggi : diatas 50 cc

Hasil foto pemasukan kontras media

Foto 5 menit Foto 15 menit


Foto 30 menit
Foto 60 menit

18
BAB  III
PENUTUP

A. Kesimpulan
BNO IVP (Blass Near Overzeigh Intervenous Prelografi) merupakan
pemeriksaan secara radiografi sistem perkencingan (tractus urinarius) dengan
menggunakan kontras media positif yang disuntikan melalui pembuluh vena
ekstremitas atas (vena mediana cubiti) untuk melihat indikasi seperti nefritis,
vesicolithiasis, atau uretritis. Pemeriksaan ini memerlukan pemeriksaan pendahuluan.
Ada beberapa tahapan waktu untuk melihat sejauh mana bahan kontras masuk dan
mengisi seluruh sistem traktus urinarius. Dimulai dari 5 menit, 15 menit, 30 menit,
sampai 60 menit dan difoto pada menit-menit tersebut. Dengan begitu dapat dilihat
kelainan yang berada di traktus urinarius.

B. Saran
Pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan memerlukan banyak
referensi dan saran dari penbaca agar kedepannya kami sebagai penulis dapat
mengambil pelajaran dan memperbaiki seluruh kekurangan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger W. Philips, 2003, Merril’s Atlas Of Radiographic Positioning And Radiologic


Procedures, Tenthth Edition, Volume 2. Mosby Company. St Louis

Bontrager, Kenneth L, Textbook Of Radiographic Positioning And Related Anatom, Sixthth


Edition. Elsevier Mosby

Suswaty, Susy dkk, 2011. Teknik Radiografi Sistem Pencernaan, Cetakan Pertama, Politenik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II, Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai