Anda di halaman 1dari 1

Alienasi Hasil Kerja

Makna pekerjaan tidak terbatas pada orang yang bekerja itu saja. Melalui pekerjaan, manusia
membuktikan diri sebagai makhuk social. Tidak mungkin setiap orang menghasilkan sendiri apa yang
dibutuhkannya. Untuk memenuhi kebutuhan, kita tergantung pada hasil pekerjaan orang lain. Namun,
pada kenyataannya si pekerja merasa terasing dari produknya. Atau pekerja merasa teraliensi dari hasil
kerjanya. Hasil pekerjaan seharusnya menjadi sumber perasaan bangga, seharusnya mencerminkan
kecakapan pekerja, karena “produk pekerjaan adalah objektivasi pekerjaan. Pekerja meletakan hidupnya
ke dalam objeknya”. Namun, sebagai buruh upahan ia tidak memiliki hasil pekerjaannya. Produknya
adalah hak milik pabrik. Apalagi apabila ia hanya mengerjakan bagian kecil dari produk yang ketika
sudah jadi, berangkali tak pernah dilihatnya. Yang dikerjakan taka da artinya baginya.

Marx mengomentari “semakin si pekerja menghasilkan pekerjaan, semakin ia , dunia batinnya,


menjadi miskin”. Karena hasil pekerjaan terasing darinya, tindakan bekerja itu sendiri pun kehilangan
arti bagi si pekerja. Itulah segi kedua keterasingan. Bukannya menjadi pelaksanaan hakikatnya yang
bebas dan universal, pekerjaan malah menjadi pekerjaan paksaan. Jadi, bukan pekerjaan itu kebutuhan
si pekerja melainkan ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup diluar pekerjaan. Ia harus menjadikan
kegiatan hidupnya, pekerjaan, sebagai sarana untuk mempertahannkan kehidupan fisik. Ia bekerja untuk
tidak kelaparan. Itulah keterasingan dalam pekerjaan dan hasil pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai