Anda di halaman 1dari 25

BENDA ASING SALURAN NAPAS

Yacoba Patandianan, Andi Suci Juwita, Ied Rakhma

A. PENDAHULUAN
Benda asing didalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang
berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui
hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing
eksogen.1 Kasus aspirasi benda asing seringkali ditemukan pada anak, meskipun
dapat terjadi pada segala usia. Penyebab paling sering adalah aspirasi atau
tertelannya benda asing akibat kecerobohan pasien atau orang tuanya.2
Identifikasi dan manajemen benda asing telah menjadi tantangan besar
bagi seorang praktisi medis sejak dahulu kala.3 Diagnosis dini aspirasi benda asing
sangat penting karena keterlambatan dalam penanganan dan pengobatan dapat
memberikan komplikasi yang signifikan.3
Aspirasi benda asing paling sering terjadi pada anak umur kurang dari 3
tahun. Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak penulis telah
melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti,
kacang, serpihan tulang, paku, mainan, uang logam, gigi, tutup pena, namun
penulis belum nenemukan laporan teraspirasi batu kerikil. 1,3 Aspirasi benda asing
memberikan gambaran klinis yang bervariasi, dari gejala yang minimal sampai
keadaan gawat nafas bahkan kematian. Gejala klinis yang timbul tergantung pada
ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa, lama benda asing di
jalan nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi.3
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan bronkoskopi Bronkoskopi adalah
merupakan cara yang aman untuk mengeluarkan benda asing di trakeobronkial,
meskipun dalam beberapa kasus harus dilakukan torakotomi. Perkembangan
teknologi bronkoskop dan peralatan penyertanya, ditemukannya forsep yang

1
disertai teleskop (optical forceps) telah mempermudah ekstraksi benda asing
saluran nafas.1,3

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Hidung
Di dalam hidung (nasus) terdapat organum olfactorium perifer. Fungsi
hidung dan cavitas nasi berhubungan dengan:
a. Fungsi penghidu
b. Pernafasan
c. Penyaringan debu
d. Pelembapan udara pernapasan
e. Penampungan sekret dari sinus paranasales dan ductus nasolacrimalis
Bentuk luar hidung sangat bervariasi dalam hal ukuran dan bentuk,
terutama karena perbedaan pada tulang rawan hidung. Punggung hidung yang
meluas dari akar hidung di wajah ke puncaknya (ujung hidung).4
Hidung meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian
internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara. Hidung bagian luar
tertutup oleh kulit dan disupport oleh sepasang tulang hidung. Rongga hidung
terdiri atas :
- Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi
- Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis
udara
- Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar
karena strukturnya yang berlapis
- Sel silia yang berperan untuk mlemparkan benda asing ke luar dalam
usaha untuk membersihkan jalan napas.4,5

2
Gambar 1. Cavum nasi dan faring 4

Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi


rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum. Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi 3 saluran oleh
penonjolan turbinasi atau konka dari dinding lateral. Rongga hidung dilapisi
dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang
disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara terus-menerus oleh sel-sel

3
goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia.5

Gambar 2. Dinding lateral nasal 4

Rongga hidung dimulai dari Vestibulum, yakni pada bagian anterior ke


bagian posterior yang berbatasan dengan nasofaring. Rongga hidung terbagi
atas 2 bagian, yakni secara longitudinal oleh septum hidung dan secara
transversal oleh konka superior, medialis, dan inferior.

Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan
serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru. Hidung
bertanggung jawab terhadap olfaktori atau penghidu karena reseptor olfaksi
terletak dalam mukosa hidung. Fungsi ini berkurang sejalan dengan
pertambahan usia. 4,5

4
Batas- batas cavitas nasi

- Atap cavitas nasi berbentuk lengkung dan sempit, kecuali pada


ujungnya di sebelah posterior; di sini dapat dibedakan tiga bagian
(frontonasal, etmoideal, dan sfenoideal) yang dinamakan sesuai
dengan nama tulang-tulang pembatasnya.
- Dasar cavitas nasi yang lebih luas daripada atapnya, dibentuk oleh
processus palatinum maxillae dan lamina horizontalis ossis palatini
- Dinding medial cavitas nasi dibentuk oleh septum nasi
- Dinding lateral cavitas nasi berwujud tidak rata karena adanya tiga
tonjolan yang berbentuk seperti gulungan, yakni concha nasalis.5,6

2. Faring
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm
yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larynx pada dasar
tengkorak. Faring meluas dari dasar cranium sampai tepi bawah cartilago
cricoidea di sebelah anterior dan sampai tepi bawah vertebra cervicalis VI di
sebelah posterior. Bagian faring yang terlebar (kira-kira 5 cm) terdapat
setinggi os hyoideum dan bagian paling sempit (kira-kira 1,5 cm) pada ujung
bawahnya, yakni pada peralihan ke esofagus.
Dinding faring terutama dibentuk oleh dua lapis otot-otot faring. Lapisan
otot sirkular di sebelah luar terdiri dari tiga otot konstriktor. Lapisan otot
internal yang terutama teratur longitudinal, terdiri dari muskulus
palatopharyngeus, musculus stylopharingeus, dan musculus
salphingopharingeus. Otot-otot ini mengangkat faring dan laring sewaktu
menelan dan berbicara.4,5,6

5
Bagian dalam Faring dan Fungsinya

nasofaring  ada saluran penghubung antara nasopharinx dengan


telinga bagian tengah, yaitu Tuba Eustachius dan Tuba
Auditory
 ada Phariyngeal tonsil (adenoids), terletak pada bagian
posterior nasopharinx, merupakan bagian dari jaringan
Lymphatic pada permukaan posterior lidah
 Mempunyai fungsi respiratorik.

orofaring  Merupakan bagian tengah faring antara palatum


lunak dan tulang hyoid. Refleks menelan berawal
dari orofaring menimbulkan dua perubahan,
makanan terdorong masuk ke saluran pencernaan
(oesephagus) dan secara simultan katup menutup
laring untuk mencegah makanan masuk ke dalam
saluran pernapasan
 Mempunyai fungsi pencernaan makanan

laringofaring  Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian


bawahnya, sistem respirasi menjadi terpisah dari
sistem digestil. Makanan masuk ke bagian belakang,
oesephagus dan udara masuk ke arah depan masuk
ke laring.

3. Laring

6
Gambar 3. Anatomi laring 5

Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago


besar ). Terbesar adalah Cartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal,
bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan di
dalam ini ada pita suara. Sedikit di bawah thyroid terdapat cricoid. Laring
menghubungkan Laringopharynx dengan trachea, terletak pada garis tengah
anterior dari leher pada vertebrata cervical 4 sampai 6.

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya


vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda
asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan
terdiri atas:

Epiglotis daun katup kartilago yang menutupi ostium ea rah


laring selama menelan
Glotis ostium antara pita suara dalam laring
Kartilago Thyroid kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun ( Adam’s Apple )
Kartilago Krikoid satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring

7
(terletak di bawah kartilago thyroid )
Kartilago Aritenoid digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago
thyroid
Pita suara ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara; pita suara melekat pada
lumen laring. (Seeley,2004)

Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu :

a. Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah


aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam tracheobroncial.
b. Laring sebagai katup selama batuk.5,6

4. Trakea

Gambar 4. Trakea 4
Trakea merupakan suatu saluran rigid yang memeiliki panjang 11-12
cm dengan diametel sekitar 2,5 cm. Trakea mulai dari ujung bawah laring
setinggi vertebra cervicalis VI dan berakhir pada angulus sterni setinggi
vertebrae thoraciae V-VI. Trakea terdapat pada bagian oesephagus yang

8
terentang mulai dari cartilago cricoid masuk ke dalam rongga thorax.
Tersusun dari 16 – 20 cincin tulang rawan berbentuk huruf “C” yang terbuka
pada bagian belakangnya. Didalamnya mengandung pseudostratified ciliated
columnar epithelium yang memiliki sel goblet yang mensekresikan mukus.
Terdapat juga cilia yang memicu terjadinya refleks batuk/bersin. Trakea
mengalami percabangan pada carina membentuk bronchus kiri dan kanan. Di
sebelah lateral trakea terdapat arteria carotis communis dan lobus-lobus
glandulae thyroideae. Inferior dari isthmus glandula thyroidea terdapat arcus
venosus jugularis dan vena thyroidea inferior.4,5
5. Bronkus
a. Right principal bronchus
- Lebih pendek, lebar, dan lebih vertical dibanding kiri, panjang ±
2.5cm, sudut : 22 - 25o dari garis tengah.
- Lebih banyak benda asing masuk ke Bronchus kanan.
b. Left principal bronchus
- Lebih sempit, Lebih panjang, dan lebih horizontal dibanding kanan,
panjang ± 5cm, Sudut : 35 - 36o dari garis tengahBronchus
Principalis Dexter & Sinister Setinggi Corpus Vertebra Th 5.
- Masing-masing principal bronchus bercabang menjadi lobar bronchi (2
kiri, 3 kanan), sesuai lobus paru.
- Masing-masing lobar bronchus akan bercabang menjadi segmental
bronchi, sesuai dengan segmental paru.

9
Gambar 5. Bronkus 7

Gambar 6. Bronkiolus 7

10
Di semua bagian trakea dan bronkus yang tidak terdapat tulang rawan
(kartilago), dindingnya terutama terbentuk oleh otot polos. Dinding bronkiolus
juga hampir seluruhnya merupakan otot polos, kecuali bronkiolus terminalis,
yang disebut bronkiolus respiratorius, yang terutama terdiri dari epitel-epitel
paru. Jaringan fibrosa dan beberapa serabut otot polos. Banyak penyakit
obstruksi paru yang disebabkan oleh penyempitan bronkus yang lebih kecil
dan bronkiolus yang lebih besar, seringkali karena kontraksi yang berlebihan
dari otot polos itu sendiri.7

Pada keadaan pernafasan normal, udara dapat dengan sangat mudah


mengalir melalui jalan pernapasan, sehingga dengan gradient dari alveolus ke
atmosfer kurang dari 1 sentimeter tekanan air saja sudah cukup untuk
menyebabkan sejumlah aliran udara guna pernapasan yang tenang. Jumlah
tahanan terbesar untuk aliran udara tidak terjadi pada jalan udara kecil pada
bronkiolus terminalis, tetapi pada beberapa bronkiolus dan bronkus yang lebih
besar di dekat trakea. Penyebab tahanan yang besar ini adalah karena jumlah
bronkus besar relatif lebih sedikit dibandingkan dengan sekitar 65.000
bronkiolus terminalis parallel yang setiap bronkiolus hanya dilalui oleh sedikit
udara. 7

Namun dalam keadaan sakit, bronkiolus yang lebih kecil seringkali


mempunyai peran yang lebih besar dalam menentukan resistensi aliran udara
karena ukurannya yang lebih kecil dan karena bronkiolus mudah tersumbat
akibat (1) kontraksi otot pada dindingnya, (2) terjadinya edema pada dinding
bronkiolus, atau (3) pengumpulan mucus di dalam lumen bronkiolus.

Pengaturan langsung bronkiolus oleh serabut saraf simpatis sifatnya


relative lemah karena beberapa serabut ini menembus masuk ke bagian pusat
dari paru. Namun, cabang bronkus sangat terpapar dengan norepinefrine dan
epinefrine , yang dilepaskan ke dalam darah oleh perangsangan simpatis dari
medulla kelenjar adrenal. Kedua hormon ini, terutama epinefrin, karena
rangsangannya yang lebih besar pada reseptor beta-adrenergik, menyebabkan
dilatasi cabang bronkus. 5

11
Beberapa serabut saraf parasimpatis yang berasal dari nervus vagus
menembus parenkim paru. Saraf ini mensekresikan asetilkolin dan bila
diaktivasi, akan menyebabkan konstriksi ringan sampai sedang pada
bronkiolus. Bila proses penyakit seperti asma telah menyebabkan beberapa
konstriksi pada bronkiolus, maka adanya perangsangan saraf parasimpatis
berikutnya seringkali memperburuk keadaan. Bila hal ini terjadi, maka
pemberian obat-obatan yang menghambat efek asetilkolin, seperti atropine
kadang-kadang dapat merelaksasikan jalan pernapasan sehingga cukup untuk
mengatasi obstruksi. Kadang-kadang parasimpatis diaktivasi oleh reflex yang
berasal dari paru. Sebagian berawal dari iritasi pada membrane epitel dari
jalan napas itu sendiri, yang dicetuskan oleh gas-gas beracun, debu, asap
rokok, atau infeksi bronchial. Reflex konstriktor bronkiolar juga sering terjadi
bila mikroemboli menyumbat arteri paru yang kecil.4,5,6

Beberapa substansi yang terbentuk dalam paru itu sendiri seringkali


sangat aktif menyebabkan konstriksi bronkiolus. Dua diantaranya yang paling
penting adalah histamine dan substansi anafilaksis yang bereaksi lambat.
Keduanya dilepaskan dalam jaringan paru oleh sel mast selama reaksi alergi,
terutama yang disebabkan oleh adanya serbuk sari dalam udara. Oleh karena
itu, kedua substansi tersebut memegang peranan penting sebagai penyebab
obstruksi saluran napas yang terjadi pada asma alergika; terutama substansi
anafilaksis yang bereaksi lambat.

Seluruh saluran napas, dari hidung sampai bronkiolus terminalis,


dipertahankan agar tetap lembab oleh lapisan mucus yang melapisi seluruh
permukaan. Mukus ini disekresikan sebagian oleh sel goblet mukosa dalam
lapisan epitel saluran napas, dan sebagian lagi oleh kelenjar submukosa kecil.
Selain untuk mempertahankan kelembaban permukaan, mucus juga
menangkap partikel-partikel kecil dari udara inspirasi dan menahannya agar
tidak sampai ke alveoli. Mukus itu sendiri dikeluarkan dari saluran napas
dengan cara sebagai berikut. Seluruh permukaan saluran napas, baik dalam
hidung maupun dalam saluran napas bagian bawah sampai bronkiolus

12
terminalis, dilapisi oleh epitel bersilia, dengan kira-kira 200 silia pada setiap
epitel. Silia ini terus menerus memukul dengan kecepatan 10-20 kali per detik.
Dengan demikian, silia dalam paru memukul kea rah atas, sedangkan silia
dalm hidung memukul kea rah bawah. Pukulan yang terus menerus ini
menyebabkan selubung mucus ini mengalir dengan lambat, pada kecepatan
beberapa millimeter per menit, kea rah faring. Kemudian mucus dan partikel-
partikel yang dijeratnya ditelan atau dibatukkan ke luar.4,5,6

6. Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping


dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)
yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam
(pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-
paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah.
Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia
dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap
bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi,
kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada dinding duktus alveolaris
mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.6

C. PATOFISIOLOGI
Setelah terjadi aspirasi benda asing, benda asing dapat tersangkut pada tiga
tempat, laring, trakea dan bronkus, 80-90 % akan tersangkut di bronkus. Pada
dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena lebih
segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih ke kiri serta ukuran
bronkus kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk
bronkus dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak,

13
frekwensi lokasi tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara bronkus
utama kiri dan kanan. Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi
saat terjadi aspirasi.1,3,6
Benda asing yang teraspirasi tanpa menimbulkan obstruksi akut, akan
menimbulkan reaksi tergantung jenisnya, organik atau anorganik. Benda asing
organik menyebabkan reaksi inflamasi mukosa yang lebih berat, dan jaringan
granulasi dapat timbul dalam beberapa jam. Disamping itu beberapa benda
organik seperti kacang-kacangan dan biji-bijian bersifat menyerap air sehingga
mengembang, yang akan menambah sumbatan, obstruksi parsial dapat berubah
menjadi total. Benda organik yang lebih kecil akan bermigrasi ke arah distal dan
menyebabkan inflamasi kronik, sering memerlukan reseksi paru untuk
menanganinya. Aspirasi benda asing anorganik, jika tidak menyebabkan
obstruksi, akan bersifat asimptomatis.1,3,8
Benda asing di bronkus dapat menyebabkan terjadinya tiga tipe obstruksi
yaitu a) obstruksi katup bebas (by pass valve obstruction), benda asing
menyebabkan sumbatan , namun udara pernafasan masih dapat keluar dan masuk,
sehingga tidak menimbulkan atelektasis atau emfisema paru. b) katup penghambat
ekspiratori atau katup satu arah (check valve obstruction), dan c) obstruksi katup
tertutup (stop valve obstruction).3,6
Benda asing yang berada di bronkus dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan perubahan patologik jaringan, sehingga menimbulkan komplikasi
antara lain bronkiektasis, pnemonitis yang berulang, abses paru dan emfisema.

D. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke


dalam saluran napas, antara lain:3,6

- Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,


tempat tinggal.
- Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain; keadaan
tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi.

14
- Faktor fisik; kelainan dan penyakit neurologik.
- Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
- Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah,
ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang
dari 4 tahun.
- Faktor kejiwaan, antara lain; emosi, gangguan psikis.
- Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
- Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut,
persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa,
makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak
yang gigi molarnya belum tumbuh.

E. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan
anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul "choking" (rasa
tercekik), gejala, tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan
pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda
asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas
indikasi diagnostik dan terapi.8
1. Anamnesis
Anamnesa yang teliti mengenai riwayat aspirasi dan gejala inisial
sangat penting dalam diagnosis aspirasi benda asing. Kecurigaan adanya
benda asing dan gejala inisial (choking) adalah dua hal yang signifikan
berhubungan dengan kasus aspirasi benda asing.2,8 Pada anak-anak kadang-
kadang episode inisial belum dapat diungkapkan dengan baik oleh anak itu
sendiri dan tidak disaksikan oleh orang tua atau pengasuhnya sehingga
gejalanya mirip dengan penyakit paru yang lain. Gejala yang sering ditemukan
pada kasus aspirasi benda asing yang telah berlangsung lama antara lain batuk,
sesak nafas, wheezing, demam dan stridor. Perlu ditanyakan juga telah berapa
lama, bentuk, ukuran dan jenis benda asing untuk mengetahui simtomatologi
dan perencanaan tindakan bronkoskopi.8

15
2. Gejala Klinis

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada


lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan
ukuran benda asing.2,3,4,6 Benda asing yang masuk melalui hidung dapat
tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang
masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar
lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam
laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala
hingga kematian sebelum diberikan pertolongan akibat sumbatan total. 3,6
Riwayat memasukkan benda asing ke dalam mulut kemudian tersedak (85%),
batuk yang paroksismal (59%), nafas berbunyi (57%) dan sumbatan jalan
nafas yang nyata (5%). Gejala lain yang muncul adalah demam, batuk
berdarah, pneumotoraks.

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan


mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu
batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa
tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan
napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala stadium
permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini karena benda asing
tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut
menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan
diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing
karena gejala dan tanda yang tidak jelas. Pada stadium ketiga, telah terjadi
gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi
terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia
dan abses paru.3,6

Pada fase pulmonum, benda asing berada di bronkus dan dapat


bergerak ke perifer. Pada fase ini udara yang masuk ke segmen paru
terganggu secara progresif, dan pada auskultasi terdengar ekspirasi

16
memanjang disertai denagn mengi. Derajat sumbatan bronkus dan gejala
yang ditimbulkannya bervariasi, tergantung pada bentuk, ukuran, dan sifat
benda asing dan dapat timbul emfisema, atelektasis, drowned lung, serta
abses paru.6

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada kasus aspirasi benda asing


sangat diperlukan. Kegawatan nafas atau sianosis memerlukan penanganan
yang segera. Pada jam-jam pertama setelah terjadinya aspirasi benda asing,
tanda yang bisa ditemukan di dada penderita adalah akibat perubahan aliran
udara di traktus trakeobronkial yang dapat dideteksi dengan stetoskop. Benda
asing di saluran nafas akan menyebabkan suara nafas melemah atau timbul
suara abnormal seperti wheezing pada satu sisi paru-paru.8

Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan tidak adanya kelainan atau


asimtomatis (40%), wheezing (40%) penurunan suara nafas pada sisi
terdapatnya benda asing (5%).7 Pada sumbatan jalan nafas yang nyata dapat
ditemukan sianosis.2

F. GEJALA KLINIK
Gejala klinis yang timbul akibat aspirasi benda asing di jalan nafas tergantung
pada ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa, lama benda asing di
jalan nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi. 1,6
Gejala aspirasi benda asing dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :
a. Fase awal yaitu saat benda asing teraspirasi, batuk-batuk hebat secara
tiba-tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, wheezing dan
obstruksi nafas, dapat juga disertai adanya sianosis terutama perioral,
kematian pada fase ini sangat tinggi
b. Fase asimptomatik yaitu interval bebas gejala terjadi karena benda
asing tersangkut pada satu tempat, dapat terjadi dari beberapa menit
sampai berbulan-bulan setelah fase pertama. Lama fase ini tergantung
lokasi benda asing, derajat obstruksi yang ditimbulkannya dan jenis

17
benda asing yang teraspirasi serta kecenderungan benda asing untuk
berubah posisi dan
c. Fase komplikasi yaitu telah terjadi komplikasi akibat benda asing,
dapat berupa pneumonia, atelektasis paru, abses dan hemoptisis.

1. Benda asing di hidung


Pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala
dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolith di sekitar benda
asing.1
Gejala yang paling sering berupa :
a. Hidung tersumbat
b. Rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau.
c. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin.

Pada pemeriksaan dapat ditemukan, sebagai berikut :

a. Edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi


ulserasi.
b. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga disangka
sinusitis. Dalam hal demikian bila akan menghisap mukopus haruslah
berhati-hati supaya benda asing itu tidak terdorong ke arah nasofaring
yang kemudian dapat masuk ke laring, trakea dan bronkus. Benda
asing, seperti busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau
busuk.1,6,7,8
2. Benda asing di orofaring dan hipofaring
Benda asing dapat tersangkut antara lain di tonsil, dasar lidah, valekula,
sinus piriformis yang menimbulkan rasa nyeri pada waktu menelan
(odinofagia), baik makanan maupun ludah, terutama bila benda asing tajam
seperti tulang ikan, tulang ayam. Untuk memeriksa dan mencari benda itu di
dasar lidah, valekula dan sinus piriformis diperlukan kaca tenggorok yang
besar. Benda asing di sinus piriformis menunjukkan tanda Jackson yaitu
terdapat akumulasi ludah di sinus piriformis tempat benda asing tersangkut.

18
Bila benda asing menyumbat introitus esofagus, makan tampak ludah
tergenang di kedua sinus piriformis.1,7,8
3. Benda asing di laring
Benda asing dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis.Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan
letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan
keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia
dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan
gejala antara lain disfonia sampai afonia, apneu dan sianosis. Sumbatan tidak
total di laring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia,
batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa
subyektif dari benda asing dan dispneu dengan derajat bervariasi. Gejala dan
tanda ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda
asing sudah turun ke trakea, tetapi masih meninggalkan rekasi laring oleh
karena edema laring.1,6,8,9

4. Benda Asing di Trakea


Benda asing pada trakea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam
bronkus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing di dalam trakea
tidak dapat dikeluarkan, karena tersangkut di dalam rimaglotis dan akhirnya
tersangkut di laring dan menimbulkan gej ala obstruksi laring.
Benda asing di saluran napas (trakeobronkial) dapat merupakan
benda asing eksogen atau endogen. Benda asing eksogen terdiri dari zat
organik seperti kacang-kacangan, tulang, dan lain-lain; dan zat anorganik
seperti peniti, jarum dan lain-lain. Benda asing endogen contohnya krusta,
mekonium dan lain-lain.6
5. Benda Asing di Bronkus
Benda asing bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena
bronkus utama kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih besar dan
membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibandingkan dengan bronkus
utama kiri. Benda asing di saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai

19
penyakit paru, baik akut maupun kronis, dan harus dianggap sebagai
diagnosa banding.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologik dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing
yang bersifat radioopak dapat dibuat Ro foto segera setelah kejadian, sedangkan
benda asing radiolusen (seperti kacang-kacangan) dibuatkan Ro foto setelah 24
jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran
radiolusen yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda atelektasis
atau emfisema.3,6,8
- Pemeriksaan radiologis leher dalam posisi tegak untuk penilaian
jaringan lunak leher dan pemeriksaan toraks postero anterior dan
lateral sangat penting pada aspirasi benda asing. Pemeriksaan toraks
lateral dilakukan dengan lengan di belakang punggung, leher dalam
fleksi dan kepala ekstensi untuk melihat keseluruhan jalan napas dari
mulut sampai karina. Karena benda asing di bronkus sering tersumbat
di orifisium bronkus utama atau lobus, pemeriksaan paru sangat
membantu diagnosis.6,8
- Kaur dkk dikutip Fitri dkk melaporkan hasil Rontgen toraks pada
aspirasi benda asing didapatkan gambaran paru normal 32%, kolaps
paru 32%, pergeseran mediastinum 20%, konsolidasi 20%, empisema
16%, dan benda asing radioopak 6%. Giannoni CM mendapatkan hasil
Rontgen toraks normal 10% - 20%, atelektasis 22%, pneumonia 20%,
benda asing radioopak 13%, pada kasus aspirasi benda asing.2
- Video Fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran
napas secara keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan
inspirasi dan adanya obstruksi parsial. Emfisema obstruktif merupakan
bukti radiologic pada benda asing di saluran napas setelah 24 jam
benda teraspirasi. Gambaran emfisema tampak sebagai pergeseran
mediastinum ke sisi paru yang sehat pada saat ekspirasi (mediastinal
shift) dan pelebaran interkostal.3,6,8

20
- Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di
perifer pada pandangan endoskopi, serta perlu untuk menilai
bronkiektasis akibat benda asing yang lama berada di bronkus.6,8
- Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui
adanya gangguan keseimbangan asam basa serta tanda infeksi traktus
trakeobronkial.3,6,8

H. PENATALAKSANAAN
Penanganan aspirasi benda asing dilakukan sesegera mungkin terutama
saat terjadi gagal napas sesuai AHA atau ERC (Gambar 6). Pertama, nilai
keefektifan batuk, bila tidak efektif maka segera nilai tingkat kesadaran anak.
Pada anak yang sadar, bagi yang berusia <1 tahun dapat dilakukan 5 kali back
blow diikuti dengan 5 kali kompresi dada, sedangkan pada anak usia >1 tahun
dapat dilakukan manuver Heimlich. Pada anak yang tidak sadar, kriteria ERC dan
AHA berbeda, yakni pada ERC yang pertama dilakukan adalah mengamankan
jalan napas, lalu diberikan 5 napas bantuan dan resusitasi jantung paru. Sedangkan
menurut AHA, lakukan resusitasi jantung paru dengan 30 kompresi dan 2 napas
bantuan.
Evakuasi benda asing dengan bronkoskopi merupakan pilihan utama.
Bronkoskopi kaku biasanya dilakukan dengan anestesi umum.1 Adanya
bronkoskopi lentur dan virtual mampu menurunkan angka penggunaan
bronkoskopi kaku, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.1
Komplikasi saat evakuasi benda asing tergantung keterampilan operator, jenis
anestesi, kondisi pasien, dan ketersediaan instrumen. Pencegahan dengan edukasi
orang tua diharapkan dapat menurunkan kejadian aspirasi.

21
Gambar 6. Algoritma penanganan aspirasi benda asing10

Prinsip umum penatalaksanaan aspirasi benda asing adalah mengeluarkan


benda asing tersebut dengan segera dalam kondisi yang paling aman dan trauma
yang minimal. Situasi yang dianggap gawat darurat adalah:12

1. Obstruksi jalan nafas akibat sumbatan total benda asing di laring atau
traktus trakeobronkial yang harus diatasi pada saat diagnosis aspirasi
benda asing ditegakkan.
2. Aspirasi benda asing organik yang cenderung menyebabkan sumbatan
traktus trakeobronkial dengan cepat karena bersifat higroskopis.

Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan menambah kesulitan


terutama pada anak. Bronkoskopi adalah suatu tindakan pemeriksaan bagian
dalam trakeobronkial secara langsung yang dapat kita gunakan untuk diagnostik
maupun terapi, seperti pada pengangkatan benda asing. Bronkoskopi harus
dilakukan dalam waktu yang cepat dan tepat untuk mengurangi resiko komplikasi,
tetapi tidak harus dilakukan dengan terburu-buru tanpa persiapan yang baik dan
hati-hati.12

Tindakan baru dilakukan bila persiapan sudah lengkap dan anggota tim
sudah siap. Bronkoskopi dengan bronkoskop kaku merupakan pilihan utama untuk
mengeluarkan benda asing di traktus trakeobronkial terlebih-lebih pada anak-anak
karena dapat mengontrol pernafasan selama tindakan. Keunggulan bronkoskop
kaku diantaranya mempunyai variasi ukuran yang banyak, ujung/bibir skop dapat
digunakan untuk melindungi mukosa dari benda asing yang tajam/ runcing pada

22
saat ekstraksi, dapat digunakan untuk merubah posisi dan melepaskan benda asing
dari jaringan, dan dapat membantu cunam agar dapat memegang benda asing
dengan baik.8 Bronkoskopi kaku dilaksanakan dalam anastesi umum agar anak
dapat dikondisikan dalam keaadaan tidak aktif.12

Bronkoskop fleksibel digunakan untuk kasus-kasus tertentu pada anak


yang sudah besar atau orang dewasa di mana benda asing tersangkut jauh ke distal
dan sulit dicapai dengan bronkoskop kaku, pasien dengan kesulitan ekstensi
kepala, gangguan ventilasi mekanis, pasien dengan trauma atau fraktur rahang,
leher atau kepala. Kerugian penggunaan bronkoskop fleksibel adalah kesulitan
mengontrol pernafasan secara adekuat, membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk ekstraksi dan terbatasnya jenis cunam yang sesuai dengan benda asing.13

Pemberian steroid dan antibiotika pre operatif dapat mengurangi


komplikasi seperti edema jalan nafas dan infeksi. Antibiotik dan steroid tidak
rutin diberikan sebelum tindakan bronkoskopi, hanya pada kasus yang terlambat
dalam diagnosisnya dan pada benda asing organik.12

I. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma
tindakan bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara
lain sesak nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung. Gangguan ventilasi
ditandai dengan adanya sianosis. Komplikasi kronis antara lain pneumonia, dapat
berlanjut dengan pembentukan kavitas dan abses paru, bronkiektasis, fistel
bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau polip akibat inflamasi pada
mukosa tempat tersangkutnya benda asing. Dapat juga terjadi
pneumomediastinum, pneumotoraks. Keterlambatan diagnosis aspirasi benda
asing yang berlangsung lebih dari 3 hari akan menambah komplikasi seperti
emfisema obstruktif, pergeseran mediastinum, pneumonia dan atelektasis.10

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA., Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung


Tenggorok Kepala & Leher. Ed 7. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2017.
2. Highler PA, Boies LR, Adams GL. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 455-462.
3. Chew HS, Kiaang HK. Airway Foreign Body in Children. Department of
Otorhinolaryngology Tan Tock Seng Hospital Singapore City, Department of
Otolaryngology Women’s and Children’s Hospital Singapore City.
International Journal Of Clinical Medicine. 2012
4. Akbudak IH, Mete A. Functional Anatomy And Physiology Of Airway.
5. Openstax College. Anatomy And Physiology. The Respiratoy System. Rice
University Of Houston. 2013. Page 982-994.
6. Maqbool M, Suhail M. Textbook of Ear Nose and Throat. Disease. Ed 11.
Jaypay Brother. Page 178-354.
7. Rinagwaho A. Ear Nose Throat Clinical Treatment Guidelines. Ministry Of
Health Republic of Rwanda. September 2012. Page 12-14, 45-48
8. Gawarle SH, Jondhale M, Keche P. Ear Nose Throat Foreign Bodies:
Experience In The Tribal Population. International Journal Of
Otorhinolaryngologhy And Head And Neck Surgery. 2016.
9. Awad AH, Eltaher M. ENT Foreign Bodies: An Experience. Department Of
Otorhinolaryngologhy Faculty Of Medicine Sohag University, Egypt. 2018.
10. Suganda, PU. Aspirasi Benda Asing pada Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Bali. 2018
11. Saragih, A.R., dan Aliandri, 2007. Benda Asing Kacang di Trakea. Majalah
Kedokteran Nusantara, 40(1): 74-80.
12. Srppnath J, Mhendrakar . 2002. Management of Trachea-Bronchial Foreign
Bodies. Indian Journal of Otolaryngology and Head and Neck Surgery. India
vol 54 (2).

24
13. Salih, alaadin m dkk. 201. Airway foreign bodies: A critical review for a
common pediatric emergency. World J Emmerg Med Vol 7 (1).

25

Anda mungkin juga menyukai