CR Rifai Tifoid
CR Rifai Tifoid
I. ANAMNESIS
Alloanamnesis (dari ayah pasien)09 Juni 2013
a. Identitas
Nama penderita : An. RA
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 12 tahun
BB : 28 kg
Agama : Islam
Suku : Palembang
Alamat : Jalan Purnawirawan Gang swadaya, Gunung
Terang, Bandar Lampung
Nama Ayah : Tn. AA
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Sopir
Pendidikan : SMP
Nama Ibu : Ny. Y
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
b. Riwayat Penyakit
Keluhan utama :Demam
Keluhan tambahan : Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit os mengalami demam tinggi. Demam
naik turun dan dirasakan lebih tinggi terutama pada malam hari. Demam disertai
batuk berdahak, mual, muntah, sakit disaat menelan, menggigil,dan badan terasa
pegal-pegal. Demam tanpa disertai kejang. Selain itu ibu os juga mengeluh os
sulit BAB dan tidak nafsu makan. Sesak napas disangkal oleh ibu os.Karena
keluhan tersebut 1 hari sebelum masuk Rumah Sakitos dibawa kepuskesmas dan
diberi obat penurun panas namun tidak ada perbaikan. Malam hari sebelum masuk
rumah sakit os dibawa berobat kedokter dan dirujukke RSAM Bandar Lampung
untuk rawat inap.
Riwayat Persalinan
Bayi lahir cukup bulan, lahir spontan, bayi lahir langsung menangis. Berat badan
lahir 2700 gram, panjang badan 51 cm.
Riwayat Makanan
1. Usia 0-6 bulan : ASI. Frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis dan
tampak kehausan.
2. Usia 6-9 bulan : ASI dan Nasi saring
3. 9-12 bulan : nasi timdisertai dengan sayuran, lauk pauk serta buah-
buahan
4. Usia 1 tahun - sekarang : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengansayur
bervariasi dan lauk pauk, dan diselingi dengan buah-buahan, sesuai
makanan keluarga
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup
Riwayat Imunisasi
BCG : 1X, umur 1 bulan
Polio : 3X, umur 2,3,4 bulan
DPT : 3X, umur 2,3,4 bulan
Campak : 1X umur 9 bulan
Hepatitis B : 3x, umur 0,1,6 bulan
Kesan : Lengkap sesuai umur
b. Status Generalis
Kelainan Mukosa Kulit/Subkutan Yang Menyeluruh
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Oedem : (-)
Turgor : Baik
Pembesaran KGB : (-)
KEPALA
Muka : Simetris
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut, pertumbuhan merata
Ubun-ubun besar : Sudah tertutup.
Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),sklera ikterik
(-/-), reflek cahaya (+/+)
Telinga : Bentuk normal, simetris, liang lapang, serumen (-/-)
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping
hidung(-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), Thypoid tongue (+)
LEHER
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak membesar
THORAKS
Bentuk : Simetris, retraksi (-)
Retraksi suprasternal : (-)
Retraksi suprasternal : (-)
Retraksi suprasternal : (-)
JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung kesan tidak membesar
Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra
Batas kanan sela iga IV garis parasternal dextra
Batas kiri sela iga IV garis midklavikula kiri
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
PARU
ANTERIOR POSTERIOR
KIRI KANAN KIRI KANAN
Inspeksi Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
pernafasan pernafasan simetris pernafasan pernafasan
simetris simetris simetris
Palpasi Fremitus taktil Fremitus taktil Fremitus taktil = Fremitus taktil
= kanan = kiri kanan = kiri
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Suara nafas Suara nafas Suara nafas Suara nafas
Vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler
Ronkhi (-) Ronkhi (-) Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-) Wheezing (-) Wheezing (-)
ABDOMEN
Inspeksi :Datar
Palpasi :Nyeri tekan epigastrium(+), hepatomegali(-),turgorkembali cepat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
GENITALIA EXTERNA
Kelamin : Laki-laki, tidak ada kelainan
EKSTREMITAS
Superior : Oedem (-/-),sianosis (-), akral dingin -/-
Inferior : Oedem (-/-),sianosis (-), akral dingin -/-, nyeri sendi +/+
c. Status Neurologis
A. Motorik
Penilaian Superior ka / ki Inferior ka / ki
Kekuatan 5/ 5 5/ 5
Gerakan normal/normal normal/normal
Tonus normotonus/ normotonus normotonus/ normotonus
Klonus -/- -/-
Atropi eutropi / eutropi eutropi / eutropi
Kesan motorik :normal
Reflek Fisiologis : R. Biseps : (+/+)
R. Triseps : (+/+)
R. Patella : (+/+)
R. Archilles : (+/+)
Reflek Patologis : R. Babinsky :(-/-)
R. Chaddock :(-/-)
R. Oppeinheim :(-/-)
B. Sensorik
C. Rangsang meningeal
Kaku kuduk :(-)
Brudzinsky I : ( - )
Brudzinsky II : ( - )
Kernig sign : (-)
D. Otonom
Miksi : normal
Defekasi : normal
Salivasi : normal
Urin Rutin
Tidak diperiksa
Feces Rutin
Tidak diperiksa
RESUME
Seorang anak laki-laki umur 12 tahun, berat badan 28 Kg datang dengan keluhan
sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit os mengalami demam tinggi. Demam
naik turun dan dirasakan lebih tinggi terutama pada malam hari. Demam disertai
batuk berdahak, mual, muntah, sakit disaat menelan, menggigil,dan badan terasa
pegal-pegal. Demam tanpa disertai kejang. Selain itu ibu os juga mengeluh os
sulit BAB dan tidak nafsu makan. Sesak napas disangkal oleh ibu os. Karena
keluhan tersebut 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit os dibawa kepuskesmas dan
diberi obat penurun panas namun tidak ada perbaikan. Malam hari sebelum masuk
rumah sakit os dibawa berobat kedokter dan dirujukke RSAM Bandar Lampung
untuk rawat inap. Riwayat penyakit sebelumnya os pernah sakit asma. Riwayat
keluarga yang mengalami sakit seperti tidak ada.Pada pemeriksaan fisik diperoleh
keadaan umum tampak sakit sedang, komposmentis dangizi kesan baik.
PemeriksaanTanda Vital: N: 123x/menit, RR: 28x/menit, = 39°C, Pemeriksaan
fisik didapatkan thypoid tongue dan nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 12,5 gr/dl% leukosit 8.000/uL.Uji serologi widal
:Typhi H antigen positif 1/320, Typhi O antigen positif 1/320, Paratyphi A-O
antigen positif 1/320, Paratyphi B-O antigen positif 1/320.
IV. DiagnosisBanding
Demam Typhoid
Malaria
Demam Denngue
V. Diagnosis kerja
Demam Thypoid
VI. Penatalaksanaan
Terapi
1. IVFD RL XII gtt.
2. Paracetamol 3x 1/2 tab
3. Ceftriaxon inj1gr/12jam
VII. Prognosis
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : ad bonam
VII. FOLLOW UP
Dari pemaparan status pasien di atas, apakah penegakan diagnosa kasus tersebut
sudah tepat?
Namun dari hasil pemeriksaan darah rutin tidak menghasilkan leukopeni ataupun
trombositopeni.
Jika hanya mengandalkan dari hasil tes Widal tersebut, maka diagnosis ini belum
dapat 100% dipastikan demam typhoid. Karena pemeriksaan Widal seharusnya
tidak dilakukan sekali saja tetapi diperlukan 2 spesimen dengan interval 7-10 hari
setelah pemeriksaan Widal pertama. Bila terdapat kenaikan 4 kali terutama
aglutinin O, bermakna penting untuk nilai diagnostik demam tifoid.
Tes Widal merupakan suatu metode serologi yang memeriksa antibodi dengan
metode aglutinasi terhadap aglutinin somatik (O), dan aglutinin flagel (H). Pada
umumnya peningkatan titer anti O terjadi pada minggu pertama yaitu pada hari ke
6-8. Interprtasi hasil pemeriksaan Widal harus dilakukan secara hati-hati karena
deteksi anti O dan anti H di dalam serum tidak selalu menunjukkan adanya infeksi
S.typhi.
Pemeriksaan baku emas untuk menegakkan diagnosis demam typhoid sampai saat
ini adalah biakan empedu. Biakan dari aspirasi sumsum tulang memiliki
sensitivitas tertinggi (90%), sayangnya prosedur ini sangat invasif, sehingga tidak
dapat dilakukan rutin dalam praktek sehari-hari.
Terapi cairan yang diberikan pasien ini dengan menggunakan ringer laktat.
Pemberian RL kurang sesuai karena RL merupakan cairan resusitasi yang hanya
terdiri dari elektrolit sehingga jika hanya diberikan RL saja tidak mencukupi
untuk kebutuhan kalori.
Pada kasus ini sebaiknya diberikan cairan N4 D5. D5 ¼ NS terdiri dari glukosa 55
gram, NaCl 2,25 gram. D5 ¼ NS pada kasus ini digunakan untuk menambah
kalori dan mengembalikan keseimbangan elektrolit (maintenance).
Terapi pemberian paracetamol pada pasien untuk mengatasi demam sudah sesuai,
paracetamol diberikan selama pasien mengalami demam yaitu dengan dosis 10-
15mg/kgBB/kali dapat diulang 4-6 jam. Dengan BB 28 Kg maka paracetamol
yang dapat diberikan 280-420 mg/kali pemberian. Pada pasien ini diberikan
paracetamol tab 3 x ½ saat di IGD, setelah di rawat inap diberikan 3x ½ tablet.
Ceftriaxon dapat diberikan sebagai lini kedua pengobatan pada penderita demam
tifoid. Dosis yang diberikan adalah 50-80mg/kgBB/hari.dosis tunggal selama 10-
14 hari. Diindikasikan untuk kasus-kasus demam tifoid yang berat (dengan
komplikasi) dan perlu perawatan dirumah sakit.
Pengobatan lini pertama demam tifoid adalah kloramfenikol dengan dosis 100
mg/kgBB/hari dibagi 4 kali pemberian selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari
bebas demam.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan
terutama oleh Salmonella typhi dan menular melalui jalur fekal-oral.
Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan
bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan
invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari
hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyer’s patch.
B. Epidemiologi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
Pada anak, periode inkubasi demam tifoid yaitu antara 5-40 hari dengan
rata-rata antara 10-14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi,
mulai dari ringan hingga berat, yang disebabkan oleh faktor galur
Salmonella, status nutrsi dan imunologis pejamu, serta lama sakit di
rumahnya.
Semua penderita penyakit ini selalu menderita demam pada awal penyakit.
Gejala penyerta lain yaitu malaise, nyeri kepala, anoreksia, nausea,
mialgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Gejala gastrointestinal sangat
bervariasi, pasien dapat mengeluh diare, obstipasi, atau obstipasi
kemudian disusul episode diare. Pada sebagian besar pasien lidah tampak
kotor dengan putih di tengah sedangkan tepi dan ujungnya kemerahan.
Rose spot, yaitu ruam makulopapular berwarna merah berukuran 1-5 mm,
sering dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung
ada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
F. Diagnosis Banding
Diagnosis banding demam tifoid pada stadium dini yaitu sebagai berikut :
ISK
Malaria
Gastroenteritis
Sedangkan diagnsis demam tifoid pada stadium berat adalah :
Sepsis
Leukimia
Limfoma
G. Diagnosis
Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil
negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya
tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil biakan meliputi (1) jumlah darah yang diambil; (2)
perbandingan volume darah dari media empedu; dan (3) waktu
pengambilan darah.
Uji Widal
Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin
dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran
berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang
ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi.
Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi
menunjukkan titer antibodi dalam serum.
TES TUBEX®
Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif
yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan
menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan
sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen
O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada
Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis
infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan
tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
K. Pencegahan
Oleh:
Preceptor :