Anda di halaman 1dari 16

ISBN: 978-979-8636-19-6

POTENSI SUMBERDAYA AIR UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK


MIKROHIDRO WILAYAH PERBATASAN KALIMANTAN BARAT

Yuliana Susilowati1, Bambang Edhi Leksono 2, dan Eko Harsono 3

1
Pusat Penelitian Goteknologi LIPI
Kompleks LIPI, Gd 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135
2
Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika,
Fakultas Ilmu dan Teknik Kebumian, ITB.
3
Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Cibinong.
Email: yuliana@geotek.lipi.go.id dan yuliysl@yahoo.com

Abstrak
Pengembangan kawasan perbatasan merupakan upaya untuk mewujudkan hak kedaulatan NKRI
sebagai sebuah negara yang merdeka. Hingga saat ini kondisi perekonomian sebagian besar
wilayah di kawasan perbatasan masih relatif tertinggal jika dibandingkan dengan pembangunan di
wilayah lain dan terjadi kesenjangan dengan negara tetangga. Kondisi ini pada umumnya
disebabkan oleh masih terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi seperti
perhubungan, telekomunikasi, permukiman, perdagangan, listrik, air bersih, pendidikan, dan
kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan data potensi sumberdaya air untuk
pembangkit listrik di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat. Parameter yang diperlukan untuk
mengukur potensi pembangkit listrik adalah sumber air yang selalu mengalir sepanjang tahun
(debit) dan adanya tinggi jatuhan air (head). Sumberdaya air yang melimpah di wilayah
perbatasan Kalimantan Barat memiliki potensi yang sangat tinggi untuk pembangkit listrik dan
diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan listrik di wilayah ini.
Kata kunci: potensi, sumberdaya air, pembangkit listrik, wilayah perbatasan.

Abstract
Development of the country border area is an effort to realize the sovereign right of the Republic
of Indonesia as an independent country. The socio-economic condition in the Indonesian country
border area is relatively low when compared to the other area and has a significant gap with the
neighboring countries. This condition is generally caused by the limited availability of
infrastructures such as transport, telecommunications, housing, trade, electricity, clean water,
education, and health. This research aims to identify the potential water resources for the
electrical power plant in the border region of West Kalimantan. Parameters required to quantify
the potential electrical power plants are sources of water that always flows all the year (Baseflow
Water Debit) and the height difference between inlet and outlet of water flow (Head). Water

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 137
ISBN: 978-979-8636-19-6

resources in the area are very abundant and have a very high potential for electrical power plant.
This resource is very promising for the electricity suply in this region.
Keywords: water resources, electrical power plant, country border region.

PENDAHULUAN
Kawasan perbatasan Kalimantan Barat (Kalbar) dengan Serawak-Malaysia membentang
dari timur ke barat sepanjang 966 kilometer (km), meliputi lima kabupaten: Kapuas Hulu,
Bengkayang, Sintang, Sanggau dan Sambas, mencakup 17 kecamatan dan 116 desa. Hampir
semua kawasan perbatasan adalah daerah tertinggal, dengan keterbatasan sarana permukiman,
perhubungan, perdagangan, air bersih, listrik, telekomunikasi, pendidikan dan kesehatan. Hal ini
mengakibatkan minimnya kegiatan investasi, rendahnya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya
alam, rendahnya penciptaan lapangan pekerjaan, sulit berkembangnya pusat pertumbuhan,
keterisolasian wilayah, tingginya biaya hidup, serta rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan
ketergantungan masyarakat terhadap pelayanan sosial ekonomi dari negara tetangga.
Provinsi Kalimantan Barat mempunyai luas 146.807 km2, merupakan provinsi terbesar
keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Jumlah penduduk di provinsi
ini 3.722.172 jiwa dengan kepadatan rata-rata 25,8 jiwa/km2. Posisi geografis Kalimantan Barat
terletak pada 2o 08’ LU—3o 05’LS dan 108o 30’ - 114o BT. Batas wilayah di sisi barat adalah Laut
Natuna dan Selat Karimata, di sisi timur adalah Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi
Kalimantan Timur, di sisi selatan adalah Laut Jawa, di sisi utara adalah Malaysia. Temperatur rata-
rata adalah 20o-35oC dan curah hujan berkisar 3.000 mm/tahun. Topografi Kalimantan Barat relatif
datar, dicirikan dengan adanya sebagian daerah bergunung di bagian utara dan menjadi semakin
mendatar ke arah selatan, pada daerah itu terdapat banyak rawa-rawa. Dataran rawa pantai
membentang dari Tanjung Datu di utara hingga Kendawangan di selatan.
Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan
Sarawak (Malaysia) dengan garis perbatasan sepanjang ±966 km yang terbentang di 14 kecamatan
dan 98 desa yang terbentang antara Kabupaten Sambas sampai dengan Kabupaten Kapuas Hulu.
Pada tahun 2010, sebanyak 38,83% penduduk Kalimantan Barat atau 1,71 juta orang tinggal di
kabupaten perbatasan. Terdapat 50 jalan setapak di wilayah perbatasan yang menghubungkan 55
desa di Kalimantan Barat dengan 32 kampung di Sarawak.
Provinsi Kalimantan Barat adalah provinsi “Seribu Sungai” yang memiliki keajaiban alam
berupa Sungai Kapuas. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang
1143 km, melewati tujuh kabupaten dan kota, mulai dari Kapuas Hulu bermuara di Kabupaten
Pontianak-Kabupaten Kubu Raya. Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi sangat besar untuk
Pembangkit Listrik Mini/Mikro Hidro (PLTM/PLTMH), bahkan terbesar di Indonesia disusul
oleh wilayah Sumatera Barat, Bengkulu dan Sulawesi Selatan. Sumberdaya air yang melimpah di
wilayah ini berpotensi sebagai pembangkit listrik, dan diharapkan dapat digunakan sebagai
alternatif pemenuhan kebutuhan listrik di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan data potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik di wilayah Perbatasan Kalbar.

138 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6

Masih terdapat kesenjangan kesejahteraan antara masyarakat perbatasan Kalimantan Barat


dengan Sarawak. Hal ini tercermin dari fasilitas atau infrastruktur yang sangat kontras. Enam
puluh tujuh (67) desa (58%) belum teraliri listrik PLN. Hanya 49 desa yang memiliki jaringan
listrik PLN, dan itupun belum mencakup semua kepala keluarga. Dari 36.612 keluarga yang
menghuni 49 desa tersebut, hanya 14.757 keluarga yang menikmati listrik dari PLN dan 1.831
keluarga mengusahakan sendiri listrik dengan menggunakan genset atau memanfaatkan bantuan
pembangkit listrik tenaga surya. Rasio elektrifikasi di Kalbar adalah sekitar 46,57%, yang berarti
sekitar 53,43% warga Kalimantan Barat belum menikmati listrik PLN.

METODE
Cara paling mudah untuk mendapatkan energi listrik dari aliran air adalah menggunakan
baling-baling atau kincir air. Kecepatan aliran air dari tempat yang tinggi dimanfaatkan untuk
menggerakan baling-baling dan mengubah energi aliran menjadi energi gerak untuk menggerakan
generator dan menghasilkan listrik (Gambar 1).

Gambar 1. Layout sistem PLTMH, rumah pembangkit, sistem turbin dan generator

Kriteria kelayakan teknis PLTMH adalah standar minimum lokasi potensi pembangkit
listrik, dengan kondisi alami hidrologi sebagai berikut :
a. Terdapat aliran air di sungai (on stream) dan/atau saluran. Aliran di sungai atau saluran
tersebut mempunyai debit yang mencukupi debit desain turbin.
b. Ketersediaan aliran air sungai dan atau saluran sepanjang tahun baik musim hujan maupun
kering, maksimal 3-4 bulan kering dalam 1 tahun dan bulan-bulan lainnya dalam keadaan
basah. Bulan kering adalah musim kemarau yang sama sekali tidak ada atau sangat sedikit
turun hujan, sedangkan bulan basah adalah musim penghujan yang banyak turun hujan atau
terdapat hujan lebat pada bulan tersebut.
Survei data teknis hidrologi dilakukan untuk mendapatkan informasi apakah kondisi alam
di sekitar lokasi memiliki daya dukung untuk operasi mesin PLTMH, meliputi:
a. Debit aliran di sungai dan atau saluran di lokasi PLTMH yang akan dibangun.

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 139
ISBN: 978-979-8636-19-6

b. Pengukuran dan survai data aliran secara langsung dengan penentuan debit, head, sifat, kondisi
aliran dan pengambilan contoh sedimen.
c. Hasil pencatatan data curah hujan dan sebarannya di sekitar daerah tangkapan air.
d. Analisis debit banjir, debit minimum, posisi bangunan utama, saluran dan bangunan lainnya
serta rumah pembangkit yang aman terhadap debit banjir.
Parameter yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan PLTMH yaitu:
a. Debit andalan sebagai dasar perencanaan bangunan dan penentuan jenis turbin.
b. Debit banjir sebagai dasar rencana bangunan utama dan parameter keamanan seluruh bangunan
pembangkit listrik tenaga air.
c. Studi konservasi daerah tangkapan air (catchment area) yang berpengaruh pada stabilitas debit
andalan.
d. Analisis keseimbangan air (water balance) dalam penggunaan air di luar pembangkit listrik.
Kriteria pemilihan lokasi PLTMH adalah pada sungai atau saluran dengan karakteristik:
a. Terjamin ketersediaan airnya.
b. Aliran relatif stabil atau variasi perbedaan debit cukup kecil.
c. Banjir terbesar yang pernah terjadi tidak berpotensi merusak bangunan pembangkit listrik
tenaga mikrohidro (PLTMH) dan semua komponennya.
d. Pengaruh aliran terhadap pengikisan sungai atau saluran dapat diminimalisir.
e. Lokasi saluran pembuang tidak menimbulkan dampak merugikan.

140 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6

Gambar 2. Tahap Pelaksanaan Analisis Hidrologi

Prosedur prediksi dan perhitungan untuk pemilihan potensi sumberdaya air untuk
pembangkit listrik dilakukan seperti Gambar 2. Penghitungan debit andalan dapat dilakukan
berdasarkan data debit hasil pencatatan pos duga muka air dan atau penghitungan data curah
hujan. Apabila tersedia data debit secara lengkap baik dalam satuan waktu harian maupun satuan
waktu bulanan yang tercatat selama setidaknya 10 tahun, maka dapat langsung dilakukan analisis
debit andalan. Apabila data debit tidak tersedia atau tidak lengkap, maka analisis debit dapat
dilakukan dengan cara perhitungan berdasarkan data curah hujan.
Perhitungan data debit dari data curah hujan dapat dilakukan melalui cara berikut:
a. Lokasi PLTMH dipilih pada daerah tangkapan air dengan simpanan air cukup. Hal ini bisa
diperhitungkan berdasarkan simpanan air di daerah hulu tangkapan air berdasarkan curah hujan
yang terjadi di daerah tangkapan air tersebut.
b. Bila daerah tangkapan air tidak memiliki data curah hujan yang lengkap, maka perhitungan
dapat dilakukan berdasarkan data curah hujan rata-rata.

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 141
ISBN: 978-979-8636-19-6

c. Perhitungan debit lebih akurat bila dapat menyertakan data curah hujan di sekikar daerah
tangkapan air selain data curah hujan di daerah tangkapan bersangkutan.
d. Perhitungan debit juga dapat memanfaatkan fasilitas informasi hidrologi, untuk efisiensi biaya
pelaksanaan survei.
Hasil pengukuran curah hujan yang diperoleh dari setiap alat pengukur hujan adalah data
hujan lokal, sedangkan untuk keperluan analisis debit diperlukan data hujan daerah tangkapan air.
Setidaknya diperlukan 1 stasiun pencatat hujan terdekat sebagai acuan dalam perhitungan data
curah hujan. Apabila tidak terdapat juga 1 stasiun terdekat, maka dapat mengacu pada daerah
tangkapan air terdekat yang memiliki data debit, data hujan atau hasil analisis debit lengkap.
Dalam hal ini dapat digunakan metode acuan dengan menggunakan cara perbandingan luas daerah
tangkapan air.
Perhitungan debit pada daerah tangkapan air yang memiliki minimal 3 stasiun curah hujan
dan tersebar di sekeliling daerah tangkapan dapat dilakukan menggunakan metode poligon
Thiessen (Gambar 3). Cara tersebut memperhitungkan luas daerah yang diwakili stasiun sebagai
faktor koreksi. Poligon didapatkan dengan cara berikut:

 Semua stasiun yang terdapat di dalam atau di luar daerah tangkapan air dihubungkan dengan
garis, sehingga terbentuk jaringan segitiga.
 Setiap segitiga ditarik garis sumbunya membentuk poligon.
 Luas daerah yang dibatasi garis poligon adalah luas daerah tangkapan air dan data curah
hujannya diwakili salah satu stasiun yang ada di poligon tersebut.
 Luas relatif daerah ini dengan luas daerah tangkapan air merupakan faktor koreksinya.
Selanjutnya, data hasil survey potensi air dihitung untuk mengetahui besarnya daya yang
dapat dibangkitkan menggunakan persamaan berikut (Gambar 4) (Subekti dan Susatyo, 2011):
P = ρ .g . Q . Heff
dimana: P = daya terbangkitkan (Watt)
ρ = massa jenis air = 1000 kg/m3
g = gravitasi = 9,81 m2/s
Q = debit (m3/s)
Heff = tinggi efektif (m)

Gambar 3. Daerah tangkapan air dan Poligon Thiessen daerah tangkapan air

142 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6

Gambar 4. Contoh perhitungan potensi daya listrik terbangkitkan

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI


Indonesia memiliki banyak sekali potensi aliran energi air yang bisa dimanfaatkan sebagai
sumber energi listrik. Potensi tenaga air PLTA skala besar Indonesia diperkirakan 75,67 GW,
94%. Sebesar 4,20 GW sudah dimanfaatkan dan sebagian besar berada di Pulau Jawa. Potensi
tenaga air skala kecil (PLTM/PLTMH antara 200-10.000 KW) Indonesia diperkirakan 0,45 GW.
Sebesar 0,084 GW telah dimanfaatkan dari 12% dari total potensi yang ada (Pusat Data dan
Informasi-Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007). Penyebaran potensi
PLTM/PLTMH di Indonesia (Gambar 5), memperlihatkan Provinsi Kalimantan Barat sebagai
wilayah yang memiliki potensi PLTM/PLTMH paling tinggi (total potensi >40MW), disusul
Sumatera Barat, Bengkulu dan Sulawesi Selatan (total potensi 30-40 MW) (Sugiyono, 2009).

Gambar 5. Penyebaran potensi tenaga air untuk PLTM dan PLTMH di seluruh wilayah di Indonesia
(Sugiyono, 2009)

Potensi sumber energi di Propinsi Kalimantan Barat terdiri dari batubara, tenaga air dan
gambut. Diperkirakan bahwa potensi batubara sebesar 180 juta ton yang tersebar di berbagai
tempat. Disamping itu, potensi tenaga air yang dapat dikembangkan di Kalimantan Barat,
khususnya pada aliran Sungai Kapuas adalah PLTA Nanga. Pinoh sebesar 138 MW, PLTA Pade

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 143
ISBN: 978-979-8636-19-6

Kembayung 40 MW, PLTA Sibat 21 MW. Pada peta potensi energi nasional Kalimantan Barat
(Gambar 6), terdapat beberapa potensi PLTA yaitu; Kapuas4 sebesar 490 MW, Kapuas5 sebesar
124 MW, Kapuas6 sebesar 124 MW, Kapuas7 sebesar 433 MW, Kapuas8 sebesar 314 MW dan
Melawi9 sebesar 624 MW (Pusat Data dan Informasi-Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, 2007).
Sungai Kapuas adalah sungai terpanjang di Indonesia (1143 km) dengan DAS Kapuas yang
mencakup kawasan lebih dari 10 juta hektare. Sumberdaya air Sungai Kapuas selain dapat
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik juga dapat dimanfaatkan untuk irigasi, transporta dan
berbagai aktivitas sosial ekonomi lainnya. Di Kalimantan Barat, terdapat 38 daerah aliran sungai
(DAS/Sub DAS), 14 satuan wilayah sungai (SWS) dan ribuan anak-anak sungai, serta terdapat 3
DAS yang bermuara di laut dan menjadi urat nadi kehidupan serta pembangunan provinsi
Kalimantan Barat. Ketiga DAS yang dimaksud adalah 1) DAS Kapuas, yang membentang dari
Kapuas Hulu Kabupaten sampai ke Kota Pontianak, melintasi 5 kabupaten lainnya (Sintang
Kabupaten, Melawi Kabupaten, Sekadau Kabupaten, Sanggau Kabupaten, Landak Kabupaten and
Pontianak Kabupaten), 2) DAS Sambas membentang di Kabupaten Sambas, dan 3) DAS Pawan
berada di Kabupaten Ketapang.

Gambar 6. Potensi pembangkit listrik tenaga air Kalimantan Barat


(sumber: Pusat Data dan Informasi-Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007)

Kondisi topografi DAS Kapuas (Gambar 7) relatif datar, berbukit-bukit di bagian utara dan
semakin mendatar ke arah selatan, ketinggian 0-2.000 m di atas permukaan laut, serta kemiringan
antara 15%-45%. Daerah paling hulu areal ini merupakan bagian dari Pegunungan Muller dan

144 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6

Kapuas Hulu. Luas areal DAS Kapuas dan Sub DAS Kapuas mencapai 10,040,646 ha atau
69,32% dari total luas areal seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Sistem Geologi DAS
Kapuas, memiliki bentangan wilayah perhuluan mulai dari Pengunungan Kapuas Tengah sampai
Pegunungan Schwaneer. Kawasannya berbentuk dataran gelombang, rawa, bergambut,
perbukitan, tertutup hutan lebat, dibentuk dari batuan tua, sistem tanah dan pengendapan
didominasi alluvial, gambut, serta podsolik merah kuning dengan potensi deposit tinggi setengah
jadi.
DAS Kapuas termasuk daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Besarnya curah hujan
bervariasi antara 3300-4700 mm per tahun, dengan rata-rata sebesar 4100 mm. Demikian pula bila
dilihat dari pola rata-rata bulanan juga menunjukkan bahwa DAS Kapuas merupakan daerah yang
relatif basah sepanjang tahun. Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan November dan Desember.
Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret, yaitu sekitar 300 mm per tahun. Suhu
udara rata-rata bulanan berkisar antara 26-27 0C, dengan evapotranspirasi potensial sebesar 1720
mm per tahun. Pola aliran sungai di DAS Kapuas menunjukkan kesesuaian dengan distribusi curah
hujan. Sistem Hidrologi DAS Kapuas, memiliki karakteristik dengan bulan basah antara 9-12
bulan, bulan kering terjadi pada bulan Juli sampai Agustus dengan debit aliran sungai yang relatif
stabil.

Gambar 7. Terrain dan topografi wilayah Kalimantan Barat


(sumber: Map Data@2013 Google.MapIt, Tele Atlas)

Sumber mata air Sungai Kapuas berada di daerah perhuluan, pada empat kawasan
pegunungan dan tiga taman nasional yaitu: Pegunungan Schwaneer (sub DAS Melawi, sebagian S.
Sepauk, Sekadau, Pawan Hulu), Pegunungan Muller (sub DAS Manday), Pegunungan Kapuas
Hulu (S. Ambaloh, S. Kapuas Hulu, Danau Sentarum). Pegunungan Kapuas Tengah (S. Ketungau,
S. Sekayam, sebagian S. Sepauk). Wilayah perhuluan DAS Kapuas dijadikan kawasan resapan air

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 145
ISBN: 978-979-8636-19-6

dan merupakan kantung serta penentu keberadaan Provinsi Kalimantan Barat dan kawasan lainnya
yang bermuara di DAS Kapuas.
Siklus hidrologi dan terpeliharanya daerah aliran sungai (DAS) adalah aspek penting dalam
studi potensi sumberdaya air untuk pembangkit listrik. Perlu diperhatikan berbagai aspek
kehidupan, terutama lingkungan sekitar yaitu masyarakat yang berhubungan langsung dengan
aliran air. Kondisi hidrologi, meliputi potensi debit dan curah hujan termasuk perubahan iklim,
menjadi parameter rujukan yang diperlukan. Kondisi hidrologi secara alami sangat mempengaruhi
skema pembangunan sistem pembangkit listrik yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
lokasi dan memastikan kelayakan pembangunan pembangkit listrik yang direncanakan.
Pemilihan lokasi pembangkit listrik berdasarkan perhitungan potensi hidrologi, diperlukan
untuk mendapatkan daya dukung potensi pembangkit listrik yang paling optimal dengan biaya
pembangunan dan pengelolaan yang paling efisien. Data dan informasi yang diperlukan dalam
studi kelayakan hidrologi untuk pembangunan pembangkit listrik mencakup survai teknis kondisi
aliran meliputi topografi daerah dan analisis daerah tangkapan air yang mendapatkan limpahan
aliran, curah hujan dalam kurun waktu tertentu, dalam mendukung rencana pembangunan
pembangkit listrik sehingga menghasilkan daya terbangkit sesuai rencana tersebut
Kondisi hidrologi yang kurang layak dapat berakibat berkurangnya debit aliran dan
mempengaruhi efisiensi serta daya yang dihasilkan. Kondisi hidrologi seperti curah hujan dengan
fluktuasi tinggi serta potensi perubahan iklim dapat berdampak pada peningkatan biaya dalam
pembangunan dan pengeloaan pembangkit listrik yang direncanakan. Faktor utama yang menjadi
persoalan adalah semakin meningkatnya pembukaan lahan baru untuk tegalan dan kebutuhan lain
di sekitar areal pembangunan pembangkit listrik terutama di areal konservasi dan areal kawasan
penyangga yang semakin intensif. Pola penggunaan lahan secara signifikan berpengaruh terhadap
fungsi DAS, seperti kualitas air, debit air, pengendali erosi, dan sedimentasi di daerah hilir. Hal
ini akan menjadi acuan untuk penghitungan ketersediaan air hingga dalam kurun waktu tertentu ke
masa depan.
Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa wilayah Kalbar memiliki potensi sumberdaya air
untuk pembangkit listrik yang sangat besar. Selain potensi PLTA skala besar sungai-sungai di
Kalimantan Barat juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai PLTM/PLTMH (Lampiran
1).Terdapat lebih dari 13 MW total potensi PLTM/PLTMH yang tersebar di seluruh wilayah
Kalimantan Barat, telah berhasil diidentifikasi. Pemanfaatan potensi sumberdaya air untuk
pembangkit listrik selain memberikan manfaat ekonomi dari energi listrik yang dihasilkan juga
mendorong masyarakat dan pemerintah untuk menjaga daerah tangkapan air sehingga secara
sekaligus diperoleh manfaat lingkungan untuk semua pihak.
Mengingat bahwa sungai-sungai di Kalimantan Barat umumnya memiliki debit besar dengan
head rendah, akibat dari kondisi topografinya, pengembangan pembangkit listrik di wilayah Kalbar
memerlukan teknologi yang khusus dirancang menggunakan turbin dan generator head rendah.
Saat ini Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Puslit Telimek) LIPI telah berhasil
mengembangkan turbin dan generator head sangat rendah yang dapat bekerja pada head dibawah 1
meter dengan efisiensi antara 40-90%. Teknologi ini sangat menjanjikan untuk dapat diterapkan
dalam pembangunan PLTM/PLTMH di wilayah Kalimantan Barat.

146 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6

KESIMPULAN
Kondisi hidrologi wilayah Kalimantan Barat dengan curah hujan tinggi, memiliki sungai-
sungai dengan debit besar. Adapun kondisi topografi wilayah Kalimantan Barat yang relatif datar
dengan ketinggian 0-2.000 m di atas permukaan laut, serta kemiringan antara 15%-45%
menjadikan sungai-sungai di sini umumnya memiliki head rendah. Sumberdaya air di wilayah
Kalimantan Barat mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pembangkit
listrik.
Dalam penelitian ini telah diidentifikasikan beberapa potensi sumberdaya air untuk
pembangkit listrik di wilayah Kalimantan Barat, baik berupa PLTA skala besar maupun
PLM/PLTMH. Potensi PLTM/PLTMH di wilayah ini sangat dimungkinkan menjadi alternatif
solusi pemenuhan kebutuhan listrik di wilayah perbatasan.
Pemanfaatan potensi sumberdaya air pada sungai-sungai dengan debit besar dan head
rendah, memerlukan teknologi khusus yang secara spesifik dirancang untuk ini. Pusat Penelitian
Tenaga Listrik dan Mekatronik (Puslit Telimek) LIPI telah berhasil mengembangkan turbin dan
generator head sangat rendah yang dapat bekerja pada head dibawah 1 meter dengan efisiensi
antara 40-90%. Teknologi ini sangat menjanjikan untuk dapat diterapkan dalam pembangunan
PLTM/PLTMH di wilayah Kalimantan Barat.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Kepala Pusat Geoteknologi LIPI, Dr. Ir. Haryadi Permana dan Kepala Pusat
Pengelolaan Ekoregion Kalimantan Ir. Tuti Hendrawati, MPPPM., atas inisiasi dan dukungan
dalam kegiatan penelitian ini. Terimakasih untuk Ir. Anjar Susatyo, Puslit Telimek LIPI atas
diskusi dan referensi yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Pusat Data dan Informasi - Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007. Data ware house
ESDM, Jakarta, http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/index.php?mode=8.
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat, 2010. Presentasi Potensi Energi
Tenaga Air, Kalimantan Barat, Pontianak.
Subekti R. A., dan Susatyo A., 2011. Pengujian Prototipe Turbin Head Sangat Rendah Pada Suatu
Saluran Air, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Bandung,
http://www.telimek.lipi.go.id/xdata/docs/ELDA23.pdf.
Sugiyono, A., 2009. Pemberdayaan Masyarakat dalam Mengelola Potensi Sumberdaya Air Melalui
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini/Mikrohidro, Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan, JESP Vol. 1, No.3.

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 147
ISBN: 978-979-8636-19-6

Lampiran 1. Data potensi PLTM/PLTMH wilayah Kalimantan Barat


(sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat, 2010).

148 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 149
ISBN: 978-979-8636-19-6

150 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012
ISBN: 978-979-8636-19-6

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012 151
ISBN: 978-979-8636-19-6

152 Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

Anda mungkin juga menyukai