Anda di halaman 1dari 44

AFASIA

(Presentasi Kasus Home Care)

Oleh : dr. Maulina S, Puskesmas DTP Tanjungsari


OUTLINE

 BAB I ➔ PENDAHULUAN
 BAB II ➔ TINJAUAN PUSTAKA
 BAB III ➔ KESIMPULAN
Pasien Lansia, Ibu Empong Wartini, 53 tahun, Ds. Kadakajaya rt rw 2/3 ,
menderita afasia dan lumpuh tangan kanan akibat Stroke ec Hipertiroid,
sehingga harus menggunakan NGT untuk makan/minum. Dr. Sari
mengajarkan keluarga beliau cara menggunakan NGT (Nasogastric tube)

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan instrumen dasar bagi komunikasi pada manusia dan
merupakan dasar bagi kemampuan kognitif. Apabila terdapat defisit pada
sistem berbahasa, penilaian faktor kognitif seperti memori verbal,
interpretasi pepatah dan berhitung lisan menjadi sulit dan mungkin tidak
dapat dilakukan

Afasia adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan


pada bagian otak yang mengandung bahasa (biasanya di hemisfer
serebri kiri otak). Afasia dapat menyebabkan kesulitan dalam
berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis, tetapi tidak
mempengaruhi kecerdasan

Afasia banyak ditemukan pada usia pertengahan dan lebih banyak


didapatkan pada wanita dari pada laki-laki, afasia akibat stroke menjadi
penyebab yang umum pada usia lanjut dibandingkan pada usia dewasa
muda berdasarkan laporan nya diketahui bahwa 80.000 orang setiap
tahunnya menderia afasia akibat penyakit stroke.
Definisi

 Afasia adalah gangguan komunikasi yang


disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang
mengandung bahasa (biasanya di hemisfer serebri
kiri otak). Individu yang mengalami kerusakan
pada sisi kanan hemisfer serebri kanan otak
mungkin memiliki kesulitan tambahan di luar
masalah bicara dan bahasa.

 Afasia dapat menyebabkan kesulitan dalam


berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis,
tetapi tidak mempengaruhi kecerdasan.
Pengertian tentang aphasia, masing-masing ahli
memberikan batasan yang berbeda-beda, namun pada
intinya sama. Seperti yang dikemukakan:

 Wood (1971) mengatakan bahwa aphasia merupakan


kehilangan kemampuan untuk bicara atau untuk
memahami sebagaian atau keseluruhan dari yang
diucapkan oleh orang lain, yang diakibatkan karena
adanya gangguan pada otak.

 Wiig dan Semel (1984) bahwa Aphasia adalah mereka


yang memiliki gangguan pada perolehan bahasa yang
disebabkan karena kerusakan otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan dalam memformulasikan pemahaman
bahasa dan pengguanaan bahasa.
Anatomi

 Korteks terbagi kepada empat lobus yaitu lobus


frontalis berfungsi untuk mongontrol motorik dan
fungsi eksekutif yang lebih tinggi, lobus parietalis
untuk fungsi sensoris, lobus temporalis untuk
mendengar, mengestor memori dan pemahaman
bahasa, dan lobus occipitalis untuk persepsi visual
Gambar 1. Anatomi Korteks Serebri
Gambar 2. Area Fungsional di
Korteks Serebri
Terdapat 3 area utama pusat bahasa yaitu, area Broca,
area Wernicke dan area konduksi:

 Area Broca yang merupakan area motorik untuk


berbicara. Area Broca terletak di posterior gyrus frontal.
Secara neuroanatomi, daerah ini digambarkan sebagai
daerah Brodman 44 dan 45

Gambar 3.
Area Broca
 Area Wernicke dimana pusat pemprosesan kata kata
yang diucapkan terletak di posterior gyrus temporal
superior. Secara neuroanatomi, daerah ini
digambarkan sebagai daerah Brodmann 22.

Gambar 4.
Wernicke Area
 Area konduksi terdiri daripada fasikulus arkuata
yang merupakan satu bundel saraf yang
melengkung dan menghubungkan antara area
Broca dan area Wernicke. Kerusakan fasikulus
arkuata menyebabkan: timbul defisit untuk
mengulang kata kata.
Gambar 5. Percabangan Arteri
Serebri
Gambar 6. Area Motorik
Epidemiologi

 Afasia banyak ditemukan pada :

➔usia pertengahan

➔Lebih byk pada wanita >laki-laki,

➔afasia akibat stroke menjadi penyebab yang umum


pada usia lanjut dibandingkan pada usia dewasa
muda berdasarkan laporan diketahui bahwa 80.000
orang setiap tahunnya menderia afasia akibat
penyakit stroke.
Etiologi

kerusakan otak yang menimbulkan afasia disebabkan


oleh :-
➔stroke defisit biasanya dirasakan secara tiba-tiba
dan jelas

➔cedera otak traumatik,

➔perdarahan otak akut


Klasifikasi

Dasar untuk mengklasifikasi afasia beragam, diantaranya ada


yang mendasarkan kepada:
 Manifestasi Klinik
 Afasia tidak lancar atau non-fluent
 Afasia lancar atau fluent

 Distribusi anatomi dari lesi yang bertanggung jawab bagi


defek
a)Sindrom afasia peri-silvian

 Afasia Broca
 Afasia Wernicke
 Afasia Konduksi
b) Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone)

 Afasia transkortikal motorik.

 Afasia transkortikal sensorik


 Afasia transkortikal campuran

c) Sindrom afasia subkortikal.


d) Sindrom afasia non-lokalisasi
Patofisiologi

 Afasia terjadi akibat kerusakan pada area pengaturan


bahasa di otak. Pada manusia, fungsi pengaturan bahasa
mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada 96-99%
orang yang dominan tangan kanan (kinan) dan 60%
orang yang dominan tangan kiri (kidal).
 Pada pasien yang menderita afasia, sebagian besar lesi
terletak pada hemisfer kiri. Afasia paling sering muncul
akibat stroke, cedera kepala, tumor otak, atau penyakit
degeneratif.
 Kerusakan ini terletak pada bagian otak yang mengatur
kemampuan berbahasa, yaitu area Broca dan area
Wernicke.
 Area Broca atau area 44 dan 45 Broadmann, bertanggung
jawab atas pelaksanaan motorik berbicara.
Lesi ini ➔kesulitan dalam artikulasi tetapi penderita bisa
memahami bahasa dan tulisan.

 Area Wernicke atau area 41 dan 42 Broadmann,


merupakan area sensorik penerima untuk impuls
pendengaran.
Lesi ini➔penurunan kemampuan memahami serta
mengerti suatu bahasa.
 Selain itu lesi pada area disekitarnya juga dapat
menyebabkan afasia transkortikal. Afasia juga dapat
muncul akibat lesi pada fasikulus arkuatus, yaitu
penghubung antara area Broca dan area Wernicke.
Gejala Klinis

 Afasia Broca

-Afasia broca ditandai dengan bicara yang tidak


lancar dan disartria serta tampak melakukan upaya
bila bicara.

-Lesi yang menyebabkan afasia broca mencakup


daerah brodman 44 dan sekitarnya
Gambaran klinik afasia broca antara lain:-

 Bicara tidak lancar

 Tampak sulit memulai bicara

 Kalimatnya pendek

 Repetisi buruk

 Kemampuan menamai buruk (anomia)

 Pemahaman lumayan

 Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks

 Tidak bisa mengunyah, menelan dan merasa makanan/minuman → masuk ke


pernafasan
 Afasia Wernicke

-Afasia Wernicke pada kelainan ini pemahaman


bahasa terganggu.

-ditandai dengan ketidakmampuan dalam


memahami bahasa lisan dan bila ia menjawab iapun
tidak mampu mengetahui apakah jawabannya salah.
 Gambaran klinik afasia wernicke adalah
 Bicara lancar
 Panjang kalimat normal
 Repetisi buruk
 Kemampuan menamai buruk (anomia)
 Komprehensi auditif dan membaca buruk
 Afasia Konduksi

Disebabkan lesi di area fasciculus arcuatus yaitu


penghubung antara area sensorik (wernicke) dan area
motorik (broca).
 Bicara lancar
 Pemahaman bagus
 Gangguan berat pada repetisi
 Afasia Transkortikal.

Disebabkan lesi di sekitar pinggiran area pengaturan


bahasa. Pada dasarnya afasia transkortikal ditandai
oleh terganggunya fungsi berbahasa tetapi didapati
repetisi bahasa yang baik dan terpelihara.
 Afasia Transkortikal Motorik.

Ditandai dengan tanda afasia Broca dengan bicara non-fluent, tetapi


repetisi atau kemampuan mengulangnya baik dan terpelihara. Gambaran
klinik afasia transkortikal motorik:

-Keluaran tidak lancar

-Pemahaman baik

-Repetisi baik

-Inisiasi output terlambat

-Ungkapan singkat

-Parafasia semantic

-Echolalia
 Afasia Transkortikal Sensorik.

Ditandai dengan tanda afasia Wernick dengan bicara fluent, tetapi


repetisi atau kemampuan mengulangnya baik dan terpelihara. Gambaran
klinik afasia transkortikal sensorik:

-Keluaran lancar

-Pemahaman buruk

-Repetisi baik

-Echolalia

-Komperhensi auditif dan membaca terganggu

-Deficit motoric dan sensorik jarang dijumpai

-Didapatkan deficit lapangan pandang disebelah kanan


 Afasia Transkortikal Campuran.
Ditandai dengan campuran tanda afasia Broca dan Wernicke.
penderita bicara non-fluent atau tidak lancar, tetapi juga
disertai kemampuan memahami bahasa yang buruk, sementara
kemampuan mengulang atau repetisi tetap baik. Gambaran
klinik afasia transkortikal campuran:
-Tidak lancar
-Komperhensi baik
-Repetisi baik
-Echolalia mencolok
Afasia Global

 Afasia global disebabkan oleh lesi luas yang merusak


sebagian besar atau semua daerah bahasa.

 Penyebab lesi yang paling sering ialah oklusi arteri


karotis interna atau arteri serebri media pada
pangkalnya

 Ditandai oleh tidak ada lagi atau berkurang sekali


bahasa spontan dan menjadi beberapa patah kata yang
diucapkan secara berulang-ulang, misalnya “baaah,
baaah, baaah” atau “maaa, maaa, maaa”.
Diagnosis

 Anamnesis

 Pada pasien harus ditanyakan :-

 Riwayat kejang atau episode afasia sebelumnya.

 riwayat demam

 nyeri kepala

 perubahan perilaku

 riwayat gangguan pada memori

 riwayat gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari


 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan berbicara spontan
 Pemeriksaan kelancaran berbicara
 Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) bahasa lisan
 Pemeriksaan repetisi
 Pemeriksaan menamai dan menemukan kata
 Pemeriksaan penggunaan tangan
 Pemeriksaan sistem bahasa
 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium, hanya diperlukan tergantung


dari penyebab kerusakan otaknya. Biasanya dilakukan
dalam hal untuk melokalisasi lesi dan mendiagnosa
penyebab kerusakan otak.

i. CT Scan➔ efektif untuk mengetahui adanya perdarahan


otak atau stroke iskemik yang sudah lebih dari 48 jam.
ii. MRI➔mendeteksi stroke sesegera mungkin sampai 1
jam setelah onset. Penggunaan kontras mungkin perlu
untuk mendeteksi tumor
Tatalaksana

 Medikamentosa

Memantine dan CIAT sendiri memperbaiki afasia


dibandingkan dengan plasebo, namun hasil terbaik
diamati saat memantine dan CIAT digabungkan.
 Non medikamentosa

➔melakukan terapi wicara/bina wicara/tiup


pipa/balon

➔Tujuan dari rehabilitasi ini adalah untuk melatih


sel-sel yang tidak rusak menggantikan sel-sel yang
telah rusak. Salah satu rehabilitasi untuk mengatasi
gangguan berbicara dan berbahasa adalah dengan
speech therapy.
 Berikut merupakan beberapa bentuk terapi afasia yang
paling sering digunakan :

 Terapi kognitif linguistik

Bentuk terapi ini menekankan pada komponen-


komponen emosional bahasa. Sebagai contoh, beberapa
latihan akan mengharuskan pasien untuk
menginterpretasikan karakteristik dari suara dengan nada
emosi yang berbedabeda. Ada juga yang meminta pasien
mendeskripsikan arti kata seperti kata "gembira."
 Program stimulus

Jenis terapi ini menggunakan berbagai modalitas


sensori. Termasuk gambar-gambar dan musik.
Program ini diperkenalkan dengan tingkat kesukaran
yang meningkat dari tingkat yang mudah ke tingkat
yang sulit.
 Stimulation-Fascilitation Therapy

Jenis terapi afasia ini lebih fokus pada semantik (arti)


dan sintaksis (sususan kalimat) dari bahasa. Stimulus
utama yang digunakan selama terapi adalah stimulus
audio. Prinsip terapi ini yaitu, peningkatan
kemampuan berbahasa akan lebih baik jika dilakukan
dengan pengulangan.
 Terapi kelompok (group therapy)

Dalam terapi ini, pasien disediakan konteks sosial untuk


mempraktekkan kemampuan berkomunikasi yang telah
mereka pelajari selama sesi pribadi. Selain itu, mereka
juga akan mendapatkan umpan balik dari para terapis
dan pasien lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan dengan
anggota keluarga.
 PACE (Promoting Aphasic's Communicative
Effectiveness).

Jenis terapi afasia ini bertujuan meningkatkan


kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
percakapan sebagai alatnya. Dalam terapi ini, pasien akan
terlibat percakapan dengan terapis. Untuk menstimulus
komunikasi yang spontan, jenis terapi ini akan
menggunakan lukisan-lukisan, gambar, serta benda-
benda visual. Benda-benda ini akan digunakan oleh
pasien sebagai sumber ide untuk dikomunikasikan dalam
percakapan. Pasien dan terapi secara bergiliran akan
menyampaikan ide-ide mereka.
Prognosis

 Prognosis hidup untuk pendertia afasia tergantung


pada penyebab afasia

 Prognosis kesembuhan kemampuan berbahasa


bervariasi, tergantung pada ukuran lesi dan umur
serta keadaan umum pasien.

 Afasia Broca secara fungsional memiliki prognosis


yang lebih baik daripada afasia Wernicke
KESIMPULAN

 Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang


diakibatkan oleh kerusakan otak.

 Diagnosis dini dari afasia sangat penting untuk


memulai terapi afasia baik bagi pasien maupun
pendamping pasien agar defisit yang dialami tidak
makin berat.

 Terapi utama dari afasia adalah terapi berbicara.

 Terapi ini biasa dilakukan oleh tenaga rehabilitasi


medik dan dipantau oleh ahli syaraf.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai