Anda di halaman 1dari 3

Nama Dosen : Andi Musdalifa, SKM.,M.

kes

Mata Kuliah : Metoped (Kualitatif Dan Kuantitatif)

Oleh:

Rani Buhari M.17.02.02

PROGRAM STUDI SI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MEGA BUANA PALOPO

TAHUN AJARAN

2020/2021

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa. Untuk itu di selenggarakan pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan. Tujuan sistem kesehatan Nasional adalah
terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya
guna sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Departemen Kesehatan RI, 2009:21). Masalah kesehatan anak merupakan salah satu
masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara berkembang
seperti Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa,
sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat di
kembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut
maka masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan
pembangunan bangsa.
Pneumonia adalah infeksi pernafasan akut yang menyerang paru-paru bagian
alveoli, yang merupakan rongga kosong di paru-paru yang berfungsi melakukan
pertukaran gas dengan darah. Ketika seseorang menderita Pneumonia, maka alveoli
akan dipenuhi nanah dan cairan yang membuat kesakitan saat bernafas dan asupan
oksigen yang dihirup terbatas (Aulia et al, 2017). Pneumonia adalah penyebab
kematian menular tunggal terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Data yang
dihimpun oleh WHO menyatakan bahwa terdapat 16% kematian anak dibawa umur 5
tahun pertahunnya. Sekitar 920 anak dibawa usia 5 tahun meninggal setiap tahunnya
akibat pneumonia dari jumlah kematian anak balita tersebut. Mayoritas kematian
terjadi di Afrika dan Asia Tenggara (WHO, 2015). Menurut Riset Kesehatan Dasar
(2013) Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat
utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2015) Pneumonia merupakan penyebab dari
15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Di
Indonesia, kematian balita karena Pneumonia tahun 2017 sebanyak 0,34%, angka ini
lebih tinggi dibanding dengan tahun 2015 sebesar 0,22%. Pada kelompok bayi angka

2
kematian sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,56% dibanding pada kelompok umur 1-4
tahun yang sebesar 0,23% (Profil Kesehatan Indonesia, 2017). Hal ini menunjukkan
bahwa angka kematian balita akibat pneumonia masih cukup tinggi. Berdasarkan data
profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan terdapat (18,58%) penderita pneumonia
pada tahun 2016 dan pada tahun 2017, terdapat (19,27%) penderita pneumonia, data
tersebut menunjukkan bahwa pneumonia di provinsi Sulawesi Selatan mengalami
peningkatan.
Tingginya angka kejadian dan kematian akibat pneumonia pada balita
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pengetahuan dan
perilaku merokok orang tua. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati
tahun 2013, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
ibu terhadap kejadian pneumonia pada balita. Penelitian yang dilakukan oleh Sary
pada tahun 2016, juga menemukan bahwa kebiasaan merokok anggota keluarga
didalam rumah merupakan faktor risiko 53 kali lebih besar dibanding yang tidak
merokok. Paparan asap rokok akan meningkatkan risiko bagi kesehatan anak. Asap
rokok banyak mengandung bahan kimia yang dengan cepat mengiritasi dan merusak
lapisan saluran udara. Bahkan paparan yang singkat dapat memicu gejala pernapasan,
termasuk batuk, kongesti dada (dahak), mengi, sesak napas dan fungsi paru menurun
(Hastuti, 2012). Sementara itu berdasarkan data Kemenkes RI, jumlah perokok dalam
suatu keluarga cukup tinggi. Rata-rata dalam satu keluarga terdapat 1-2 orang yang
merokok dengan jumlah batang yang dihisap antara 1-2 bungkus per hari (Kemenkes,
2012).

Anda mungkin juga menyukai