Anda di halaman 1dari 12

Nama Dosen : Andi Musdalifah, SKM., M.

Kes
Mata Kuliah : Metoped (Kuantitatif dan Kualitatif)

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DALAM RUMAH


TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA
PADA BALITA DAN ANAK
DI DESA TAMUKU
TAHUN 2020

RANI BUHARI
M.17.02.022

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) MEGA BUANA PALOPO
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu di selenggarakan
pembangunan kesehatansecara menyeluruh dan berkesinambungan. Tujuan
sistem kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan
oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah
secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya guna sehingga tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan RI,
2009:21). Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama
dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara berkembang seperti
Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa,
sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang
dapat di kembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa.
Berdasarkan alasan tersebut maka masalah kesehatan anak diprioritaskan
dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa.
Pneumonia adalah infeksi pernafasan akut yang menyerang paru-
paru bagian alveoli, yang merupakan rongga kosong di paru-paru yang
berfungsi melakukan pertukaran gas dengan darah. Ketika seseorang
menderita Pneumonia, maka alveoli akan dipenuhi nanah dan cairan yang
membuat kesakitan saat bernafas dan asupan oksigen yang dihirup terbatas
(Aulia et al, 2017). Pneumonia adalah penyebab kematian menular tunggal
terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Data yang dihimpun oleh WHO
menyatakan bahwa terdapat 16% kematian anak dibawa umur 5 tahun
pertahunnya. Sekitar 920 anak dibawa usia 5 tahun meninggal setiap
tahunnya akibat pneumoniadari jumlah kematian anak balita tersebut.
Mayoritas kematian terjadi di Afrika dan Asia Tenggara (WHO,2015).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (2013) Pneumonia merupakan
penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang
berkontribusi terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2015) Pneumonia merupakan
penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000
balita di tahun 2015. Di Indonesia, kematian balita karena Pneumonia tahun
2017 sebanyak 0,34%, angka ini lebih tinggi dibanding dengan tahun 2015
sebesar 0,22%. Pada kelompok bayi angka kematian sedikit lebih tinggi
yaitu sebesar 0,56% dibanding pada kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar
0,23% (Profil Kesehatan Indonesia, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa
angka kematian balita akibat pneumoniamasih cukup tinggi. Berdasarkan
data profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan terdapat (18,58%)penderita
pneumonia pada tahun 2016 dan pada tahun 2017, terdapat (19,27%)
penderita pneumonia, data tersebut menunjukkan bahwa pneumonia di
provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan.
Tingginya angka kejadian dan kematian akibat pneumonia pada
balita disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor
pengetahuan dan perilaku merokok orang tua. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Rachmawati tahun 2013, menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan ibu terhadap kejadian pneumonia pada
balita. Penelitian yang dilakukan oleh Sary pada tahun 2016, juga
menemukan bahwa kebiasaan merokok anggota keluarga didalam rumah
merupakan faktor risiko 53 kali lebih besar dibanding yang tidak merokok.
Paparan asap rokok akan meningkatkan risiko bagi kesehatan anak. Asap
rokok banyak mengandung bahan kimia yang dengan cepat mengiritasi dan
merusak lapisan saluran udara. Bahkan paparan yang singkat dapat memicu
gejala pernapasan, termasuk batuk, kongesti dada (dahak), mengi, sesak
napas dan fungsi paru menurun (Hastuti, 2012). Sementara itu berdasarkan
data Kemenkes RI, jumlah perokok dalam suatu keluarga cukup tinggi.
Rata-rata dalam satu keluarga terdapat 1-2 orang yang merokok dengan
jumlah batang yang dihisap antara 1-2 bungkus per hari (Kemenkes, 2012).
Perilaku manusia merupakan faktor utama dalam menentukan
derajat kesehatan. Perilaku masyarakat yang buruk dapat menimbulkan
berbagai penyakit, seperti terjadinya penyakit pneumonia pada balita dan
anak yang salah satu penyebabnya yaitu perilaku merokok anggota keluarga
di dalam rumah akan meningkatkan kasus Pneumonia pada balita dan anak.
Maka dari itu penting bagi setiap masyarakat untuk mengurangi risiko agar
terhindar dari berbagai penyakit.
Berdasarkan uraian diatas tentang kejadian Pneumonia yang terjadi
pada balita dan anak, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini
karena belum ada yang melakukannya di Desa Tamuku tentang “hubungan
perilaku merokok dalam rumah terhadap kejadian Pneumonia pada balita
dan anak”.

B. Rumusan masalah
Apakah ada hubungan perilaku merokok dalam rumah terhadap kejadian
pneumonia pada balita dan anak di Desa Tamuku tahun 2020 ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan perilaku merokok dalam rumah terhadap
kejadian pneumonia pada balita dan anak di Desa Tamuku tahun
2020
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku merokok dalam
rumah di Desa Tamuku
b. Mengetahui distribusi frekuensi Pneumonia pada balita
dan anak di Desa Tamuku
c. Mengetahui hubungan perilaku merokok dalam rumah
terhadap kejadian pneumonia pada balita dan anak di
Desa Tamuku tahun 2020
D. Manfaat penelitian
1. Bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Bone-Bone
Hasil penelitian ini diharapkan di harapkan dapat memberikan
informasi dan masukan kepada Puskesmas Bone-Bone untuk
meningkatkan kualitas maupun kuantitas dalam menurunkan angka
kejadian pneumonia pada balita dan anak serta kebiasaan merokok
dalam rumah.
2. Bagi STIKES Megabuana Palopo
Sebagai sumber referensi di perpustakaan bagi peneliti selanjutnya
yang ingin meneliti hubungan perilaku merokok dalam rumah
dengan kejadian pneumonia pada balita dan anak.
3. Bagi masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan
kesadaran masyarakat terutama kepada keluarga yang mempunyai
balita dan anak agar tidak merokok sembarangan/ merokok
didalam rumah, agar penyakit pneumonia ini tidak meningkat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit pneumonia

1. Definisi pneumonia
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru
meradang, kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen
menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak
bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh
tubuh dan penderita pneumonia bisa meninggal. Sebenarnya
pneumonia bukan penyakit tunggal, penyebabnya bisa bermacam-
macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi dengan sumber utama
bakteri, virus, mikro plasma, jamur, berbagai senyawa kimia
maupun partikel.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena
angka kematian tinggi, tidak saja dinegara berkembang tetapi juga
dinegara maju seperti Amerika serikat, Kanada, dan negara-negara
Eropa.
2. Epidemiologi Pneumonia
Menurut UNICEF dan WHO (tahun 2008), pneumonia
merupakan pembunuh anak paling utama yang terlupakan (major
“forgetten killer of children”). Pneumonia merupakan penyebab
kematian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan total
kematian akibat AIDS, malaria dan campak. Setiap tahu, lebih dari
2 juta anak meninggal karena pneumonia. Berarti 1 dari 5 orang
balita meninggal dunia. Pneumonia merupakan penyebab kematian
paling sering, terutama dinegara dengan angka kematian paling
sering, terutama di negara dengan angka kematian tinggi. Hampir
semua kematian akibat pneumonia (99,9 %), terjadi di negara
berkembang dan kurang berkembang (least developeded). Jumlah
kematian tertinggi terjadi di daerah sub sahara yang mempunyai
1.022.000 kasus per tahun dan di Asia selatan mencapai 702.000
kasus per tahun. Diperkirakan setiap tahun lebih dari 95% kasus
baru pneumonia terjadi di negara berkembang.
Menurut laporan WHO, lebih dari 50% kasus pneumonia
berada di Asia Tenggara dan sub sahara, Afrika. Dilaporkan pula
bahwa tiga per empat kasus pneumonia pada balita di seluruh dunia
berada di 15 negara. Indonesia merupakan salah-satu diantara ke
15 negara tersebut dan menduduki tempat ke 6 dengan jumlah
kasus sebanyak 6 juta. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) dari
departemen kesehatan tahun 1992, 1995, 2001 menunjukkan
bahwa pneumonia menduduki tempat ke dua sebagai penyebab
kematian pada neonatus.
3. Penyebab Pneumonia
Pneumonia pada anak balita paling sering disebabkan oleh
virus pernafasan dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun,
sedangkan pada anak umur sekolah paling sering disebabkan oleh
bakteri mycoplasma Pneumoniae. Pada bayi dan anak-anak
penyebab yang paling sering adalah virus Sinsisial pernafasan,
adenovirus, virus parainfluenza, virus influenza.
Awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet)
kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari seluruh nafas
bagian atas kejaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena
penyebaran melalui aliran darah.
4. Pencegahan pneumonia
Pencegahan pneumonia selain dengan menghindari atau
mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan dengan beberapa
pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas,
perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal
memanfaatkan pedoman diagnosis dan pengobatan pneumonia,
penggunaan anti biotik yang benar dan efektif, dan waktu untuk
merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat.
Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan
Zink, peningkatan cukuran imunisasi dan pengurangan polusi
udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor risiko. Usaha
untuk mencegah pneumonia ada dua, yaitu:
a. Pencegahan Non spesifik
1) Meningkatkan derajat sosio-ekonomi, yaitu
menurunkan kemiskinan, meningkatkan pendidikan,
menurunkan angka kurang gizi, meningkatkan
derajat kesehatan, menurunkan morbiditas dan
mortalitas
2) Lingkungan yang bersih dan bebas polusi
b. Pencegahan spesifik, yaitu cegah BBLR, pemberian
makanan yang baik atau gizi seimbang, berikan
imunisasi.
Vaksin yang tersedia untuk mencegah secara langsung
pneumonia adalah vaksin pertussis (ada dalam DPT),
campak, Hib (Haemophilus influenzae typeb) dan
pneumocaccus (PCV). Dua vaksin diantara-Nya, yaitu
pertussis dan campak telah masuk ke dalam program
vaksinasi nasional di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Sedangkan Hib dan pneumokokus sudah
dianjurkan oleh WHO dan menurut laporan, kedua vaksin
ini dapat mencegah kematian 1.075.000 anak setahun.
Namun karena harganya mahal belum banyak negara
yang memasukkan kedua vaksin tersebut ke dalam
program nasional imunisasi.

B. Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Merokok Dalam Rumah


1. Rokok
Rokok merupakan salah satu faktor risiko utama dari
beberapa penyakit kronis yang dapat mengakibatkan kematian. Hal
ini menunjukkan bahwa rokok merupakan masalah besar bagi
kesehatan masyarakat. Selain dari segi kesehatan, rokok juga
mempengaruhi kepribadian perokok itu sendiri.
Dampak buruk rokok selain dari segi kesehatan, juga
berdampak terhadap hubungan sosial, perekonomian, dan
psikologis seseorang. Dari segi kesehatan, merokok dapat
meningkatkan risiko timbulnya berbagai macam penyakit, seperti:
penyakit jantung, gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru,
kanker rongga mulut, tekanan darah tinggi, bronkitis, impotensi,
gangguan kehamilan, serta cacat pada janin (Emilia dan Ova,
2008). Aspek sosial dari perilaku merokok dapat menimbulkan
efek buruk bagi perokok pasif dikarenakan risiko yang ditanggung
oleh perokok pasif lebih
berbahaya dari pada perokok aktif (Sarafino, 2011). Aspek
ekonomi, merokok pada dasarnya merupakan kegiatan sia-sia
dalam bentuk “membakar uang” (Emilia dan Ova, 2008).
Sedangkan dampak psikologis yang ditimbulkan dari perilaku
merokok adalah timbulnya pengaruh terhadap pikiran, perasaan,
dan adiksi (ketagihan) yang sulit untuk dihentikan sehingga
menyebabkan remaja ingin terus mengulang perilaku merokoknya
(BNP Jabar, 2011). Meskipun dampak perilaku merokok sudah
disampaikan baik dalam bungkus rokok maupun kampanye, iklan
bahkan individu sudah mengetahuinya, namun hal ini tidak mampu
menurunkan angka perokok atau perilaku merokok, bahkan angka
perokok semakin meningkat dan merambah ke usia anak anak.
Kondisi ini tentu saja semakin memperburuk generasi muda,
karena selain tuntutan faktor ekonomi terkait kemampuan dalam
membeli rokok, tentu saja berimbas kepada tindakan asusila seperti
mencuri, memaksa agar mendapatkan rokok, bahkan dapat
mengarah kepada penggunaan obat terlarang.
2. Merokok sebagai faktor risiko
Tembakau sebagai bahan pembuatan rokok berada pada
peringkat pertama penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia.
Tembakau menyebabkan 1 dari 10 kematian orang dewasa di
seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian pada tahun
2006, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata terjadi satu kematian
setiap 6,5 detik. Jika hal itu terus berlanjut, maka diperkirakan
kematian pada tahun 2020 akan mendekati 2 kali jumlah kematian
saat ini (Evy Rachmawati, 2008: 2).
Sumber polusi yang menjadi masalah kesehatan umum
yang paling sering adalah rokok. Masalah bagi perokok pasif
menjadi keprihatinan dari Asosiasi jantung Amerika yang
menerbitkan suatku makalah ilmiah yang memperkirakan bahwa
merokok yang terkena perokok pasif meningkatkan risiko kematian
karena penyakit jantung sampai 30% dan penyebabnya sampai
40.000 kematian setiap tahun. Bahaya dari perokok yang tidak
sengaja ialah mata pedih, batuk, sakit kepala, radang hidung,
memperburuk asma dan alergi pernafasan, penyakit penyempitan
saluran udara. Terdapat 30% risiko kanker paru. Anak-anak
mengidap bronchitis (penyakit saluran pernafasan) dan pneumonia.
(Mundiatun dan Daryanto, 2015)

C. Kerangka konsep
Kejadian
Perilaku merokok pnemonia
dalam rumah pada baliat

Ket:

= Variabeli Indepnedent

= Variabel Dependent

D. Definisi operasional dan Kriteria objektif

Gambar 1.1

Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

No Variabe Definisi Alat Cara ukur Hasil ukuran Ska


l operasio ukur (kriteria la
nal objektif)

Variabel Dependen

1 Kebiasa Kebiasaa kuesione Memberik 1. Merok ordin


an n r an ok di al
meroko merokok kuesioner dalam
k dalam yang rumah
rumah dimaksu jika
d dalam skor >2
penelitia
n ini 2. Tidak
adalah meroko
kebiasaa k
n
masyarak didala
at m
merokok rumah
dalam jika
rumah skor <2

Variabel Independen
1 Kejadia kuesione Memberik Ordin
n r an al
pneumo kuesioner
nia
pada
balita

E. Hipotesis penelitian
Ada hubungan antara perilaku merokok dalam rumah terhadap
kejadian pneumonia pada balita dan anak.

Anda mungkin juga menyukai