Anda di halaman 1dari 11

1.

2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis efisiensi pelayanan rawat inap Rumah Sakit
Daerah Balung Tahun 2015 Melalui Pendekatan Barber-Johnson?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis efisiensi pelayanan rawat inap Rumah Sakit Daerah
Balung Tahun 2015 Melalui Pendekatan Barber-Johnson.

1.3.2 Tujuan Khusus1. Menganalisis Bed Occupancy Rate (BOR) di setiap ruang rawat inap yang ada di
Rumah Sakit Daerah Balung Tahun 2015.2. Menganalisis Length Of Stay (LOS) di setiap ruang rawat inap
yang ada di Rumah Sakit Daerah Balung tahun 2015.3. Menganalisis Turn Over Interval (TOI) di setiap
ruang rawat inap yang ada di Rumah Sakit Daerah Balung tahun 2015.

4. Menganalisis Bed Turn Over (BTO) di setiap ruang rawat inap yang ada di Rumah Sakit Daerah Balung
tahun 2015.5. Menganalisis efisiensi pelayanan rawat inap setiap ruang rawat inap di Rumah Sakit
Daerah Balung tahun 2015.6. Menganalisis faktor penyebab capaian indikator-indikator efisiensi
pelayanan rawat inap (BOR, LOS, TOI, dan BTO) Rumah Sakit Daerah Balung tahun 2015.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Pengembang KeilmuanManfaat penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan penilaian
pelayanan efisiensi rawat inap dengan pendekatan Barber-Johnson yang masih belum banyak diketahui.

1.4.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas JemberHasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat guna menambah referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bidang administrasi
dan kebijakan kesehatan, terutama mengenai efisiensi pelayanan rawat inap melalui pendekatan
Barber-Johnson.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit Daerah Balung

Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan bagi pimpinan Rumah Sakit Daerah Balung Kabupaten
jember untuk membuat perencanaan untuk meningkatkan pelayanan rawat inap yang lebih efisien dan
diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan medis dan pendayagunaan sarana yang
ada

KONSEP RAWAT INAP

Pelayanan rawat inap memiki sebuah statistic yang digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di
unit rawat ianp, yang juga di gunakan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatan yang ada di unit rawat
inap untuk perencanaanmaupun laporan pada instansi vertikal. Data yang di olah di unit rawat inap di
sesuaikan dengan kebutuhan data dan informasi oleh manajemen maupun kebutuhan laporan ke
instansi diatasnya (Depkes), misalnya:1. Data kunjungan pasien2. Data rujukan3. Data pembayaran4.
Data tindakan pasienData diatas dapat di peroleh dari pencatatan yang ada di unit rawat inap seperti
pada:

1. Sensus Harian Rawat Inap

Sensus harian rawat inap adalah kegiatan pencacahan atau penghitungan pasien rawat inap yang
dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap. Sensus harian berisi tentang mutasi keluar masuk
pasien selama 24 jam mulai dari pukul 00.00 s/d 24.00. Tujuannya adalah untuk mengetahui
memperoleh informasi semua pasien yang masuk dan keluar rumah sakit selama 24 jam (Depkes RI,
1994).Sensus Harian Rawat Inap adalah kegiatan perhitungan pasien rawat inap yang dilakukan setiap
hari pada suatu ruang rawat inap. Kegunaannya antara lain adalah:a. Mengetahui jumlah pasien masuk,
jumlah pasien keluarrumah sakit (hidup dan mati).b. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.c.
Menghitung penyediaan sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.2. Rekapitulasi Sensus Harian Rawat
Inap

Pengolahan data rekapitulasi sensus harian rawat inap

Rekapitulasi sensus harian rawat inap adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap pasien
rawat inap setiap hari yang diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Tujuannya adalah untuk
memperoleh informasi semua pasien yang dirawat inap di rumah sakit secara keseluruhan maupun pada
masing-masing ruang rawat inap dalam menunjang perencanaan, pengawasan dan evaluasi (Depkes,
1994).

Kegunaan dari rekapitulasi sensus harian rawat inap menurut Depkes (1994) adalah untuk :

Mengetahui jumlah pasien dirawat pada hari yang bersangkutan.

Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.

Merupakan data dasar mengenai pasien dirawat pada hari yang bersangkutan yang harus segera
dikirim kepada Direktur Rumah Sakit, Bidang Perawatan dan unit lain yang membutuhkan.

Dari pengolahan sensus harian rawat inap ini akan didapatkan nilai dari indikator-indikator pelayanan
rumah sakit. Indikator ini dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi
pelayanan rumah sakit.

KONSEP BARBER JOHNSON

Konsep Barber Johnson

Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc. pada tahun 1973 berhasil
menciptakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi
tersebut. Suatu usaha untuk mendayagunakan statistik rumah sakit dalam rangka memenuhi kebutuhan
manajemen akan indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit.

Indikator Grafik Barber Johnson menurut Ditjen YanMed (2005:82) diantaranya:

Lamanya rata-rata pasien dirawat atau Length Of Stay (LOS)

Lamanya rata-rata tempat tidur tidak terisi (kosong) atau Turn Over Interval (TOI)

Presentase tempat tidur yang terisi atau Bed Occupancy Rate (BOR)

Pasien dirawat yang keluar dalam keadaan hidup dan yang meninggal (discharges) per tempat tidur
(yang siap pakai) selama satu tahun atau Bed Turn Over atau Throughput (BTO)

Langkah Pembuatan Grafik Barber Johnson

Menurut Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc. dalam buku Efisiensi
Pengelolaan Rumah Sakit, langkah pembuatan Grafik Barber Johnson, yaitu:

Grafik I

Gambarlah sumbu horizontal X absis dan sumbu vertikal Y ordinat. X absis adalah Turn Over Internal
(TOI), Y ordinat adalah Length Of Stay (LOS).

Grafik II

Langkah pertama : Buat grafik seperti gambar grafik I

Langkah kedua : Buat grafik dengan garis-garis dari BOR 50%, 70%, 80%, 90%

Untuk menentukan BOR harus dihitung/dicari titik LOS dan TOI dengan menggunakan rumus:

L = O x 365/D

T = (A – O) x 365/D

Keterangan:

L = Length Of Stay

T = Turn Over Interval

365 = Jumlah hari dalam satu tahun


O = Rata-rata tempat tidur yang terisi

D = Jumlah pasien yang keluar (hidup + mati)

A = Tempat tidur yang tersedia

Jadi jika BOR (O) = 70%, maka tiga kali lipat LOS (L) sama dengan tujuh kali TOI (T). Jadi jika BOR = 70%
adalah garis penghubung antara titik (x,0) (y,0) dan (x,3) (y,7).

Dengan cara yang sama maka dihasilkan sebagai berikut:

BOR 50% = Garis penghubung antara titik (x,0) (y,0) dan (x,1) (y,1).

BOR 80% = Garis penghubung antara titik (x,0) (y,0) dan (x,2) (y,8).

BOR 90% = Garis penghubung antara titik (x,0) (y,0) dan (x,1) (y,9).

Gambar 2.2. Garis BOR 50%, 70%, 80%, 90% (Grafik II)

Grafik III

Langkah pertama : Buat grafik seperti gambar grafik I

Langkah kedua : Gambar grafik Throughput (BTO) untuk 30 pasien, 20 pasien, 15 pasien, dan 12 pasien.

Dapat dihitung BTO 30 pasien dengan cara:

L = O x 365/D

O = 1 tempat tidur

Karena BTO adalah jumlah pasien yang keluar per tempat tidur selama satu tahun.

D = 30 pasien

Maka:

L = 1 x 365/30

= 12 1/6
T = (A – O) x 365/D

(A–O) = 1 tempat tidur

Karena BTO adalah jumlah pasien yang keluar per tempat tidur selama satu tahun.

D = 30 pasien

Maka:

T = 1 x 365/30

= 12 1/6

Jadi jika LOS adalah 12 1/6 hari dan TOI 12 1/6 hari maka BTO = 30 pasien atau Grafik BTO = 30 pasien
adalah garis (x, 12 1/6) (y, 12 1/6).

Dengan cara yang sama maka dihasilkan sebagai berikut:

BTO 20 pasien = Garis penghubung antara titik (x,18 1/4) (y,18 1/4)

BTO 15 pasien = Garis penghubung antara titik (x,24 1/3) (y,24 1/3)

BTO 12,5 pasien = Garis penghubung antara titik (x,29 1/5) (y,29 1/5)

Grafik IV

Gambarlah keempat parameter BOR, LOS, TOI, BTO. Daerah efisiensi adalah daerah yang dibatasi oleh
garis:

TOI = 1

LOS = 3

BOR = Minimal 75%


Menurut Grafik Barber Johnson apabila berada dalam daerah efisien maka pengelolaan rumah sakit
sudah efisien tetapi apabila berada di luar daerah efisien maka pengelolaan rumah sakit tersebut belum
efisien.

Gambar 2.4. Daerah Efisien Grafik Barber Johnson (Grafik IV)

Makna dari Grafik Barber Johnson

Makin dekat grafik BOR dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi.

Makin dekat grafik BTO dengan titik sumbu, maka BTO makin tinggi jumlahnya.

Menurut Benjamin (1961), jika rata-rata Turn Over Interval (TOI) tetap, tetapi Length Of Stay (LOS)
berkurang, maka percentage Bed Occupancy Rate (BOR) akan menurun.

Jika Turn Over Interval (TOI) tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi yang kurang baik, kurang
permintaan (demand) akan tempat tidur atau kebutuhan tempat tidur darurat. Turn Over Interval (TOI)
yang tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan organisasi tanpa mempengaruhi Length Of
Stay (LOS).

Bertambahnya Length Of Stay (LOS) disebabkan karena kelambatan administrasi (administrasi delays) di
rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien (patient
scheduling) atau kebijaksanaan dibidang medis (medical policy) (Soejadi, 1996).

Penggunaan Grafik Barber Johnson

Grafik Barber Johnson bermanfaat untuk mengadakan perbandingan atau dapat digunakan sebagai
pembantu untuk menganalisa, menyajikan, dan mengambil keputusan mengenai:

Perbandingan dalam kurun waktu

Grafik Barber Johnson dapat menunjukkan perkembangan produktifitas dari rumah sakit dalam rumah
sakit dalam waktu sepuluh tahun. Dalam hal ini menggambarkan adanya perbaikan dari waktu ke waktu,
Length Of Stay (LOS) dan Turn Over Interval (TOI) menurun sedangkan Bed Occupancy Rate (BOR) dan
Bed Turn Over (BTO) meningkat.
Memonitor kegiatan

Kecenderungan perkembangan kegiatan dalam beberapa tahun dapat dilihat pada grafik dengan jalan
membandingkan terhadap standar yang telah ditetapkan. Barber Johnson menyatakan bahwa daerah
yang efisien adalah dibatasi oleh garis-garis berikut:

Bed Occupancy Rate (BOR) minimal 75%

Turn Over Interval (TOI) yaitu 1-3 hari

Perbandingan antar rumah sakit

Perbandingan kegiatan antar bagian yang sama dibeberapa rumah sakit atau antar bagian di suatu
rumah sakit dapat digambarkan pada suatu grafik. Dengan jelas dan mudah diambil kesimpulan, rumah
sakit mana atau bagian mana yang pengelolaannya efisien.

Meneliti akibat perubahan kebijakan

Grafik dapat digunakan untuk meneliti suatu kebijaksanaan realokasi tempat tidur atau keputusan
memperpendek Length Of Stay (LOS).

Mengecek kesalahan laporan

Dengan menggambarkan ke 4 indikator BOR, LOS, TOI, dan BTO pada suatu grafik. Laporan dikatakan
benar apabila ke 4 indikator tersebut tepat pada posisi grafik tersebut (Soejadi, 1996).

Analisis Grafik Barber Johnson

Upaya memperpendek Length Of Stay (LOS) dan Turn Over Interval (TOI):

Meningkatkan penyebaran informasi tentang fasilitas dan kemampuan rumah sakit, kepada
semua fasilitas kesehatan dan masyarakat.

Meningkatkan pelayanan dengan cara:

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM.


Memotivasi pegawai, seperti insentif dan karier.

Perbaikan penatalaksanaan penerimaan pasien dan pencatatan laporan, seperti:

Koordinasi dan kerjasama antara petugas bagian penerimaan pasien dengan bangsal.

Adanya papan informasi yang up to date dan akurat tentang tempat tidur, no. rekam medis,
jenis kelamin, diagnosa, kelas, sehingga diketahui tempat tidur yang kosong dan yang terisi.

Setiap terjadi mutasi / pasien keluar, petugas bangsal harus segera melaporkan secara tertulis
ke petugas penerimaan pasien.

Diadakan relokasi tempat tidur atau ruangan dan petugasnya.

Penyebab LOS tinggi:

Merawat pasien-pasien kronis dan yang tidak dapat disembuhkan di rumah sakit yang
diperuntukan kasus akut.

Adanya kelemahan dalam pelayanan medis sehingga mengakibatkan komplikasi-komplikasi dan


tidak ada kemajuan.

Adanya individu dokter yang suka menunda pelayanan.

Upaya memperpendek LOS:

Menyelenggarakan kunjungan visite gabungan, yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.

Melakukan penelitian meliputi:

Riwayat sakit dan keadaan pasien

Penatalaksanaan/ketelitian pemeriksaan pasien, penyelenggaraan kunjungan dan permintaan


penunjang medis serta kecermatan/kecepatan memperoleh hasil.

Ketepatan terapi yang diberikan.

Kecermata pelayanan perawatannya.

Kecepatan pelaksanaan sarana penunjang lainnya, terutama yang menyangkut logistik,


perbaikan/pemeliharaan dan transport

Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap adalah formulir yang digunakan untuk menghitung dan merekap
pasien rawat inap setiap hari yang diterima dari masing-masing bangsal rawat inap. Kegunaanya antara
lain adalah:a. Mengetahui jumlah pasien di rawat pada hari yang bersangkutan.
b. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.

c. Merupakan data dasar mengetahui pasien dirawat pada hari yang bersangkutan yang harus di kirim
kepada manajemen Rumah Sakit di bidang perawatan dan unit lain yang membutuhkan.

3. Rekapitulasi Bulanan Rawat InapRekapitulasi Bulanan Rawat Inap adalah formulir yang digunakan
untuk menghitung dan merekap pasien rawat inap selama sebulan yang diterima dari masing-masing
bangsal rawat inap. Kegunaannya antara lain adalah:a. Mengetahui jumlah pasien dirawat selama
periode satu bulan dan satu triwulan.b. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur selama periode
bulanan dan triwulanan.

c. Merupakan data dasar mengenai pasien rawat inap yang perlu dilaporkan.

4. Laporan Triwulan (RL)Laporan Triwulan di gunakan untuk mengetahui pelayanan unit rawat inap,
maka data diatas diolah dalam bentuk pemantauan bulanan, triwulan, dan tahunan sesuai dengan
kebutuhan manajemen Rumah Sakit maupun pelaporan kepada Dinas Kesehatan. Pengelolaan data
statistik menggunakan indikator untuk memudahkan penilaian dan pengambilan kebijakan. Beberapa
indikator yang digunakan di unit rawat inap antara lain BOR, LOS, TOI, BTO, NDR, dan GDR (Ajeng,
2013).9

Pasal 29

(1) Berdasarkan kemampuan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, Puskesmas
dikategorikan menjadi:a. Puskesmas nonrawat inap; danb. Puskesmas rawat inap.

(2) Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan Puskesmas yang
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, perawatan di rumah (home care), dan pelayanan gawat
darurat.(3) Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menyelenggarakan
rawat inap pada pelayanan persalinan normal. (4) Puskesmas rawat inap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya sesuai pertimbangan
kebutuhan pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan rawat inap pada pelayanan persalinan
normal dan pelayanan rawat inap pelayanan kesehatan lainnya.(5) Pelayanan persalinan normal
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.(6) Puskesmas yang dapat menjadi Puskesmas rawat inap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakanPuskesmas di kawasan perdesaan, kawasan terpencil dan
Pasal 40(1) Puskesmas merupakan unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja
secara profesional.(2) Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan sebagai unit
pelaksana teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2019 TENTANG
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

Puskesmas Rawat Inap

1. Ketentuan umum:

a. Terletak di kawasan perdesaan, kawasan terpencil dan kawasan sangat terpencil, yang jauh dari
fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan.

b. Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap, dilakukan secara bertahap mulai dari
Puskesmas non rawat inap, kecuali di kawasan terpencil dan kawasan sangat terpencil.

c. Berlokasi pada daerah strategis dan mudah dijangkau dari Puskesmas non rawat inap dan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di sekitarnya.

d. Rawat inap di Puskesmas hanya diperuntukkan untuk kasus- kasus yang lama rawatnya paling lama 5
hari. Pasien yang memerlukan perawatan lebih dari 5 hari harus dirujuk ke rumah sakit, secara
terencana.

e. Harus dilengkapi dengan sumber daya untuk mendukung pelayanan rawat inap, sesuai dengan
ketentuan.

f. Memiliki jumlah tempat tidur paling banyak 10 (sepuluh) tempat tidur, dan memberikan pelayanan
rawat inap 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam satu minggu untuk pelayanan rawat inapnya.

g. Pelayanan kegawatdaruratan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Jam operasional ditetapkan oleh Kepala Daerah Kabupaten/Kota, dengan tetap memperhatikan
kepentingan pelayanan publik, sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Fungsi: Sebagai fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan rawat inap setingkat kewenangan
fasilitas kesehatan tingkat pertama serta kewenangan tambahan yang diberikan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Kegiatan:

a. Merawat penderita yang memerlukan rawat inap secara tuntas sesuai standar prosedur operasional
dan standar pelayanan.
b. Merawat penderita gawat darurat secara tuntas ataupun merawat sementara dalam rangka
menstabilkan kondisi sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan, sesuai standar prosedur
operasional dan standar pelayanan.

c. Observasi penderita dalam rangka diagnostik.

d. Pelayanan persalinan normal dan atau persalinan dengan penyulit, sesuai dengan pedoman atau
ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Puskesmas kawasan perdesaan, terpencil dan sangat terpencil yang jauh dari rujukan, dapat diberi
kewenangan tambahan sesuai dengan pedoman atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai