Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Perpindahan Panas


1.2 Tanggal Praktikum : 28 Maret 2019
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Poppy Adha Lubis (160140004)
2. Sri Wahyuni (160140015)
3. Rahadian Kurnia H. (160140019)
4. Nia Afriani (160140021)
5. Nurfazliah (160140050)
6. Hanifah (160140051)
7. Bayu Amzai H. (160140058)
1.4 Tujuan Praktikum : Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Dapat menghitung luas perpindahan
panas berdasarkan data ukuran pipa.
2. Mampu menghitung nilai U0 dan Ui
berdasarkan neraca panas.
3. Mampu menghitung Uc dan Ud dan Rd.
4. Mampu menggambar grafik hubungan
flowrate vs U.
5. Mampu memberikan rekomendasi
terhadap heat exchanger yang digunakan
berdasar nilai Rd yang didapat.
6. Mampu merangkai dengan benar
hubungan rangkaian searah maupun
lawan arah.
7. Mampu mencari koefisien α, p, q, dan
hubungan persamaan perpindahan panas
yang digunakan dengan bilangan
Nusselt, Reynold, dan Prandtl
berdasarkan rumus:
p q
hD Dvρ cp µ
k
=α[ ][ ]
μ k
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perpindahan Panas


Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan
bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar
panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia
maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu
contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas.
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali.
Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan  suhu suatu
zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.Proses terjadinya
perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara
tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak
berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah (Mc Graw,
1975).

2.1.1 Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas


Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
1. Counter current flow (aliran berlawanan arah)
2. Paralel flow/cocurrent flow (aliran searah
3. Cross flow (aliran silang)
4. Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

2.1.2 Jenis-jenis penukar panas


Jenis-jenis penukar panas antara lain :
1. Double Pipe Heat Exchanger
2. Plate and Frame Heat Exchanger
3. Shell and Tube Heat Exchanger
4. Adiabatic wheel heat exchanger
5. Pillow plate heat exchanger
6. Dynamic scraped surface heat exchanger
7. Phase-change heat exchanger

2.1.3 Jenis-jenis perpindahan panas


Menurut cara penghatar dayanya,perpindahan panas dibedakan menjadi:
a. Konduksi
Merupakan perpindahan panas yang terjadi karna molekul-molekul dalam
zat bersinggungan, dimana besarnya kecepatan perpindahan panas:
∆T
Q = K.A. ………………………………… (2.1)
∆X

Dimana:
Q = kecepatan perpindahan panas secara konduksi(Btu/jam)
A = luas perpindahan panas (ft2)
K = konduktivitas (Btu/ft.hr.oF)
∆T = beda suhu antara permukan panas dan dingin (oF)

b. Konveksi
Merupakan perpindahan panas disebabkan adanya gerakan atom/molekul
suatu gas/cairan yang bersinggungan dengan permukaan.dengan persamaanya:
Qc = h.A.(Ts – Tv) …………………………..(2.2)
Dimana:
Qc = laju perpindahan panas konveksi (Btu/hr)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (Btu/hr.ft2.oF)
A = luas perpindahan panas (ft2)
Ts = suhu permukaan (oF)
Tv = suhu solubility (oF)

c. Radiasi
Merupakan gelompang perpindahan panas adanya perbedaan suhu dan
berlangsung secara gelombang elektromagnetik. Persamaanya adalah:
T1 T2
Qr = C.F.A (T14 –T24) = 0,171[( ¿4 – ( ¿4] ………….(2.3)
100 100
Dimana:
Qr = energi = perpindahan panas reaksi (Btu/jam)
C = konstanta Stefan Boltzrnan
F = faktor panas (emitifiutas bahan)
A = luas bidang (ft2)
T1 = suhu mutlak
T2 = suhu mutlak

2.2 Prinsip Kerja Heat Exchanger


2.2.1 Prinsip dan Dasar Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali.
Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan  suhu suatu
zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan. Proses terjadinya
perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara
tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak
berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
2.2.2 Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu
energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang
lain.
2.2.3 Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas dari suatu
zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik.
2.2.4 Perpindahan Panas Secara Konduksi
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling
berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang
panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada
dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan
kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat
maka akan memberikan panas.
Pada dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan
panas dari dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak lansung.
1. Secara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan
kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang
terjadi yaitu melalui interfase/penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran
steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang tidak dapat bercampur, gas-
liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.
2. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding
pemisah dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

2.3 Jenis - Jenis Heat Exchanger


2.3.1 Penukar Panas Pipa Rangkap (Double Pipe Heat Exchanger)
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis
penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik
dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruang annular dan
cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.
Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di
dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis
ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang
tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunaan penukar panas jenis
selonsong dan buluh (shell and tube heat exchanger).

Gambar 2.1 Penukar Panas Jenis Pipa Rangkap (Double Pipe Heat Exchanger)

2.3.2 Penukar Panas Cangkang Dan Buluh (Shell And Tube Heat
Exchanger)
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel
pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat buffle). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time),
namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan
menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan
panasnya harus diatur.
Gambar 2.2 Penukar Panas Jenis Cangkang Dan Buluh (Shell And Tube Heat
Exchanger)

2.3.3 Penukar Panas Plate And Frame (Plate And Frame Heat Exchanger)
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat - pelat tegak
lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang
penyekat lunak(biasanya terbuat dari karet). Pelat - pelat dan sekat disatukan oleh
suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 (kebanyakan segi empat)
terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan
masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui
lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.

Gambar 2.3 Penukar Panas Jenis Plat And Frame


Gambar 2.4 Penukar Panas Jenis Plat And Frame

2.3.4 SDA Diabatic Wheel Heat Exchanger


Jenis keempat penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko
yang solid untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar
panas akan dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda
besar dengan benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar
panas cairan.

2.3.5 Pillow plate heat exchanger


Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu
untuk susu pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless
steel. Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh
permukaan tangki, tanpa selain yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar
tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas
ke permukaan selembar tebal dari logam.
Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola
serpentin garis las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan
yang cukup untuk menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan,
menyediakan ruang untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan
penampilan yang karakteristik bantal membengkak terbentuk dari logam.

2.3.6 Dynamic Scraped Surface Heat Exchanger


Tipe lain dari penukar panas disebut (dinamis) besot permukaan heat
exchanger". Ini terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan
tinggi viskositas produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling
aplikasi. Kali berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores
permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan
transferpanas yang berkelanjutan selama proses tersebut.

2.3.7 Phase-Change Heat Exchanger


Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar
panas dapat digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih)
atau digunakan sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke
cairan. Pada pabrik kimia dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan
umpan masuk untuk menara distilasi sering penukar panas.
Distilasi set-up biasanya menggunakan kondensor untuk
mengkondensasikan uap distilasi kembali ke dalam cairan. Pembangkit tenaga
listrik yang memiliki uap yang digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar
panas untuk mendidihkan air menjadi uap. Heat exchanger atau unit serupa untuk
memproduksi uap dari air yang sering disebut boiler atau generator uap. Dalam
pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut reaktor air bertekanan, penukar
panas khusus besar yang melewati panas dari sistem (pabrik reaktor) primer ke
sistem (pabrik uap) sekunder, uap memproduksi dari air dalam proses, disebut
generator uap. Semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir
menggunakan uap yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan untuk
mengubah uap gas buang dari turbin ke kondensat (air) untuk digunakan kembali.
Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan
tanaman lainnya, penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer
panas dari satu aliran yang perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan,
seperti pendingin distilat dan pakan reboiler pra-pemanasan. Istilah ini juga dapat
merujuk kepada penukar panas yang mengandung bahan dalam struktur mereka
yang memiliki perubahan fasa. Hal ini biasanya padat ke fase cair karena
perbedaan volume kecil antara negara-negara ini. Perubahan fase efektif bertindak
sebagai buffer karena terjadi pada suhu konstan tetapi masih memungkinkan
untuk penukar panas untuk menerima panas tambahan. Salah satu contoh di mana
ini telah diteliti untuk digunakan dalam elektronik pesawat daya tinggi.
Komponen-komponen yang terdapat pada heat exchanger adalah shell,
konstruksinya sangat ditentukan oleh keadaan tube yang akan ditempatkan
didalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran besar atau pelat
logam yang dirol. Shell merupakan badan dari heat exchanger, dimana didapat
tube bundle. Untuk temperatur yang sangart tinggi kadang-kadang shell dibagi
dua disambungkan dengan sambungan ekspansi. Tube atau pipa merupakan
bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang mengalir didalamnya dan sekaligus
sebagai bidang perpindahan panas. Ketebalan dan bahan pipa harus dipilih pada
tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu bahan pipa tidak mudah terkorosi oleh
fluida kerja.
Tube sheet, tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi
satu yang disebut tube bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya
menggunakan 2 buah tube sheet. Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu
buah tube sheet yang berfungsi untuk menyatukan tube-tube menjadi tube bundle
dan sebagai pemisah antara tube side dengan shell side.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan perpindahan panas ini
adalah sebagai berikut:
1. Shell and Tube Heat Exchanger
2. Thermometer
3. Ember
4. Stopwatch
5. Busur
6. Koil Pemanas (Heater)

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan perpindahan panas ini
adalah sebagai berikut:
1. Air

3.2 Prosedur Kerja


Adapun cara kerja yang harus dilakukan pada percobaanperpindahan
panas ini adalah sebagai berikut:
1. Heater pada Hot Tank dinyalakan, Knop thermometer diatur sesuai dengan
suhu yang ingin dicapai pada Hot Tank.
2. Thermometer pada aliran masuk dan keluar HE untuk fluida panas dan
fluida dingin dipasang.
3. Pompa dalam keadaan off, hubungkan keempat flexible hose dengan
socket yang ada diatas bench. Periksa sekali lagi apakah aliran fluida
dingin dan panas sudah sesuai dengan variable percobaan, jangan sampai
aliran fluida dingin dipasang menyilang dengan aliran fluida panas karena
akan merusak alat.
4. Setelah semua terpasang cek kebocoran dengan cara menyalakan pompa
fluida panas dan dingin, jika terjadi kebocoran matikan pompa panas dan
dingin lalu ulangi langkah nomor 3 hingga tidak terjadi lagi kebocoran.
5. Tunggu suhu pada tangki panas dan dingin tercapai, kemudian nyalakan
pompa aliran panas dan dingin.
6. Aliran fluida panas dan dingin yang masuk diatur dengan mengatur valve
flowrate.
7. Setelah flowrate sesuai, operasi mulai dijalankan.
8. Laju alir dan perubahan suhu pada kedua aliran dicatat setiap 2 menit
sekali selama 5 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Perpindahan Panas
Run I
Bukaan Air Panas : 70°
Bukaan Air Dingin : 50°
Aliran Panas (Tube) Aliran Dingin (Shell)
Q Suhu (°C) Q Suhu (°C)
Suhu
Tin Tout Tin Tout
(l/menit) (l/menit)
(°C)
40 11,04 39,20 37,50 7,50 31,40 32,60
45 10,04 43,60 42,60 6,70 35 36,20
50 11,22 49,60 48,20 7,50 38 39,20

Run II
Bukaan Air Panas : 60°
Bukaan Air Dingin : 60°
Aliran Panas (Tube) Aliran Dingin (Shell)
Q Suhu (°C) Q Suhu (°C)
Suhu
Tin Tout Tin Tout
(l/menit) (l/menit)
(°C)
40 12,50 40 31,80 7,50 35 36,20
45 11,34 44,60 43,60 7,50 36,60 37,60
50 11,28 48,20 46,20 7,50 38,20 39,40

Run III
Bukaan Air Panas : 50°
Bukaan Air Dingin : 70°
Aliran Panas (Tube) Aliran Dingin (Shell)
Q Suhu (°C) Q Suhu (°C)
Suhu
Tin Tout Tin Tout
(l/menit) (l/menit)
(°C)
40 10,77 40,30 39,40 7,20 34,40 35
45 11,50 44,60 43,50 7,50 36,60 37,60
50 11,42 49,80 48,20 7,60 36,70 37,80

4.2 Pembahasan
Pada praktikum mengenai perpindahan panas yang dilakukan kali ini
adalah dengan menggunakan alat Heat Exchanger jenis Shell and Tube yang 4
panas dalam Tube berbeda untuk setiap bukaan kran. Namun untuk laju alir pada
tiap aliran, pada aliran dingin dalam Shell selalu sama untuk setiap bukaan kran.
Hal ini dikarenakan pada Shell memiliki area alir yang cukup luas sehingga tidak
ada penyempitan yang mengakibatkan meningkatnya laju alir, sedangkan pada
Tube merupakan pipa yang sempit sehingga laju alir akan meningkat apabila
bukaan kran yang dibuka semakin besar. Adapun laju alir pada aliran panas dalam
Tube pada bukaan 75° adalah 14,35 liter/menit, pada bukaan 70° adalah 15,39
liter/menit, dan pada bukaan 65° adalah sebesar 17,95 liter/menit. Untuk laju alir
pada aliran dingin dalam Shell pada bukaan 65° adalah 20,6 liter/menit, pada
bukaan 70° adalah 24,458 liter/menit, dan pada bukaan 75° adalah sebesar 27,276
liter/menit.
Prinsip pada alat penukar panas adalah besarnya panas yang dilepas oleh
fluida panas sama dengan panas yang diserap oleh fluida dingin. Namun pada
percobaan ini ditemukan beberapa kekeliruan, dimana besarnya panas yang
dilepas pada fluida panas tidak sama dengan besarnya panas yang diserap fluida
dingin. Hal ini disebabkan kurangnya kalibrasi pada alat terutama pada aliran
Tube dengan menggunakan fluida dingin untuk menetralkan kembali suhunya,
sehingga permukaan pipa Tube masih menyimpan panas yang mengakibatkan
fluida dingin terlalu besar menyerap panas saat operasi kembali berlangsung.
4.2.1 Hubungan Antara Suhu Dengan UPanas
6
5.04
5 4.46

4
Upanas

3.13
3
RUN I
2 RUN II
1.1 RUN III
1
0.3
0.2 0.3
0.19
0.38
0
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58

Suhu (˚C)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Suhu Vs Upanas


Berdasarkan grafik diatas mengenai hubungan antara suhu dengan Upanas
dapat dilihat bahwa semakin besar suhu fluida panas yang masuk maka Upanas
semakin naik pula. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa koefisien
perpindahan panas keseluruhan pada aliran panas berbanding terbalik dengan
kenaikan suhu fluida panas yang dialirkan ke dalam Tube. Namun tidak semua
sesuai, terdapat pada beberapa kondisi pada run kedua dan ketiga yang mengalami
penaikan nilai UPanas yang disebabkan karena faktor efisiensi dari alat penukar
panas yang digunakan.

4.2.2 Hubungan Antara Suhu Dengan UDingin


0.01
0.01
0.01
0.01
0.01 0.01
Udingin

0.01
0.01 0 RUN I
0 RUN II
0 RUN III
0 0
0
0
0
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58

Suhu (˚C)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Suhu Vs UDingin


Berdasarkan grafik diatas mengenai hubungan antara suhu dengan UDingin
dapat dilihat bahwa tidak semua sesuai, terdapat pada beberapa kondisi pada run
pertama, kedua dan ketiga yang mengalami penaikan nilai U dingin yang disebabkan
karena faktor efisiensi dari alat penukar panas yang digunakan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat didapatkan dari percobaan ini adalah:
1. Laju alir pada aliran panas dalam Tube pada bukaan 75° adalah 14,35
liter/menit, pada bukaan 70° adalah 15,39 liter/menit, dan pada bukaan 65°
adalah sebesar 17,95 liter/menit. Laju alir pada aliran dingin dalam Shell
pada bukaan 65° adalah 20,6 liter/menit, pada bukaan 70° adalah 24,458
liter/menit, dan pada bukaan 75° adalah sebesar 27,276 liter/menit.
2. Koefisien perpindahan panas keseluruhan pada aliran panas berbanding
terbalik dengan kenaikan suhu fluida panas yang dialirkan ke dalam Tube.
3. Koefisien perpindahan panas keseluruhan pada aliran dingin berbanding
lurus dengan kenaikan suhu fluida panas yang dialirkan ke dalam Tube.

5.2 Saran
Selain Shell and tube heat exchanger dapat digunakan juga jenis heat
exchanger yang lain seperti Double pipe heat exchanger, Extended purpose heat
exchanger, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai