Anda di halaman 1dari 60

1.

PENDAHULUAN

 Pengertian Land Clearing

Land Clearing Adalah Proses pembersihan lahan sebelum aktivitas penambangan dimulai.
Land Clearing Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan mempersiapkan
lahan, yaitu mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabatan sampai ke pembakaran
hasilnya, yang dinamakan land clearing. Jadi land clearing dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas pembersihan material hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai
alang-alang. Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land clearing yaitu : Pepohonan yang
tumbuh Kondisi dan daya dukung tanah Topografi Hujan dan perubahan cuaca Sfesifikasi
pekerjaan Data yang diperlukan untuk menganalisis produksi, kebutuhan alat dan akhirnya
ke biaya meliputi:  spesifikasi pekerjaan (proyek), kondisi lapangan biaya alat (beli atau
sewa). Untuk selanjutnya pembahasan akan fokuskan pada masalah teknis dan tidak akan
menyinggung masalah biaya.

 Pengupasan Tanah Penutup            

Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu  pemindahan suatu lapisan
tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut
menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup
yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sistimatika pengupasan yang baik. Pekerjaan
pengupasan lapisan tanah penutup merupakan kegiatan yang mutlak harus dikerjakan pada
pertambangan terutama pada kegiatan penambangan yang menggunakan sistim tambang
terbuka.

Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi,
semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka rencana target
produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan metode dan alat
yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup. Adapun pola teknis dari pengupasan
lapisan tanah penutup yaitu :

1. Back filling digging method Pada cara ini tanah penutup di buang ke tempat sudah
digali.
2. Benching System Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang
(benching). Cara ini pada waktu pengupasan lapisan tanah penutup sekaligus sambil
membuat jenjang.
3. Multi Bucket Exavator System Pada pengupasan cara ini tanah penutup dibuang ke
tempat yang sudah digali atau ke tempat pembuangan khusus. Cara ini ialah dengan
menggunakan Bucket Wheel Exavator ( BWE.
4. Drag Scraper System Cara ini biasanya langsung diikuti dengan pengambilan bahan
galian setelah tanah penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah penutupnya dihabiskan
terlabih dahulu, kemudian baru bahan galiannnya ditambang. Sistem ini cocok untuk
tanah penutup yang materialnya lunak dan lepas(loose).

 Pembersihan Lahan

1
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup dimulai.
Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada permukaan
daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut
sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu
dengan adanya gangguan tetumbuhan yang ada didaerah penambangan. Kegiatan
pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan Buldozer.

Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang mempunyai ketebalan
overburden beberapa meter dengan menggunakan Bulldozer dan dilakukan secara bertahap
sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup. Dalam pembabatan, pohon didorong
kearah bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana penanganan selanjutnya diserahkan pada
penduduk di daerah atau wilayah setempat

 Pengertian Soil Management

Soil Management  adalah pengumpulan soil atau humus pada tempat yang telah ditentukan
yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi.

Aktivitas Soil Management.

Soil Striping           :    Pengumpulan top soil dan dimuat ke alat angkut.

Soil Stockpilling      :    Penyimpanan top soil di tempat yang telah ditentukan dan bersifat
Sementara.

Soil Replacement    :   Penghamparan atau penempatan soil pada lahan bekas tambang   
sebagai rehabilitasi tambang.

 Pekerjaan Land Clearing

Umumnya perkerjaan land clearing terdapat pada proyek proyek konstruksi dilakukan
dengan memperhatikan lahan dan peralatan yang tersedia , seperti yang ditunjukan pada
gambar :

2. Tahapan Land Clearing

Pada pengerjaan proses land clearing hal yang umumnya dilakukan adalah meliputi
pekerjaan sebagai berikut  :

 Underbrushing

Underbrushing adalah sebuah kegiatan yang lebih menjurus kepada kegiatan pembabatan
pohon yang berdiameter maksimum 30 cm dengan tujuan mempermudah pelakasanaan
penumbangan peophonan yang lebih besar.

 Felling/Cutting

2
Adalah kegiatan penumbangan pepohonan yang berdiameter besar dari 30 cm , dalam
sepefikasi kegiatan yang tersedia , biasanya disebutkan kegiatan kegiatan .tertentu, seperti
pohon yang ditumbangakan sampai ke bonggolnya tanpa merusak top soil sekecil apapun ,
kayu kayu yang kecil harus dipotong menjadi dua atau empat bagian yang nantinya dapat
diperlukan untuk kegiatan transmogran dan sebagainya.

 Pilling

Kegiatan yang bertujuan untuk menumpuk kayu kayu atau tumpukan kayu pada jarak jarak
tertentu. Yang diperlu diperhatikan adalah tumpukan kayu harus searah dengan angin yang
berhembus.

 Burning

Adalah pembakaran kayu kayu yang telah mengering atau tumbang dengan tidak melalaikan
kayu yang dapat dimanafaaatkan , Pembakaran diharuskan untuk mendapatkan abu abu
sisa pembakaran yang dapat meningkatkan kesuburan dari tanah disketiranya.

3. Metode kerja land clearing

Metode kerja atau cara pengerjaan yang tepat dan benar akan sangat  berpengaruh
terhadapa produktivitas alat. Untuk menentukan metode mana yang paling tepat
tergantung banyak faktor seperti volume / spefikasi proyek dengan volume besar
sedangakan waktu yang terdsedia relatif singkat , maka buldozer meruakan alat yang efisien
sehingga dengan demikian pembahasan mengenai cara pengerjaan (metode kerja)
selanjutnya lebih dititik beratkan pada penggunaan buldozer.

3.1.  Metode Penebasan dan Penumbangan

Pekerjaan penebasan dan penumbangan dikerjakan secara bersamaan. Untuk kegiatan ini
dikenal beberapa metode, seperti metode perimeter, metode outcrop, metode contour,
dan metode zig-zag. Dari keempat metode tersebut di atas, metode mana yang paling tepat
untuk digunakan sangat tergantung pada kondisi medannya.

Metode Perimeter

Metode ini cocok diterapkan pada real yang rata. Setelah plot areal yang akan dibuka telah
ditentukan, maka bulldozer mulai menebas atau menumbangkan pohon, dari luar menuju
ke dalam, mengelilingi plot areal dengan arah gerak bulldozer berlawanan dengan arah
jarum jam (Gambar 4-2.A.). Penumbangan dilakukan sedemikian rupa, sehingga arah
tumbangnya pohon tidak mengganggu pohon-pohon yang belum tumbang, melainkan jatuh
di areal yang telah dikerjakan. 

Metode Out Crop

Sama seperti metode perimeter, metode out crop cocok diterapkan untuk areal yang rata.
Perbedaannya terletak pada arah gerak bulldozer. Pada metode ini

3
penebasan/penumbangan dimulai dari tengah-tengah plot areal menuju keluar dengan
gerak bulldozer searah jarum jam seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3 A dan Gambar 4.3.B.

 Metode Contour

Metode ini umumnya diterapkan pada areal yang berbukit. Bulldozer menebas /
menumbangkan dari atas bukit ke bawah pada daerah dengan ketinggian yang sama
(contour yang sama) seperti ditunjukkan pada Gambar 4-4.

Metode zig-zag 

Sama seperti metode primeter dan out crop,metode zig-zag dapat diterapkan pada area
yang rata. Metode zig-zag dapat dilihat pada gambar 4-5

3.2 Metode Penumpukan (pilling)

Umumnya hasil penebangan seperti pohon, ranting dan sebagainya ditumpuk searah
dengan arah mata angin dan mengikuti garis contour. Jarak gusur bulldozer sekitar 15-25m,
sehingga nanti jarak tumpukan satu sama lainnya menjadi sekitar 30-50m. Metode
penumpukan guling seperti yang ditunjukan pada gambar 3.2

3.3 Metode Pembakaran

Dalam pembakaran, yang perlu diperhatikan adalah arah mata angin.pada gambar 3.3,
disarankan pembakaran tidak dimulai dari ujung b. Karena apinya akan sulit dikendalikan
lagi pula hasil pembakaran akan kurang sempurna.

Jalur timbunana yang dibuat harus sesempit dan setinggi mungkin untuk mengurang jumlah
tanah yang terbakar, karena dalam pembakaran humus tanah akan ikut terbakar sehingga
mengurangi kesuburan

3.4 Metode Harrowing

Dewasa ini terkenal dengan metode harowing. Salah satu metode yang memiliki efisiensi
kerja yang tinggi adalah “metode lompat kijang”(gambar 3.4). Berdasarkan data dan
pengalaman metode ini memilikin efisiensi kerja sebesar 98,8%.

4. Peralatan Land Clearing

4
 

4.1 jenis alat yang digunakan

Beberapa jenis alat yang digunakan untuk membersihkan lahan, dengan bermacam-macam
tingkatan keberhasilan, seperti:

 Bulldozer yang dipasangkan pada traktor


 Bilah kusus yang dipasang pada traktor
 Garu yang dipasangkan pada traktor
 Rantai dan kabel baja yang dipasangkan oleh traktor

 BULLDOZER YANG DIPANANGKAN PADA TRAKTOR

Dahulu bulldozer umumnya digunakan untuk membersihkan lahan, namun bulldozer ini
dapat diganti oleh bilah khusus yang dipasang pada traktor. Dalam hal ini penggunaan
bulldozer dianggap kurang efisien karena sebelum menumbangkan bulldozer yang besar
bulldozer terlebih dahulu harus menggali tanah di seputar pohon dan memotong akar-akar
disekitarnya yang akan meninggalkan lubang yang akan tidak di kehendaki tanah, disamping
memerlukan waktu yang lebih banyak. Juga ketika menumpuk pepohonan dan tumbuhan
lain yang telah tumbang. Bulldozer mengangkut tanah yang cukup banyak ke tempat
penumpukan, yang menjadikan pembakaran yang lebih sukar.

 BILAH KHUSUS YANG DI PASANG PADA TRAKTOR

Terdapat dua jenis bilah khusus yang di gunakan untuk menumbangkan pohon, di mana
keduanya di pasang pada ujung depan traktor yaitu bilah menyudut-tunggal dengan
penusuk menonjol pada sisi depan, memanjang di depan bilah sehinnga penusuk tersebut
dapat di paksa masuk ke dalam atau menembus pohon untuk membelah atau
melemahkannya.jadi jika pohon tersebut terlalu besar untuk di tumbangkan dalam satu
passing, batangnya akan terbelah dan hanya sebagian yang di tumbangkan.Juga, tractor
tersebut dapat melakukan passing mengitari sebatang pohon dengan penusuk yang
memasuki tanah untuk memotong akar akar mendatar utamanya.Dapat juga di gunakan
untuk menyingkirkan tanggul tanggul dan menumpuk bahan untuk pembakaran.Jenis bilah
khusus lainnya adalah bilah berbentuk V , dengan penusuk yang mencuat di ujung depannya
(Gambar4-9) yang mempunyai keuntungan bilah tersebut memungkinkan bergeser
sepanjang permukaan tanah,dengan demikian dapat melakukan pemotongan tumbuhan
rata dengan permukaan.Namun demikian, bilah tersebut dapat juga di turunkan ke bawah
permukaan untuk menyingkirkan tunggul pohon.Juga bilah tersebut dapat di naikkan untuk
memungkinkan penusuk bersangkutan bila menusuk pohon di atas permukaan tanah.Bilah
bilah khusus dapat dilihat pada gambar 4-10 dan gambar 4-11

5
 Garu yang Dipasang Pada Traktor

Garu ini dapat digunakan untuk membongkar dan menumpuk pohon, batu, dan material
sejenis lainnya tanpa mengangkut tanah yang terlalu banyak , karena material berbutir
seperti pasir dan kerikil akan dengan mudah lolos diantara geriginya. Pengaturan gerigi
dilakukan menurut pesanan yang tersedia untuk penggunaan pada kondisi tanah yang
bermacam-macam. Akan tetapi beberapa bahan berupa plastik cenderung menyatu dengan
tumbuhan dan menyumbat celah-celah diantara geriginya. Garu ini dapat merupakan alat
yang efektif ketika digunakan untuk menumpuk material yang dibersihkan menjadi suatu
tumpukan yang siap untuk dibakar. Selanjutnya terdapat jenis garu jepit yang dipasang pada
traktor yang digunakan untuk mengangkat pohon dan belukar yang telah tumbang dan
mengangkutnya ke tempat-tempat pembakaran atau ketempat pembuangan yang lain.
Untuk beberapa proyek, cara penanganan material yang demikian adalah lebih baik
dibanding menggunakan garu yang dipasang pada traktor untuk mendorongnya dipermukan
tanah. Menggunakan garu jenis ini akan mengurangi bahkan meniadakan terangkutnya
tanah ketempat penumpukan. Juga karena jangkauannya yang tinggi, garu jepit dapat lebih
efektif pada pengacakan setumpuk material untuk meningkatkan laju pembakaran.

 Rantai dan Kabel Baja yang Ditarik Traktor

Dilakukan dengan menempatkan sebuah rantai kuat yang ditarik oleh dua buah traktor. Ini
sangat efektif untuk menumbangkan pepohonan dan membabat belukar yang agak tandus.
Keefektifan rantai ini dapat ditingkatnkan degan menyertakan potongan-potongan baja
misalnya potongan-potongan rel pendek pada mata rantai yang dipasang tegak lurus
terhadap mata rantai pada rantai tersebut. Berat tambahan ini akan membuat rantai lebih
dekat ke permukaan tanah dan lebih banyak menyingkirkan belukar dan tumbuhan yang
lebih rendah. Passing kedua pada daerah yang beberapa bulan sebelumnya telah di rantai
tarik dengan arah yang berlawanan dengan passing pertama, akan mengurangi tetumbuhan
yang masih bertahan hidup.

6
SISTEM PENAMBANGAN TAMBANG TERBUKA

SISTEM PENAMBANGAN TAMBANG TERBUKA

Tambang Tebuka (Surface Mining)

Tambang Terbuka

Surface mining merupakan kegiatan usaha penggalian yang seluruh aktifitas kerjanya
berhubungan langsung dengan udara bebas dan terik matahari yang letaknya tepat di
permukaan tanah.

7
Pada tambang terbuka tahap kegiatan awal yang dilakukan adalah :
1. Pembuatan Jalan Rintisan

Jalan rintisan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat – alat berat ke lokasi tambang, kemudian
dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front penambangan ke lokasi stock rom
atau pengangkutan overburden. Pembuatan jalan digunakan dengan memakai Bulldozer
yang nantinya digunakan pula sebagai pembersihan lahan.

2. Pembersihan Lahan (land clearing)

Pembersihan lahan ini dilaksanakan untuk memisahkan pepohonan dari tanah tempat
pohon tersebut tumbuh, sehingga nantinya tidak tercampur dengan tanah subsoilnya.
Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan ini nantinya dapat dimanfaatkan
sebagai humus pada saat pelaksanaan reklamasi. 

8
Kegiatan pembersihan lahan ini baru dilaksanakan pada lahan yang benar-benar segera akan
ditambang. Sedangkan lahan yang belum segera ditambang wajib tetap dipertahankan
pepohonan yang tumbuh di lahan tersebut. Hal ini sebagai wujud bahwa perusahaan
tambang tetap memperhatikan aspek pengelolaan atau lindungan lingkungan tambang.

3. Pengupasan Tanah Pucuk  (Top Soil)

Pengupasan tanah pucuk ini dilakuan terlebih dulu dan ditempatkan terpisah terhadap
batuan penutup (overburden), agar pada saat pelaksanaan reklamasi dapat di manfaatkan
kembali.
Pengupasan top soil ini dilakukan sampai pada batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman
dimana telah sampai dilapisan batuan penutupan (tidak mengandung unsur hara ).

4. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden)

9
Lapisan tanah penutup ini biasanya dibongkar langsung dengan Exsavator dikareakan
batuan yang digali tidak keras, dan apabila agak keras biasanya dengan metode riping dan
ada juga dengan cara
peledakan, karena batuan di front cukup keras jika digali langsung dengan exsavator, maka
batuan di front tersebut akan diadakan peledakan (blasting) pada area tersebut.  

Dalam kegiatan Pengupasan Tanah Penutup biasanya kendala yang menghalangi kelancaran
kerja adalah masuknya air hujan  (run off mine) ke front.penanganan air ini dilakukan
dengan membuat sump pada front dan mengarahkan air tersebut ke sump dan setelah itu
dilakukan pemompaan.

Air hasil kegiatan pemompaan air tambang ini disalurkan ke kolam penampungan (settling
pond) yang tersdiri dari 3 kompartemen, yaitu :

 a). Kompartemen pertama untuk mengendapkan kandungan lumpur yang ikut larut dalam
aliran air tambang yang terpompa.

10
 b). Kompartemen kedua, untuk penanganan (tretmen) kualitas pH air tambang yang
dihasilkan, dimana air tambang harus ber-pH standard sesuai batasan baku mutu air
tambang yang di ijinkan.

c). Kompartemen ketiga untuk kolam penstabilan air tambang dan titik penaatan kualitas air
tambang sebelum air tambang tersebut disalurkan keperairan umum atau sungai.

Keperairan Umum

11
Kompartemen 3

Mengapa air tambang ini harus disalurkan ke settling pond terlebih dulu, untuk selanjutnya
baru boleh disalurkan ke perairan umum, hal ini sebagai upaya pencegahan terjadinya air
asam tambang (AAT). AAT adalah air yang berasal dari areal pertambangan yang bersifat
asam ( pH<7 ) sebagai akibat teroksidasinya matrial sulfide pada batuan pada kondisi lahan
yang terbuka dan adanya air.
Sifat air asam sehingga cendrung merusak lingkungan, baik terhadap hewan biota air
maupun tumbuhan disekitar perairan tersebut.

5. Pembersihan Batubara (coal cleaning)

Setelah penggalian batuan penutup selesai dan lapisan batubara mulai terekspose, maka
kegiatan penambangan berikutnya adalah proses pembersihan lapisan batubara dari unsure
pengotor (sisa batuan penutup dan atau parting). 
Kegiatan ini dikenal dengan istilah coal cleaning. Hasil kegiatan coal cleaning ini adalah
lapisan batubara yang bersih dan berkualitas.

Proses coal cleaning ini dilakukan oleh alat excavator yang telah dilengkapi dengan cutting
blade pada sisi luar kuku bucket. Hal ini menjadikan ujung bucket bukan berupa kuku tajam,

12
melainkan berupa ujung bucket yang datar rata. Unsur pengotor yang berada di atas lapisan
batubara dapat dihilangkan hingga sebersih mungkin.  

6. Pemuatan (Loading Coal)

Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau mengisikan material
atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan
dilakukan setelah kegiatan penggusuran, pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat
muat exsavator dan diisikan ke dalam alat angkut.

Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan matrial atau endapan bahan galian hasil
pembongkaran kedalam alat angkut. Proses loadaing batubara yang digunakan adalah
metode top loading. Hal ini disebabkan karena unit loading menggunakan tipe backhoe
sehingga sangat memudahkan dalam proses penggalian dan pemuatan. 

7. Pengangkutan ( hauling Coal) 

Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau membawa material
atau endapan bahan galian dari front penambangan dibawa ke tempat penimbunan
sementara di ROM, yaitu stockpile mini tambang. untuk proses lebih lanjut.

13
Kegiatan pengangkutan batubara biasanya menggunakan dump truck tronton atau trintin
yang kemudian dibawa ke tempat pengolahan untuk dilakukan proses peremukan
(crushing), jumlah truk yang akan digunakan tergantung dari banyaknya material atau
endapan bahan galian hasil pembongkaran yang akan diangkut.

14
15
PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

I.PENDAHULUAN.
ARTI : adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan: penggaruan, penggalian,
pemuatan, pengangkutan, penimbunan, perataan, pemadatan, tanah atau batuan dengan
menggunakan alat-alat mekanis.

TANAH : adalah bagian teratas dari kulit bumi yang relatif lunak dan tidak begitu kompak
terdiri dari material - material lepas.

BATUAN : adalah bagian dari kulit bumi yang lebih keras,dan terdiri dari kumpulan mineral-
mineral.

II. ANALISA TEMPAT KERJA.


1. Jalan-jalan dan pengangkutan yang ada.
2. Tumbuh-tumbuhan (vegetation).
3. Macam material dan perubahan volumenya.
4. Iklim (climate).
5. Ketinggian dari permukaan laut. (altitude).
6. Kemiringan, jarak, dan keadaan jalan, (haul road).
7. Syarat-syarat penimbunan (fill specifications).
8. Syarat-syarat penyelesaian pekerjaan (finishing specification).
9. Effisiensi kerja (operating efficiency).
10. Waktu (time element).

III. PENGGUNAAN DAN KEMAMPUAN ALAT-ALAT.


- Ripper (alat garu).
- Buldozer (alat gali dan dorong).
- Power Scraper (alat gali, alat muat, alat angkut jarak dekat)
- Power Shovel, back hoe, whell loader, (alat gali, alat muat) dragline, clamshell, (alat gali).
- Truck, pipa, kapal, kereta api, pipa, belt conveyor, (alat angkut)
- Rollers (alat pemadatan)
- Graders (alat untuk meratakan tanah timbunan)

IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ALAT-ALAT.


1. Digging Resistance (DR).
2. Rolling Resistance (RR).
3. Grade Resistance (GR)
4. Coefficient of Traction (CT).
5. Rimpull (RP).
6. Acceleration (Acc)

16
7. Altitude
8. Operator Efficiency
9. Swell Factor.
10. Weight of Material.

V. MEMPERKIRAKAN PRODUKSI DAN ONGKOS PRODUKSI


- Memperkirakan Produksi
+ Direct Computation (Perhitungan Langsung)
+ Tabular Method (Menggunakan tabel-tabel dan grafik)
+ Slide Rule Method (Menggunakan Slide rule untuk setiap alat)
+ Guestimating, (Memperkirakan)

- Memperkirakan Ongkos Produksi


- + Ongkos Pemilikan, (Ownership Cost).
- + Ongkos produksi (Operating Cost).

MEMPERKIRAKAN ONGKOS PRODUKSI.


A. Ongkos Pemilikan (Owner Costs).
1. Depressiasi (Depreciation) yaitu : Harga Alat + Ongkos Alat (Angkut + Muat + Bongkar +
Pasang) dibagi umur alat .
2. Bunga, pajak, asuransi, dan ongkos gudang, diambil 10 % (bunga 6%, pajak 2%, asuransi
2%) dari penanaman modal tahunan.
Modal Tahunan = (1+n) / 2n x 100% = % harga alat baru
n = umur alat

B. Ongkos Operasi (Operating Costs).


1. Ongkos penggantian ban = harga ban baru dibagi umur ban.
2. Ongkos reparasi ban.
3. Ongkos reparasi umum, termasuk harga “spare parts”, ongkos pasang, dan pemeliharaan.
4. Ongkos penggantian alat gali. (scraper,shovel,buldozer,dll)
5. Ongkos bahan bakar.
Cara menghitung pemakaian bahan bakar adalah sbb:
- untuk mesin yang memakai bensin, rata-rata dipakai
0.06 gallon/HP/jam.
- untuk mesin yang memakai diesel rata-rata dibutuhkan 0,04 gallon/HP/jam
Contoh : Pada peralatan memakai mesin 160 HP, dengan eff. Keja = 83 % dan eff mesin = 80
%, maka memerlukan bahan bakar bensin sebanyak 100/83 x 100/80 x 0.06 x 160 = 14,5
gallon perjam.
Atau memerlukan bahan bakar diesel sebanyak 100/83 x 100/80 x 0.04 x 160 = 9.7 gallon
per jam.
6. Ongkos minyak pelumas dan olie, termasuk ongkos buruhnya.

17
Banyaknya pemakaian minyak pelumas itu dapat dihitung dengan
HP x 0.6 x 0.06 lb/HP/jam c
Rumus : q = -------------------------------- + ------ 7.4 lb/gallon t
7. Upah pengemudi,termasuk asuransi, dan kompensasi.

Ongkos Tak Langsung (Overhead Costs).


1. Trailer
2. Bengkel reparasi
3. Garasi.
4. Truck service
5. Peralatan lapangan
6. Dll.

CONTOH PERHITUNGAN ONGKOS PRODUKSI :


Sebuah alat gali, muat, dan angkut yaitu Power Scraper melakukan pekerjaan menggali,
memuat, dan mengangkut tanah dengan target produksi 500 cuyd/jam. Untuk target
produksi itu diperlukan 6 buah Power scraper dari jenis dan kapasitas yang sama dengan
data dan spesifikasi masing-masing Power Scraper sbb:
- kapasitas : 15 cu yd (heaped capacity)
- berat kosong : 34,000 lbs;
- kekuatan mesin 186 HP, dengan eff.mekanis 85%
- Eff. Kerja 83%
- Kapasitas crankcase : 6 gallon
- Minyak pelumas harus diganti setiap 100 jam
- Umur alat diperkirakan 5 tahun, bila dipakai rata-rata 2000 jam/th.
- Harga pembelian (purchase price) $25,000,-
- Ongkos muat, bongkar,pasang, $ 160,-
- Ongkos angkut; $1.00/100lb.
- Harga ban $4,000, dengan umur ban 2th.
- Ongkos reparasi ban 100% x ongkos ganti ban
- Ongkos penggantian alat gali $0,30/jam
- Harga bahan bakar (diesel) 15c/gallon, (pemakaian bahan bakar 0.04 x HP minyak pelumas
$1.00/gallon
- Ongkos reparasi dan pemeliharaan = 90% x depressiasi
- Ongkos pengemudi $2.00/jam.
Berapa ongkos penggalian per cu yard?
Cara menghitungnya sbb:

A. “OWNER COSTS” (Ongkos Pemilikan)


1. Depressiasi:
Harga Pembelian (purchase price) US $ 25,000.-

18
Ongkos bongkar,muat,pasang 160.-
Ongkos angkut 34,000 lb x $1.00/100 lb 340.-+
Harga ditempat (delivered price) 25,500,-
Dikurangi harga ban 4,000,---
Jumlah yang didepressiasikan 21,500,-
Depressiasi = US$ 21,500,-/(5x2000) = US$ 2.15.-/jam

2. Bunga, pajak, asuransi, dan ongkos gudang :


ditentukan 10% dari penanaman modal tahunan.
Penanaman modal tahunan : (1+5)/(2x5) x 100% = 60 % xharga alat baru
Bunga dll:= (10% x 60% x US$25,500)/2000(jam/th) = US$0.77/jam
Jumlah “owner costs” (ongkos pemilikan) : US$2.15/jam + US$0.77/jam = US$2.92/jam

B. “OPERATING COSTS” (Ongkos Operasi)


1. Ongkos Penggantian ban, = $ 4000/4000 jam = $1.00/jam
2. Ongkos reparasi ban = 100% ongkos ganti ban 1.00/jam
3. Ongkos penggantian alat gali 0.30/jam
4. Ongkos bahan bakar :
Dengan eff.kerja = 83% dan eff.mesin = 85%,maka pemakaian bahan
bakar = 100/83 x100/85 x 0.04 x 186 = 10.55 gallon/jam sehingga
ongkosnya = 10.55 gallon/jam x 15 c/gallon = 1.58/jam
5. Ongkos minyak pelumas :
q = (HPx0.6x0.006)/74 +c/t =
(186x0.6x0.006)/74 + 6/100 = 0.096 + 0.060 = 0.156 gallon/jam,
maka ongkosnya 0.156 gall/jam x $1.00/gall = 0.16/jam
6. Ongkos reparasi dan pemeliharaan:
= 90% x depressiasi = 90% x US$ 2.15 = 1.93/jam
7. Ongkos pengemudi US$ 2.00/jam
Jumlah “operating costs” (ongkos operasi) : US$ 1 + 1 + 0.30 + 1.58 + 0.16 + 1.93 + 2.00 =
US$ 7.97/jam
Jumlah ongkos pemilikan dan ongkos operasi = $ 2.92 + $ 7.97 = $ 10.89/jam
Tanah yang akan digali 500 cuyd/jam, dan scraper yang diperlukan sebanyak 6 buah. Jika
masing-masing scraper mampu memindahkan tanah sebanyak 84 cuyd/jam,maka produksi 6
scraper itu = 6 x 84 cuyd/jam = 504 cuyd/jam, sedangkan ongkos 6 scraper itu adalah 6 x $
10.89 = $ 65.34 , dan ongkos pemilikan 1 scraper cadangan = $ 2.92, maka jumlah ongkos
per jam = $ 65.34 + $ 2.92 = $ 68.26.
Ongkos penggalian per cuyd :

a. $ 68.26/ produksi sebenarnya = $ 68.26/504 cuyd = $ 0.135 = $ 0.14


b. $ 68.26/ produksi per jam = $ 68.26/ 500 cuyd = $ 0.137 = $ 0.14

19
CONTOH SOAL  :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pemindahan Tanah Mekanis
Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan tanah dan batuan dalam PTM
2. Jelaskan apa yang dimaksud lima dari sepuluh analisa tempat kerja
( silakan sdr. boleh menentukan sendiri).
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “Bulldozer”, “Scraper” dan “Truck” Terangkan apa
tugas-tugas pokoknya.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “Rolling Resistance”, Grade Resistance”
“Tractive Coefficient”, dan “Rimpull”
5. Sebuah dump truk memiliki kapasitas 5 m kubic, digunakan mengangkut tanah biasa,
dengan jarak angkut 2 km. Kecepatan angkut 40 km/jam kembali 30 km/jam. Dengan alat
muat Wheel loader dengan kapasitas 1,8 m kubic, cycle time = 0,4 menit, kondisi operasi
sedang,Faktor mesin available = 0,9, Efficiensi waktu = 0,83, efisiensi operator = 0.85,
efisiensi kerja = 0,8, bucket faktor = 0,85
HITUNGLAH ; Produktivitas dump truck tersebut.

20
PERENCANAAN TAMBANG

Quote :
"Setiap Perencanaan Tambang harus memiliki DATA"

Tujuan Perencanaan Tambang :


1. mengurangi operation cost
2. parameter operasional tepat
3. menjaga persediaan bijih
4. menunda pemindahan overurden
5. pengurangan cashflow

Hal pertama yang dilakukan dalam perencanaan tambang adalah menentukan bentuk akhir
pit ekonomis dan bentuk daerah penimbunan (overburden).

Kegiatan Perencanaan Tambang :


1. Rencana Bentuk Pit
2. Urutan Penambangan
3. Kebutuhan Alat
4. Pengeboran dan Peledakan
5. Penggalian
6. Pengiriman bijih ke tempat penghancuran
7. Penimbunan overburden ( material bukan bijih/ material penutup)

Faktor Konsiderasi yang diperlukan untuk perencanaan tambang :


1. Kondisi alam dan geologi
- Jenis batuan
- Geometri
- Kadar Mineral

21
2. Geoteknik
- kriteria besaran kemiringan lereng dinding tambang (bench)
- daerah penimbunan

3. Ekonomi
- jumlah bijih
- kadar batuan
- break even stripping ratio
- cut of grade
- capital cost
- operation cost
- produksi
- kondisi pasar logam
- pengolahan

4. Teknologi
- Peralatan yang digunakan

22
Jul

ISTILAH COAL MINE


ISTILAH COAL MINE

           

Pengertian Land Clearing

Land Clearing Adalah Proses pembersihan lahan sebelum aktivitas penambangan dimulai.

Tahapan Land Clearing

Brushing  : Tahap awal dari proses land clearing yaitu membersihkan terlebih dahulu daerah 

             Kerja dari alang – alang dan pepohonan yang berdiameter  <  0, 30 m, atau sesuai    

             Persyaratan customer dengan menggunakan Buldozer.

Cuting       : Pembersihan daerah kerja dari pepohonan yang berdiameter   > 0,30 m, atau 

              sesuai dengan persyaratan perusahaan customer dengan menggunakan chain-

shaw atau Buldozer kemudian dikumpulkan pada tempat yang tlelah   ditentukan (Logyard).

Grubing    : Pencabutan sisa – sisa akar dari tunggul yang telah dipotong dan dikumpulkan  

              untuk diangkut ketempat yang telah ditentukan.

Pengertian Soil Management

Soil Management  adalah pengumpulan soil atau humus pada tempat yang telah ditentukan

yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi.

Aktivitas Soil Management.

Soil Striping             :    Pengumpulan top soil dan dimuat ke alat angkut.

Soil Stockpilling       :    Penyimpanan top soil di tempat yang telah ditentukan dan bersifat   

23
          Sementara.

Soil Replacement    :   Penghamparan atau penempatan soil pada lahan bekas tambang 

         sebagai rehabilitasi tambang.

Pemahaman Material PAF  & NAF

PAF       :  Potensial Acid Forming

Adalah material yang berpotensi akan membentuk air asam di area      tambang  jika
terpapar air hujan.

NAF       :  Non Acid Forming

         Adalah material yang tidak akan membentuk air asam jika terpapar 

         air hujan.

Cara penempatan material PAF & NAF

PAF akan membentuk air asam ditambang jika terpapar udara bebas dan air hujan.

Cara penanganan nya adalah penempatan di disposal , material PAF ditempatkan 

di bagian bawah , kemudian diatasnya ditimbun dengan material NAF, 

tujuannya adalah untuk mencegah supaya material PAF tidak bereaksi dengan

air hujan.

Efek samping dari material PAF

Akan membentuk air asam dan akan mencemari lingkungan bila tidak ditangani dengan
baik.

Pemahaman Tentang kesetabilan Bench.

Akibat gaya gravitasi pada dasar nya material akan bergerak mencari posisi atau kondisi
stabil,

Lubang galian hasil dari pemindahan material , akan ada dinding tinggi dengan kemiringan  

Tertentu, untuk memaksimalkan pengambilan batu bara(komoditas).

Geometris dinding tambang baik high wall atau low wall merupakan rekomendasi dari
analisa 

24
Kesetabilan lereng dari kekuatan material di area tersebut, sehingga dalam operasi pemben

tukan  dinding  mengikuti rencana bench dan lereng.

Prilaku Longsoran

Longsoran  ada beberapa jenis :

Longsoran Busur

Yaitu longsoran material dengan bidang longsor berbentuk busur , biasanya terjadi pada –

material timbunan, seperti di disposal.

Longsoran Bidang

Yaitu bidang longsor yang berbentuk bidang datar, biasanya mempunyai bidang gelincir

Pada lapisan material tanah ( Kohesi rendah), Ditambang biasanya longsor bidang ini 

Terjadi di sisi low wall, karena lapisan tanah searah dengan lapisan batu bara.

Longsoran Baji

Yaitu longsoran dengan bidang longsor berupa perpotongan dari lapisan material.

Longsoran Guling

Yaitu longsoran material per lapisan material yang terjadi pada lapisan material dengan

Permukaan curam / tegak.

Rock fall

Yaitu longsoran bebas , material jatuh biasa terjadi di high wall.

Tanda – tanda longsoran 

Ada pergerakan material di permukaan.

Terjadi rekahan membusur atau berupa garis lurus di permukaan.

Tekanan material meningkat di kaki – kaki timbunan menyebabkan perubahan bentuk

Seperti menggelembung.

Mekanisme monitoring

Visual   :  Tujuannya untuk  memeriksa kondisi yang tidak stabil 

25
 Memonitor perpidahan / pergerakan permukaan dengan peralatan tertentu

 Seperti Prisma.

 Data –data hasil pemantauan diolah dan diperiksa.

 Memberikan warning  dan  Rekomendasi jika dari pemantauan di simpulkan area 

Tersebut akan longsor.

Peralatan Survey yang di gunakan di tambang .

Teodolit              :  untuk mengukur sudut dan jarak optic.

Total stasion      :  gabungan alat ukur sudut digital dan alat ukur jarak elektronik.

GPS (Geographical Positioning System)

       :  Alat digital yang berfungsi untukmenentukan posisi objek di muka bumi

          Dengan bantuan satelit.

26
Pengetahuan Tentang Kontur

Kontur adalah garis konkrite di atas peta yang memperlihatkan titik – titik diatas peta
dengan ketinggian    

yang sama.

Berbentuk kurva tertutup

Tidak bercabang dan tidak berpotongan

Rapat jika menunjukan area  terjal

Renggang jika menunjukan area landai

Garis kontur dengan nilai lebih rendah mengelilingi yang lebih tinggi

Penjelasan bagian -  bagian peta

Judul : Memuat isi peta / mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta.

Orientasi : Petunjuk arah utara sebenarnya pada peta

Sumber : Referensi perjanjian peta

Creator : Pembuat dan tanggal pembuatan peta

Legenda : Memuat keterangan peta, penjelasan dari symbol  dan warna

Koordinat : Menginformasikan letak posisi peta 

Skala : Perbandingan jarak dipeta dengan jarak sebenarnya di muka bumi

Penjelasan tentang peta tambang

Merupakan peta yang berisi informasi tentang tambang , Peta tambang menyajikan tata
letak 

Seperti Pit, Jalan Hauling, Disposal, Rom, Stock pile dan lain-lain

Penjelasan pita survey dan aplikasinya

  1Top BoundryKuning merah2Kaki BoundryHijau merah3Kaki slopeHijau4Kepala


slopeKuning5On grade elevasiPutih merah6Check elevasiPutih7Pinggir jalanPink8As jalan /
paritPink putih9Area blastingMerahProses pemasangan patok survey

Desain tambang dari Main Plan, untuk mengetahui titik – titik koordinat desainnya

Dengan alat TS ( Total Stasion) Stake Out  posisinya dilapangan dan diberi patok

27
dimarking berisiinformasi koordinat  E & N, actual elevasi dan rencana elevasi /

Request Level

Untuk check elevasi dengan pick up atau menembak satu titik yang ingin diketahui 

Posisinya, kemudian dipasang patok pita untuk check elevasi.

28
1.    Izin Pembukaan Lahan/Land Clearing

a.    Persyaratan

Pada dasarnya Izin Pembukaan Lahan diberikan oleh Bupati kepada Perusahaan pemegang
izin usaha budidaya perkebunan.  Adapun untuk memperoleh Izin, pemegang izin usaha
budidaya perkebunan mengajukan permohonan kepada Bupati dengan tembusan Kepala
Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanahan dan Camat setempat dengan dilampiri:

 Rencana Kerja Tahunan;


 Laporan Kegiatan Perusahaan;
 Jumlah Bibit siap Tanam;
 Rekomendasi/advis teknisdari Kepala Dinas terkait.

Apabila persyaratan di atas telah diterima secara lengkap oleh Bupati, maka paling lama 2
(dua) bulan Bupati harus memberikan jawaban apakah disetujui atau ditolak.

b.    Kewajiban

Dalam melaksanakan kegiatan pembukaan lahan/land clearing, perusahaan wajib


memenuhi ketentuan-ketentuan:

 Pembukaan lahan dilakukan tanpa pembakaran;


 Perusahaan wajib menyampaikan laporan tertulis setiap bulan kepada Bupati;
 Perusahaan wajib menyampaikan permohonan baru apabila target pembukaan
lahan dalam izin terdahulu belum tercapai atau akan menambah luas pembukaan
lahan.

Disamping ketiga persyaratan di atas, Perusahaan juga harus membayar kewajiban kepada
Pemerintah Kabupaten sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila Pemegang izin tidak memenuhi kewajiban-kewajiban di atas maka Izin Pembukaan
Lahan/Land Clearing berakhir atau dapat dicabut.

c.    Sanksi

Berkenaan dengan sanksi, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu meliputi:

1)    Dalam hal Perusahaan perkebunan yang telah memiliki Izin Pembukaan Lahan/Land
Clearing, apabila tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini dikenakan sanksi administrasi berupa:

 peringatan tertulis sebanyak 1 (satu) kali;


 apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf (a) tidak diindahkan
maka akan dikenakan sanksi pencabutan izin usaha.

29
2)    Dalam hal Setiap orang/badan usaha yang melakukan pelanggaran terhadap Pasal 18
ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp 5.000.000,- (Lima juta Rupiah);

3)    Selanjutnya Setiap orang/badan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a yaitu

melakukan pembukaan lahan dengan pembakaran akan dikenakan pidana berdasarkan


ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

30
TAHAPAN-TAHAPAN LAND CLEARING

1.       SURVEY AREAL DAN BLOCK DESIGN

1.1. Survey Areal

Tujuan adalah untuk mengetahui keadaan vegetasi, menentukan klasifikasi hutan (berat,
sedang atau ringan) dan menggambarkan topografi areal (datar, bergelombang, berbukit).

1.2. Block Design

Luas satu blok tanaman yang ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah ± 30 Ha dengan
bentuk persegi panjang.

Panjang 1000 m arahnya Timur-Barat yang merupakan Jalan Koleksi dan lebar 300 m arah
Utara–Selatan yang merupakan Jalan Utama,

1.3. Bloking Areal

Setelah design blok jadi maka langkah selanjutnya melaksanakan bloking areal yaitu melakukan
rintisan lapangan pada titik-titik dan garis-garis yang tergambarkan di peta design block,
sehingga dapat tergambarkan secara detail informasi sebenarnya yang ada di lapangan pada
titik-titik dan garis-garis yang telah dirintis, yaitu apakah tanahnya mineral, gambut atau
lowland, berpasir atau tidak, topografinya datar, berombak atau bergelombang, dan lainya.

2. METODE PEMBUKAAN LAHAN


2.1.       Tanaman Baru (New Planting)

a.       Imas (Underbrushing)


Semua pohon/tanaman hutan berdiameter kurang dari 10 cm, semak dan tanaman
merambat (creeper) harus ditebas rapat ke permukaan tanah.

b.       Tumbang/Tebang (Felling)


† Tumbang I dilaksanakan setelah pekerjaan imas selesai, yaitu memotong pohon/kayu yang
berdiameter 10–30 cm, dimana sisa tunggul maksimum hanya boleh 30 cm dari permukaan
tanah.

† Tumbang II ditujukan pada pemotongan pohon/kayu yang berdiameter diatas 30


cm, dimana sisa tunggul maksimum 50 cm dari permukaan tanah. Pada waktu
penumbangan harus diusahakan tidak jatuh ke arah sungai, atau jalan dan arah tumbangan
harus satu arah, sejajar dengan rencana baris tanaman. Pada areal lereng (kemiringan 22°)
arah tumbangan pohon harus sejajar kontur.
c. Membuat pancang jalur tanam/pancang kepala

31
Jalur tanam dibuat menurut jarak antara barisan tanaman (gawangan), pekerjaan ini
dimaksudkan untuk memberi tanda sehingga memudahkan pengerjaan pembersihan jalur
tanam. 

d.       Memerun, Merumpuk dan Pembersihan Jalur Tanam secara manual :


† Memerun adalah mencincang atau memotong kayu bulat bekas tebangan berdiameter > 10
cm dan panjangnya > 4 m menjadi kayu-kayu yang panjangnya < 4 m

† Merumpuk atau pembersihan jalur tanam dan jalan pikul

Hasil cincangan ditempatkan diantara jalur tanaman, dengan jarak 1 m di kiri-kanan


pancang. Disamping itu, pada jalur jalan pikul harus dibersihkan dari kayu-kayu dengan lebar
1,5 m.

Untuk memudahkan pemeriksaan blok/lapangan, merawat dan melangsir pupuk maka perlu
dibuatkan jalan kontrol selebar 1,5 m melintangi di tengah-tengah blok arah Barat-Timur
berjarak 150 m dari jalan collection road. Jalan kontrol ini harus dibersihkan dari segala
potongan kayu termasuk tunggul kayu dipotong tandas.

e.        Pembersihan jalur tanam secara mekanis (stacking)

dilakukan dengan menggunakan alat berat seperti Bulldozer, Excavator atau tree & brush
chipper, mesin pencacah kayu menjadi serpihan. Ketentuan dalam perun mekanis adalah
sebagai berikut :

† Kayu-kayu yang sudah dicincang digusur dan dikumpulkan pada jalur gawangan mati. Lebar
rumpukan maksimum 4,0 m dan tinggi 2,0 m.

† Arah rumpukan membujur dari Utara ke Selatan. Jarak antara rumpukan yang satu dengan
jalur rumpukan lain adalah 2 - 4 baris tanaman tergantung volume kayu-kayu hasil
tumbangan.

† Jalur rumpukan kayu yang panjangnya ± 300 m harus diputus pada setiap jarak 50 m,
sehingga ada jalan untuk orang melintas antar jalur tanaman.

32
STACKING
LAND CLEARING
Pengertian STACKING
Stacking adalah membuka areal hutan dengan mengunakan alat berat dan
menyusun potongan-potongan kayu sesuai pancang rumpukan yang telah ditentukan.
Pembukaan lahan di sini mengunakan zero burning, kegiatan pembukaan lahan disini
mengunakan system buka lahan dengan mengunakan alat berat (stacking). Namun
bila terdapat pohon yang besar dan susah di tumbang maka pohon tersebut dapat
disusul dengan tumbang manual (sinso) sehingga areal dapat benar-benar terbuka.
Team senso kayu biasanya ada dari kontraktor alat berat tersebut.
2. Manfaat/tujuan Stacking
Manfaat dan tujuan mengapa stacking :
- Menghemat Biaya
- Mempercepat pekerjaan buka lahan
Karakter Stacking dan Alat berat
Gambar : Alat berat
Doser

LC Siap Tanam ( Plasma


R.S )
Stacking di sini menggunakan bulldozer type D85 SS
(Super Skidder) secara langsung setelah blocking selesai. Bulldozer yang diturunkan
ada 2 unit dan 1 unit excavator 08, chinsau merk still 2-4 unit. Basis Bulldozer 1,2 ha
per hari, tetapi juga bisa mencapai 3-4 ha lebih, tergantung vegetasi dan keadaan
topografi. Bahan bakar bulldozer menggunakan solar dengan kapasitas tangki 410-
440 liter, HM selama 8-10 jam bisa menghabiskan solar 280-350 liter.
Jarak stacking yang satu dengan berikutnya 31,2 m untuk 4 titik tanam, Jarak stacking 15,6
m untuk

2 titik tanam.
Untuk pancang stacking agar rapi digunakan kompas type suunto. Dengan
kompas diharapkan hasil stacking atau rumpukan menjadi rapi dan tepat untuk titik
tanam bibit kelapa sawit.
Mekanis (Stacking)
Gambar : Proses Stacking Oleh
dozer

33
Pembersihan jalur tanam mekanis (stacking) dilakukan dengan menggunakan alat berat
(Buldozer atau Excavator).
Ketentuan dalam perun mekanis (stacking) sebagai berikut :

Perun Mekanis Excavator


1. Kayu-kayu yang sudah digusur lalu dikumpulkan pada tempat yang sudah
ditentukan (jalur rumpukan).
2. Untuk area yang vegetasi kayu rapat dimana berkemungkinan adanya hasil
tumbangan/gusuran yang panjang > 6 m, maka kayu harus dicincang untuk
menjaga kualitas perun.
3. Jalur rumpukan pertama terletak pada gawangan kedua atau setelah dua baris
tanaman dari sisi transport road. Jalur rumpukan harus berada di jalur
gawangan mati, lebar rumpukan kayu maksimum dibuat 4,0 m dan tinggi
rumpukan yang diperbolehkan maks.3,0 m.
4. Arah rumpukan membujur dari Utara-Selatan. Rumpukan pertama dimulai
dari sebelah utara atau selatan (pada jarak ± 6 mtr dari tepi Collection road)
atau sesuai pancang rumpukan yang telah dibuat.

Stacking Bulldozer

Untuk areal rendahan (rawa atau gambut) maka pelaksanaan land clearing
dikerjakan menggunakan excavator dengan jarak antara rumpukan yang satu dengan
rumpukan yang lain adalah 2 (dua) baris tanaman.
Jalur rumpukan kayu yang panjangnya ± 300 m harus diputus selebar 4 m pada
setiap jarak 150 m, sehingga ada jalan untuk orang melintas antar jalur tanaman /
pasar kontrol.
Cara mencari berapa jumlah rumpukan dalam 1 bloknya adalah :
Dik ;

34
Luas blok = 30 ha
lebar blok 1000 m ke timur barat dan Jarak rumpukan adalah 31,2 m
Dit ;
berapa jumlah rumpukan dalam 1 blok?
» Jadi, jumlah rumpukan = 1000 m
31,2 m
= 32 rumpukan dalam 1 blok
PEMBAUATAN JALAN
Gambar : hasil stacking dozer

COLLECTION ROAD DAN MAIN ROAD


Setelah rintis blok selesai dilakukan kemudian barulah alat berat masuk untuk
membuat jalan sesuai rintisan yang telah di buat tersebut. Jalan ini dibuta oleh alat
berat jenis dozer (bulldozer) dengan ketentuan jalan yang dibuat pada areal / tanah
kering yang dapat dikerjakan dengan alat bulldozer ( dozer ). Jenisnya bisa jalan
poros, jalan transport, maupun jalan collection. Ketentuan spesifikasi jalan dozer
adalah sebagai berikut :
a. Badan jalan harus dibersihkan dari : Tunggul, Kayu, Akar-akaran dan tanah humus
disingkirkan diluar badan jalan.
b. Badan jalan yang telah bersih kemudian dibuat cembung ( tinggi ditengah ) untuk
mencegah genangan air ditengah badan jalan.
c. Sisi kanan kiri badan jalan dibuat saluran / parit air menggunakan pisau / blade dozer
yang dimiringkan, sehingga memungkinkan air mengalir dengan lancar disepanjang
saluran / parit badan jalan

35
Bentuk memanjang dari badan jalan harus rata, artinya bila terdapat bukit –
bukit kecil dengan jarak cukup pendek ( 30 meter ) dengan ketinggian tidak lebih dari
1 meter, maka bukit – bukit kecil tersebut harus diratakan. Kelandaian tanjakan pada
bukit atau gunung harus tidak lebih dari 15 %, artinya nilai beda tinggi puncak bukit
dengan lembah bukit dibagi dengan jarak horizontal ( jarak datar ) adalah : maksimum
15 %. Bila pembuatan jalan di daerah bergelombang/bukit, maka untuk menjaga
kelandaian jalan, jalan dibuat mengikuti countur. Spesifikasi ukuran lebar badan jalan
dozer untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut
a. Lebar jalan Poros : 12 meter
b. Lebar jalan transport : 8 meter
c. Lebar jalan Collection : 7 meter
MEMBUAT JALAN
CR DAN MR DI AREAL RAWA / GAMBUT
Tidak sedikit areal rawa dan gambut di Kalimantan, dalam kondisi areal jalan
yang terhalang oleh rawa dapat dilakukan penimbunan areal tersebut sehingga
menjadi jalan timbunan. Jalan Timbun adalah jalan yang dibangun diatas lokasi tanah
lembek, tanah rawa atau tanah gambut yang hanya mampu dikerjakan dengan alat
excavator (back hoe) dan sejenisnya. Material tanah timbun untuk badan jalan
dipergunakan material hasil galian kanan kiri (pinggir) badan jalan. Penggalian tanah
timbun dengan alat excavator (sejenisnya) dilakukan sedemikian rupa sehingga
didapatkan kadar tanah asli (tanah clay) untuk dasar badan jalan. Bila lokai pekerjaan
adalah rawa dalam/gambut yang tidak ada clay, maka material timbunan tidak boleh
ada potongan kayu yang dalam posisi tegak. Tanah timbun badan jalan dipadatkan
secara merata dengan roda dan bucket excavator permukaan badan jalan bebas dari
kayu yang bermunculan.

Penimbunan badan jalan dilakukan sedemikian rupa sehingga badan jalan


berbentuk cembung dan rata (tinggi ditengah) dengan kemiringan 2% padat yang
memungkinkan air mengalir kesamping (kesaluran), pada kondisi kering maka badan
jalan dapat dilewati dengan kendaraan roda empat. Untuk jalan batas HGU posisi
parit galian sebaiknya dibuat sebelah yaitu sebelah luar (berbatas dengan HGU). Bila
lokasi masih memungkinkan maka parit galian tanah boleh dibuat pada kedua sisi
badan jalan. Ukuran parit galian untuk material timbun tergantung kebutuhan material
untuk timbunan badan jalan, yang penting parit dibuat rapi dan memungkinkan air
mengalir dengan baik pada parit tersebut.
sebelum dilakukan penimbunan badan jalan maka bila ada kayu yang malang
melintang dijalur jalan, harus terlebih dahulu dirapikan dengan posisi melintang pada
rencana jalur jalan sebagai pondasinya.
BLOCKING
MEKANIS
A. UKURAN BLOCK DESIGN
Pengertian Block design disini adalah pekerjaan penentuan ukuran block
standard / normal yang dipakai sebagai dasar dalam pembangunan kebun. Block
Standard / normal yang dimaksud adalah block yang berbentuk kotak persegi. Semua
block “harus” diupayakan berbentuk persegi. Pengecualian hanya diijinkan bila lokasi
bergelombang / berbukit. Luas Block Normal yang dipakai adalah 30 Ha namun luas

36
dari HGU yang ada biasanya 30,97 ha karena 0,97 ha digunakan sebagai jalan blok
tersebut.
1. Ukuran Block standard / normal yang dipakai adalah ;
Lebar : 300 M
Panjang : 1.000 M
2. Mencari Ha Jalan BLOK
Panjang jalan CR = 1000 m
Lebar jalan CR = 7 m

Ha Jalan CR = 1000 x 7 m
10.000 m
= 0,7 Ha
Panjang Jalan MR = 300
Lebar jalan MR = 9 m
Ha jalan MR = 300 x 9 m
10.000 m
= 0.27 Ha
B. RINTIS BLOCK
Pengertian Rintis Block adalah pekerjaan penentuan lokasi jalur lebar dan
panjang block dilapangan.
Posisi ukuran Block adalah sbb :
 Lebar ---- > arah utara -- selatan
 Panjang ---- > arah timur - barat
Penentuan jalur block di lapangan dimulai dengan mengambil titik koordinat
sesuai ijin lokasi yang dimiliki. Titik koordinat ini tentunya sudah dimasukkan dalam
peta rencana block design sebagai titik awal bagi Team Rintis. Dari titik awal ini
Team mulai membuat jalur “rintisan”. Jalur rintisan ini juga berfungsi sebagai batas
block, sebagai dasar semua pekerjaan pembangunan kebun (land clearing, tanam dll).
Jalur Rintisan dibuat lebar 1,5 s.d 2 meter. Jalur rintisan harus bebas semak dan anak
kayu. Semua pohon diameter < 7,5 cm yang berada “garis koordinat” di jalur rintisan
harus ditebang. Apabila “garis koordinat” di jalur rintisan tepat mengenai pohon >
7,5 cm yang sulit ditebang, maka pohon tetap dibiarkan tegak, garis koordinat harus
dibuat patok bantu agar jalur tidak bergeser.
Pada setiap persimpangan block (titik pertemuan 4 blok) dipasang patok kayu
Ǿ 7,5 cm dan diberi warna merah. Tinggi patok 1,8 meter dimana tertanam ± 30 cm
dan sisanya (1,5 m) tegak diatas tanah. Sebelum diberit cat merah, kulit kayu harus
dikupas dan dibiarkan mongering getahnya, baru dioles cat. Kayu patok mengunakan
kayu yang ada di sekitar lokasi. Bagian yang dicat adalah keliling kayu setinggi 20 cm
dari sisi atas. Untuk jaur rintisan , setiap jarak 40 – 60 meter juga diberi patok yang
diberi cat. Patok terbuat dari kayu di sekitar lokasi ukuran Ǿ 2-5 cm. Tinggi patok
1,8 meter dimana tertanam ± 30 cm dan sisanya (1,5 m) tegak diatas tanah Kulit kayu
pada posisi cat harus dikupas terlebih dahulu dan ditunggu hingga getahnya
mengering baru dioles cat. Jarak patok bantu bisa diperpendek sesuai/menyesuaikan
lokasi kerja. Bagian yang dicat adalah keliling kayu setinggi 20 cm dari sisi atas.

BLOKING AREA

37
LAND CLEARING
A. PENDAHULUAN
Pengukuran lahan adalah pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk
mengetahui luas dan batas batas lahan yang berseberangan yang mengacu pada
ketentuan teknis pengukuran tanah untuk mendapatkan detail planimetris (X,Y) dan
tinggi (h) yang dapat memenuhi persyaratan Geometrisnya.
Pembangunan kebun kelapa sawit pada intinya adalah pembuatan petak petak
lahan kerja berupa blok untuk ditanami benih dan bibit kelapa sawit, blok adalah
manajemen terkecil dari suatu kebun, yang kemudian secara kolektif membentuk
afdeling atau divisi, dan beberapa afdeling atau divisi menjadi estate. Pembuatan blok
blok tanam banyak ditentukan dari bentuk kontur dan topografi lahan / areal, dan
harus memenuhi beberapa kaidah antara lain :
1. Batasan/Pengertian Blok
Pembuatan Batas areal/lahan dan rancangan blok (bloking areal) utamanya
pada bidang perkebunan perlu dilaksanakan sebagai dasar untuk penyusunan rencana
kerja, yaitu meliputi sistem kerja (perencanaan dan pengorganisasian), menentukan
kebutuhan alat/tenaga kerja, dan menentukan kebutuhan biaya. Oleh karena itu,
pembangunan fisik kebun dalam bentuk apapun belum dapat dilaksanakan sebelum
pekerjaan bloking (termasuk survei lahan) diselesaikan, kegiatan bloking areal ini
juga berguna bagi masyarakat pemilik lahan yang inclave atau penyerahan dalam
menentukan kepemilikan masing-masing lahan sebelum diserahkan ke perusahaan.
Pekerjaan bloking areal kedepannya selain mengukur blok-blok tanaman dalam
satuan terkecil misalnya 25 Ha, 30 Ha maupun penentuan blok yang sesuai dengan
kontur.

2. Survey Pendahuluan
a. Mempersiapkan Peralatan dan Peta Kerja berikut informasi terkait areal yang
akan di survey/dilacak batasnya.
 Mempersiapkan peta kerja perlu dilakukan agar pada saat pelaksanaan tidak
terjadi overlaping areal karena akurasi informasi yang tidak tepat
 Peta yang digunakan adalah peta standard yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang misalnya : Dinas Kehutanan dan perkebunan; Badan Pertanahan
Nasional; Peta RTRWK/RWP; Peta RBI dan lain sebagainya
Peralatan Survey antara lain :
 Untuk merintis : parang
 Untuk pengukuran : Kompas, Altimeter (mengukur ketinggian mdpl), GPS,
Kamera, Pita ukur (meter gulung), peta dasar BPN (Ijin Lokasi), peta kontur
Bakosurtanal), Hard Cover, Kertas,Alat tulis, Cat (water resist), dll.
 Untuk Pemasangan Patok : Kayu ukuran 10 x 10 x 200 cm, palu, cat putih, cat
merah dan cat biru.
 Untuk pembuatan peta : Komputer, Software GIS, Ploter,PC GPS
b Menetapkan langkah-langkah teknis survey pelacakan batas
 Dalam pelaksanaan Survey langkah langkah teknis perlu ditentukan agar
sistematika dan pelaporan hasil survey yang akan di ambil pada obyek survey
punya BUKTI dan HISTORIS untuk di dokumentasikan antara lain :
 Koordinat titik rujukan (Geodetic, UTM/UPS/TM3)

38
 Kode titik patok/pancang (merah, putih)
 Kelerengan/Topografi
 Jenis vegetasi
 Jalan, Sungai dan Rawa (Bentang/Garis Alam)
 Ketinggian tempat
 Lain-Lain (Hutan Larangan, Kuburan, Pohon Sialang, dll)

c. Persiapan bentuk pelaporan hasil survey


 Sistimatika pelaporan mengikuti standardisasi yang telah ditentukan dengan
blanko/taly sheet yang telah disediakan seperti :
 Rencana kerja harian
 Rencana Kerja Bulanan
 Check List Survey Lahan Pembukaan meliputi :
o Fit to Area
o Lahan Pembukaan
o Okupasi Tanaman Hortikultura
o Okupasi Tanaman Perkebunan Intensif
o Okupasi Tanaman Non Intensif
o Okupasi Tanaman Kehutanan
B. SISTEMATIKA DAN TEKNIS PEKERJAAN
Pelaksanaan ploting dan bloking areal disesuaikan dengan peta BPN, diawali
dari penentuan titik ikat (koordinatnya) sebagai titik rujukan tanda alam/bentang alam
yang tidak mudah berubah karena situasi (misal cabang sungai, persimpangan jalan
dsb), utamakan pada batas luar kebun, dengan GPS
Pada sepanjang batas luar/pringgan/border atau batas penanaman sesuai
dengan peta ijin lokasi (BPN) dan peta yang telah disiapkan dibuat jalur rintisan
selebar 1,5 m lalu diukur dan setiap jarak 50 - 100 m dipasangi patok yang dicat
merah.
Penandaan batas areal untuk pertama kalinya secara simbolis di laksanakan
bersama-sama dengan instansi terkait, tokoh masyarakat serta tim survey dengan
mengambil titik digitasi koordinat Geodetic, ketinggian lereng, kondisi lainnya yang
telah di tetapkan sesuai peta BPN oleh tim surveyor dicatat dan selanjutnya
penanaman patok batas yang dilakukan oleh juru patok, penanggung jawab
perusahaan atau yang mewakilinya, dan tokoh masyarakat atau yang mewakilinya,
untuk selanjutnya melaksanakan bloking area keseluruhan sesuai rencana
pembangunan kebun (Peta BPN)
 Mengukur keliling areal kerja efektif (Bloking Border/Area)
 Mengukur & memetak blok/bloking blok (U–S interval 250m x T-B 1000
m) 25 ha sesuai kondisi lahan
 Memetakan jalan sebagai batas blok ( Main Road & Collection Road)
 Memasang patok kayu di setiap sudut blok & penomoran blok
 Memoles tanda dgn cat merah di sepanjang garis batas ukur blok dan cat putih
pada perpotongan blok
 Memetakan bentang alam ( dalam buku kerja )
 Melaksanakan survey blok per blok, pedoman US-SU-TB-BT
 Menyajikan semua batas-batas alam, jalan, susunan blok yang diukur dan
luasnya dan nomor blok dalam gambar/peta

39
 Mengukur blok per blok.
 Memetakan hasil survey sesuai kaidah pemetaan.
 Membuat Peta rancangan Desain Blok berdasarkan data awal yang sudah
dikumpulkan
i. Melakukan checking lapangan berdasarkan Peta Rancangan Desain Blok
untuk mendapatkan Desain Blok Definitif dengan mengambil beberapa
informasi tambahan seperti : Mengambil Sampel Tanah, Mengambil Sampel
air , Mengukur PH Tanah, Mengukur Titik Elevasi Lahan, Menentukan Titik
Starting Point pada bentang alam, Vegetasi Dominan
ii. Pembuatan Peta Desain Blok definitif yang merupakan perbaikan dari Peta
Rancangan Desain Blok berdasarkan hasil checking lapangan
iii. Peta Desain Blok Definitif berfungsi sebagai peta kerja dan peta dasar untuk
kegiatan pengurusan lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan Pembangunan
perkebunan Kelapa Sawit.
iv. Peta Blok sebagai acuan dalam menentukan arah pembangunan, perawatan,
pemanenan, dan infrastruktur.
C. KESELAMATAN KERJA
Pekerjaan survey dan bloking areal adalah pekerjaan yang beresiko tinggi, dan
berbahaya seperti hewan liar, alam yang masih asing serta iklim dan cuaca yang
kadang tidak bersahabat, serta harus berjalan dan menginap pada celah dan jalur naik turun
lereng dalam garis lurus, maka alat-alat survey serta perlindungan dan

keselamatan kerja harus sangat diperhatikan dan selalu dalam pengawasan.


D. MEKANISME
1. Menetapkan batas konsesi lahan
 Membuat jalur-jalur rintisan arah U – S berjarak tiap 400 atau 500 m
 Pemetaan skala detail calon areal perkebunan
 Umumnya survey dilakukan oleh konsultan/balai penelitian
 Kebutuhan juru ukur 2,5 HK/ha dan perintis 5 HK/ha
2 Penyusunan Tata ruang,
Tata ruang disusun berdasarkan hasil survey lahan semi detail yang mencakup :
 Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan masuk lokasi
 Batas kebun dan batas kerja kontraktor
 Lokasi bibitan
 Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai (rencana outlet)
 Rencana pembagian blok
 Luas setiap blok 30 ha untuk inti dan 40 ha untuk plasma/KKPA
 Penentuan Main Rod dan Colection Road
 Rencana lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lainnya
 Rencana lokasi pabrik dan kantor
 Lokasi quari material penimbunan dan pengerasan jalan
3. Rintis – Bloking
o Pedoman dalam pembuatan blok dan jalan di areal datar :
 Berdasarkan peta rencana blok, dilakukan kegiatan rintis MR arah Timur –
Barat dan CR arah Utara – Selatan dengan menggunakan theodolite
 Jarak titik pancang antar MR adalah 1.009 m dan antar CR adalah 307 m

40
 Lebar blok 300 m dan panjang 1.000 m
 Lebar MR 9 m dan CR 7 m
o Khusus untuk areal berbukit dilakukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum
pembuatan jalan dan bloking. Bloking ditentukan berdasarkan batas jalan dan
luasnya tidak harus 30 ha.

SURVEY STUDY KELAYAKAN


A. PELAKSANAAN SURVEY
Pembangunan perusahaan perkebunan pada suatu lokasi harus dilakukan dahulu studi
kelayakannya, agar didapat keadaan senyatanya keuntungan dan kerugian yang
didapat apabila perusahaan akan menginvestasikan dananya guna membangun sebuah
perkebunan, langkah langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
I. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN FISIK
Melakukan identifikasi lingkungan fisik berguna untuk mengetahui :

Rintis Lahan Pancang Land Clearing

a. Lokasi calon kebun Adalah untuk mengetahui lokasi calon kebun apakah
masuk dalam wilayah administrasi desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi
juga jarak yang harus di tempuh untuk pencapaian.
b. Transportasi dan Komunikasi berguna untuk mengetahui transportasi yang
dapat dilakukan untuk pencapaian ke lokasi kebun, transport yang akan
digunakan, jarak tempuh dan waktu tempuh, juga sarana jaringan komunikasi
yang dapat dipergunakan.
c. Riwayat dan Status Lahan untuk mengetahui status kawasan calon areal
apakah masuk dalam kategori APL, HL, HPL atau kawasan Lindung dan
lainnya, ini berguna untuk tindak lanjut meningkatkan status perijinan
perkebunan selanjutnya (HGU), dengan pengambilan beberapa titik koordinat
yang akan di compare dengan peta kawasan dari kehutanan maupun
pemerintah daerah rencana tata ruang
peruntukan nya (RTRWP/RTRWK)
d. Kondisi Iklim kondisi iklim yang ada di

41
calon areal perkebunan, data di ambil
dari berbagai sumber yang terkait,
seperti BMG, dan atau sumber sumber
lain nya, data yang diperlukan seperti :
curah hujaan, suhu udara, kelembaban
udara, Kecepatan Angin, Ketersediaan Sumber Air.
e. Geologi dan Bahan Induk pengambilan data data jenis batuan dan bahan induk
yang terkandung di dalamnya berguna
untuk kelayakan pertumbuhan tanaman.
f. Topografi dan Bentuk Wilayah
pengambilan data berupa visual
topografi dan bentuk wilayah ini
berguna untuk rancangan desian kebun.
g. Vegetasi. vegetasi dominan di lokasi
areal calon kebun, juga kondisi vegetasi
dimasukkan kedalam kelas hutan primer, hutan skunder, semak belukar, dan lain
sebagainya, ini berguna untuk langkah tindakan landclearing pembukaan
areal.
h. Tanah kandungan tanah pada areal
calon perkebunan perlu diketahui untuk
pertumbuhan tanaman, seperti
ketebalan efektif topsoil, kedalaman
pencapaian air resapan tanah, sifat
kimia tanah, semua data ini diambil
dilapangan dengan mengambil
sampling galian tanah yang memanfaatkat satuan peta tanah sebagai acuan
penentuan titik sample pengambilan tanah, yang selanjutnya sample sample
tadi di bawa ke laboratorium untuk di teliti kandungan nya.
i. Screening Areal melakukan ploting areal lokasi calon kebun dengan
memanfaatkan peta citra landsat dan peta rupa bumi, peta RTRWP/RTRWK,
dengan mengurangi factor pembatas, seperti calon perumahan, pabrik,
kawasan pemukiman yang inclave, topografi dan kawasan kawasan lainnya,
sehingga di dapat luas efektif untuk pembangunan perkebunan.
II. ANALISA SOSIAL EKONOMI
Pengambilan data sosial ekonomi yang diperlukan seperti
a. Administrasi Pemerintahan Mengetahui posisi geografi lokasi calon kebun
yang masuk dalam wilayah kepemerintahan, desa, kecamatan dan Kabupaten,
termasuk juga luas wilayah kepemerintahan yang membawahinya
b. Kependudukan Data Demografi kependudukan dalam kelompok umur
produktif dan non produktif juga berdasarkan jenis kelamin pada wilayah
kepemerintahan calon areal kebun
c. Mata Pencaharian penduduk
d. Ketersediaan tenaga kerja Data kelompok umur produktif sebagai bahan
dalam menghitung ketersedianya tenaga kerja
e. Fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada
f. Tingkat pendidikan masyarakat di lingkungan sekitarnya
g. Agama

42
h. Budaya dan Adat Istiadat
i. Analisa keberadaan pembukaan areal perkebunan
Mengetahui faktor penghambat yang akan di hadapi apabila pembukaan areal tetap
dilaksanakan apabila ada, dan solusi yang di diambil untuk meminimalisir benturan
benturan yang akan terjadi.
III. ANALISA KESESUAIAN LAHAN
Penilaian kesesuaian adalah tahapan penelitian
lahan untuk penggunaan tertentu dari lahan
tersebut, hal mana faktor-faktor pembatas
penggunaan lahan diidentifikasikan, kemudian
dilakukan cara-cara untuk mengatasi atau
menekan faktor-faktor pembatas sedemikian
rupa sehingga tercapai produktivitas lahan
yang optimal.
Setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dicirikan oleh sejumlah faktor pembatas
tertentu yang akan menentukan produksi dari tanaman yang diusahakan. Di samping
penilaian KKL secara aktual maka dinilai juga KKL potensialnya. KKL aktual
ditentukan berdasarkan kepada parameter-parameter lahan sesuai dengan kondisi
lahan pada saat survey dilakukan, sedangkan KKL potensial adalah kelas lahan
setelah dilakukan perbaikan terhadap faktor pembatas yang ada.
a. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan Semua karakteristik lahan ditabulasi dan
dinilai untuk menentukan kelas kesesuaian lahannya bagi tanaman Kelapa
Sawit. Pentabulasian data dan penilaian dilakukan terhadap setiap Satuan
Peta Tanah (SPT) sehingga diperoleh beberapa kelas atau unit kesesuaian
lahan (KKL/UKL) yang penyebarannya mengikuti pola penyebaran SPT
tersebut. Evaluasi kelas kesesuaian lahan didasarkan kepada kriteria
kesesuaian lahan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, selanjutnya cara
penggolongan sub kelas kesesuaian lahan ditetapkan berdasarkan jumlah dan
intensitas faktor pembatasnya
b. Pegambilan sampel Pengambilan sampel kesesuaian lahan berpedoman pada
sebaran spt yang ada dimana pengambilan sampel kesesuaian lahan secara
aktual, seluruh titik sampel sesuai spt yang telah ditentukan diambil kemudian
dibuatkan tabulasi pengelompokan yang pada akhirnya akan digolongkan
menjadi kesesuaian lahan potensial atau tidak dengan menimbang faktor
pembatas dan meminimalisir faktor faktor pembatasnya, dan atau rendahnya
potensi lahan untuk pertumbuhan tanaman.
c. Potensi Produksi Dengan menggunakan indikator yang valid dan dikaitkan
dengan Kelompok Kelas Lahan potensialnya, sudah dapat di prakirakan
seberapa besar potensi produksi rata-rata Perkebunan Kelapa Sawit sesuai
standardisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
IV. ANALISA IKLIM
a. Klimatologi Data Klimatologi dan Curah Hujan yang mewakili calon lokasi
Pembangunan Perkebunan di dapat dari stasiun BMG terdekat. Data data ini
diperlukan untuk mengantisipasi bulan basah dan bulan kering juga tingkat
curah hujan pada calon lokasi perkebunan dengan indikator tingkat curah
hujan rata kelayakan tanaman kelapa sawit, juga intensitas penyinaran
matahari perharinya.

43
b. Neraca Air Pengambilan data Neraca Air (water balance) suatu lokasi, akan
memberi gambaran suatu daerah dalam keadaan kelebihan atau kekurangan air
secara hidrologi dalam waktu tertentu. Neraca Air dapat digolongkan ke
dalam Neraca Air Lokal dan Neraca Air Regional. Neraca Air Lokal
diperlukan untuk mengetahui ketersedian air pertanian dari suatu kawasan
terbatas pada kondisi hidrologi yang sama, sedangkan Neraca Air Regional
diterapkan untuk suatu daerah aliran sungai yang menggambarkan
keseimbangan sumberdaya airnya, untuk mengetahui terjadinya defisit atau
surplus ketersediaan air.

44
PROSES PENAMBANGAN BATUBARA DENGAN METODE TAMBANG TERBUKA

Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai
bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti : C 137H97O9NS untuk
bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan
Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung
antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara
ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai
‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau
‘brown coal (batu bara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik
rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan
warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu
bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya
dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan
fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan
membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Dalam usaha pertambangan, suatu hal yang penting adalah memilih metode yang
paling cocok dengan karakteristik (alam, geologi, lingkungan) dari endapan yang akan
ditambang. Metode tersebut hendaklah yang layak teknis, ekonomis, biaya rendah dan
menghasilkan keuntungan yang maksimum.

45
Gambar I.1

Aktivitas Tambang Terbuka


Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan dipisahkan pertama kali
dengan bahan peledak. Batuan permukaan tersebut kemudian diangkut dengan
menggunakan katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan batu bara terlihat,
lapisan batu bara tersebut digali dan dipecahkan kemudian ditambang secara sistematis
dalam bentuk jalur-jalur. Kemudian batu bara dimuat ke dalam truk besar atau ban berjalan
untuk diangkut ke pabrik pengolahan batu bara atau langsung ke tempat dimana batu bara
tersebut akan digunakan.

Tambang terbuka merupakan satu dari dua sistem penambangan yang dikenal, yaitu
Tambang terbuka dan Tambang Bawah Tanah, dimana segala kegiatan atau aktivitas
penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat permukaan bumi dan tempat kerja
berhubungan langsung dengan dunialuar.
Penambangan pada tambang terbuka itu sendiri dilakukan dengan beberapa
tahapan kerja:
a. pengurusan surat-surat ijin yang dibutuhkan untuk kegiatan penambangan, pembabatan
(land clearing),
b. pengupasan lapisan tanah penutup (stripping of overburden),
c. penambangan (exploitation), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), dan pengolahan
serta pemasaran.
Pengelompokan Tambang Terbuka Pada prinsipnya tambang terbuka dapat
digolongkan ke dalam empat golongan :
a. Openpit/Openmine/Opencut/Opencast

46
Adalah tambang terbuka yang diterpakan pada penambangan ore (bijih). Misalnya nikel,
tembaga, dan lain-lain.
b. StripMine
Penerapan khusus endapan horizontal/sub-horizontal terutama untuk batubara,
dapat juga endapan garam yang mendatar. Contoh Tamabang Batubara di Tanjung
Enim.STRIP MINE
c. Quarry
AdalahTambang terbuka yang diterapkan pada endapan mineral industri (industrial
mineral). Contoh Tambang batu pualam di Tulung Agung.
d. Alluvial mining
Dapat dikatakan sebagai “placer Mining” ataupun di Australia disebut “Beach-mine”
yaitu cara penambangan untuk endapan placer atau alluvial. Contoh tambang Cassiterite di
Pulau Bangka, belitung dan sekitarnya.
B. Konsiderasi Pada Operasi Penambangan
Secara garis besar, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan
penambangan dibagi dalam dua kategori, yaitu faktor teknis dan faktor ekonomi.
1. Kajian Secara Teknis
Unsur unsur teknis yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan aktifitas
kegiatan kerja sebuah proyek penambangan meliputi :
a. Kondisi Umum tempat proyek dilaksanakan
Kondisi Kondisi tempat kerja yang perlu diperhatikan adalah meliputi kondisi geologi,
topografi, iklim dan sosial Budaya. Keadaan umum tersebut mutlak diperhitungkan guna
menentukan penjadwalan waktu kegiatan dan yang utama sekali menetapkan efesiensi
kerja kerja efektif dari pelaksanaan proyek tersebut.
b. Sarana perlengkapan peralatan kerja
Jenis perlengkapan dan peralatan kerja disesuaikan dengan kondisi tempat kerja,
maksud pekerjaaan, kapasitas produksi, dan efektifitas kerja yang diinginkan. Cara
pengadaanya diperhitungkan dengan umur produksi dan efektifitas kerja dan ketersediaan
modal kerja yang di miliki.
c. Metode Pelaksanaan kerja

47
Dalam proyek ini pelaksanaan kegiatan pembongkaran material dilakukan dengan
peledakan. Metode tersebut dipilih mengingat jenis materialnya memilki kekerasan yang
cukup tinggi, fraksi material yang lepas yang sasaran produksinya telah ditentukan.
2. Kajian Secara Ekonomis
Kajian secara ekonomis dimaksudkan untuk mengetahui sebuah proyek
penambangan memperoleh keuntungan atau tidak. Dalam perhitungan aliran uang
diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh dalam situasi ekonomi.
Hal-hal yang diperhatikan tersebut adalah:
1. Nilai (value) daripada endapan mineral per unit berat (P). dan biasanya dinyatakan dengan
($/ton) atau (Rp/ton)
2. Ongkos produksi (C), yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produknya
diluar ongkos stripping.
3. Ongkos stripping of overburden (Cob),
4. Cut Off Grade, akan menentukan batas-batas cadangan sehingga menentukan bentuk
akhir penambangan.Tambang terbuka—juga disebut tambang permukaan—hanya memiliki
nilai ekonomis apabila lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode
tambang terbuka juga memberikan keuntungan yang lebih besar dari tambang bawah
tanah, karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi (90% atau lebih dari batu bara
dapat diambil). Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah berkilo-kilo meter
persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk dragline (katrol penarik), yang
memindahkan batuan permukaan, power shovel (sekop hidrolik), truk-truk besar yang
mengangkut batuan permukaan dan batu bara, bucket wheel excavator (mobil penggali
serok),dan ban berjalan.
C. Aktifitas Pertambangan Pada Tambang Terbuka
a.. Tahap Persiapan
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada awal proses pengambilan atau
penambangan bahan galian terdiri dari tahap persiapan (pra penambangan), Kegiatan
tersebut meliputi :
1. Pembuatan Jalan Rintasan
Jalan rintasan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat – alat berat ke lokasi tambang, kemudian
dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front penambangan ke lokasi pabrik

48
peremukan. Pembuatan jalan diguna-kan dengan memakai Bulldozer yang nantinya
digunakan pula sebagai pengupasan lapisan penutup.
2. Pembersihan Lahan
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup dimulai.
Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada permukaan
daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut
sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu
dengan adanya gangguan tetumbuhan yang ada didaerah penambangan. Kegiatan
pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan Bulldozer.
Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang mempunyai ketebalan
overburden beberapa meter dengan menggunakan Bulldozer dan dilakukan secara bertahap
sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup. Dalam pembabatan, pohon didorong
kearah bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana penanganan selanjutnya diserahkan pada
penduduk setempat.
3. Pengupasan Tanah Penutup
Pembuangan lapisan tanah penutup dimaksudkan untuk membersihkan endapan batu
gamping yang akan digali dari semua macam pengotor yang menutupi permukaanya,
sehingga akan mempermudah pekerjaan penggaliannya disamping juga hasilnya akan relatif
lebih bersih.
Lapisan tanah penutup pada daerah proyek terdiri atas dua jenis yaitu top soil dan lapisan
overburden sehingga lapisan dilakukan terhadap lapisan top soil terlebih dahulu dan
ditempatkan pada suatu daerah tertentu untuk tujuan reklamasi nantinya. Setelah lapisan
top soil terkupas, selanjutnya dilakukan pengupasan pada lapisan overburden lalu didorong
dan ditempatkan pada daerah tertentu dan sebagian lagi digunakan sebagai pengeras jalan.
Kegiatan pengupasan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan bulldozer, dimana
tahap pengupasan awal dilakukan untuk menyiapkan jenjang pertama dan pengupasan
berikutnya dapat dilakukan bersamaan dengan tahap produksi, sehingga pola yang
diterapkan adalah seri dan paralel yang bertujuan untuk :
a. Menghemat investasi dan biaya persiapan
b. Menghindari pengotoran endapan batu gamping dari lapisan penutup, sehingga
mempermudah dalam pekerjaan penggalian.
c. Menghindari terjadinya longsoran dan bahaya angin.

49
4. Persiapan Peralatan Penambangan
Penambangan yang akan dilakukan difokuskan dengan menggunakan peralatan
mekanis. Adapun alat yang digunakan diperlukan untuk menunjang kegiatan penambangan,
yaitu :
a. Bulldozer, yang digunakan untuk pembersihan lahan dan pengupasan lapisan tanah penutup.
b. Loader, yang digunakan untuk memuat bongkahan batu gamping hasil dari pembongkaran
keatas alat angkut.
c. Truck, yang digunakan sebagai alat angkut hasil front penambangan ke tempat pabrik
peremukan/penggerusan.
d. Crushing Plant, yaitu suatu unit pengolahan yang berfungsi sebagai alat preparasi batu
gamping dari front penambangan guna mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan oleh
pasar.
e. Pembangkit Listrik, berfungsi sebagai sumber tenaga listrik yang akan dipakai sebagai
penerangan, untuk alat pengolahan dan menggerakkan alat – alat yang bekerja didalam
pabrik.
f. Pompa Air, digunakan untuk memompa atau mengambil air guna memenuhi kebutuhan
peralatan dan karyawan.
5. Persiapan Pabrik Peremukan
Pabrik peremukan ini harus dibuat cukup luas agar dapat menampung material hasil
penambangan sebelum proses peremukan.
a. Pemilihan Lokasi Peremukan dan Stock Pile
Pemilihan lokasi biasanya bedasarkan topografi daerahnya yang agak landai . Lokasi
pabrik dipilih daerah yang relatif datar dan tanpa vegetasi sehingga hanya perlu proses atau
pekerjaan perataan seperlunya saja. dan dekat dengan Infrastruktur yang ada seperti jalan,
dan penerangan.
b. Pemasangan Peralatan pada Pabrik Peremuk
Untuk penempatan mesin peremuk dibutuhkan pondasi yang cukup kuat agar dapat
bertahan cukup lama sesuai dengan proyek yang diselenggarakan dan masalah konstruksi
pondasi diborongkan kepada pihak kontraktor dengan pihak pemasok mesin peremuk
sebagai konsultan.
c. Letak Kantor

50
Sarana perkantoran digunakan sebagai pusat pengaturan dan pelaksanaan kegiatan
kerja penambangan dan direncanakan berada pada daerah yang mudah dicapai dan dekat
dengan jalan masuk. Bangunan ini dibuat permanen karena dipakai dalam jangka waktu
yang sangat lama sesuai dengan umur proyek.
d. Pusat Perawatan Alat
Dalam menunjang kelancaran operasi dibutuhkan peralatan – peralatan yang selalu
dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Untuk itu sangat dibutuhkan suatu sarana sebagai
tempat perawatan peralatan (spare part), agar perawatan terhadap peralatan atau mesin –
mesin yang digunakan dapat dilakukan secara rutin baik itu dalam jenis perawatan yang
ringan maupun pergantiaan suku cadangnya.
e. Penerangan
Sarana penerangan dimaksudkan untuk memberikan penerangan disekitar
bangunan, jalan, dan terutama sekali didalam kegiatan penunjang kerja. Sumber listrik
untuk penerangan ini tidak menjadi satu dengan listrik untuk pabrik, sehingga khusus untuk
sarana penerangan ini diperlukan sebuah generator.
f. SumberAir
Air merupakan sumber sarana yang sangat vital bagi sebuah proyek yang melibatkan
banyak tenaga kerja. Disamping air digunakan sebagai kebutuhan sehari – hari, air juga
dipakai dalam kegiatan penambangan yang didapat dari air tanah dengan melakukan
pemboran.
g. Prasarana Penunjang Lainnya
Yang dimaksud dengan prasarana lain disini adalah prasarana yang dipakai untuk
kepentingan umum dimana selain digunakan oleh perusahaan juga dapat dipakai oleh
masyarakat setempat sehingga mempunyai dampak yang positip terhadap kehidupan
masyarakat sekitar. Prasarana lainnya meliputi saran olahraga, saran tempat peribadatan,
poliklinik, power house, dan pos keamanan.
D. Operasi Penambangan
Tujuan utama dari kegiatan penambangan adalah pengambilan endapan dari batuan
induknya, sehingga mudah untuk diangkut dan di proses pada proses selanjutnya
selanjutnya.

51
Setelah operasi persiapan penambangan selesai dan pengupasan lapisan tanah
penutup pada bagian atas cadangan batugamping terlaksana (arah kemajuan penambangan
dari kontur atas ke bawah). Maka dapat dimulai kegiatan operasi penambangan.
Kegiatan penambangan terbagi atas tiga kegiatan, yaitu pembongkaran, pemuatan dan
pengangkutan. Adapun rincian dari ketiga kegiatan tersebut adalah:
1. Pembongkaran
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara endapan bahan galian
dengan batuan induk yang dilakukan setelah pengupasan lapisan tanah penutup endapan
batugamping tersebut selesai. Pembongkaran dapat dilakukan dengan menggunakan
peledakan, peralatan mekanis maupun peralatan non mekanis.
Untuk kegiatan pembongkaran batugamping menggunakan pemboran yang kemudian
dilakukan peledakan. setelah batuan diledakkan kemudian digusur menggunakan alat
bulldozer, yang kemudian dikumpulkan di tepi batas penambangan atau tepi jalan tambang
tiap blok. Banyaknya batugamping yang dibongkar tiap-tiap blok tidak sama, tergantung
persyaratan kualitas yang diminta oleh konsumen.
2. Pemuatan
Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau mengisikan
material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Kegiatan
pemuatan dilakukan setelah kegiatan penggusuran, pemuatan dilakukan dengan
menggunakan alat muat Wheel Loader dan diisikan ke dalam alat angkut.
Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan batugamping hasil pembongkaran
kedalam alat angkut. Pengangkutan dilakukan dengan sistem siklus, artinya truck yang telah
dimuati langsung berangkat tanpa harus menunggu truck yang lain dan setelah
membongkar muatan langsung kembali ke lokasi penambangan untuk dimuati kembali
3. Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau membawa
material atau endapan bahan galian dari front penambangan dibawa ke tempat pengolahan
untuk proses lebih lanjut.
Kegiatan pengangkutan menggunakan Dump Truck yang kemudian dibawa ke tempat
pengolahan untuk dilakukan proses peremukan (crushing), jumlah truk yang akan digunakan
tergantung dari banyaknya material batugamping hasil peledakan yang akan diangkut.

52
53
BAB I.TRAKTOR DAN PERALATANNYA. 
1. 1. TRAKTOR.
Traktor banyak digunakan pada pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis, disamping
fungsi utamanya sebagai penarik dan pendorong, traktor jugadapat digabungkan dengan
berbagai peralatan misalnya : shovel, ripper, dozer,scrapper dan sebagainya. Traktor
tersedia dalam berbagi macam ukuran , yangdisesuaikan dengan kebutuhan proyek.Jenis
traktor dapat dibedakan dalam 2 (dua) kelompok, yakni :1. CRAWLER TRAKTOR.2. WHEEL
TRAKTOR.
1. 1. 1. CRAWLER TRAKTOR.
Crawler traktor menggunakan roda kelabang yang terbuat dari plat besi.Traktor ini
digunakan sebagai :• Tenaga penggerak untuk mendorong dab menarik beban.• Tenaga
penggerak untuk winch dan alat angkut.• Tenaga penggerak blade (bulldozer).• Tenaga
penggerak front and bucket loader.Ukurannya berdasarkan besarnya daya mesin /tenaga
geraknya (flywheel), mis.65 HP; 75 HP; 105 HP, sampai 700 HP. Besarnya daya tarik dan
kemampu-an menahan tahanan gelinding ini berpengaruh terhadap produktivitas-
nya.Kecepatan traktor juga dibatasi antara 7 - 8 mph atau 10 - 12 km/jam.Perbaikan traktor
type crawler umumnya terbesar untuk perbaikan bagian bawah (under-carriage), kerusakan
tadi disebabkan oleh :• Benturan waktu Bulldozer jalan cepat, benturan antara track-shoe
dengan batuan.• Terlalu sering berjalan pada tempat yang miring atau sering berputar balik
pada satu arah.• Terlalu sering track-shoe slip pada tanah tempat berpijak atau membelok
secara tajam dan tiba-tiba.• Stelan track-shoe terlalu kendor atau terlalu tegang.

1. 1. 2. WHEEL TRACTOR.

Wheel tractor dilengkapi dengan roda ban pompa (pneumatic), jadi kece-patannya dapat
lebih tinggi, akan tetapi tenaga tariknya rendah. Dan kecepatanmaksimumnya mencapai 45
km /jam. Wheel traktor ada yang roda-2 dan ada pula yang roda-4.Wheel tractor dengan
roda-2 karakteristiknya :• Kemungkinan gear lebih besar.• Traksi lebih besar, karena seluruh
traksi yang ada dilimpahkan pada ke-dua rodanya.• Tahanan gelinding lebih kecil, karena
jumlah roda lebih sedikit.• Pemeliharaan ban lebih sedikit.Karakteristik Wheel traktor roda-
4 :• Lebih comfortable (nyaman).• Stabilitasnya tinggi, walaupun medan kerjanya berat.•
Kecepatannya juga lebih tinggi.• Dapat bekerja sendiri dengan melepas unit trail-
nya.Keuntungan dan kerugian Traktor type Crawler dengan
Wheel.==========================================================Crawler
Tractor Wheel
Tractor ---------------------------------------------------------------------------------------------------a. Konsisi
kerja• Dapat bekerja disegala medan • Tanah keras, jalan beton, tanah abrasif dengan
kondisi bermacam-macam tidak tajam, tanah datar, menurun. Ta-tanah dasar dan disegala
cuaca, nah lembek tidak bisa, koefisien traksidengan koefisien traksi

>

0,90.

<

54
0,60. b. Efek pada tanah dasar.• Dapat berpijak dengan baik dan • Memberikan kepadatan
yang baik, ter dapat dilengkapi dgn ber-macam2 gantung dari counter-weight dan
balassepatu(shoe) dan berbagai macam yang dipergunakan 1,25 – 1,5 kg/cm²ukuran ( 0,4 -
1,05 kg /cm²).c. Pemakaian.• Untuk operasi jarak dekat, dapat • Untuk operasi jarak
jauh.digunakan pd tanah bergumpal. • Baik untuk tanah gembur.• Kec. mundur rendah (4 –
7 mil/ • Kecepatan mundur 8 - 12 mil /jam. jam), ukuran pisau pendek dan • Ukuran pisau
panjang, beban pisau sebeban berat. dang. Memotong tanah tipis.• Dapat memotong tanah
tebal. • Mobolitas/maneuver tinggi.• Mobilitas/maneuver rendah. • Memiliki kebebasan
pandang yg baik 

Gambar 1. 1 : Wheel Tracktor dan Crawler Tracktor. 

1. 1. 3. Faktor yang dipertimbangkan untuk memilih Tractor.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih traktor ialah :a.Ukuran yang diperlukan
untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan. b.Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, mis.
mendorong (dozing), menarik Scrapper, Ripping, mengupas tanah, memuat (loading) dan
lain-lain.c.Jenis landasan tempat beroperasinya traktor, tanah stabil atau labil.d.Kekerasan
jalan hantar yang akan dilalui.e.Kekasaran jalan yang akan dilalui.f.Kemiringan jalan
(tanjakan /turunan).g.Panjang lintasan pengangkutan.h.Jenis pekerjaan selanjutnya yang
akan dikerjakan, setelah proyek ini selesai.

1. 2. BULLDOZER.

Bulldozer ialah alat yang mesin penggerak utamanya adalah traktor.Sebutan bulldozer
berasal dari traktor yng perlengkapan (attachment)-nyadozer atau pendorong yang disebut
juga blade. Kemampuan bulldozer ini untuk mendorong tanah ke muka, disamping itu ada
yang disebut dengan angle dozer yang dapat mendorong tanah atau material ke samping.
Angle ini dapat membuatsudut 25º terhadap posisi lurus.Menurut track-shoe nya, bulldozer
dapat dibedakan atas :a. Crawler tractor dozer (dengan roda kelabang).

Menurut track-shoe nya, bulldozer dapat dibedakan atas :

a. Crawler tractor dozer (dengan roda kelabang).

55
b. Wheel traktor dozer (dengan roda ban).

c. Swamp bulldozer (untuk daerah rawa).

Sedangkan berdasarkan penggerak blade-nya, bulldozer dibedakan oleh :

a. Pengendalian dengan kabel.

 b. Pengendalian dengan hidrolik.

1. 2. 1. FUNGSI DAN KERJA BULLDOZER.

Bulldozer digunakan untuk mendorong tanah, seperti meratakan tanah danmengupas


permukaan humus tanah.Fungsi lai dari bulldozer adalah

:a. Membersihkan site dari kayu-kayuan, pokok/tonggak pohon dan batu-batuan

b. Membuka jalan kerja di pegunungan maupun daerah berbatuan.

c. Memindahkan tanah yang jauhnya hingga 300 feet ( ± 90 meter).

d. Menarik Scrapper.

e. Menghampar tanah isian (fill).

f. Menimbun kembali bekas galian.

g. Membersihkan site atau medan kerja.

Posisi blade pada bulldozer ada 2(dua), yaitu posisi tegak lurus dan posisimiring. Posisi blade
tegak lurus hanya dapat bergerak maju, dan posisi miring dapat bergerak-gerak sesuai
dengan jarak kemiringannya (kedepan dan kesamping).Jenis blade yang digunakan pada
bulldozer adalah :

56
1. UNIVERSAL BLADE ( U-BLADE).Blade ini dilengkapi dengan sayap yang bertujuan
meningkatkan produktivitas. Sayap ini akan membuat bulldozer mendorong/membawa
muatan lebih banyak, karena memungkinkan kehilangan muatan lebih kecil.

Kebanyakan blade tipe ini dipakai untuk pekerjaan reklamasi tanah, peker  jaan penyediaan
bahan (stock pilling) dan lain-lain.

2. STRAIGHT BLADE ( S –BLADE).Blade jenis ini sangat cocok untuk berbagai kondisi medan,
blade ini merupakan modifikasi dari U-blade. Banyak digunakan untuk mendorong material
cohesive, penggalian struktur dan penimbunan. Dengan memiringkanblade dapat berfungsi
untuk menggali tanah keras. Manuver blade jenis inilebih mudah dan dapat menangani
material dengan mudah.

3. ANGLING BLADE ( A –BLADE).Blade dengan posisi lurus dan menyudut, juga dibuat
untuk :• Pembuangan kesamping (side casting).• Pembukaan jalan (pioneering roads).•
Penggalian saluran (cutting ditches).• Sangat effektif untuk pekerjaan side hill cut atau back
filling.• dan lain-lain pekerjaan yang sesuai.

4. CUSHION BLADE ( C –BLADE).Blade tipe ini dilengkapi dengan rubber cushion (bantalan
karet) untuk meredam tumbukan. Selain untuk push dozing, blade juga dipakai untuk
pemeliharaan jalan dan pekerjaan dozing yang lain. Lebar C-blade memungkinkan
peningkatan manuver.Selain perlengkapan standar Bulldozer ini juga memiliki beberapa
option /Peralatan tambahan seperti : Pisau garuk, Garu batuan, Pembajak akar,Pemotong
pohon jenis V, Kanopi pelindung operator, Roda pencacah,Kap pelindung untuk pekerjaan
berat dsb.

5. BOWL-DOZER.Blade ini dibuat untuk membawa /mendorong material dengan


kehilangansesedikit mungkin, karena adanya dinding besi pada sisi blade yang cukuplebar.
Bentuknya seperti mangkuk, menyebabkan ia disebut bowl-dozer.

6. BLADE UNTUK MATERIAL RINGAN.Alat ini didesain untuk pekerjaan material non-kohesif
yang lebih ringan.Contohnya seperti stock pile dari tanah lepas/gembur.

57
 

 Gambar 1. 3 : Jenis Blade pada Bulldozer  

1. 2. 2. PERBANDINGAN PENGENDALI KABEL DAN HIDROLIK.

Perbedaan system pengendalian antara kabel dan hidrolik adalah :

a. PENGENDALI KABEL.

1. Sederhana dalam pemasangan.

2. Sederhana dalam perbaikan dan perawatan.

3. Menyadari akan adanya kerusakan mesin, karena blade dapat mengangkat sendiri jika
menemui rintangan.

4. Diperlukan alat bantu dalam operasinya, misalnya blasting dalam pe-kerjaan


penggusuran. 

b. PENGENDALI HIDROLIK.

1. Dapat menekan blade ke tanah, dengan tambahan beban sendiri dariBulldozer.

2. Lebih cepat mengatur posisi blade sesuai yang dikehendaki.

3. Pemeliharaan lebih rumit dan teliti.

4. Sulit untuk menyediakan minyak hidrolis jika site jauh dari kota.

58
Gambar 1 . 4 : Bulldozer dengan Kontrol Hidrualis.Gambar 1 . 5 : Bulldozer dengan Kontrol
Kabel. 

1. 2. 3. PENGGUNAAN BULLDOZER.1. 2. 3.

1. PEMOTONGAN dan PENIMBUNAN TANAH.

Permukaan tanah pada umumnya tidak berupa tanah datar. Pada saat sua-tu proyek akan
dikerjakan maka permukaan tanah harus diratakan. Tanah yangketinggiannya melebihi
elevasi yang diinginkan harus ditimbun. Ada beberapacara yang dipakai untuk menentukan
volume tanah yang harus dibuang/ditimbun.Untuk proyek-proyek bangunan umumnya
menggunakan

metode grid,sedang-kan untuk proyek jalan biasa dipakai metode ruas.

a. Metode Grid.

Pada metode ini luas tanah dibagi menjadi beberapa sector dengan luas yangsama. Semakin
banyak pembagian sector dalam suatu luas tanah, maka akurasi

dari angka yang dihasilkan akan semakin baik. Pada titik-titk persimpangan diukur ketinggian
tanah di titik itu dan ketinggian yang diinginkan. Untuk menentukan volume tanah, maka
perbedaan angka ketinggian dikalikan dengan luas yangdicakup oleh titik tersebut. Dengan
menjumlahkan volume pada setiap titik makaakan didapat volume total tanah yang harus
dipotong dan yang harus ditimbun.

Jika dilakukan penggambaran, maka pada setiap persimpangan titik dicatatdata-data yang
dibutuhkan, seperti yang terlihat pada Gambar 1.1. Setelah itudibuat table untuk
menghitung volume tanah galian dan timbunan. Pada gambar 1. 2. dapat dilihat bagaimana
perhitungan luas area yang ditentukan pada sebuahtitik. Sebagai contoh, pada titik 1-A, luas

59
area yang ditentukan oleh titik tersebutadalah 0,25 (jika luas sector dinotasikan dengan A).
sedangkan 1-B adalah 2 x0,25 A dan 2-B adalah 4 x 0,25

A.Ketinggian yang Ketinggian yangDiinginkan sebenarnyaKedalaman Kedalaman penggalian


penimbunanGambar 1. 6 : Data yang tercatat pada setiap persimpanganA B CA9

60

Anda mungkin juga menyukai