Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 2

SISTEM HUKUM INDONESIA

Disusun Oleh:

RESTU DHIELISTO NANDA PRATAMA

NIM: 042554677

UPBJJ JAKARTA

FHISIP

HUKUM 2019
1. Sebutkan defenisi hukum tata negara menurut pendapat  para ahli (minimal 3) serta
sebutkan sumber hukum tata negara indonesia !
2. Sebutkan prosedur perubahan konstitusi menurut C.F.Strong !
3. Jelaskan hak-hak kebendaan dalam KUHP ! 
4. Sebutkan pengertian hukum dagang,  Ruang Lingkup hukum dagang dan sumber hukum
dagang!

JAWAB:

1. Hukum Tata Negara menurut para ahli dikutip ari buku PKNI4206 repository Universitas
Terbuka adalah sebagai berikut:
a. Menurut Logemann, “Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara”,
seperti dikemukakan oleh Logemann dalam bukunya Over de theorie van een stelling
staatsrecht (1954: 81). Negara dipandang sebagai suatu organisasi yang terdiri dari
berbagai fungsi yang saling berkaitan mendukung dan membentuk negara tersebut secara
keseluruhan. Organisasi negara dipandang sebagai organisasi jabatan-jabatan. Di mana
dibedakan antara jabatan dan fungsi. Fungsi dalam arti sosiologisnya, sedangkan jabatan
merupakan arti yuridis. Dikemukakan bahwa Hukum Tata Negara adalah kumpulan kaidah
hukum mengenai pribadi hukum dari jabatan atau kumpulan jabatan di dalam negara dan
mengenai lingkungan berlakunya hukum dari suatu negara.
b. Menurut Usep Ranawidjaja dalam bukunya Hukum Tata Negara Indonesia Dasar-dasarnya
(1983: 13) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pribadi hukum jabatan yang meliputi
serangkaian mengenai persoalan, subjek kewajiban, subjek nilai (waardesubject),
personifikasi, perwakilan, timbul dan lenyapnya kepribadian pembatasan wewenang,
sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan yang berlaku dalam pengertian lingkungan
kekuasaan atau manusia dalam suatu negara.
c. Sedangkan menurut Kusnardi (1989: 29), dalam bukunya Pengaturan Tata Negara
Indonesia menyebutkan bahwa Hukum Tata Negara sebagai sekumpulan peraturan hukum
yang mengatur organisasi daripada negara, hubungan antaralat perlengkapan negara dalam
garis vertikal dan horizontal serta kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya. Analisis
terhadap definisi ini mencakup unsur-unsur, peraturan hukum, organisasi negara, lembaga
negara, hak warga negara, dan jaminan hak asasi negara. Kiranya tampak mendeskripsikan
sesuai dengan tuntutan dari muatan sebuah konstitusi.
Mengacu pada buku PKNI4206 repository Universitas Terbuka, sumber hukum mengenai
Hukum Tata Negara dibagi menjadi 2, yaitu Sumber Hukum Materil dan Sumber Hukum Formal.
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai Sumber Hukum Materil dan Sumber Hukum Formal,
yaitu:

a. Sumber Hukum Materil


Seperti telah dikemukakan bahwa sumber dalam arti materiil ialah berkenaan dengan
menganalisis dari sudut muatan atau materi hukumnya. Beranjak dari bahasan yang
menyimpulkan bahwa Hukum Tata Negara merupakan perwujudan konstitusional dari
nilai-nilai Pancasila untuk diimplementasikan dalam kehidupan bernegara. Maka, yang
menjadi sumber materiil itu tidak lain dari Pancasila. Kekuatannya bahan yang akan
dijadikan muatan hukum Tata Negara itu tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Bahkan jika ternyata bertentangan maka hukum tersebut cacat karena hukum
dan tidak memiliki kekuatan lagi. Berdasarkan hal tersebut di atas maka yang menjadi
sumber Hukum Tata Negara di Indonesia ialah "Pancasila".
b. Sumber Hukum Formal
Sumber hukum dalam arti bagaimana bentuk dari pada hukum tersebut. Formal
(kenbron) menunjukkan kepada jenis-jenis hukum. Artinya, jenis hukum yang satu berbeda
kadar kekuatan hukumnya dengan jenis yang lainnya. Jenis hukum ini erat kaitannya pula
dengan derajat kekuatan hukum yang ditentukan oleh derajat hierarkisnya. Berikut ini akan
dibahas beberapa jenis sumber hukum formal dari hukum Tata Negara, yaitu sebagai
berikut:
1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3) Undang-undang (UU) dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(PERPU)
4) Peraturan Pemerintah
5) Keputusan Presiden
6) Peraturan Lainnya; Peraturan yang dimaksud, seperti Peraturan Menteri
(PERMEN), Peraturan Daerah (PERDA), dan seterusnya.
7) Sumber Hukum menurut Ilmu Hukum

SUMBER: Modul 1 Konsep Dasar Hukum Tata Negara oleh Prof. Dr. H. Suwarma Almuchtar, S.H.
http://repository.ut.ac.id/3856/1/PKNI4206-M1.pdf
2. Menurut C.F. Strong (Thaib, 2003: 51), bahwa cara perubahan konstitusi ada empat macam
yaitu;
a) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif menurut
pembatasan-pembatasan tertentu
b) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum
c) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian yang terdapat
pada negara berbentuk Serikat
d) Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh
suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan

SUMBER: https://www.dictio.id/t/bagaimana-saja-prosedur-perubahan-konstitusi-menurut-
c-f-strong/70465

3. Dalam makalah HUKUM PERDATA ( POKOK BAHASAN : HUKUM BENDA ) yang ditulis oleh I
KETUT MARKELING, menjelaskan bahwa:
Hak kebendaan, ialah hak mutlak atas suatu benda di nama hak itu memberikan kekuasaan
langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga (djaja S. Meliala,
2015 : 8)
Menurut, Subekti, suatu hak kebendaan (zakelijk recht), ialah suatu hak yang memberikan
kekuasaan langsung atas suatu benda, kekuasaan nama dapat dipertahankan terhadap setiap
orang (Subekti,1979 : 52). Menurut van Apeldoorn, hak-hak kebendaan adalah hak-hak harta
benda yang memberikan kekuasaan langsung atas ssuatu benda, kekuasaan langsung berarti
ada terdapat sesuatu hubungan yang langsung antara orang-orang yang berhak dan benda
tersebut (van Apeldoorn, 1980 : 214-215).
Lebih lanjut, Sri Soedewi Masjchoen Sofwan menyatakan , hak kebendaan (zakelijkrecht)
ialah hak mutlak atas suatu benda di mana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas suatu
benda dan dapat dipetahankan terhadap siapa pun juga(Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1981:
24).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa suatu hak kebendaan adaalah
suatu hak mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat
dipertahankan setiap orang dan mempunyai sifat melekat.
Hak kebendaan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Hak menikmati, seperti hak milik, bezit, hak memungut (pakai) hasil, hak pakai, dan
mendiami
2. Hak memberi jaminan, seperti gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, dan system resi
gudang
Ilmu hukum dan peraturan perundang-undangn telah lama membagi segala hak-hak
manusia atas hak-hak kebendaan dan hak-hak perorangan.
a. Suatu hak kebendaan memberikan kekuasaan atas suatu benda, sedangkan suatu hak
perorangan (persoonlijkrecht) memberikan suatu tuntutan atau penagihan terhadap
seorang.
b. Suatu hak kebendaan dapat dipertahan terhadap setiap orang yang melanggar hak itu,
sedangkan hak perorangan, hanyalah dapat dipertahankan terhadap sementara orang
tertentu saja atau terhadap sesuatu pihak Hak penuntutan dapat dibagi menjadi 2 macam :
1) Actions in rem atau penuntutan kebendaan
2) Actionesin personan atau penuntutan perorangan

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, hak kebendan ini mempunyai sifat atau cirriciri yang
dapat dibedakan dengan hak perorangan, sebagai berikut:

1. Hak kebendaan adalah absosut, artinya hak ini dapat dipertahankan terhadap setiap
orang, sedangkan hak perorangan bersifat relative, artinya hanya dapat dipertahankan
terhadap pihak tertentu

2. Hak kebendaan jangka waktunya tidak terbatas, sedangkan hak perorangan jangka
waktunya terbatas

3. Hak kebendaan mempunyai droit de suite (zaaksgevolg), artinya mengikuti bendanya


dimana pun benda itu berada. Dalam hal ada beberapa hak kebendaan di atas suatu benda,
maka kekuatan hak itu ditentukan berdasarkan urutan terjadinya (asas prioritas/droit de
preference). Sedangkan pada hak perorangan mana lebih dulu terjadi tidak dipersoalkan,
karena sama saja kekuatannya (asas kesamaan/asas pari passu/asas paritas creditorium).

4. Hak kebendaan memberikan wewenang yang sangat luas kepada pemiliknya, hak ini
dapat dijual, dijaminkan, disewakan, atau dapat dipergunakan sendiri, sedangkan hak
perorangan memberikan wewenang yang terbatas. Pemilik hak perorangan hanya daopat
menikmati apa yang menjadi haknya. Hak ini hanya dapat dialihkan dengan persetujuan
pemilik (Mariam Darus Badrulzaman, 1983 :30).

Macam-macam hak kebendaan:

Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan adalah :

1. Hak milik

2. Bezit

3. Hak memungut hasil

4. Hak pakai dan mendiami


Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan adalah :

1. Gadai

2. Fidusia

3. Hipotek

4. Hak tanggungan

5. System resi gudang

Buku II KUHPerdata juga mengatur hak-hak lain yang bukan merupakan hak kebendaan,
tetapi mempunyai persamaan dengan hak kebendaan karena memberikan jaminan, seperti
Privilage, (hak istimewa), hak retensi, dan hak reklame.

SUMBER:

HUKUM PERDATA (POKOK BAHASAN : HUKUM BENDA) oleh I KETUT MARKELING

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/e3e052b3f4ef47971bef9be05daad0fa.pdf
4. Pengertian, Ruang Lingkup dan Sumber Hukum Dagang
A. Pengertian Hukum Dagang
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD/Wetboek van Koophandel/WvK) tidak
memberikan pengertian mengenai Hukum Dagang. Oleh karena itu, definisi hukum dagang
sepenuhnya diserahkan pada pendapat atau doktrin dari para sarjana. Berikut adalah beberapa
pendapat para sarjana mengenai pengertian hukum dagang:
Berikut adalah beberapa pendapat para sarjana mengenai pengertian hukum dagang:
1. Purwosutjipto Hukum Dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan (Purwosutjipto, 1991: 5).
2. R. Soekardono Hukum Dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang
mengatur masalah perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur dalam Buku III Burgerlijke
Wetboek (BW). Dengan kata lain, Hukum Dagang adalah himpunan peraturan-peraturan yang
mengatur seseorang dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam
kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Hukum dagang dapat pula dirumuskan sebagai serangkaian kaidah yang mengatur tentang dunia
usaha atau bisnis dan dalam lalu lintas perdagangan (R. Soekardono, 1963: 17).
3. Achmad Ichsan Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal perdagangan, yaitu
soalsoal yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan (Achmad Ichsan, 1987: 17).
Dari beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara sederhana
pengertian Hukum Dagang adalah keseluruhan aturan hukum yang berlaku dalam lalu lintas
perdagangan atau dunia usaha yang bersumber dari aturan hukum yang telah dikodifikasikan
maupun yang ada diluar kodifikasi.
B. Sumber Hukum Dagang
Hukum Dagang adalah keseluruhan aturan hukum yang berlaku dalam lalu lintas perdagangan
atau dunia usaha yang bersumber dari aturan hukum yang telah dikodifikasikan maupun yang ada
diluar kodifikasi. Dari pengertian hukum dagang tersebut dapat diketahui bahwa sumber dari
hukum dagang berasal dari aturan hukum yang telah dikodifikasi dan ada pula yang di luar
kodifikasi.
Sumber hukum dagang Indonesia yang telah dikodifikasi adalah:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),
b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),

Selain sumber-sumber tersebut diatas, Hukum Dagang Indonesia bersumber pula pada aturan
hukum yang ada di luar kodifikasi, yaitu berupa peraturan-perundangundangan dan kebiasaan
yang berlaku. Peraturan perundang-undangan di luar kodifikasi yang dimaksudkan antara lain
adalah:

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentangWajib Daftar Perusahaan.

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.


4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UndangUndnag Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan.

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

10. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

11. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

C. Ruang Lingkup Hukum Dagang


Antara Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel/W.v.K) dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek/BW) terdapat suatu hubungan yang erat. Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang merupakan species dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
sebagai genus. Dapat pula dikatakan bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Dagang merupakan
ketentuan khusus, sedangkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan ketentuan
umumnya. Lebih lanjut disebutkan oleh Purwosutjipto bahwa hukum dagang terletak dalam
lapangan hukum perikatan, yang khusus timbul dari lapangan perusahaan (Purwosutjipto,1999: 5).
Oleh karena itu, dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa hukum dagang merupakan hukum
perdata khusus.
Bukti adanya hubungan antara Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, tertuang pada pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang
menyebutkan bahwa:
”Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh dalam Kitab UndangUndang Hukum
Dagang ini tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang
disinggung dalam kitab ini.”
Mengenai hubungan tersebut berlaku adagium ”Lex Specialis Derogat Legi Generale” yang
berarti hukum khusus mengalahkan hukum umum atau dengan kata lain hukum khusus
mengesampingkan hukum umum. Artinya bahwa apabila suatu ketentuan telah diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, maka ketentuan yang mengatur hal yang sama dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata menjadi tidak berlaku.

SUMBER:

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132310002/pendidikan/diktat-dagang.pdf

Anda mungkin juga menyukai