Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Preeklamsia


1. Definisi
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, pembengkakan
(edema) dan proteinuria yang timbul karena kehamilan(Mitayani, 2009).
Preeklamsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada
kehamilan, preeklamsia akan menyebabkan peningkatan reaktivitas vascular
dimulai pada usia kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya
pada trimester II. Tekanan darah yang tinggi pada preeklamsia bersifat labil
dan mengikuti irama sirkardia normal. Tekanan darah menjadi normal
beberapa hari pasca persalinan (Prawirohardjo, S, 2014)

2. Etiologi
Factor resiko pre eklamsia menurut Mitayani (2009) sebagai berikut :
a. Sering terjadi pada primigraviditas atau multipara dengan usia lebih tua
(usia < 18 atau >35 tahun)
b. Obesitas akibat penimbunan air yang berlebihan
c. Kelompok sosial ekonomi rendah
d. Kehamilan ganda
e. Riwayat preeklamsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga
f. Komplikasi kehamilan : kehamilan multiple, janin besar, polihidramnion.

3. Klasifikasi
Preeklamsia dibagi menjadi dua, yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia
berat, preeklamsia dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda
menurutMitayani(2009) sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
b. pembengkakan umum, kaki, jari, tangan dan wajah atau kelebihan berat
badan 1kg atau lebih per minggu

5
6

c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif +1 atau lebih
+2 pada urine kateter.
Sedangkan preeklamsia berat bila ditemukan satu atau lebih tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gram atau lebih per liter
c. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24jam
d. Keluhan selebral, gangguan pengelihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
e. Edema paru akibat penumpukan caira di paru

4. Patofisiologi
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air.Pada biopsy ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola
glomerulus.Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola
dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah dengan sendirinya akan
mengalami kenaikan, sehingga untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
jaringan oksigenasi dapat tercukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruang interstisial belum diketahui
penyebabnya, namun ada yang mengatakan disebabkan oleh retensi air dan
garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus( Mochtar dalam Mitayani, 2009)
7

5. Pathway

Gambar 2.1Pathway menurut Aspiani (2017)


8

6. Komplikasi
Komplikasi preeklamsia menurut Niwang Ayu (2016) antara lain :
a. Eklamsia
b. Solusio plasenta atau Abruption Plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah (DIC)
e. Sindrom HELLP ( Hemolisis. Elevated, Liver, Enzymes, dan Low Platelet
count)
f. Gagal jantung hingga syok dan kematian
g. Hypoxia janin
h. Asfiksia neonatorum
i. Premature
j. Gagal ginjal
k. Kebutaan
l. Kejang
m. Hipertensi permanen
n. Distress fetal
o. Infark plasenta
p. Kematian janin dalam uterus
7. Pemeriksaan penunjang
Pemerikasaan penunjang pada penderita preeklamsia menurut Niwang Ayu
(2016) adalah sebagai berikut :
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan specimen urine mid-stream, guna untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi urin
2) Pemeriksaan darah lengkap, khususnya untuk mengetahui kadar ureum
darah ( untuk menilai kerusakan pada ginjal ), hematrokit meningkat
(nilai rujukan 37-43 vol%), trombosit menurun (nilai rujukan 150-450
ribu/mm3) dan kadar hemoglobin terjadi penurunan ( nilai rujukan atau
kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
3) Tes kimia darah, asam urat meningkat (nilai normal 2,4–2,7mg/dl)
9

4) Pemeriksaan retina, guna untuk mendeteksi adanya peubahan pada


pembuluh darah retina
5) Pemeriksaan kadar Human Laktogen Plasenta (HPL) dan esteriol
didalam plasenta serta urin guna untuk menilai faat unit fetoplasenta
b. Radiologi
1) Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel
dan kardiomegali
2) Kardiotografi, diketahui denyut jantung janin lemah
3) Ultrasonografi, ditemukan hasil retardasi pertumbuhan janinintra
uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat dan volume
cairan ketuban sedikit
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa preeklamsia menurut Aspiani (2017) adalah sebagai berikut :
a. Melindungi ibu dari peningkatan tekanan darah
b. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan
janin terhambat, mencegah hypoxia sampai kematian janin)
c. Melahirkan janin dengan cara yang aman dan cepat segara mungkin
setelah matur atau imatur, jika telah diketahui bahwa risiko janin atau ibu
akan lebih berat apabila persalinan ditunda lebuh lama.
d. Mencegah progrestilitas penyakit menjadi eklamsia.

B. Konsep Sectio Caesarea


1. Pengertian
Operasi Caesar atau sering disebut Sectio Caesarea adalah suatu tindakan
melahirkan janin atau bayi dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus
melalui depan perut. Section Caesarea adalah pembuatan jalan lahir, dimana
janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh dan berat janin diatas 1000 gram pada
kehamilan ≥28 minggu (Cunningham, 2012).
10

2. Indikasi Sectio Caesarea


Indikasi medis SC didasarkan pada dua faktor, yaitu faktor ibu dan faktor
bayi, Maryunani (2014) menguraikan sebagai berikut :
a. Faktor ibu sebagai indikasi SC
Pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan
letak, disproporsi sefalo pelvic (panggul sempit), sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, plasenta previa terutama pada primigravida, solusio
plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit
(Jantung,DM), gangguan perjalanan persalinan(kista ovarium, mioma uteri
dan sebagainya)
b. Faktor bayi atau janin sebagai indikasi medis SC
Fetal distress atau gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vacum atau forceps ekstraksi.
3. Klasifikasi Sectio Caesarea
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut Mochtar (2011) antara lain :
a. Sectio Caesarea atau Klasik dengan insisi memanjang pada korpus uteri
b. Sectio Transperitonealis Profundadengan insisi pada segmen bawah rahim

C. Konsep Masa Nifas


1. Pengertian
Masa nifas adalah sebuah persalinan kelahiran bayi, plasenta serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dalam waktu ±6 minggu (Saleha, 2009). Masa nifas atau Puerperium
adalah masa pemulihan kembali, dimuai sejak satu jam setelah lahirnya
plasenta sampai 42 hari dimana pada masa itu terjadi pemulihan keadaan alat
kandungan seperti pada saat sebelum terjadi kehamilan(Prawirohardjo, S,
2011)
11

2. Klasifikasi Masa Nifas


Masa Nifas dibagi menjadi 3 Tahap menurut Aspiani (2017) antara lain
sebagai berikut :
a. Puerperium dini
Masa kepulihan ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan,
didalam agama islam sudah dianggap bersih.
b. Puerperium Intermadial
Masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote Puerperium
Masa yang diperlukan untuk pulih dan sempurna, waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung berminggu-minggu, bulan bahkan tahunan.

3. Perubahan Masa Nifas


Perubahan Masa nifas menurut Aspiani (2017) sebagai berikut :
a. Perubahan fisik
1) Tanda-tanda vital
Suhu tubuh dalam waktu 24 jam pertama lebih dari 38 0C, jika hari 1-2
samapi hari ke 10 suhu tubuh lebih dari 38 0C harus berhati-hati
terhadap adanya infeksi puerperalis, infeksi saluran kemih,
endometritis, mastitis dan infeksi lainnya.
2) Involusio
Perubahan uterus setelah persalinan, yang berangsur-angsur kembali
seperti keadaan semula yang sama dengan kondisi dan ukuran dalam
keadaan tidak hamil (Saleha, 2009)
3) Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligmen Fascia dan Diafragma
Pelvis yang meregang pada waktu partus setalah bayi lahir berangsur-
angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jauh kebelakang
menjadi retroleksi karena ligamentum Rotondum jadi kendor.
12

4) Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh
darah uterus.
5) System Urinaria
Aktivitas ginjal menambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah atau autolysis. Puncak dari aktivitas
ini terjadi pada hari pertama post partum. Persalinan dengan tindakan
SC, dapat mengakibatkan penurunan sensitifitas bladder dan penurunan
tonus bladder.
6) System Endokrin
a) Hormone oxytoxindisekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan
bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala III
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah
itu oxytoxin bereaksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat pelekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin, keadaan ini membantu
kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran air susu. Setelah
plasenta lahir, sirkulasi HCG esterogen, progesterone dan laktogen
plasenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahab
fisiologi pada ibu nifas
b) Hormon Prolaktin
Penurunan esterogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
kelenjar hipoise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi air susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH diovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post Partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar Hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
13

progesterone dalam keadaan normal, pengembangan normal folikel


de graaf, ovulasi dan mentruasi.
b. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi 3
tahap Padila (2015)yaitu :
1) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masalah ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini
dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-
hal yang romantic, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
mencipatkan hubungan yang baru.
2) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 dan hari ke 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggungjawab kepada bayinya, dengan berusaha menguasai
keterampilan perawatan bayi.Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya.Misalnya, buang air kecil atau buang ari
besar.
3) Periode Letting Go
Terjadi pada saat ibu pulang kerumah.Pada masa itu ibu mengambil
tanggungjawab terhadap bayi. Sedangkan stress emosional pada ibu
nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan
mudah. Tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur
tergangguan, manifestari ini disebut dengan post partum blues dimana
terjadi pada hari 3-5 post partum.
4. Teori Keluarga Berencana (KB) dan Kontrasepsi
a. Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan
jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda
kehamilan (Sulistyawati, A, 2013)
14

b. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, A,
2013)
c. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Nugroho, T dan Utama I.B, 2014)
d. Macam-macam Kontrasepsi
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode
kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL),
Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode
Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu
basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana
dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, S, 2010)
2) Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja.Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon
yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant
(Handayani, S, 2010)
3) Kontrasepsi Pil
4) Kontrasepsi Suntik
15

D. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian Keperawatan sebagai berikut :
1. Identitas
a. Identitas pasien terdiri dari : Nama, Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan,
Alamat, Tanggal partus, Jenis partus
b. Identitas penanggungjawab terdiri dari : Nama, Umur, Agama,
Pendidikan, Pekerjaan, Alamat
2. Keluhan utama
Apa yang dikeluhkan pasien setelah melahirkan dan keluhan yang menyertai
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Haid
Haid pertama kali, siklus, lamanya, keluhan saat haid
b. Riwayat perkawinan
Sudah berapa kali menikah dan sudah berapa lama
c. Riwayat kontrasepsi
Ikut mengikuti aseptor KB atau tidak, jenis kontrasepsi yang digunakan
dan berapa lama menjadi aseptor KB
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
(G?, P?, A?) atau kehamilan ke berapa, sudah melahirkan berapa kali, dan
apakah pernah guguran atau tidak
e. Riwayat kehamilan sekarang
Gangguan pada waktu hamil muda, tempat pemeriksaannya dan obat apa
saja yang pernah diberikan, kapan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhair)
dan HPL (Hari Perkiraan Lahir)
f. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya atau tidak dan
pernah menjalani operasi sebelumnya atau tidak serta riwayat reproduksi.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga pasien apakah ada yang mempunyai penyakit
keturunan, menular dan anak kembar atau tidak.
h. Riwayat KB
16

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan Kontrasepsi jenis


apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
renca KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi.
i. Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantangan makan.
j. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.
k. Data Pengetahuan
Data yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu
tentang perawatan setelah melahirkan, sehingga akan menguntungkan
selama masa nifas.
l. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,
jenis makanan dan makanan pantangan.
2) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan pasien sebelum tidur, misalnya membaca doa sebelum
tidur, mendengarkan musik, kebiasaan mengonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas
karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
3) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang
air keci meliputi frekuensi, warna dan jumlah.
4) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebiasaan tubuh
terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lochea.
17

5) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu
dikaji pada pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses pengambilan alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi dan seberapa sering, dengan bantuan
atau mandiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi.
m. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut :
1) Tanda-tanda vital
2) Antopometri, meliputi :
a) Tinggi badan
b) Berat badan sebelum hamil
c) Berat badan setelah hamil
d) Total kenaikan bereat badan
3) Wajah, pucat atau tidak
4) Mata, sklera dan konjungtiva
5) Mulut dan gigi, bau mulut, sariawan, karang gigi
6) Leher ( kelenjar tyroid, peningkatan tekanan JVP)
7) Payudara ( proses laktasi, puting susu, colostrum, pembesaran kelenjar,
pembengkakan)
8) Abdomen
a) Inspeksi :periksa kebersihan, bentuk abdomen,
adakah lineanigra, luka post operasi
b) Palpasi : tinggi fundus, kontraksi uterus,
c) Auskultasi : Bising Usus
9) Kandung Kemih
a) Genetalia dan perineum :
(1) Pengeluaran lochea, berupa jenis, warna, jumlah, bau)
(2) Adakah odema pada dinding vagina
(3) Adakah peradangan atau nyeri
18

10) Ekstremitas bawah


a) Pergerakan
b) Adakah verises, odema dan nyeri
c) Adakah humans sign
n. Pemeriksaan Penunjang menurut Mitayani (2011) antara lain :
1) Laboratorium
2) Rontgen
3) EKG
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnoa keperawatan Menurut Aspiani (2017) yaitu sebagai berikut :
a. Nyeri Akut b.d terputusnya jaringan
b. Resiko Infeksi b.d Inkontinutas jaringan
c. Konstipasi b.d kurangnya mobiliasasi : diet yang tidak seimbang, trauma
persalian
5. Intervensi
a. Nyeri Akut b.d terputusnya jaringan
NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri ibu berkurang
dengan kriteria hasil :
1) Dapat mengetahui penyebab nyeri
2) Mampu menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri
dan tindakan pencegahan nyeri
3) Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
NIC :
1) Kaji secara komperhensif tentang nyeri, yang meliputi lokasi,
karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan factor – factor presipitasi.
Rasional : Mengetahui tentang nyeri pasien, meliputi lokasi,
karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor-faktor preseitipasi.
19

2) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyaman, khususnya


ketidakmampuan komunikasi secara efektif
Rasional :Untuk mengetahui isyarat non verbal dari ketidaknyamanan,
khusunya ketidakmampuan komunikasi secara efektif
3) Ajarkan teknik non farmakologi misalnya : nafas dalam, teknik
distraksi atau massege
Rasional :Untuk mengurangi nyeri pasien
4) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi respon klien
tidak nyaman misalnya : suhu ruangan, penyinaran dan lain sebagainya
Rasional :Agar pasien nyaman dan tenang
5) Berikan analgetik yang tepat waktu terutama pada saat nyeri hebat
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
b. Resiko Infeksi b.d Inkontinutas jaringan
NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan ibu dapat
meningkatkan pertahanan tubuhnya dengan kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2) Tanda – tanda vita dalam batas normal
3) Membran mukosa dalam keadaan normal
4) Tidak ada peningkatan leukosit
5) Luka didaerah perineum tidak ada pus
NIC :
1) Bersihkan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh pasien
Rasional:Menjaga kebersihan lingkungan pasien
2) Lakukan perawatan vulva dan perineum
Rasional :Menjaga kebersihan vulva dan perineum
3) Anjurkan klien untuk mengganti pembalut
Rasional :Menjaga kebersihan luka agar tidak terjadi infeksi
4) Lakukan teknik perawatan luka dengan tepat
Rasional :Melakukan perawatan luka dengan tepat dan benar
5) Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi
20

Rasional :Agar klien dan keluarga mengetahui tanda-tanda infekssi


6) Ajarkan klien dan keluarga untuk bagaimana mencegah infeksi
Rasional :Agar klien dan keluarga mencegah terjadinya infeksi
c. Konstipasi b.d kurangnya mobilisasi : diet yang tidak seimbang, trauma
persalinan
NOC :
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan, diharapkan eliminasi BAB
normal kembali dengan kriteria hasil :
1) Klien dapat mempertahankan konstipasi BAB lunak, BAB satu kali
sehari
2) Klien dapat mengidentifikasi pencegahan dan pengobatan konstipasi
NIC :
1) Obsevasi pada kebiasaan BAB termasuk waktunya, frekuensi BAB,
riwayat penggunaan obat-obatan laksatif, riwayat diet termasuk inteks
cairan, pola latihan, riwayat obstetri dan pembedahan
Rasional :Untuk mengetahui pola kebiasaan BAB termasuk waktunya,
frekuensi BAB, Konstipasi BAB, riwayat penggunaan obat-obat
laksatif, riwayat diet termasuk intake cairan, pola latihan, riwayat
obstetri dan pembedahan
2) Kaji ulang penggunaan obat-obatan yang dapat mempengaruhi fungsi
bowel termasuk anti depresan, anti hipertensi, anti konvulsan dan obat
penenang
Rasional :Untuk mengetahui penggunaan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi fungsi bowel termasuk anti depresan, anti hipertensi,
anti konvulan, diuretik, anti kolinergik, suplemenn besi dan obat
penenang
3) Palpasi adanya distensi abdomen perkusi bunyi dullnes dan auskultasi
bunyi peristaltik usus. Pada klien dengan konstipasi, abdomen sering
mengalami distensi
21

Rasional :Untuk mengetahui palpasi adanya distensi abdomen perkusi


bunyi dullnes dan auskultasi bunyi peristaltik usus. Pada klien dengan
konstipasi, abdomen sering mengalami distensi
4) Berikan privasi saat klien BAB
Rasional :Untuk memberikan privasi saat pasien BAB
5) Anjurkan memakan makanan berserat, seperti buah-buahan segar dan
sayuran-sayuran
Rasional :Untuk memberikan makanan yang berserat
6) Anjurkan minum 5 sampai 2 liter perhari
Rasional :Untuk memberikan cairan pada pasien

Anda mungkin juga menyukai