TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Factor resiko pre eklamsia menurut Mitayani (2009) sebagai berikut :
a. Sering terjadi pada primigraviditas atau multipara dengan usia lebih tua
(usia < 18 atau >35 tahun)
b. Obesitas akibat penimbunan air yang berlebihan
c. Kelompok sosial ekonomi rendah
d. Kehamilan ganda
e. Riwayat preeklamsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga
f. Komplikasi kehamilan : kehamilan multiple, janin besar, polihidramnion.
3. Klasifikasi
Preeklamsia dibagi menjadi dua, yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia
berat, preeklamsia dikatakan ringan apabila ditemukan tanda-tanda
menurutMitayani(2009) sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
b. pembengkakan umum, kaki, jari, tangan dan wajah atau kelebihan berat
badan 1kg atau lebih per minggu
5
6
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif +1 atau lebih
+2 pada urine kateter.
Sedangkan preeklamsia berat bila ditemukan satu atau lebih tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gram atau lebih per liter
c. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24jam
d. Keluhan selebral, gangguan pengelihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
e. Edema paru akibat penumpukan caira di paru
4. Patofisiologi
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air.Pada biopsy ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola
glomerulus.Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola
dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah dengan sendirinya akan
mengalami kenaikan, sehingga untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
jaringan oksigenasi dapat tercukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruang interstisial belum diketahui
penyebabnya, namun ada yang mengatakan disebabkan oleh retensi air dan
garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus( Mochtar dalam Mitayani, 2009)
7
5. Pathway
6. Komplikasi
Komplikasi preeklamsia menurut Niwang Ayu (2016) antara lain :
a. Eklamsia
b. Solusio plasenta atau Abruption Plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah (DIC)
e. Sindrom HELLP ( Hemolisis. Elevated, Liver, Enzymes, dan Low Platelet
count)
f. Gagal jantung hingga syok dan kematian
g. Hypoxia janin
h. Asfiksia neonatorum
i. Premature
j. Gagal ginjal
k. Kebutaan
l. Kejang
m. Hipertensi permanen
n. Distress fetal
o. Infark plasenta
p. Kematian janin dalam uterus
7. Pemeriksaan penunjang
Pemerikasaan penunjang pada penderita preeklamsia menurut Niwang Ayu
(2016) adalah sebagai berikut :
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan specimen urine mid-stream, guna untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi urin
2) Pemeriksaan darah lengkap, khususnya untuk mengetahui kadar ureum
darah ( untuk menilai kerusakan pada ginjal ), hematrokit meningkat
(nilai rujukan 37-43 vol%), trombosit menurun (nilai rujukan 150-450
ribu/mm3) dan kadar hemoglobin terjadi penurunan ( nilai rujukan atau
kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%)
3) Tes kimia darah, asam urat meningkat (nilai normal 2,4–2,7mg/dl)
9
4) Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh
darah uterus.
5) System Urinaria
Aktivitas ginjal menambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah atau autolysis. Puncak dari aktivitas
ini terjadi pada hari pertama post partum. Persalinan dengan tindakan
SC, dapat mengakibatkan penurunan sensitifitas bladder dan penurunan
tonus bladder.
6) System Endokrin
a) Hormone oxytoxindisekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan
bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala III
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah
itu oxytoxin bereaksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat pelekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin, keadaan ini membantu
kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran air susu. Setelah
plasenta lahir, sirkulasi HCG esterogen, progesterone dan laktogen
plasenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahab
fisiologi pada ibu nifas
b) Hormon Prolaktin
Penurunan esterogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
kelenjar hipoise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi air susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH diovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post Partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar Hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
13
b. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, A,
2013)
c. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Nugroho, T dan Utama I.B, 2014)
d. Macam-macam Kontrasepsi
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode
kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL),
Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode
Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu
basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana
dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, S, 2010)
2) Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja.Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon
yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant
(Handayani, S, 2010)
3) Kontrasepsi Pil
4) Kontrasepsi Suntik
15
5) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu
dikaji pada pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses pengambilan alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi dan seberapa sering, dengan bantuan
atau mandiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi.
m. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut :
1) Tanda-tanda vital
2) Antopometri, meliputi :
a) Tinggi badan
b) Berat badan sebelum hamil
c) Berat badan setelah hamil
d) Total kenaikan bereat badan
3) Wajah, pucat atau tidak
4) Mata, sklera dan konjungtiva
5) Mulut dan gigi, bau mulut, sariawan, karang gigi
6) Leher ( kelenjar tyroid, peningkatan tekanan JVP)
7) Payudara ( proses laktasi, puting susu, colostrum, pembesaran kelenjar,
pembengkakan)
8) Abdomen
a) Inspeksi :periksa kebersihan, bentuk abdomen,
adakah lineanigra, luka post operasi
b) Palpasi : tinggi fundus, kontraksi uterus,
c) Auskultasi : Bising Usus
9) Kandung Kemih
a) Genetalia dan perineum :
(1) Pengeluaran lochea, berupa jenis, warna, jumlah, bau)
(2) Adakah odema pada dinding vagina
(3) Adakah peradangan atau nyeri
18