Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENGERTIAN HAM
Hak Asasi Manusia adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma, yang
menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia, dan dilindungi secara teratur
sebagai hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional. Mereka umumnya
dipahami sebagai hal yang mutlak sebagai hak-hak yang "melekat pada semua
manusia" terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis atau status
lainnya. Ini berlaku di mana-mana dalam arti yang universal. HAM membutuhkan
empati dan aturan hukum dan memaksakan kewajiban pada orang untuk menghormati
hak asasi manusia dari orang lain.
Beberapa definisi HAM:
- Menurut UU No. 39 Tahun 1999, HAM ialah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat setiap keberadaan manusia yang merupakan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa. Hak merupakan anugerah-Nya yang haruslah untuk dihormati, dijunjung
tinggi, serta dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang untuk
kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia.
- Menurut John Locke, HAM merupakan suatu hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan yang bersifat kodrati. Artinya adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia
menurut kodratnya dan tidak dapat dipisahkan hakikatnya, sehingga sifatnya adalah
suci.
B. CIRI-CIRI HAM
Berikut ciri khusus hak asasi manusia sebagai berikut:
1. Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu
hak sipil, politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
3. Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah pada saat manusia
itu lahir.
4. Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis
kelamin, atau perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah satu dari
berbagai ide hak asasi manusia yang mendasar.
C. MACAM-MACAM HAM
Berikut macam-macam HAM:
- Hak Asasi Pribadi
Hak asasi pribadi ialah hak yang masih berhubungan dengan kehidupan
pribadi manusia. Contoh dari hak asasi pribadi sebagai berikut :
Hak kebebasan untuk dapat bergerak, bepergian, serta berpindah-pindah
tempat.
Hak kebebasan dalam mengeluarkan atau menyatakan suatu pendapat.
Hak kebebasan dalam memilih dan juga aktif berorganisasi.
Hak kebebasan dalam memilih, memeluk, dan menjalankan agama yang
diyakini oleh tiap-tiap manusia.
- Hak Asasi Politik
Hak asasi politik ialah hak yang berhubungan dengan kehidupan politik.
Contoh dari hak asasi politik sebagai berikut:
Hak dalam memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan umum.
Hak ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintahan.
Hak guna dalam membuat dan mendirikan partai politik serta mendirikan
organisasi politik lainnya.
Hak untuk membuat serta mengajukan usulan petisi.
- Hak Asasi Hukum
Hak asasi hukum ialah kesamaan kedudukan dalam hukum dan juga
pemerintahan, yaitu hak yang berhubungan dengan berbagai kehidupan hukum dan
juga pemerintahan. Contoh dari hak asasi hukum sebagai berikut:
Hak guna mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum serta pemerintahan.
Hak menjadi pegawai negeri sipil atau PNS.
Hak untuk mendapat layanan dan perlindungan hukum.
- Hak Asasi Ekonomi
Hak asasi ekonomi ialah hak yang berhubungan dengan berbagai kegiatan
perekonomian. Contoh dari hak asasi ekonomi sebagai berikut:
Hak kebebasan dalam melakukan berbagai kegiatan jual beli.
Hak kebebasan dalam mengadakan perjanjian kontrak.
Hak kebebasan dalam menyelenggarakan kegiatan sewa-menyewa atau utang
piutang.
Hak kebebasan untuk mempunyai sesuatu
Hak memiliki serta mendapatkan pekerjaan yang layak.
- Hak Asasi Peradilan
Hak asasi peradilan ialah hak untuk diperlakukan sama terhadap tata cara
pengadilan. Contoh dari hak asasi peradilan sebagai berikut:
Hak dalam mendapatkan pembelaan hukum di depan pengadilan.
Hak persamaan dalam perlakuan penggeledahan, penahanan, penyelidikan,
penangkapan di muka hukum.
- Hak Asasi Sosial Budaya
Hak asasi sosial budaya ialah hak yang berhubungan dengan kehidupan
dalam bermasyarakat. Contoh hak asasi sosial budaya sebagai berikut:
Hak dalam memilih, menentukan, serta mendapatkan pendidikan.
Hak mendapatkan pengajaran.
Hak dalam mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
4. Kepolisian Negara RI
UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI Pasal 5 ayat (2) menyatakan
“Kepolisian Negara RI adalah kepolisian yang merupakan satu kesatuan dalam
melaksanakan peran sebagaimana dimaksud ayat (1) yang menyatakan, “Kepolisian
Negara RI merupakan alat negara berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya
ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.”
Adapun tugas pokok Kepolisan Negara RI diatur dalam Pasal 13, yakni:
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Menegakkan hukum.
Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
KEWARGANEGARAAN
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu
(secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara.
Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Secara umum ada 2 asas kewarganegaraan yang diterapkan oleh suatu negara, yaitu:
1. Ius Sanguinis
Asas ius sanguinis atau asas keturunan yang menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan anak bergantung pada
orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara. Misalkan, seorang anak dilahirkan
di negara B yang menganut asas ius sanguinis, sedangkan orang tuanya warga negara A,
maka anak tersebut tetap menjadi warga negara A.
2. Ius Soli
Asas ius soli atau asas tempat kelahiran yang menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut tempat kelahirannya. Artinya kewarganegaraan anak akan diberikan jika anak
tersebut lahir di negara yang menganut asas ius soli. Misalnya, seorang anak harus menjadi
warga negara B karena lahir di negara B, meskipun orang tuanya warga negara A.
Keberadaan kedua asas kewarganegaraan tersebut kerap kali menimbulkan masalah. Hal ini
karena ada negara yang menganut asas ius sanguinis dan ada pula negara yang menganut asas
ius soli. Sehingga kerap muncul masalah bipatride, multipatride, bahkan apatride.
1. Bipatride
Seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan (kewarganegaraan ganda) yang bisa
terjadi karena anak lahir di negara A yang menganut asas kewarganegaraan ius soli
(tempat kelahiran) namun orang tuanya warga negara B yang menganut asas ius
sanguinis. Anak tersebut akan mendapat 2 kewarganegaraan dari negara A berdasarkan
tempat lahir dan dari negara B karena faktor keturunan.
2. Apatride
Seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bisa terjadi jika anak lahir di negara
B yang menganut asas ius sanguinis sedangkan orang tua berasal dari negara A. Si anak
tidak mendapat kewarganegaraan negara B karena lahir dari orang tua yang bukan
warga negara B. Anak juga tidak mendapat kewarganegaraan orang tuanya (negara A)
karena tidak lahir di negara A (ius soli – berdasarkan tempat lahir).
3. Multipatride
Seseorang yang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan. Hal ini bisa terjadi jika
bipatride menerima juga pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah
dewasa, namun tidak melepaskan status kewarganegaraan yang lama.
Karena pentingnya peran warga negara dalam pembangunan, ada banyak undang-undang yang
dibuat untuk melindungi hak dan menjelaskan kewajiban warga negara pada suatu negara,
terutama di Indonesia. Undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan di Indonesia
adalah UU No. 12 Tahun 2006. Menurut UU tersebut, warga negara adalah:
Terdapat pula, tujuh korban kebiadaban PKI disiksa dan dibunuh tanggal 1 Oktober 1965
ditemukan pada sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Setiap tanggal 1 Oktober
diperingati sebagai hari kesaktian pancasila.
1. Jendral Soedirman
Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI
yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.
Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang
pembelaan kemerdekaan RI. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis
tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki,
Yogyakarta. Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari
1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.
5. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang Diponegoro di Jawa pada kurun
waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang dengan korban paling banyak dalam sejarah
Indonesia. Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III,
raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta
dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang
garwa ampeyan (istri selir) yang berasal dari Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran
Diponegoro bernama Bendara Raden Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di
Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun.
6. H.O.S. Cokroaminoto
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882
dan meninggal di Yogyakarta, Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Bergelar
De Ongekroonde van Java atau "Raja Jawa Tanpa Mahkota" oleh Belanda, Tjokroaminoto
adalah salah satu pelopor pergerakan di Indonesia dan sebagai guru para pemimpin-
pemimpin besar di Indonesia. Berangkat dari pemikirannya pula yang melahirkan berbagai
macam ideologi bangsa Indonesia pada saat itu. Rumahnya sempat dijadikan rumah kost
para pemimpin besar untuk menimbah ilmu padanya, yaitu Semaoen, Alimin, Muso,
Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya. Ia adalah orang
yang pertama kali menolak untuk tunduk pada Belanda. Setelah ia meninggal, lahirlah
warna-warni pergerakan Indonesia yang dibangun oleh murid-muridnya, yakni kaum
sosialis/komunis yang dianut oleh Semaoen, Muso, Alimin.
8. Teuku Umar
Teuku Umar (Meulaboh, 1854 – Meulaboh, 11 Februari 1899) adalah pahlawan yang
menjadi kebanggaan rakyat Indonesia yang berperang memakai cara berpura-pura
bekerjasama dengan Belanda. Ia berjuang Belanda ketika telah mengumpulkan senjata serta
uang yang amat banyak.
9. Panglima Polim
Panglima Polim, pejuang yang membela masyarakat pertempuran Aceh. Panglima Polim
dengan nama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud ialah
seorang pejuang Aceh. Hingga sekarang tidak diketahui] keterangan yang jelas mengenai
tanggal dan tahun kelahiran Panglima Polim, yang bisa dipastikan bahwa ia memiliki
keturunan dari suku bangsawan Aceh. Ayahnya mempunyai nama Panglima Polem VIII
Raja Kuala anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga
termashur dengan Cut Banta (Panglima Polem VII (1845-1879). Mahmud Arifin yaitu
Panglima Sagoe XXII Mukim Aceh Besar.
Namanya diabadikan sebagai nama lapangan terbang di Surabaya, Jawa Timur yaitu
Bandara Djuanda atas jasanya dalam memperjuangkan pembangunan lapangan terbang
tersebut sehingga dapat terlaksana. Selain itu juga diabadikan untuk nama hutan raya di
Bandung yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, dalam taman ini terdapat Museum dan
Monumen Ir. H. Djuanda. Dan namanya pun juga diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta
yaitu JL. Ir. Juanda di bilangan Jakarta Pusat, dan nama salah satu Stasiun Kereta Api di
Indonesia, yaitu Stasiun Juanda.
Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia,
mengabadikan Djoeanda di pecahan uang kertas rupiah baru NKRI, pecahan Rp50.000.
Tirto menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri
Hindia (1908). Tirto juga mendirikan Sarikat Dagang Islam. Medan Prijaji dikenal sebagai
surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia), dan
seluruh pekerja mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah
pribumi Indonesia asli.
Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan
pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap
pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu.
Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan,
dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Setelah selesai masa pembuangannya, Tirto
kembali ke Batavia, dan meninggal dunia pada 17 Agustus 1918. Kisah perjuangan dan
kehidupan Tirto diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Buru dan Sang
Pemula.
Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya,
Tanah Air; himpunan puisi modern Melayu pertama yang pernah diterbitkan. Himpunan
Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini sangat
penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang pejuang
kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa
Indonesia yang tunggal.
Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu, ia
bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond dan menyusun ikrar Sumpah Pemuda
yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Pada tahun 1932, Yamin memperoleh gelar
sarjana hukum. Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bertugas pada Pusat
Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah
Jepang.
Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan
peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara. Ia
juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah,
Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda. Soekarno juga
sangat mendukung usul tersebut.
Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan tahanan politik
yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa grasi dan remisi, ia mengeluarkan 950 orang
tahanan yang dicap komunis atau sosialis.
MENTERI KOORDINATOR
MENTERI
RESHUFFLE KABINET
Di perombakan pertama ini, Presiden Jokowi mengganti 6 menteri sekaligus. Tidak semua
pejabat 'ditendang' karena ada yang hanya bergeser posisi:
Reshuffle kedua dilakukan Rabu, 27 Juli 2016. Kali ini, Presiden Jokowi resmi
memberhentikan 12 menteri sekaligus.
Berikut 12 menteri ditambah satu Kepala BPKM yang dilantik Presiden Jokowi:
Reshuffle jilid II pada 27 Juli 2016 lalu, ternyata menyisakan masalah yang sangat serius bagi
Presiden Joko Widodo. Menteri ESDM Arcandra Tahar belakangan diketahui punya paspor
Amerika Serikat alias dwikewarganegaraan. Hal yang sangat diharamkan oleh UU.
Maka Senin, 15 Agustus 2016, Presiden Jokowi memberhentikan dengan hormat Arcandra
Tahar dari posisinya setelah 20 hari menjabat atau masa jabatan menteri tersingkat sepanjang
sejarah.
Presiden Jokowi lalu menunjuk Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjadi
Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM. Usai pergantian itu, status Arcandra yang berpaspor AS
dipulihkan oleh Menkum HAM sebagai WNI, meski menuai kritikan.
Tanggal 14 Oktober 2016, Presiden Jokowi melantik mantan Menteri Perhubungan Ignasius
Jonan sebagai Menteri ESDM definitif, dan Arcandra Tahar diangkat kembali namun sebagai
Wakil Menteri ESDM.
Presiden melantik politisi Partai Golkar Idrus Marham sebagai Menteri Sosial. Idrus
menggantikan Khofifah Indar Parawansa yang saat ini berstatus sebagai calon gubernur dalam
kontestasi Pilkada Jawa Timur 2018, 17 Januari
Tempat kedudukan Mahkamah Agung adalah di ibu kota negara dan wilayah hukumnya
meliputi seluruh wilayah Indonesia. Kekuasaan dan wewenang Mahkamah Agung sebagai
berikut:
2. Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan salah satu lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan pada umumnya. Lembaga yang termasuk dalam peradilan umum
adalah Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
3. Peradilan Agama
Keberadaan peradilan agama diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Lembaga
peradilan yang berada dalam lingkup peradilan agama adalah Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama.
4. Peradilan Militer
Peradilan Militer diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997. Peradilan Militer
adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan bersenjata,
yang meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama,
dan Pengadilan Militer Tempur. Wewenang Pengadilan Militer sebagai berikut:
1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan
tindak pidana adalah seorang prajurit, yang berdasarkan undang-undang dipersamakan
dengan prajurit, anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang
dipersamakan atau dianggap sebagai prajurit berdasarkan undang-undang.
2. Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan bersenjata
yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat tindak
pidana yang menjadi dasar dakwaan, sekaligus memutuskan kedua perkara tersebut
dalam suatu putusan.
5. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Dalam lingkungan peradilan tata usaha negara terdapat dua lembaga kekuasaan kehakiman,
yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN).
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) merupakan sebuah lembaga yang
dibentuk berdasarkan undang-undang. Daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi.
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan pengadilan tingkat banding. Sebagai
sebuah lembaga keperadilan, PTTUN memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
Ketua Mahkamah Konstitusi pertama dipegang oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie.
Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang untuk mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir, yang putusannya bersifat final yaitu untuk menguji undang-undang terhadap UUD
1945, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
UUD 1945. Dalam hubungannya dengan partai politik dan pemilihan umum, Mahkamah
Konstitusi dapat memutuskan pembubaran partai politik. Mahkamah Konstitusi juga
berhak memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
7. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial terdiri atas pimpinan dan anggota. Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas
seorang ketua dan seorang wakil ketuayang merangkap anggota. Komisi Yudisial
mempunyai tujuh orang anggota yang merupakan pejabat negara yang direkrut dari mantan
hakim, praktisi hukum, akademisi hukum, dan anggota masyarakat. Tugas dari Komisi
Yudisial sebagai berikut:
1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung. Tugas itu dilakukan dengan cara berikut:
a. Melakukan pendaftaran calon hakim agung.
b. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung.
c. Menetapkan calon hakim agung.
2) Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Untuk melaksanakan tugas itu, Komisi Yudisial melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku hakim.
b. Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim.
c. Membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang disampaikan
kepada Mahkamah Agung dan tembusannya disampaikan kepada presiden dan
DPR. Mengidentifikasi Alat Kelengkapan Lembaga Peradilan.
OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani,
otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau
undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
a. DASAR HUKUM
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18 Ayat 1 - 7,
Pasal 18A ayat 1 dan 2 , Pasal 18B ayat 1 dan 2.
2) Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg Berkeadilan,
serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.
3) Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5) UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
6) UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32 Tahun 2004)
b. PENERAPAN
a. Otonomi Luas
b. Otonomi Nyata
1) Kepastian Hukum
Asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
2) Tertib Penyelenggara Negara
Tertib penyelenggara negara merupakan asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3) Kepentingan Umum
Asas tersebut merupakan asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4) Keterbukaan
Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia.
5) Proporsionalitas
Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara.
6) Profesionalitas
Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
7) Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8) Efisiensi
Asas yang berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber daya dalam
penyelenggaraan negara untuk mencapai hasil kerja yang terbaik.
9) Efektivitas
Asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna.
10) Keadilan
Asas keadilan adalah bahwa setiap tindakan dalam penyelenggaraan negara harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.
ISTANA NEGARA
1. Istana Negara
Ada Istana Negara dan ada juga Istana Merdeka. Istana Negara dan Istana Merdeka
terletak dalam satu kompleks di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta. Istana ini berupa dua
bangunan utama seluas 6,8 hektare dan terletak di antara Jalan Medan Merdeka Utara dan
Jalan Veteran. Istana Negara mulai dibangun pada tahun 1796 dan selesai tahun 1804.
Awalnya bangunan ini diperuntukkan sebagai rumah peristirahatan luar kota milik
pengusaha Belanda, J A Van Braam. Saat ini, Istana Negara dipakai untuk
menyelenggarakan acara-acara kenegaraan, antara lain pelantikan pejabat-pejabat tinggi
negara, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, kongres bersifat nasional dan
internasional, dan jamuan kenegaraan.
2. Istana Merdeka
Istana Merdeka dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.W. van
Lansberge tahun 1873. Istana ini sering disebut sebagai Istana gambir karena banyaknya
pohon gambir yang tumbuh di sekitar Lapangan Koningsplein. Istana Merdeka menjadi
saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat
(RIS) oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Saat Bendera Merah Putih
berkibar, ratusan ribu orang berteriak menyerukan “Merdeka!”. Sejak saat itulah istana ini
dinamakan Istana Merdeka. Saat ini Istana Merdeka diperuntukkan untuk
menyelenggarakan acara-acara kenegaraan, antara lain Peringatan Detik-detik Proklamasi,
upacara penyambutan tamu negara, penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara
sahabat, dan pelantikan perwira muda (TNI dan Polri).
3. Istana Bogor
Istana Negara yang berikutnya adalah Istana Bogor. Istana yang dibangun pada bulan
Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga ini dulunya bernama Buitenzorg atau Sans Souci
yang berarti “tanpa kekhawatiran”. Awalnya istana ini digunakan sebagai tempat
peristirahatan, namun dengan berbagai perubahan yang dilakukan pada bangunannya
seiring dengan berjalannya waktu, rumah peristirahatan ini pun berubah menjadi istana
paladian dengan luas halaman mencapai 28,4 hektare dan luas bangunan 14.892 m². Istana
ini sempat rusak parah pada tahun 1834 akibat gempa bumi karena meletusnya Gunung
Salak. Lalu sejak tahun 1950, Istana Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia dan
resmi menjadi salah satu dari Istana Presiden Indonesia. Salah satu keunikan dari Istana
Bogor adalah keberadaan rusa-rusa yang didatangkan dari Nepal yang tetap dijaga sampai
hari ini.
Berbeda dengan istana negara lainnya, Istana Tampak Siring dibangun setelah masa
Indonesia merdeka. Istana Tampaksiring terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan
Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Tampak artinya “telapak” dan siring artinya
“miring”. Menurut legenda, Raja Mayadenawa ini adalah seorang raja yang memiliki sifat
angkara murka. Saat Batara Indra mau menghukum Raja Mayadenawa, ia melarikan diri
dengan memiringkan telapak kakinya agar jejak kakinya tidak dikenali. Namun, pada
akhirnya Raja Mayadenawa berhasil ditangkap. Kawasan hutan yang dilalui Raja
Mayadenawa sambil memiringkan telapak kakinya itulah yang dinamakan Tampaksiring.
Istana Tampak Siring didirikan atas prakarsa Presiden Soekarno yang menginginkan
tempat peristirahatan berhawa sejuk dan jauh dari keramaian kota. Istana Tampak Siring
diarsiteki oleh R.M Soedarsono dan memiliki empat gedung utama.
5. Gedung Agung Yogyakarta
Istana negara yang berlokasi di Yogyakarta ini bernama Gedung Agung. Gedung
Agung berlokasi di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, di
ujung selatan Jalan Malioboro. Gedung utama kompleks istana ini dibangun pada Mei 1824
dan diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, Residen Yogyakarta ke-18 yang
menginginkan adanya “istana” untuk para residen Belanda. Pada 10 Juni 1867,
bangunannya sempat roboh akibat gempa bumi. Pada 1869, bangunan baru selesai
didirikan. Pada 6 Januari 1946, ibukota negara dipindahkan ke Yogyakarta. Gedung Agung
pun berubah menjadi Istana Kepresidenan dan menjadi tempat tinggal Presiden Soekarno
beserta keluarganya. Pada saat ini, selain menjadi kantor dan kediaman resmi Presiden RI,
Gedung Agung pun berfungsi untuk menerima tamu-tamu negara. Di Gedung Agung,
setiap 17 Agustus diadakan peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan untuk DIY
dan Parade Senja setiap tanggal 17 April. Salah satu keunikan dari Gedung Agung
Yogyakarta adalah monumen batu andesit setinggi 3,5 meter bernama Dagoba. Dagoba ini
berasal dari Desa Cupuluwatu dekat Candi Prambanan.
6. Istana Cipanas
Istana negara yang keenam adalah Istana Cipanas. Istana Cipanas terletak di kaki
Gunung Gede, Jawa Barat. Bangunan induk istana awalnya adalah kepunyaan pribadi
seorang tuan tanah Belanda yang dibangun tahun 1740. Sejak masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff, bangunan ini menjadi tempat peristirahatan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Di masa pendudukan Jepang, bangunan istana ini
digunakan sebagai tempat persinggahan para pembesar Jepang. Setiap ruangan di Istana
Cipanas ini dilengkapi dengan perabotan dari kayu. Di istana ini juga tersimpan berbagai
koleksi ukiran Jepara dan lukisan dari maestro seni lukis Indonesia.
ISTANA DAERAH
1) Pulau Andalas/Sumatra
1. Istana Maimun, Medan, Sumatera Utara
• Terletak di kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun.
• Dibangun pada tahun 1888 atas prakarsa Sultan Deli, Makmun Al Rasyid
Perkasa Alamsyah
• Namun ada versi lain yang menyebutkan bahwa arsitek istana ini adalah
seorang Kapitan Belanda yang bernama T.H. van Erp.
• memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam,
Spanyol, India dan Belanda.
2. Istana Darul Arif, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
• Dibangun pada 29 Juli 1889 oleh Sultan Sulaiman Shariful Alamshah dalam
kraton kota Galuh.
3. Istana Indra Sakti, Tanjung Balai,Sumatra Utara
• Asahan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Pusat
pentadbiran Kabupaten Asahan adalah Tanjungbalai yang berjarak ± 180 km
dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara.
4. Istana Niat, Batubara, Sumatera Utara
• Istana Kerajaan Lima Laras ini terletak di Desa Laras, Kecamatan Tanjung
Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.
• Istana ini dibangun oleh Datuk Muhammad Yuda, Raja ke-11 dari Kerajaan
Lima Laras pada tahun 1907 dan selesai 1912.
5. Istana Tunggang Bosar, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
• Istana Tunggang Bosar berada di Desa Janji Maulu Muara Tais, Kec. Batang
Angkola, Kab. Tapanuli Selatan.
6. Istano Basa, Tanah Datar, Sumatera Barat
• Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah
sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar,
kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
7. Istano Silinduang Bulan,Tanah Datar, Sumatera Barat
• Istanao Silinduang Bulan merupakan istana yang terletak di nagari
Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatera Barat.
• Istano Basa ini merupakan tempat penyimpanan Harta pusaka Kerajaan
Pagaruyung.
8. Istana Asseraya Al Hasyimiyah, Siak, Riau
• Dibangun pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif
Hasyim.
• Istana ini selesai dibangun pada tahun 1893.
9. Istana Sayap, Pelalawan, Riau
• Terletak di Kab. Pelalawan, Riau.
• Dibangun dalam dua periode pemerintahan di Kesultanan Pelalawan, yakni
masa pemerintahan Tengku Sontol Said Ali (1886-1892) dan selesai dibangun
pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim II pada tahun 1896.
10. Istana Indragiri, Indragiri Hulu, Riau
• Masyarakat Riau menyebut Kesultanan Indragiri dengan sebutan Kerajaan
Negeri Maghligai.
11. Istana Kantor, Pulau Penyengat, Riau
• Istana Raja Ali yang terletak di Pulau Penyengat ini pertama kali digunakan
sebagai Kantor Pemerintahan Kerajaan Riau oleh Yang Dipertuan Muda Raja
Ali (1844-1855).
• Karena fungsi bangunan ini selain sebagai rumah juga sebagai kantor, maka
dikenal juga dengan Istana Kantor.
• Sekarang istana ini dinamakan Komplek Istana Kantor.
12. Istana Kuto Lamo, Palembang, Sumatera Selatan
• Dibangun oleh Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo bin
Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago.
2) Pulau Jawa
1. Keraton Sumedang Larang, Sumedang, Jawa Barat
• Diperkirakan berdiri sejak abad ke-16 Masehi di Jawa Barat, Indonesia.
• Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh yang
beragama Hindu, yang didirikan oleh Prabu Aji Putih atas perintah Prabu
Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pajajaran, Bogor.
2. Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat
• Didirikan pada tahun 1452 oleh Pangeran Cakrabuana
3. Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat
• Keraton Kanoman adalah Kesultanan Cirebon.
• Setelah berdirinya Keraton Kanoman pada tahun 1678 M, Kesultanan Cirebon
terdiri dari Keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman yang merupakan
pemimpin dan wakilnya.
• Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran
Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I
4. Keraton Kacirebonan, Cirebon, Jawa Barat
• Kacirebonan yang dibangun pada tahun 1800 M ini berada di wilayah
kelurahan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan.
5. Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah
• Keraton yang lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut Karaton Surakarta
Hadiningrat ini adalah istana Kasunanan Surakarta.
• Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada
tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda
akibat Geger Pecinan 1743.
6. Pura (Puro) Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah
• Ini merupakan istana tempat kediaman Sri Paduka Mangkunagara di Surakarta
dan dibangun setelah tahun 1757 dengan mengikuti model keraton yang lebih
kecil
7. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta, D.I. Yogyakarta
• Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia.
• Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I
beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755.
• Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama
Garjitawati.
8. Puro Paku Alaman, Yogyakarta, D.I. Yogayakarta
• Bangunan ini merupakan bekas Istana kecil Kadipaten Paku Alaman yang
menjadi tempat tinggal resmi para Pangeran Paku Alam mulai tahun 1813
sampai dengan tahun 1950.
9. Keraton Sumenep, Sumenep, Jawa Timur
3) Pulau Dewata/Bali
1. Puri Agung Pacekan, Jembrana, Bali
• diberi nama Puri Gede Jembrana
• dibangun pada awal abad XVII oleh I Gusti Made Yasa (penguasa
Brangbang).
2. Puri Agung Singaraja, Buleleng, Bali
• The Royal Palace Singaraja yang sering disebut sebagai Puri Agung atau Puri
Gede,
• Dibangun oleh Ki Gusti Anglurah Pandji Sakti pada 30 Maret 1604.
3. Puri Agung Tabanan, Tabanan, Bali
• Puri Agung Tabanan adalah sebutan untuk tempat kediaman Raja Tabanan,
yang merupakan salah satu puri di Bali.
4. Puri Agung Den Pasar, Denpasar, Bali
5. Puri Agung Gianyar, Gianyar, Bali
• Dibangun oleh raja (Ida Anak Agung) Gianyar I, Ida Dewata Manggis Sakti.
6. Puri Agung Ubud, Ubud, Bali
• Puri Agung Ubud Krisnakusuma terletak tepat di jantung kota Ubud.
7. Puri Agung Semarapura, Klungkung, Bali
• Dibuat oleh I Gusti Ibul dan I Gusti Ungu, yang hidup pada tahun 1839.
8. Puri Agung Susut, Bangli, Bali
• Puri Agung Susut terletak di desa Susut, Bangli
9. Puri Agung Amlapura, Karangasem, Bali
• Puri Agung Karangasem didirikan sekitar akhir abad ke-19 oleh Anak Agung
Gede Djelantik yaitu raja Karangasem yang pertama.
4) Nusa Tenggara
1. Dalam Loka, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
• Dibangun pada tahun 1885 oleh Sultan Muhammad Jalalludin III
2. Istana Bala Kuning, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
• Istana Bala Kuning atau sering juga disebut Istana Kuning ini merupakan
bangunan rumah besar yang di cat berwarna kuning.
• Rumah ini merupakan tempat tinggal resmi Sultan Sumbawa Muhammad
Kaharuddin III setelah beliau meninggalkan Wisma Daerah
3. Asi Mbojo, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat
• Pembangunan Asi di laksanakan dengan cara ”Karawi Kaboro” atau disebut
dengan gotong royong oleh rakyat di bawah pimpinan Bumi Jero sebagai
Kepala Bagian Pembangunan dan Pertukangan.
• Mulai dibangun pada tahun 1927.
4. Asi Bou, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat
• Asi Bou berarti Istana Baru.
• Asi Bou berdampingan dengan Istana Bima. Persisnya disebelah timur Istana
Bima.
• Dibangun pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1881 – 1961).
• Asi Bou kini termasuk bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Hal ini
tertuang dalam Monumenten Ordonantie Stbl. 238 Tahun 1931 pasal 1 ayat
1,a, juga UU Republik Indonesia No. 5 Tahun 1998.
5. Sonaf Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
• Berada di Nusa Nipa yang berarti Pulau Naga dalam bahasa lokal
6. Sonaf Ba’a, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur
• “Nusa Lote, Nusa Fua Funi, Nusa Ndalu Sita”. Sebuah ungkapan kesayangan
orang Rote yang hingga kini selalu didengungkan untuk menunjukkan
kecintaan mereka terhadap tanah kelahiran atau tanah asal mereka.
7. Sonaf Nisnoni, Kupang, Nusa Tenggara Timur
• Di Pulau Timor, sudah berdiri Kerajaan Helong pada abad ke-16.
• Kerajaan ini didirikan oleh Lisin Bai Sili pada tahun 1516.
8. Sonaf Baun, Kupang, Nusa Tenggara Timur
9. Sonaf Sonbesi, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
• Kerajaan Amanuban (Banam) adalah sebuah kerajaan yang terletak di pulau
Timor bagian barat, wilayah Indonesia.
10. Sonaf Oelolok, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur
5) Pulau Borneo/Kalimantan
1. Istana Alwatzikoebillah, Sambas, Kalimantan Barat
• Sebelumnya, Sambas merupakan Kerajaan Hindu yang di kemudian hari
berubah menjadi Kerajaan Islam.
• Dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim
Syafiuddin, sultan ke-15 Kesultanan Sambas.
• Pembangunan istana tersebut relatif singkat, yaitu dari tahun 1933 sampai
tahun 1935.
2. Istana Amantubillah, Mempawah, Kalimantan Barat
• Istana Amantubillah merupakan nama istana dari Kerajaan Mempawah.
• Nama Amantubillah berasal dari bahasa Arab, yang berarti “Aku beriman
kepada Allah”.
• Dibangun pada masa pemerintahan Gusti Jamiril pada tahun 1761
3. Keraton Ismahayana, Landak, Kalimantan Barat
• Keraton milik Kerajaan Ismahayana Landak ini dibangun pada masa
pemerintahan raja ke-7, yakni Abhiseka Ratu Brawijaya Angkawijaya (Ratu
Sang Nata Pulang Pali VII).
4. Istana Kadriyah, Pontianak, Kalimantan Barat
• Kesultanan Kadriyah Pontianak adalah sebuah kesultanan Melayu yang
didirikan pada tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie.,
5. Istana Kubu, Kubu Raya, Kalimantan Barat
• Pendirinya, Syarif Idrus bin Abdurrahman Al-Idrus yang menjadi raja
kesultanan pada waktu itu.
6. Istana Paku Negara, Tayan, Kalimantan Barat
• Istana Kerajaan Tayan ini dibangun oleh Gusti Jamal.
7. Istana Surya Negara, Sanggau, Kalimantan Barat
• Dari catatan sejarah, Kerajaan Sanggau didirikan oleh Daradante, pendatang
dari Ketapang yang menikah dengan Babai Cingak dari suku Dayak Sanggau.
Pusat
8. Istana Al Mukarrammah, Sintang, Kalimantan Barat
• Pendirian Kerajaan Sintang dilakukan Demong Irawan, keturunan kesembilan
Aji Melayu, pada sekitar abad ke-13.
• Demong Irawan mendirikan keraton di daerah pertemuan Sungai Melawi dan
Sungai Kapuas yaitu di Kampung Kapuas Kiri Hilir sekarang.
• Mulanya daerah ini diberi nama Senentang, yaitu kerajaan yang diapit oleh
beberapa sungai. Lambat laun penyebutan Senentang berubah menjadi
Sintang.
9. Istana Muliakarta, Ketapang, Kalimantan Barat
• Istana ini juga dikenal dengan nama Istana Panembahan Gusti Muhammad
Saunan, yang diambil dari nama salah seorang sultannya yang terkenal dengan
kewibawaan dan kecerdasannya.
• Istana Muliakarta pertama kali dibangun oleh Pangeran Perdana Menteri yang
bergelar Haji Muhammad Sabran, sultan ke-14 kesultanan ini.
10. Istana Kuning, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah
• Pangeran Adipatih Anta Kusuma yang mendirikan satu-satunya Kerajaan di
Kalimantan Tengah ini, dan sekaligus menjadi Raja Pertama di Kesultanan
Kutaringin.
• Namun naas, pada tahun 1986 istana yang terkenal dengan pintu kerajaan
berwarna kuning itu di bakar oleh seorang wanita gila bernama Draya dan
tidak meninggalkan satu barang pun.
11. Istana Sadurangas, Paser, Kalimantan Timur
• Kerajaan Paser Belengkong dulunya bernama kerajaan “Sadurangas”.
• Istana Kerajaan Paser Belengkong ini dibangun pada abad 18 oleh Sultan
Ibrahim Khalilludin.
12. Kedaton Kutai Kartanegara, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
• Istana milik Sultan Kutai Kartanegara ini terletak di pusat kota Tenggarong,
Kalimantan Timur.
• Istana ini selesai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara
pada tahun 2002 setelah dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai
Kartanegara ing Martadipura.
• Meski telah resmi menjadi milik Sultan Kutai Kartanegara, istana baru ini
lebih difungsikan sebagai kantor lembaga kesultanan serta sebagai tempat
pelaksanaan acara seremonial oleh Sultan atau Kesultanan Kutai Kartanegara
ing Martadipura.
13. Istana Gunung Tabur, Berau, Kalimantan Timu
• Istana Kerajaan Gunung Tabur yang ada saat ini bukan bangunan asli lagi
karena pada zaman pendudukan Jepang, istana asli telah hancur dibom oleh
Sekutu.
14. Istana Sambaliung, Berau, Kalimantan Timur
• Keraton Sambaliung atau Istana Sambaliung di kabupaten Berau provinsi
Kalimantan Timur
15. Istana Tanjung Palas, Bulungan, Kalimantan Timur
• Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang pernah
menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung,
Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan sekarang.
• Kesultanan ini berdiri pada tahun 1731, dengan raja pertama bernama Wira
Amir gelar Amiril Mukminin dan Raja Kesultanan Bulungan yang terakhir
atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar Sultan Maulana Muhammad
Djalalluddin.
• Kesultanan Bulungan dihapuskan secara sepihak pada tahun 1964 dalam
peristiwa berdarah yang dikenal sebagai Tragedi Bultiken (Bulungan,
Tidung, dan Kenyah) dan wilayah Kesultanan Bulungan hanya menjadi
kabupaten yang sederhana.
6) Kepulauan Maluku
1. Istana Ternate, Kota Ternate, Maluku
• Istana Kesultanan Ternate terletak di dataran pantai di Kampung Soa-Sio,
Kelurahan Letter C, Kodya Ternate, Provinsi Maluku Utara.
• Pada tanggal 7 Desember 1976, Istana Kesultanan Ternate dimasukkan
sebagai benda cagar budaya.
2. Istana Tidore, Kota Tidore, Maluku
• Tidore adalah nama sebuah pulau yang terletak di sebelah barat Pulau
Halmahera dan di sebelah selatan Pulau Ternate.
3. Istana Bacan, Halmahera Selatan, Halmahera
• Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan,
Kepulauan Maluku.
7) Pulau Sulawesi
1. Istana Mori, Morowali, Sulawesi Tengah
• Istana Raja Mori terletak di atas bukit kurang lebih 25 m dari permukaan
laut
• Secara administrasi rumah bekas Istana Raja Mori ini terletak di desa
Kolonedale Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Propinsi Sulawesi
Tengah.
2. Istana Banggai, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah
• Kerajaan Banggai klasik telah ada dan dikenal sekitar abad ke 13 M dengan
nama Benggawi, di era kejayaan Kerajaan Mojopahit dibawah pimpinan
Prabu Hayam Wuruk (1351-1389
3. Istana Datu Luwu, Palopo, Sulawesi Selatan
• Istana yang berlokasi di tengah Kota Palopo ini merupakan pusat Kerajaan
Luwu.
• Istana ini dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda sekitar tahun 1920-
an di atas tanah bekas “Saoraja” (Istana sebelumnya yang terbuat dari kayu
dan konon bertiang 88 buah) yang diratakan dengan tanah oleh Pemerintah
Belanda.
4. Saoraja Petta Ponggawae, Bone, Sulawesi Selatan
• Kerajaan ini didirikan oleh Manurungnge Ri Matajang pada tahun 1330
dengan gelar Mata Silompo’e.
5. Saoraja Mallangga, Wajo, Sulawesi Selatan
• Saoraja ini dibangun sekitar tahun 1930, pada era kerajaan Ranreng
Bettengpola ke-26, Datu Makkaraka yang juga dikenal sebagai ahli
lontara.
• Saoraja Mallangga kemudian diusulkan menjadi museum pada tahun 1993,
dan diresmikan oleh Gubernur Sulsel, HM Amin Syam sebagai museum
pada tahun 2004.
6. Saoraja La Pinceng, Barru, Sulawesi Selatan
• Saoraja La Pinceng merupakan salah satu rumah atau istana peninggalan
kerajaan Balusu.
• Saoraja La Pinceng sendiri dibuat pada tahun 1895 terletak di Dusun
Lapasu atau Bulu Dua Kabupaten Barru.
7. Istana Balla Lompoa, Gowa, Sulawesi Selatan
• Istana Tamalate dan Balla Lompoa adalah sisa-sisa Istana Kerajaan Gowa
yang sekarang berfungsi sebagai museum.
• Istana replika ini dibangun pada saat Syahrul Yasin Limpo menjadi Bupati
Gowa tahun 1980-an.
• Sementara Balla Lompoa adalah istana asli Kerajaan Gowa yang didirikan
pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-31, I Mangngi-mangngi Daeng
Matutu, pada tahun 1936.
• Balla Lompoa dalam bahasa Makassar berarti rumah besar atau rumah
kebesaran.
8. Istana Malige, Baubau, Sulawesi Tenggara
• Rumah adat Buton atau Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan
seluruhnya dari bahan kayu. Bangunannya terdiri dari empat tingkat atau
empat lantai.
KITAB-KITAB
1) Mahabharata
Dikarang oleh Resi Wiyasa. Mahabharata adalah epik India yang menceritakan
pertikaian antara keturunan Raja Bharata dari Hastinapura, yakni Pandawa sebagai
pihak kebaikan melawan pihak Kurawa sebagai pihak kebatilan.
2) Ramayana
Merupakan karya Empu Walmiki. Oleh orang Jawa, Ramayana digubah
menjadi Kakawin Ramayana. Menurut tradisi lisan, kakawin ini ditulis oleh seorang
pujangga istana bernama Yogiswara. Selanjutnya pada masa Kediri dituliskan kitab-
kitab lainnya, di antaranya Hariwangsa dan Gatotkaca Sraya karya Mpu
Panuluh, Smaradhana karya Mpu Dharmaja, Lubdaka dan Wrtasancaya karya Mpu
Tanakung, dan Kresnayana karya Mpu Triguna. Pada masa Majapahit ditulis sejumlah
kitab, yaitu Negarakretagama karya Mpu Prapanca, Sutasoma karya Mpu Tantular, dan
lain-lain.
3) Pararaton
Pararaton ditafsir selesai ditulis pada tahun 1287 Saka (1365 M). Pararaton
menceritakan keadaan Jawa pada zaman Hindu hingga datangnya Islam.
Pararaton menerangkan jatuh-bangun kerajaan-kerajaan di Jawa, dari mulai Raja
Sanjaya Mataram, kehidupan Ken Arok dalam mencapai takhta Singasari, usaha Raden
Wijaya menipu tentara Kubilai Khan yang hendak menyerang Tumapel, raja-raja
Majapahit, peperangan antara Majapahit melawan Blambangan, hingga kedatangan
orang-orang Islam di Jawa yang mulai merongrong kewibawaan Majapahit.
4) Negarakretagama
Negarakretagama ditulis Mpu Prapanca pada 1365 M. Oleh Prapanca kitab berbentuk
kakawin ini disebut Desawarnana (Cacah Desa-Desa).
5) Arjuna Wiwaha
Kakawin lainnya adalah Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa yang ditulis dalam bahasa
Kawi pada zaman Airlangga Raja Medang Kamulan. Kakawin ini ditulis sekitar tahun
941-964 Saka atau 1019-1042 Masehi. Dalam Arjuna Wiwaha ini, sosok Arjuna
diibaratkan sebagai Airlangga. Karena populernya, cerita ini berkali-kali ditulis ulang
dengan berbagai judul berbeda, misalnya Mintaraga atau Bagawan Ciptaning.
6) Sutasoma
Kitab lainnya, Sutasoma karya Mpu Tantular, berbahasa Kawi, diperkirakan ditulis
pada masa Hayam Wuruk. Mpu Tantular membuat ajaran Siwa dan Buddha menjadi
satu (tunggal), seperti terungkap dalam kalimat: “Hyang Buddha tanpahi Siwa
rajadewa…, mangka Jinatwa lawan Siwatatwa tunggal, bhinneka tunggal ika
tanhana dharma mangrwa,” yang artinya adalah “Hyang Buddha tak ada bedanya
dengan Siwa, raja para dewa…., karena hakikat Jina (Buddha) dan Siwa adalah satu,
berbeda-beda namun satu, tiada kebenaran bermuka dua.”
9) Kitab Smaradahana
Kitab ini dikarang oleh Mpu Darmaja, pada masa pemerintahan Raja Kameswara I,
Kediri.
2. Riau
Makyong : Pertunjukan rakyat di daerah Riau, pelakunya memakai topeng dan
kuku buatan yang panjang.
3. DKI Jakarta
Lenong : Seperti ludruk, hidup di daerah Jakarta.
4. Jawa Barat
Banjet
Pertunjukan rakyat dari daerah Jawa Barat bagian utara.
Kuda Renggong
Kuda Renggong merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang berasal
dari Sumedang. Cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti irama
musik terutama kendang, yang biasanya dipakai sebagai media tunggangan dalam arak-
arakan anak sunat.
Tarling
Seperti ludruk, biasa ditemukan di daerah Cirebon, Jawa Barat.
Tembang Cianjuran/mamaos
Seni vokal Sunda dengan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau
rebab.
Rudat
Seni tari dan nyanyian yang diiringi dengan rebana di daerah Jawa Barat. Lagu –
lagunya berisi ajaran agama Islam.
Sisingaan
Sisingaan atau Gotong Singa (sebutan lainnya Odong-odong) merupakan salah satu
jenis seni pertunjukan rakyat Jawa Barat, khas Subang (di samping seni lainnya
seperti Bajidoran dan Genjring Bonyok) berupa keterampilan memainkan tandu berisi
boneka singa (Sunda: sisingaan, singa tiruan) berpenunggang.
Wayang Golek
Suatu seni tradisional Sunda pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang
terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan.
5. Jawa Tengah
Kethoprak
Hidup di daerah Jawa Tengah, ceritanya diambil dari sejarah atau babad zaman raja –
raja dahulu.
Laes/Sintren.
Permainan rakyat yang mengandung unsur kegaiban, di daerah Jawa Tengah bagian
utara.
Lengguk.
Seni pertunjukan berupa tari dan nyanyian rakyat di Jawa Tengah, di mana
pertunjukannya diiringi rebana, di mana pertunjukannya diiringi rebana.
Opak Alang
Kethoprak yang diiringi rebana, di Jawa Tengah bagian utara.
Srandul.
Seperti kethoprak, tetapi lebih sederhana, cukup dimainkan di halamn rumah, hidup di
daerah Jawa Tengah.
Wayang Kulit
Wayang Orang
Hidup di daerah Jawa Tengah, ceritanya diambil dari Mahabarata atau Ramayana.
Wayang Sadat
Wayang dibuat dari kulit, biasanya kulit kerbau atau sapi yang ditatah dan diberi warna,
yang dimainkan oleh seorang dalang.
6. Jawa Timur
Ludruk.
Hidup di daerah Jawa Timur, ceritanya merupakan kejadian sehari–hari atau
mengambil tokoh – tokoh tertentu.
Reog.
Dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Pemainnya memakai topeng kepala macan, dihiasi
bulu merak, sering disertai dengan kuda kepang.
7. Bali
Bondres
Bondres mempertunjukan lawakan atau guyonan dalam bahasa Bali dengan campuran
Indonesia dan asing, membuat siapapun yang menonton akan tertawa.
Drama Calonarang.
Tari yang menampilkan tokoh barong. Pertunjukkan mistis.
Drama Gong.
Drama gong merupakan drama tradisional yang diiringi oleh gong atau gamelan. Drama
gong merupakan drama campuran antara unsur drama tradisional dan modern
barat.Cerita yang diangkat mulai dari kisah zaman dahulu, kepahlawanan, cinta, sampai
sejarah
Kecak
8. Kalimantan Selatan
Mamanda : Seni pertunjukan tradisional rakyat yang berasal dari Kalimantan
Selatan yang lebih banyak bersifat komedi.
GELAR RAJA-RAJA
1. Adipati Unus : Pangeran Sabrang Lor
2. Amangkurat I : Sunan Tegal Arum
3. Amangkurat II : Sunan Amran
4. Amangkurat III : Sunan Mas
5. Bhre Kretabumi : Prabu Udara Brawijaya
6. Mpu Sindok : Sri Maharaja Sri Isyana
7. Sunan Gunung Jati : Falatehan ; Fatahillah; Maulana Hidayat Syarif
8. Jayanegara : Kalagemet
9. Jaka Tingkir : Adiwijaya/Mas Karebet
10. Ken Arok : Sri Rajasa
11. Kertanegara : Maharaja Sri Kertanegara
12. Kertajaya : Dandang Gendis
13. Raden Wijaya : Sri Kertajasa Jayawardhana
14. Raden Patah : Panembahan Jibun/Sultan Bintoro
15. Sutawijaya : Panembahan Senopati Ing Alaga Kalifatullah Sayidin
Panatagama
16. Sultan Agung : Mas Rangsang
17. Marah Silu : Sultan Malik As-Saleh
18. Sultan Hasanuddin : Ayam Jantan dari Timur
19. Ranggawuni : Sri Jaya Wisnuwardhana
20. Mahesa Cempaka : Narasinghamurti
21. Ken Arok : Sri Ranggah Rajasa Amurwabumi
22. Aswawarman : Wangsakarta
23. Hayam Wuruk : Sri Rajasanegara
24. Pangeran Mangkubumi : Sultan Hamengkubuwana Senapati ing Alaga Abdurrahman
Sayyidin Panatagama Khalifatullah (Sultan Hamengkubuwono I)
LANDASAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan perundang-undangan sekurang-kurangnya memuat:
1. Landasan Filosofis
Peraturan perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan folosofis (filisofische
grondslag) apabila rumusannya atau normanya mendapatkan pembenaran dikaji secara
filosofis. Jadi mendapatkan alasan sesuai dengan cita-cita dan pandangan hidup
manusia dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan sesuai dengan cita-cita kebenaran,
keadilan, jalan kehidupan (way of life), filsafat hidup bangsa, serta kesusilaan.
2. Landasan Sosiologis
Suatu perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis (sociologische
groundslag) apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan umum,
kesadaran hukum masyarakat., tata nilai, dan hukum yang hidup di masyarakat agar
peraturan yang dibuat dapat dijalankan.
3. Landasan Yudiris
Peraturan perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan yuridis (rechtsground)
apabila mempunyai dasar hukum, legalitas atau landasan yang terdapat dalam ketentuan
hukum yang lebih tinggi derajatnya. Di samping itu, landasan yuridis mempertanyakan
apakah peraturan yang dibuat sudah dilakukan oleh atas dasar kewenganannya.
DIMENSI PANCASILA
Berikut merupakan dimensi dari Pancasila:
a. Dimensi Idealitas artinya ideologi Pancasila mengandung harapan-harapan dan cita-cita
di berbagai bidang kehidupan yang ingin dicapai masyarakat.
b. Dimensi Realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat penganutnya, yang menjadi milik mereka
bersama dan yang tak asing bagi mereka.
c. Dimensi Fleksilibilitas artinya ideologi Pancasila itu mengikuti perkembangan jaman,
dapat berinteraksi dengan perkembangan jaman.
d. Dimensi Normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat
masyarakatnya yang berupa norma-norma atauran-aturan yang harus dipatuhi atau ditaati
yang sifatnya positif.
KEDUDUKAN PANCASILA
1. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara merupakan fundamen atau alas yang dijadikan pijakan serta dapat memberi
kekuatan kepada berdirinya suatu negara. Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu
alas atau landasan yaitu Pancasila. Pancasila pada fungsinya sebagai dasar negara, adalah
sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh
unsur-unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan wilayah. Pancasila pada posisi seperti inilah
yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara serta seluruh kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat,
maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama ini adalah
mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yang
mengajukan pendapatnya tentang dasar negara Republik Indonesia itu adalah sebagai
berikut:
1. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik
Indonesia, yaitu:
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat
2. Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato mengemukakan
gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara Republik Indonesia, yang dia
namakan "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Mufakat dan Demokrasi
4) Musyawarah
5) Keadilan Sosial
3. Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan
mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan
"Pancasila", yaitu:
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
3) Mufakat atau Demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan Yang Maha Esa
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang dikemukakan
oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Pancasila", masih menurut dia
bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan Pancasila ini dapat diperas menjadi
"Trisila" (Tiga Sila), yaitu: “1. Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan
Yang Berkebudayaan”. Bahkan masih menurut Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila
hendak diperas kembali dinamakannya sebagai "Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila:
“Gotong-Royong”. Masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan sebutan
detik-detik lahirnya Pancasila dan tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari
lahirnya Pancasila.
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum ditemukan titik
temu kesepakatan dalam perumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar
tepat, sehingga dibentuklah "Panitia Sembilan" tersebut di atas guna menggodok berbagai
masukan dari konsep-konsep sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para anggota
BPUPKI itu. Adapun susunan keanggotaan dari "Panitia Sembilan" ini adalah sebagai
berikut:
1) Ir. Soekarno (ketua)
2) Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3) Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
4) Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.
5) Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim
6) Abdoel Kahar Moezakir
7) Raden Abikusno Tjokrosoejoso
8) Haji Agus Salim
9) Mr. Alexander Andries Maramis
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum kebangsaan
(pihak "Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak "Islam"), maka pada
tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar
negara Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta
Charter", yang pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement Agreement"
Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa
utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
2) Hamidhan, wakil dari Kalimantan
3) I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
4) Latuharhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam
rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya,
yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”.
Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan
mengubah tujuh kata tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pengubahan kalimat
ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu
Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui
perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan
dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI
I tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.
Setelah rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah:
1) Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) tanggal 22 Juni 1945
2) Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 tanggal 18 Agustus
1945
3) Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat tanggal 27
Desember 1949
4) Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara tanggal 15
Agustus 1950
5) Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan
suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya
sebagai hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku "Bung Hatta Menjawab" untuk melaksanakan
Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih
dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan
Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang
menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden
RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan
penyempurnaan rancangan itu. Mereka bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram
Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan
semboyan "Bhineka Tunggal Ika".
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-
Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian
menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana
menteri. Rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Ketika itu
gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan tidak berjambul
seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama
kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15
Februari 1950.
Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950
Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut;
setelah sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan "jambul" pada kepala Garuda
Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di
belakang pita menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa
alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu
mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat. Untuk terakhir kalinya, Sultan
Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu
dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara. Rancangan
Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu berlapis emas
yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan
sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga kini.
Di bagian dada burung garuda, terdapat perisai yang dalam kebudayaan serta peradaban
bangsa Indonesia merupakan senjata untuk berjuang, bertahan, dan berlindung untuk
meraih tujuan. Perisai Garuda bergambar lima simbol yang memiliki arti masing-masing:
1) Bintang, sila ke-1 Pancasila, melambangkan Ketuhanan yang Maha Esa
2) Rantai Baja, sila ke-2, melambangkan Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Pohon beringin, sila ke-3, melambangkan Persatuan Indonesia
4) Kepala banteng, sila ke-4, melambangkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan
5) Padi dan kapas, sila ke-5, melambangkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
6) Garis hitam tebal di tengah perisai melambangkan garis katulistiwa yang
melukiskan lokasi Indonesia berada di garis katulistiwa
7) Warna dasar perisai adalah merah putih seperti warna bendera Indonesia.
Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan "Bhinneka
Tunggal Ika" berwarna hitam.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular.
Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti satu, kata
"ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di
antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan.
ISTILAH-ISTILAH
BAGIAN I
1. Abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana; penghapusan tuntutan oleh Presiden terhadap
seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana dengan
pertimbangan DPR.
2. Adendum adalah jilid tambahan, lampiran, ketentuan atau pasal tambahan; perubahan
UUD dengan tetap mencantumkan naskah asli dan naskah pembaharuan dilekatkan pada
naskah asli.
3. Adopsi adalah pengangkatan anak orang lain sebagai anak sendiri melalui pengadilan dan
memilliki akta adopsi.
4. Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala negara
kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu
biasanya melakukan kejahatan politik dengan pertimbangan DPR.
5. Bangsa adalah orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya,
serta berpemerintahan sendiri.
6. Bea Cukai adalah perihal (urusan) yang berhubungan dengan pajak.
7. Bill of right adalah suatu undang-undang yang diterima oleh parlemen Inggris sesudah
berhasil dalam tahun sebelumnya mengadakan perlawanan terhadap Raja James II, dalam
suatu revolusi tidak berdarah.
8. Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena
telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan; institusi yang menjalankan roda
pemerintahan sehari-hari ‘terpisah’ dari kekuasaan eksekutif yang menguasai dan
mengawasinya dalam melaksanakan tugas tersebut.
9. Cipta adalah kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru, angan-angan yang
kreatif.
10. Deklaratif adalah bersifat pernyataan ringkas dan jelas.
11. Diktator adalah kepala pemerintahan yang mempunyai kekuasaan mutlak, biasanya
diperoleh melalui kekerasan atau dengan cara yang tidak demokratis.
12. Diskriminatif adalah bersifat diskriminasi (membeda-bedakan).
13. Doktrin adalah pandapat ahli hukum atau pendapat para sarjana hukum terkemuka yang
memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan bagi hakim.
14. Duta adalah orang yang mewakili suatu negara di negara lain untuk mengurus kepentingan
negara yang diwakilinya.
15. Eksistensi adalah hal berada, keberadaan.
16. Federalisme adalah paham yang menganjurkan pembagian negara atas bagian-bagian yang
berotonomi penuh mengenai urusan dalam negeri.
17. Grasi adalah ampunan yang diberikan oleh kepala negara kepada orang yang telah dijatuhi
hukuman dengan pertimbangan MA.
18. Harkat adalah derajat (kemuliaan), taraf, mutu, nilai, dan harga.
19. Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan
oleh penguasa atau pemerintah.
20. Imigrasi adalah perpindahan penduduk negara lain ke negara tertentu untuk menetap.
21. Imperatif adalah bersifat memerintah atau memberi komando, mempunyai hak memberi
komando, bersifat mengharuskan.
22. Karsa adalah daya (kekuatan) jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak.
23. Kasasi adalah pembatalan atau pernyataan tidak sah oleh Mahkamah Agung terhadap
putusan hakim karena putusan itu menyalahi atau tidak sesuai dengan undang-undang.
24. Keadilan adalah sifat perbuatan atau perlakuan yang adil.
25. Kebenaran adalah keadaan atau hal yang cocok dengan keadaan atau hak yang
sesungguhnya.
26. Kebiasaan atau custom adalah perbuatan manusia atau lembaga yang dilakukan secara
berulang-ulang mengenai hal yang sama.
27. Kejaksaan adalah alat negara sebagai penegak hukum yang juga berperan sebagai penuntut
umum dalam perkara pidana.
28. Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan.
29. Kepolisian adalah alat negara yang mempunyai peran memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan pengayoman, serta
pelayanan kepada masyarakat.
30. Komnas HAM adalah lembaga HAM yang dibentuk oleh pemerintah.
31. Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai
persetujuan dan menyelesaikan perselisihan itu.
32. Konstitutif adalah unsur yang mutlak dan harus ada.
33. Konsul adalah orang yang diangkat dan ditugasi sebagai wakil pemerintah suatu negara
dalam mengurus kepentingan perdagangan atau perihal warga negaranya di negara lain.
34. Konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan (nasihat dan saran)
yang sebaik-baiknya.
35. Korporasi adalah perusahaan atau badan usaha yang sangat besar atau beberapa
perusahaan yang dikelola dan dijalankan sebagai satu perusahaan besar.
36. Korupsi adalah tindakan atau perbuatan penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
untuk kepentingan pribadi atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan atau perekonomian negara.
37. Magna Charta adalah suatu dokumen yang mencatat tentang beberapa hak yang diberikan
oleh Raja John dari Inggris kepada para bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka.
38. Martabat adalah tingkat harkat kemanusiaan dan harga diri.
39. Mediasi adalah proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan
sebagai penasihat.
40. Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan satu
orang raja.
41. Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.
42. Natie atau Nation adalah masyarakat yang diwujudkan bentuknya oleh sejarah yang
memiliki unsur yaitu adanya satu kesatuan bahasa, daerah, ekonomi, dan satu kesatuan
jiwa.
43. Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang
sah dan ditaati oleh rakyat.
44. Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai
kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok
atau organisasi) yang lain.
45. Oposisi adalah partai penentang di dewan perwakilan dan sebagainya yang menentang dan
mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik golongan yang berkuasa.
46. Paguyuban adalah perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, didirikan orang-orang yang
sepaham (sedarah) untuk membina persatuan (kerukunan) di antara para anggotanya.
47. Paspor adalah surat yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk seorang warga negara yang
akan mengadakan perjalanan ke luar negeri.
48. Patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk
kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.
49. Pengadilan HAM Ad Hoc adalah pengadilan yang menangani kasus pelanggaran HAM
yang terjadi sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM.
50. Pengakuan de facto adalah pengakuan menurut kenyataan (fakta) yang ada.
51. Pengakuan de jure adalah pengakuan secara resmi berdasarkan hukum oleh negara lain
dengan segala konsekuensinya.
52. Peradilan adalah segala sesuatu mengenai perkara pengadilan.
53. Peranakan adalah keturunan anak negeri dengan orang asing.
54. Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial
dan politiknya).
55. Policy Executing adalah kebijaksanaan yang harus dilaksanakan untuk policy making.
56. Policy making adalah kebijaksanaan negara pada waktu tertentu untuk seluruh masyarakat.
57. Populasi adalah seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah.
58. Rakyat adalah penduduk (baik warga negara atau bukan) yang berdomisili di wilayah suatu
negara.
59. Ras adalah golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik.
60. Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu
(semula) dengan pertimbangan MA.
61. Rekomendasi adalah hal minta perhatian bahwa orang yang disebut dapat dipercaya, saran
yang menganjurkan (membenarkan atau menguatkan).
62. Remisi adalah pengurangan masa hukuman yang didasarkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia karena narapidana berkelakuan baik.
63. Representasi adalah perbuatan mewakili, keadaan diwakili, apa yang mewakili, dan
perwakilan.
64. Suaka politik adalah Perlindungan secara politik terhadap orang asing yang terlibat dalam
perkara politik.
65. Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan
sebagainya yang dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa
tertentu.
66. Teritorial adalah mengenai bagian wilayah (daerah hukum) suatu negara.
67. Totalitarianisme adalah paham yang dianut oleh pemerintahan totaliter dan praktik-praktik
yang dilaksanakan.
68. Traktat adalah perjanjian antara dua negara atau lebih mengenai masalah-masalah tertentu
yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan.
69. Undang-undang atau statute adalah semua bentuk peraturan perundang-undangan
(undang-undang dalam pengertian materiil, bukan hanya undang-undang dalam arti
formal).
70. Wilayah adalah daerah (kekuasaan, pemerintahan, pengawasan).
71. Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur
dalam undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan
perkara yang serupa.
72. Zoon Politicon adalah manusia ditakdirkan sebagai mahluk sosial dan dikodratkan untuk
hidup bermasyarakat
ISTILAH-ISTILAH
BAGIAN II
1. SUKUISME
Sukuisme adalah suatu paham yang memandang bahwa suku bangsanya lebih baik
dibandingkan dengan suku bangsa yang lain, atau rasa cinta yang berlebihan terhadap
suku bangsa sendiri.
2. PRIMORDIALISME
Primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal
yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun
segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya.
3. CHAUVINISME
Chauvinisme adalah rasa cinta tanah air yang berlebihan dengan mengagungkan bangsa
sendiri, dan merendahkan bangsa lain.
4. PROVINSIALISME
Provinsialisme adalah paham (gerakan dsb) yang bersifat kedaerahan.
5. EKSTRIMISME
Ekstrimisme adalah bentuk penyalahgunaan kegiatan berpolitik yang memanfaatkan
kelompok atau organisasi minoritas.
a. EKSTRIMISME KANAN (Fundamentalis Agama)
Ekstrimisme kanan adalah istilah yang mengacu kepada segmen spektrum politik
yang biasanya dihubungkan dengan konservatisme, liberalisme klasik, kelompok
kanan agama.
b. EKSTRIMISME KIRI (Komunis)
Kelompok yang biasanya dihubungkan dengan aliran sosialis atau demokrasi
sosial.
6. SEKULARISME/SEKUNDER
Sekularisme adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau
harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan.
ISTILAH-ISTILAH
BAGIAN III
A. Umum
B. PEMILU
• AD/ART Partai Politik: Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai politik,
suatu pedoman organisasi yang memuat tujuan, asas, ideologi dan aturan partai secara
lengkap. Disebut juga sebagai konstitusi partai.
• Adagium Politik: Ungkapan atau pepatah yang terdapat dalam dunia politik. Misalnya
suatu ungkapan, “Tiada kawan atau lawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan
abadi,” atau “Politik merupakan siapa mendapat apa.”
• Audit Dana Kampanye: Laporan dana kampanye peserta Pemilu yang meliputi
penerimaan dan pengeluaran disampaikan kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk
oleh KPU paling lama 15 (lima belas) hari sesudah
hari/tanggal pemungutan suara. Kantor akuntan publik menyampaikan hasil audit
kepada KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya laporan.
• Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) yaitu harga sebuah kursi di satu daerah pemilihan
yang berasal dari jumlah pemilih dibagi jumlah kursi.
• BPP DPRD: Bilangan Pembagi Pemilihan bagi kursi DPRD adalah bilangan yang
diperoleh dari pembagian jumlah suara sah dengan jumlah kursi di suatu daerah
pemilihan untuk menentukan jumlah perolehan kursi partai politik peserta pemilu dan
terpilihnya anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
• BPP DPR: Bilangan Pembagi Pemilihan bagi kursi DPR adalah bilangan yang
diperoleh dari pembagian jumlah suara sah seluruh partai politik peserta pemilu yang
memenuhi ambang batas perolehan suara 2,5 persen dari suara sah secara nasional di
satu daerah pemilihan dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan untuk
menentukan jumlah perolehan kursi partai politik peserta pemilu.
• Calon Presiden/ Wakil Presiden: orang-orang yang memenuhi syarat sebagai calon
presiden dan namanya terdaftar di Komisi Pemilihan Umum sebagai peserta Pemilihan
Presiden.
• Coblos: Metode penandaan dengan melubangi surat suara pada Pemilu yang digunakan
sejak Pemilu 1955 sampai Pemilu 2004.
• Contreng/ Centang: Metode penandaan pada surat suara dengan menggunakan tanda
V. Penggunaan tanda ini dimulai pada Pemilu 2009 ini berdasarkan Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum.
• Daerah Pemilihan (Dapil): batas wilayah atau jumlah penduduk yang menjadi dasar
penentuan jumlah kursi yang diperebutkan, dan karena itu menjadi dasar penentuan
jumlah suara untuk menentukan calon terpilih.
• Daftar Calon Sementara (DCS): Daftar orang-orang yang bisa menjadi calon anggota
DPR dan DPD namun masih dimungkinkan pergantiannya.
• Daftar Calon Tetap (DCT): Daftar orang-orang yang menjadi calon anggota DPR dan
DPD dan tak bisa dicabut lagi pencalonannya.
• Daftar Pemilih Sementara: Biasanya disingkat dengan DPS, ini adalah nama-nama
warga yang bisa ikut pemilu. Tapi data-data di dalam DPS ini masih bakalan
diperbaharui dan akan dibuat Daftar Pemilih Tetap (DPT). Kenapa harus dicek ulang,
karena bisa saja dalam DPS ini ada warga yang telah wafat, pindah rumah atau masih
dibawah umur tapi masuk jadi daftar pemilih.
• Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) adalah data penduduk yang
digunakan sebagai basis Daftar Pemilih Sementara.
• DPD atau Dewan Perwakilan Daerah: lembaga yang dapat mengajukan kepada DPR
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah. DPD juga melakukan pengawasan terhadap pemerintah
berkaitan dengan beberapa isu itu. Anggota DPD dipilih melalui pemilu, setiap provinsi
diwakili 4 orang.
• DPR atau Dewan Perwakilan Rakyat: lembaga yang anggotanya dipilih oleh rakyat
dalam Pemilu, memiliki fungsi legislasi (membuat undang-undang), penyusunan
anggaran dan pengawasan kerja pemerintah.
• DPRD atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerahada di tingkat provinsi dan tingkat
kabupaten atau kota; lembaga legislatif yang mewakili rakyat di tingkat provinsi atau
kabupaten/kota dalam mengawasi pemerintah daerah dalam menjalankan tugas.
• Electoral Threshold: Ambang batas untuk partai politik agar mengikuti Pemilu
berikutnya.
• Etika Politik: Tata aturan atau kaidah yang harus diperhatikan dalam berpolitik.
Misalnya, sebuah partai politik ketika sedang kampanye tidak boleh menjelek-jelekkan
partai politik atau tokoh lain.
• Euforia Politik: Perasaan gembira luar biasa atau sebuah keadaan politik yang begitu
gegap-gempita karena adanya kebebasan. Biasanya perasaan atau suasana ini terjadi
setelah kebijakan politik sangat represif berakhir. Pada saat euforia inilah banyak partai
politik didirikan masyarakat bak cendawan di musim hujan, seperti terjadi di Indonesia
pascajatuhnya Presiden Soeharto.
• Iklan Kampanye Pemilu: Iklan dilakukan oleh peserta Pemilu pada media massa cetak
dan/atau lembaga penyiaran dalam bentuk iklan komersial dan/atau iklan layanan
masyarakat
• Koalisi Partai: Kombinasi dari sejumlah kekuatan partai politik untuk membentuk
suara mayoritas sehingga dapat memperjuangkan tujuan secara bersama-sama.
• KPU atau Komisi Pemilihan Umum: Lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri.
• Laporan Dana Kampanye: Laporan penerimaan dan pengeluaran suatu partai politik
peserta pemilu yang disampaikan kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk KPU
paling lama 15 hari sesudah hari/tanggal pemungutan suara.
• Masa Tenang: Rentang waktu ketika peserta pemilu dilarang melakukan kampanye.
Media massa juga dilarang menyiarkan kampanye dalam bentuk apapun yang
menguntungkan atau merugikan pihak tertentu.
• Nomor Urut: Sistem penentuan calon terpilih berdasarkan nomor urut di Daftar Calon
Tetap. Ketentuan ini telah dihapuskan Mahkamah Konstitusi.
• Partai Oposisi: Partai yang menyatakan berseberangan dengan partai yang sedang
berkuasa.
• Partai Politik: Organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk
dengan tujuan khusus
• Partai Politik Peserta Pemilu: Partai politik yang mengikuti pemilu anggota DPR,
DPRD provinsi dan kabupaten/kota dan perseorangan untuk pemilu anggota DPD.
• Pemilu atau Pemilihan Umum: Suatu proses memilih orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu, seperti presiden, anggota DPR dan DPD (parlemen), gubernur,
bupati/walikota dan kepala desa.
• Pemilu Sela: Pemilihan umum khusus yang diadakan untuk mengisi sebuah jabatan
politik yang kosong di antara masa pemilihan umum. Hal ini biasanya terjadi apabila si
pemegang jabatan meninggal dunia atau mengundurkan diri, atau bila ia tidak berhak
lagi untuk tetap duduk di jabatannya karena ditarik (recall) oleh partainya atau karena
menghadapi tuntutan hukum yang serius. Sistem ini biasa dilakukan di negara yang
menganut sistem parlementer. Indonesia tidak menganut sistem ini, sehingga
pergantian dilakukan melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW).
• Pengawas Pemilu Lapangan: Petugas yang dibentuk oleh Panwaslu kecamatan untuk
mengawasi penyelenggaraan pemilu di desa/kelurahan.
• Pengawas Pemilu Luar Negeri: Petugas yang dibentuk oleh Bawaslu untuk
mengawasi penyelenggaraan pemilu di luar negeri.
• Peserta Pemilu adalah partai politik peserta Pemilu dan calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah.
• Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah yakni pemilihan calon kepala daerah provinsi
atau kabupaten/kota.
• PPLN atau Panitia Pemilihan Luar Negeri: Panitia yang bertanggung jawab
menyelenggarakan Pemilu di sebuah negara asing.
• Presidential Threshold: Sebuah istilah tak resmi untuk syarat mengajukan calon
presiden dalam Pemilihan Presiden. Syaratnya adalah partai atau gabungan partai
memiliki 25 persen kursi atau 20 persen suara sah Pemilu untuk mencalonkan presiden.
• Sengketa Hasil Pemilu: Sengketa terhadap keputusan komisi pemilihan umum atau
komisi pemilihan umum di tingkat daerah menyangkut hasil pemilu. Mulai Pemilu
2009, sengketa Pemilu diajukan ke Mahkamah Konstitusi.
• Sistem bikameral: Wujud institusional dari lembaga perwakilan atau parlemen sebuah
negara yang terdiri atas dua kamar (majelis).
Sistem proporsional: Sesuainya proporsi jumlah wakil dalam lembaga legislatif dengan
jumlah pendukung nyata tiap partai.
• Sistem Distrik: Wakil rakyat dipilih berdasarkan suara terbanyak di suatu daerah
pemilihan.
• Sistem Zipper: Aturan setiap satu dari tiga calon dalam Daftar Calon Tetap adalah
perempuan.
• Surat Suara: Lembar kertas yang digunakan bagi pemilih untuk memberikan hak suara
• TPS atau Tempat Pemungutan Suara: Tempat pemilih mencoblos pada saat pemilu.
Jumlahnya bisa ribuan di seluruh Indonesia. Di TPS biasanya didirikan tenda ada
bangku-bangku, kotak suara, petugas pemungutan suara dan saksi-saksi dari partai
politik.
• Unikameral: Sistem perlemen yang hanya terdiri dari satu kamar/satu kesatuan.
Indonesia menganut sistem bikameral.
• Verifikasi Partai Politik: Suatu proses tahap akhir penyeleksian yang dilakukan oleh
komisi pemilihan umum terhadap semua calon peserta pemilu sebelum ditetapkan
menjadi peserta pemilu.
C. TIPIKOR
• Banding : Pemeriksaan dalam tingkat kedua oleh sebuah pengadilan yang lebih tinggi
untuk mengulangi seluruh pemeriksaan, baik menyangkut fakta-fakta maupun
mengenai penerapan undang-undang. Banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi.
• Kasasi : Pemeriksaan oleh peradilan yang ditujukan untuk memeriksa tentang sudah
tepat atau tidaknya penerapan hukum yang dilakukan oleh pengadilan-pengadilan di
bawahnya. Kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung.
• Peninjauan Kembali : Upaya hukum luar biasa untuk memeriksa dan memutus pada
tingkat pertama dan terakhir atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap (inkrach). Peninjauan kembali dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Syarat pengajuan Peninjauan Kembali:
1. Ditemukan bukti baru (novum)
2. Adanya kekhilafan hakim terdahulu atau kekeliruan yang nyata dalam
menerapkan hukum.
• Denda : Hukuman (pidana) yang berupa membayar sejumlah uang.
• Uang Pengganti : Sebagai pidana tambahan berupa kewajiban membayar sejumlah
uang yang didapatkan dari tindak pidana korupsi yang dilakukannya.
• Biaya Perkara : Biaya yang keluar atas pemanggilan saksi-saksi karena surat-surat
dalam perkara pidana bebas materai. Biaya ini ditanggung terhukum dan dalam hal
terdakwa dibebaskan dari semua dakwaan, biaya dipikul oleh negara.
• Amar : Bunyi suatu putusan, yaitu kata-kata yang terdapat dibawah kata mengadili atau
memutuskan.
• Putusan : Hasil atau kesimpulan suatu pemeriksaan perkara yang didasarkan pada
pertimbangan untuk menetapkan hukum.
• Judex facti : Hakim yang memeriksa tentang duduknya perkara, yaitu hakim tingkat
pertama dan hakm banding.
• Penjara : Hukuman (pidana) pokok yang dimaksud untuk memberikan penderitaan
kepada terhukum dengan terpidana wajib menjalankan segala tugas yang dibebankan
kepadanya.
• Kurungan : Hukuman (pidana) pokok yang bertujuan memberikan penderitaan kepada
terhukum, namun biasanya sifatnya lebih ringan dari penjara di mana hukuman tersebut
memiliki hak pistole dan diberikan paling lama 1 tahun.
• Hak Pistole : Hak atau kesempatan untuk mengurusi makanan dan alat tidur sendiri
atas biaya sendiri
• Subsidair
1. Sebagai pengganti sesuatu apabila ini tidak terjadi. Hukuman kurungan subsidair
adalah hukuman densa apabila terhukum tidak membayarnya.
2. Sebagai dakwaan pengganti dakwaan primair apabila tidak terbukti.
• Memori Kasasi : Risalah yang memuat alasan-alasan atau keberatan yang diajukan
terhadap putusan yang dimohonkan kasasi, yaitu putusan Hakim Banding (Pengadilan
Tinggi).
• Memori Banding : Risalah yang diajukan oleh pembanding di mana ia menguatkan
permohonan bandingnya.
• Inkracht : Putusan pengadilan sudah benar-benar berkekuatan hukum tetap
CANDI
A. Candi Buddha
Berikut ini adalah beberapa candi peninggalan agama Budha di Indonesia:
Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah candi peningalan agama Budha dan termasuk salah satu dari
7 keajaiban dunia. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800 Masehi masa pemerintahan wangsa Syailendra dari
kerajaan Mataram. Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Mendut
Candi dengan tinggi bangunan 26,4 meter ini terletak di Jalan Mayor Kusen, Desa
Mendut, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, dibuat pada masa
pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra sekitar tahun 824 Masehi. J.G. de
Carparis seorang arkeolog Belanda menemukan jejak keberadaan candi ini pada tahun
1908.
Candi Ngawen
Candi Ngawen yang terletak di desa Ngawen, Magelang, Jawa Tengah, dibangun pada
masa kekuasaan wangsa Syailendra atas Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini dibangun
oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 zaman Kerajaan Mataram Kunoa sekitar tahun
824 M.
Candi Lumbung
Candi Lumbung yang dibuat pada abad ke-9 Masehi di masa Kerajaan Mataram Kuno
ini berada di sebelah candi Bubrah, Klaten, Jawa Tengah.
Candi Banyunibo
Candi Banyunibo dibangun pada zaman Kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke-9 M.
Terletak di Sleman, Jogjakarta.
Candi Brahu
Candi Brahu didirikan abad ke 15 Masehi. Candi peninggalan agama Budha ini
digunakan sebagai krematorium jenazah raja-raja Kerajaan Brawijaya. Berada di
Mojokerto, Jawa Timur.
Candi Sumberawan
Candi Sumberawan hanya berupa stupa kaki dan badan ini terletak di Desa Toyomarti,
Kecamatan Singosari, Malang dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari.
Candi Sewu
Candi Sewu (Manjusrughra) merupakan candi Buddha terbesar kedua setelah Candi
Borobudur yang berada di dalam kompleks Candi Prambanan. Candi Sewu
diperkirakan dibangun pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai
Panangkaran (746 – 784) abad ke-8. Di dalam candi sebenarnya hanya terdapat 249
candi, namun karena legenda Roro Jonggrang, candi ini dinamakan candi sewu (seribu)
karena jumlah candi yang sangat banyak. Kompleks Candi Sewu terletak di Desa
Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Candi Kalasan
Candi Kalasan (Candi Kalibening) merupakan sebuah candi yang dikategorikan
sebagai candi umat Buddha di desa Kalasan, Sleman, Yogyakarta, dibangun untuk
Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra
pada tahun 778 M.
Candi Bahal
Candi Bahal yang terbuat dari bata merah ini merupakan kompleks Candi Buddha yang
terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Candi Pawon
Candi Pawon adalah nama sebuah candi Budha yang berada di antara Candi Mendut
dan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Candi yang dibangun saat Kerajaan
Mataram Kuno abad ke 826 M.
Candi Plaosan
Candi Plaosan merupakan sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh
Plaosan, Klaten, Jawa Tengah. Kompleks candi ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja
Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Candi Sari
Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Kalasan dan Candi
Prambanan, yaitu di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta dan tidak begitu
jauh dari Bandara Adisucipto.
Candi Sojiwan
Candi Sojiwan adalah sebuah candi Buddha yang terletak di desa Kebon Dalem Kidul,
kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi Sojiwan dibangun
antara tahun 842 dan 850 Masehi. Candi ini dinamai seperti nama Ratu Nini Haji
Rakryan Sanjiwana, yang dipercaya dipersembahkan untuknya sebagai candi
pedharmaan.
Candi Sanggrahan
Candi Sanggrahan adalah candi umat Budha yang terletak di Desa Sanggrahan,
Tulungagung, Jawa Timur.
Candi Jago
Candi Jago dibangun pada tahun 12 M dan terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Candi Jago didirikan pada masa Kerajaan Singhasari.
Candi Bojongmenje
Candi Bojongmenje merupakan peninggalan masa pra-Islam di Jawa Barat yang
terletak di Dusun Bojongmenje, Kelurahan Cangkuang, Kecamatan Rancaekek,
Bandung, Jawa Barat.
Candi Bubrah
Candi Bubrah adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata
Candi Prambanan di antara Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Candi ini
terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten,
Provinsi Jawa Tengah.
Candi Gampingan
Candi Gampingan adalah sebuah kompleks candi Buddha yang berada di Dusun
Gampingan, Bantul, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9
zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Candi Tikus
Candi Tikus adalah kolam pemandian ritual (petirtaan) yang menjadi temuan arkeologi
paling menarik di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Pemberian nama ‘Candi Tikus’
ini karena saat ditemukannya tahun 1914, candi ini menjadi sarang tikus, kemudian
dipugar pada tahun 1985 dan 1989.
Candi Mahligai
Candi Mahligai merupakan bangunan candi utuh yang terbagi atas tiga bagian, yaitu
kaki, badan dan atap. Candi ini terletak di Kabupaten Kampar, Riau.
Candi Tua
Candi Tua atau Candi Sulung merupakan bangunan terbesar di antara bangunan lainnya
pada situs Candi Muara Takus, Kampar, Riau.
Candi Bungsu
Candi Bungsu berbentuk tidak jauh beda dengan Candi Sulung, namun bagian atasnya
berbentuk segi empat. Candi ini berdiri di Kabupaten Kampar, Riau.
Candi Palangka
Candi ini terletak di sisi timur Candi Mahligai dengan ukuran tubuh candi 5,10 meter x
5,7 meter dan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terletak di Kabupaten Kampar, Riau.
B. Candi Hindu
Berikut ini adalah beberapa candi peninggalan agama Hindu di Indonesia:
Candi Prambanan – Yogyakarta
Candi Prambanan atau disebut juga sebagai Candi Roro Jonggrang karena erat
kaitannya dengan legenda Roro Jongrang yang ingin dipersunting oleh Bandung
Bondowoso. Terletak di Sleman, Yogyakarta.
Perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755 tersebut secara de facto dan de
jure menandai berakhirnya Kesultanan Mataram yang sepenuhnya independen. Berisikan
tentang “Pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu wilayah Yogyakarta dan wilayah
Surakarta”. Untuk lebih jelasnya, wilayah di sebelah timur Sungai Opak (yang melintasi daerah
Prambanan sekarang) dikuasai oleh pewaris takhta Mataram, yaitu Sunan Pakubuwana III, dan
tetap berkedudukan di Surakarta. Adapun wilayah di sebelah barat (daerah Mataram yang asli)
diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi yang sekaligus diangkat menjadi Sultan
Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Yogyakarta.
Berisikan tentang “Pembagian wilayah Surakarta menjadi dua, yaitu wilayah Mangkunegaran
dan wilayah Kasunanan”. Ngawen di wilayah Yogyakarta dan sebagian Surakarta menjadi
kekuasaan Pangeran Sambernyawa yang bergelar Pangeran Mangkunegara yang bertahta di
Mangkunegaran.
1) Belanda mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia atas Sumatera, Jawa dan Madura
2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama membentuk negara Republik Indonesia
Serikat atau RIS
3) Pembentukan RIS dilakukan sebelum 1 Januari 1949
Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan mulus. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur
Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan
perjanjian ini, dan pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I.
Perjanjian Renville pada tahun 17 Januari 1948
Perjanjian diadakan di wilayah netral yaitu di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat
dan dimulai tanggal 8 Desember 1947. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri
Amir Syarifuddin Harahap, dan Johannes Leimena sebagai wakil. Delegasi Kerajaan Belanda
dipimpin oleh Kolonel KNIL Abdulkadir Widjojoatmodjo. Sedangkan, delegasi KTN dipimpin
oleh Frank Graham (USA), Paul Van Zeeland (Belgia), dan Richard Kirby (Australia) yang
berisi:
1) Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah
Republik Indonesia
2) Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah
pendudukan Belanda yaitu Garis Van Mook
3) TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa
Barat dan Jawa Timur.
Pelaksanaan hasil perundingan ini juga tidak berjalan mulus. Terjadilah, Agresi Militer
Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan
terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad
Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.
Perjanjian Roem-Royen pada tahun 7 Mei 1949
Berisikan tentang
Pada tanggal 22 Juni, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan keputusan:
1) Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai
perjanjian Renville pada 1948
2) Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan
persamaan hak
3) Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada
Indonesia
NEGARA
A. Sifat-sifat Negara
1. Memaksa
Kekuasaan untuk menggunakan kekerasan secara sah atau legal (memenjarakan atau
menghukum mati)
2. Monopoli
Kekuasaan untuk menguasai negara, dengan keseluruhan kekuasaan dipegang oleh satu
pihak pemerintah atau rakyatna.
3. Menyeluruh
Semua peraturan perundang-undangan harus ditaati oleh seluruh orang tanpa ada
pengecualian.
B. Unsur-Unsur Negara
1. Unsur Konstitutif
a. Penduduk adalah seorang yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu dalam
jangka waktu tertentu yang ditetappkan oleh undang-undang.
b. Wilayah adalah bagian dimana seluruh penduduk negara bertempat tinggal
secara tetap.
c. Pemerintahan yang berdaulat adalah pemerintahan yang berdaulat yaitu
lembaga yang membuat dan melaksanakan aturan yang berlaku bagi seluruh
masyarakat.
2. Unsur Deklaratif (Pengakuan dari Negara Lain)
Suatu negara akan dapat pengakuan dari negara lain, bila negara tersebut mampu
bekerja sama dan berhubungan dengan baik dengan negara lain.
Ada 2 macam pengakuan negara, yakni:
a. Pengakuan De Facto, pengakuan berdasarkan adanya unsur konstituif
(penduduk, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat).
b. Pengakuan De Jure, pengakuan berdasarkan Hukum Internasional.
HARI PENTING
Bulan Januari
Bulan Februari
Bulan Maret
Bulan April
Bulan Mei
• 01 Mei: Hari Peringatan Pembebasan Irian Barat
• 01 Mei: Hari Buruh Sedunia
• 02 Mei: Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)
• 05 Mei: Hari Lembaga Sosial Desa (LSD)
• 11 Mei: Hari POM – TNI
• 15 Mei: Hari Korps Resimen Mahadjaya/ Jayakarta (Menwa Jayakarta),
• 16 Mei: Hari Wanadri
• 17 Mei: Hari Buku Nasional
• 19 Mei: Hari Korps Cacat Veteran Indonesia
• 20 Mei: Hari Kebangkitan Nasional
• 20 Mei: Hari Bakti Dokter Indonesia
• 21 Mei: Hari Peringatan Reformasi
• 23 Mei: Hari Penyu Sedunia
• 29 Mei: Hari Keluarga
• 30 Mei: Hari Memberi
Bulan Juni
Bulan Juli
Bulan Agustus
Bulan September
Bulan Oktober
Bulan November
Bulan Desember
A. Ancaman
Ancaman yaitu usaha yang bersifat mengubah kebijaksanaan yang dilakukan secara
konsepsional (terencana dan terarah) baik melalui tindak kriminal maupun politis.
Ancaman dibedakan menjadi 2 yaitu ancaman militer dan ancaman non-militer.
1. Ancaman militer merupakan ancaman dengan menggunakan kekuatan bersenjata
yang dinilai mampu membahayakan negara (baik itu keutuhan negara, kedaulatan
negara dan keselamatan segenap bangsa).
Berikut ini beberapa contoh ancaman terhadap negara yang termasuk ancaman militer:
a. Agresi adalah ancaman militer yang menggunakan kekuatan bersenjata oleh
negara lain terhadap suatu negara yang dapat membahayakan kedaulatan dan
keutuhan wilayah negara tersebut, dan juga membahayakan keselamatan segenap
bangsa tersebut. Macam-macam agresi:
• Invasi, cara.bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang
pertama adalah invasi yaitu suatu serangan yang dilakukan oleh kekuatan
bersenjata negara lain terhadap wilayah NKRI
• Bombardemen, cara/bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu
negara yang kedua adalah bombardemen yang mempunyai pengertian suatu
penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan bersenjata
negara lain terhadap NKRI
• Blokade, cara/bentuk dalam melakukan agresi yang terhakshir adalah
blokade, yang dilakukan di daerah pelabuhan atau pantai atau wilayah
udara NKRI yang dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain, dan lain-
lain.
b. Pelanggaran wilayah yang mana pelanggaran ini tentunya dilakukan oleh negara
lain yang menggunakan kapal maupun pesawat non komersial.
c. Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan terhadap suatu negara yang
kegiatannya berupa mata-mata dan dilakukan oleh negara lain yang bertujuan
untuk mencari dan mendapatkan dokumen rahasia militer suatu negara.
d. Sabotase adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara yang
kegiatannya mempunyai tujuan untuk merusak instalasi militer dan obyek vital
nasional. Tentunya sabotase ini dapat membahayakan keselamatan suatu
bangsa.
e. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh suatu jaringan terorisme yang luas
(internasional) atau ancaman yang dilakukan oleh teroris internasional yang
bekerjasama dengan terorisme lokal (dalam negeri).
f. Pemberontakan bersenjata.
g. Perang saudara.
B. Tantangan
Tantangan adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan suatu
bangsa atau negara.
Ex: Masyarakat Ekonomi ASEAN, perdagangan bebas, dan globalisasi
C. Hambatan
Hambatan adalah usaha yang berasal dari dalam dengan tujuan untuk
melemahkan/menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).
D. Gangguan
Gangguan yaitu usaha yang berasal dari luar dengan tujuan melemahkan/menghalangi
secara tidak konsepsional.
PERANG KEMERDEKAAN
3) Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember
1945, antara pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris).
Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26
Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara
pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran
Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi
Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil
dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang telah terjepit, maka
pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang.
1. Jalesveva Jayamahe
• Merupakan motto TNI Angkatan Laut Indonesia
• Artinya "Di Lautan Kita Jaya"
• berasal dari Bahasa Sanskerta
5. Rastra Sewakotama
• Merupakan motto Kepolisian Nasional Indonesia
• artinya Abdi Utama bagi Nusa Bangsa
A. Pasca Kemerdekaan
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi, antara lain:
1. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh Menteri Keuangan IR. Surachman pada
bulan Juli 1946. Salah satunya ke provinsi terkaya saat itu yaitu Aceh.
2. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India (India merupakan negara
yang mengalami nasib yang sama dengan Indonesia yaitu sama-sama pernah dijajah,
Indonesia menawarkan bantuan berupa padi sebanyak 500.000 ton dan India
menyerahkan sejumlah obat-obatan kepada Indonesia), mengadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan
tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu
masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan-perkebunan.
4. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
5. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga
bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
6. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa
petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan
perekonomian akan membaik. (mengikuti Mazhab Fisiokrat: sektor pertanian
merupakan sumber kekayaan).
B. Masa Liberal
Permasalah ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia masih sama seperti sebelumnya.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain:
1. Program Benteng yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong
importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi
impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi
serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena
sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan
pengusaha non-pribumi. Pada kabinet ini untuk pertama kalinya terumuskan suatu
perencanaan pembangunan yang disebut Rencana Urgensi Perekonomian (RUP).
(Kabinet Natsir)
5. Gunting Syarifuddin
Kebijakan Gunting Syarifuddin adalah pemotongan nilai uang. Tindakan keuangan ini
dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 dengan cara memotong semua uang memotong
semua uang yang bernilai Rp. 2,50 keatas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan keuangan ini dilakukan pada masa pemerintahan RIS oleh menteri keuangan
pada waktu itu Syarifuddin Prawiranegara.
3. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000
menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah
lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi.
Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka
inflasi.
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN EKONOMI PADA ORDE BARU
Secara garis besar, upaya pemulihan struktur perekonomian dan pembangunan pada masa
orde baru, pemerintah menempuh cara sebagai berikut:
C. Pembangunan Nasional
Tujuan Pembangunan nasional adalah menciptakan masyarakat adil dan makmur yang
merata, baik secara materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:
1. Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun
2. Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun),
merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap
pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan
Pada masa Orde Baru, terdapat 6 Pelita yang telah dilaksanakan, yaitu:
1. Pelita I (1 April 1969 hingga 31 Maret 1974)
Menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri yang mendukung sektor
pertanian. Tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya dengan sasaran
dalam bidang Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan
lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Indonesia juga sebagai penyelenggara KTT ASEAN ke-1 di Bali pada 23‒24 Februari
1976, ke-9 di Bali pada 7‒8 Oktober 2003, ke-18 di Jakarta pada 4-8 Mei 2011, serta ke-
19 di Bali pada 17-19 November 2011.
Pada Maret 1992, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa dana bantuan IGGI
akan ditolak jika organisasi tersebut masih diketuai Belanda. IGGI kemudianpun
digantikan Consultative Group on Indonesia (CGI). Keputusan ini juga terjadi setelah
Ketua IGGI, Jan Pronk, mengecam tindakan Indonesia terhadap pembunuhan para
pengunjuk rasa di Timor Timur pada tahun 1991 (Pembantaian Santa Cruz/Insiden Dili).
Indonesia pernah menyelenggarakan KTT GNB ke-10 di Jakarta pada 1–6 September
1992. Dan pernah pula menjadi Sekretaris Jenderal GNB ke-15, yakni Presiden Soeharto
pada 1992 sampai 1995.
8. G-20
G-20 adalah kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah
dengan Uni Eropa. Secara resmi G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance
Ministers and Central Bank Governors. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum
yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang
untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia. Pertemuan perdana G-20
berlangsung di Berlin, 15-16 Desember 1999 dengan tuan rumah menteri keuangan Jerman
dan Kanada.
KONSEP TRI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Tri kerukunan umat beragama bertujuan agar masyarakat Indonesia dapat hayati dalam
kebersamaan, sekali pun banyak perbedaan. Konsep ini dirumuskan dengan teliti dan bijak agar
tak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak manusia dalam menjalankan kewajiban dari
ajaran-ajaran agama yang diyakininya. Tri kerukunan ini meliputi tiga kerukunan, yaitu:
Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia paling demokratis. Pemilu tahun
1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah
dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya
pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi
juga memilih. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman. Pemilu ini bertujuan memilih
anggota-anggota DPR dan Konstituante.
Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante
berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang
diangkat pemerintah. Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali
Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat pemungutan
suara, dan kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin
Harahap.
Pemilu 1971 ditujukan untuk memilih anggota DPR. Pada saat itu, Dewan Perwakilan
Rakyat berjumlah 460 anggota DPR dimana 360 dilakukan melalui pemilihan langsung
oleh rakyat sementara 100 orang diangkat dari kalangan angkatan bersenjata dan golongan
fungsional oleh Presiden. Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan sistem
perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar tertutup. Pemilu diadakan di 26
provinsi Indonesia.
Pemilu tahun 1971 menghasilkan Golkar, NU, Parmusi, PNI, dan PSII sebagai partai
peraih suara terbanyak. Pemilu tahun 1971 sendiri dilaksanakan tanggal 3 Juli 1971.
Keunikan pemilu ini rakyat pemilih mencoblos tanda gambar partai.
Pemilu 1977 diadakan secara serentak tanggal 2 Mei 1977. Pemilu 1977 ditujukan guna
memiliki parlemen unicameral yaitu DPR di mana 360 orang dipilih lewat pemilu ini
sementara 100 orang lainnya diangkat oleh Presiden Suharto.
Dalam Pemilu 1977, peserta pemilu kali ini hanya berjumlah 3 parpol, yakni Partai
Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia. Golkar
mendapat suara terbanyak yakni 39.750.096 (62,11%) dan memperoleh 232 kursi. Disusul
PPP dan PDI.
Sementara itu, kursi jatah ABRI adalah 75 kursi (jatah tetap dalam setiap pemilu) dan
golongan fungsional 25 kursi. Golongan fungsional lalu selalu menggabungkan diri ke
dalam sekber Golkar sehingga kursi untuk Golkar bertambah menjadi 257 kursi.
Peserta Pemilu tahun 1987 sama dengan Pemilu 1982. Sebelum Pemilu 1987 dilaksanakan,
pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Partai Politik dan
Golkar, menetapkan bahwa:
1) Pancasila menjadi satu - satunya asas bagi setiap partai politik
2) Golkar, sehingga Partai Persatuan Pembangunan yang semula berlambang Ka’bah
diganti dengan lambang Bintang.
Total kursi yang tersedia adalah 500 kursi. Dari jumlah ini, 400 dipilih secara langsung
dan 100 diangkat oleh Presiden Suharto. Tentu, Golkar selalu menjadi peraih suara
terbanyak. Keunikan pemilu ini ada kebijakan tidak boleh lagi partai tertentu memakai
asas Islam.
H. Pemilu 1999
Pemilu 1999 adalah pemilu pertama pasca kekuasaan presiden Suharto. Pemilu ini
diadakan di bawah kepemimpinan Presiden B.J. Habibie. Pemilu ini terselenggara di
bawah sistem politik Demokrasi Liberal. Artinya, jumlah partai peserta tidak lagi dibatasi
seperti pemilu-pemilu lalu yang hanya terdiri dari Golkar, PPP, dan PDI. Ketiga RUU
Pemilu 1999 diadakan berdasarkan Undang-undang Nomor 3 tahun 1999 tentang
Pemilihan Umum.
Sistem pemilu sesuai pasal 1 ayat (7) pemilu 1999 dilaksanakan dengan menggunakan
sistem proporsional berdasarkan stelsel daftar dengan varian Roget. Hanya memilih
anggota DPR dan DPRD. Jumlah parpol adalah 48 parpol.
I. Pemilu 2004
Pemilihan Umun Indonesia 2004 adalah pemilu pertama yang memungkinkan rakyat untuk
memilih Presiden secara langsung dan cara pemilihannya benar–benar berbeda dari
pemilu sebelumnya. Pemilu 2004 sekaligus membuktikan upaya serius mewujudkan
sistem pemerintahan Presidensil yang dipakai oleh pemerintah Indonesia.
Pada Pemilu ini, rakyat dapat memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden (sebelumnya
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR yang anggota - anggotanya dipilih melalui
Presiden). Selain itu, pada pemilu ini pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tidak
dilakukan secara terpisah (seperti Pemilu 1999). Pada Pemilu ini, yang dipilih adalah
pasangan calon (pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden), bukan calon Presiden dan
calon Wakil Presiden secara terpisah. Pemilu ini juga digunakan untuk memilih anggota
DPR, DPD, dan DPRD. Jumlah parpol 24 parpol.
Ada lima pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang dicalonkan di
Pemilu Presiden putaran pertama, yaitu:
• H. Wiranto, SH. Dan Ir.H. Salahuddin Wahid (dicalonkan oleh Partai Golongan
Karya).
• Hj. Megawati Soekarno Putri dan KH. Ahmad Hasyim Muzadi (dicalonkan dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
• Prof. Dr.H.M. Amien Rais dan Dr.Ir.H. Siswono Yudo Husodo (dicalonkan
oleh Partai Amanat Nasional).
• DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf Kalla
(dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Persatuan
dan Kesatuan Indonesia).
• Dr.H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar, M.Sc. (dicalonkan oleh Partai
Persatuan Pembangunan).
J. Pemilu 2009
Pemilu 2009 dilaksanakan menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 2008. Jumlah kursi
DPR ditetapkan sebesar 560 di mana daerah dapil anggota DPR adalah provinsi atau
bagian provinsi. Jumlah kursi di tiap dapil yang diperebutkan minimal tiga dan maksimal
sepuluh kursi. Ketentuan ini berbeda dengan Pemilu 2004. Keunikannya pemilu ini ialah
rakyat mencontreng, bukan mencoblos. Jumlah parpol diikuti oleh 38 partai politik
nasional dan 6 partai politik lokal Aceh.
2. Pemilihan Legislatif
Menurut Pasal 23 Undang-undang Nomor 10 tahun 2008, jumlah kursi untuk
anggota DPRD Provinsi minimal tiga puluh lima dan maksimal seratus kursi.
3. Pemilihan DPD
Untuk pemilihan anggota DPD ditetapkan 4 kursi bagi setiap provinsi. Provinsi
adalah daerah pemilihan untuk anggota DPD. Dan dengan demikian dengan total
provinsi sejumlah 33, jumlah anggota DPD Indonesia adalah 132 orang.
Sistem Pemilu 2009 masih menggunakan sistem yang mirip dengan Pemilu 2004. Namun,
electoral threshold dinaikkan menjadi 2,5%. Artinya, partai-partai politik tatkala masuk ke
perhitungan kursi caleg hanya dibatasi bagi yang berhasil mengumpulkan komposisi suara
di atas 2,5%.
K. Pemilu 2014
Pelaksanaan pemilu tahun 2014 terdiri dari pemilihan legislatif yang bertujuan untuk
memilih anggota DPR, DPRD, dan DPD, serta pemilihan presiden. Jumlah parpol 12
parpol nasional dan 3 parpol lokal Aceh.
Tanggal:
• Pemilihan Legislatif dilakukan pada tanggal 9 April 2014
• Pemilihan Presiden dilakukan pada tanggal 9 Juli 2014
Sistem pemilu yakni sistem proporsional terbuka. Untuk Pemilu 2014, mempertahankan
diwajibkannya kuota minimal 30 persen calon perempuan untuk daftar calon yang
diajukan dan satu calon perempuan dalam setiap tiga calon secara berurutan dari awal
daftar calon. Kedua ketentuan ini sekarang memiliki ancaman sanksi jika gagal dipenuhi
partai politik yang gagal memenuhi kuota tersebut akan dicabut haknya sebagai peserta
pemilu di daerah pemilihan di mana kuota tersebut gagal dipenuhi.
Selama Perang Dunia Kedua, Jepang mulai mendorong dan mendukung gerakan
nasionalis Indonesia dengan menyediakan pelatihan militer dan senjata bagi pemuda Indonesia.
Pada tanggal 3 Oktober 1943, militer Jepang membentuk tentara relawan Indonesia yang
disebut PETA (Pembela Tanah Air). Jepang membentuk PETA dengan maksud untuk
membantu pasukan mereka menentang kemungkinan invasi oleh Sekutu ke wilayah Asia
tenggara.
Negara Indonesia pada awal berdirinya sama sekali tidak mempunyai kesatuan tentara.
Badan Keamanan Rakyat yang dibentuk dalam sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 dan
diumumkan oleh Presiden pada tanggal 23 Agustus 1945 bukanlah tentara sebagai suatu
organisasi kemiliteran yang resmi. BKR baik di pusat maupun di daerah berada di bawah
wewenang Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan KNI Daerah dan tidak berada di
bawah perintah presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang. BKR juga tidak berada
di bawah koordinasi Menteri Pertahanan. BKR hanya disiapkan untuk memelihara keamanan
setempat agar tidak menimbulkan kesan bahwa Indonesia menyiapkan diri untuk memulai
peperangan menghadapi Sekutu.
Akhirnya, melalui Maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945 (hingga saat ini
diperingati sebagai hari kelahiran TNI), BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat
(TKR). Pada tanggal 7 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Tentara
Keselamatan Rakyat. Kemudian pada 26 Januari 1946, diubah lagi menjadi Tentara Republik
Indonesia (TRI). Karena saat itu di Indonesia terdapat barisan-barisan bersenjata lainnya di
samping Tentara Republik Indonesia, maka pada tanggal 15 Mei 1947, Presiden Soekarno
mengeluarkan keputusan untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-
barisan bersenjata tersebut menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penyatuan itu terjadi
dan diresmikan pada tanggal 3 Juni 1947.
Pada masa Orde Baru, militer di Indonesia lebih sering disebut dengan ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia). ABRI adalah sebuah lembaga yang terdiri dari unsur angkatan
perang dan kepolisian negara (Polri). Pada masa awal Orde Baru unsur angkatan perang disebut
dengan ADRI (Angkatan Darat Republik Indonesia), ALRI (Angkatan Laut Republik
Indonesia) dan AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia). Namun sejak Oktober 1971
sebutan resmi angkatan perang dikembalikan lagi menjadi Tentara Nasional Indonesia,
sehingga setiap angkatan sebut dengan TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut dan TNI
Angkatan Udara. Pada masa Orde Baru ketika Presiden Soeharto berkuasa, TNI ikut serta
dalam dunia politik di Indonesia. Keterlibatan militer dalam politik Indonesia adalah bagian
dari penerapan konsep Dwifungsi ABRI yang kelewat menyimpang dari konsep awalnya.
Pada tahun 2000, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara resmi kembali berdiri
sendiri dan merupakan sebuah entitas yang terpisah dari militer. Nama resmi militer Indonesia
juga berubah dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) menjadi kembali Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Di bentuklah 3 peraturan perundang-undangan baru yaitu UU 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU no. 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, dan UU 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Calon
Panglima TNI saat ini harus diajukan Presiden dari Kepala Staf Angkatan untuk mendapat
persetujuan DPR. Hak politik TNI pun dihilangkan serta dwifungsi ABRI dihilangkan.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) terdiri dari tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI
Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. TNI dipimpin oleh seorang
Panglima TNI, sedangkan masing-masing angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf
Angkatan.
ORGANISASI PRA-KEMERDEKAAN
A. BUDI UTOMO
Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 (dijadikan sebagai Hari
Kebangkitan Nasional) oleh para mahasiswa STOVIA di Batavia dengan Sutomo sebagai
ketuanya. Terbentuknya organisasi tersebut atas ide dr. Wahidin Sudirohusodo yang
sebelumnya telah berkeliling Jawa untuk menawarkan idenya membentuk Studiefounds.
Dilihat dari tujuannya, Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik melainkan
merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai intinya. Sampai menjelang
kongresnya yang pertama di Yogyakarta telah berdiri tujuh cabang Budi Utomo, yakni di
Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo.
Untuk mengonsolidasi diri (dengan dihadiri tujuh cabangnya), Budi Utomo mengadakan
kongres yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Kongres
memutuskan hal-hal sebagai berikut.
1) Budi Utomo tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik.
2) Kegiatan Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan.
3) Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada daerah Jawa dan Madura.
4) Memilih R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar sebagai ketua.
5) Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat organisasi.
Sampai dengan akhir tahun 1909, telah berdiri 40 cabang Budi Utomo dengan jumlah
anggota mencapai 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut tampaknya
terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Banyak anggota muda
yang menyingkir dari barisan depan, dan anggota Budi Utomo kebanyakan dari golongan
priayi dan pegawai negeri. Dengan demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin
yang tampak pada awal berdirinya Budi Utomo terdesak ke belakang. Strategi perjuangan
BU pada dasarnya bersifat kooperatif.
Mulai tahun 1912 dengan tampilnya Notodirjo sebagai ketua menggantikan R.T.
Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak
begitu besar karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional lainnya,
seperti Sarekat Islam (SI) dan Indiche Partij (IP).
Pada kongres pertama SDI di Solo tahun 1906, namanya ditukar menjadi Sarikat Islam
atas prakarsa HOS Cokroaminoto, dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga
tidak hanya terbatas pada pedagang saja.
Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan Sarekat
Islam sebagai berikut:
1) Memajukan perdagangan;
2) Membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha
(permodalan);
3) Memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk asli;
4) Memajukan kehidupan agama Islam.
Dengan demikian, di samping tujuan ekonomi juga ditekankan adanya saling membantu
di antara anggota. Itulah sebabnya dalam waktu singkat, Sarekat Islam berkembang
menjadi anggota massa yang pertama di Indonesia. Sarekat Islam merupakan gerakan
nasionalis, demokratis, dan ekonomis, serta berasaskan Islam dengan haluan kooperatif.
Mengingat perkembangan Sarekat Islam yang begitu pesat maka timbullah kekhawatiran
dari pihak Gubernur Jenderal Idenburg, sehingga permohonan Sarekat Islam sebagai
organisasi nasional yang berbadan hukum ditolak dan hanya diperbolehkan berdiri secara
lokal. Pada tahun 1914, telah berdiri 56 Sarekat Islam lokal yang diakui sebagai badan
hukum. Pada tahun 1915 berdirilah Central Sarekat Islam (CSI) yang berkedudukan di
Surabaya. Tugasnya ialah membantu menuju kemajuan dan kerjasama antar Sarekat Islam
lokal. Pada tanggal 17–24 Juni 1916 diadakan Kongres SI Nasional Pertama di Bandung
yang dihadiri oleh 80 Sarekat Islam lokal. Dalam kongres tersebut telah disepakati istilah
“nasional”, dimaksudkan bahwa Sarekat Islam menghendaki persatuan dari seluruh
lapisan masyarakat Indonesia menjadi satu bangsa.
Sifat Sarekat Islam yang demokratis dan berani serta berjuang terhadap kapitalisme untuk
kepentingan rakyat kecil sangat menarik perhatian kaum sosialis kiri yang tergabung
dalam Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) pimpinan Sneevliet (Belanda),
Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin (Indonesia).
Itulah sebabnya dalam perkembangannya, Sarekat Islam pecah menjadi dua kelompok
berikut ini:
1) Kelompok nasionalis religius (nasionalis keagamaan) yang dikenal dengan Sarekat
Islam Putih dengan asas perjuangan Islam di bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto.
2) Kelompok ekonomi dogmatis yang dikenal dengan nama Sarekat Islam Merah
dengan haluan sosialis kiri di bawah pimpinan Semaun dan Darsono.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indische Partij merupakan partai politik pertama
di Indonesia dengan haluan kooperasi. Dalam waktu yang singkat telah mempunyai 30
cabang dengan anggota lebih kurang 7.000 orang yang kebanyakan orang Indo. Oleh
karena sifatnya yang progresif menyatakan diri sebagai partai politik dengan tujuan yang
tegas, yakni Indonesia merdeka, pemerintah menolak untuk memberikan badan hukum
dengan alasan Indische Partij bersifat politik dan hendak mengancam ketertiban umum.
Walaupun demikian, para pemimpin Indische Partij masih terus mengadakan propaganda
untuk menyebarkan gagasan-gagasannya.
Satu hal yang sangat menusuk perasaan pemerintah Hindia Belanda adalah tulisan Suwardi
Suryaningrat yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang Belanda)
yang isinya berupa sindiran terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Oleh karena
kegiatannya sangat mencemaskan pemerintah Belanda, maka pada bulan Agustus 1913
ketiga pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuman pengasingan dan mereka memilih
Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.
Selanjutnya, Indische Partij berganti nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919
berubah lagi menjadi National Indische Partij (NIP). National Indische Partij tidak pernah
mempunyai pengaruh yang besar di kalangan rakyat dan akhirnya hanya merupakan
perkumpulan orang-orang terpelajar.
D. MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18
November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya
nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju
kepada tercapainya kebahagiaan lahir batin.
Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah
sebagai berikut:
1) Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK sampai
dengan perguruan tinggi);
2) Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid;
3) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
E. GERAKAN PEMUDA
Gerakan pemuda Indonesia, sebenarnya telah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo,
namun sejak kongresnya yang pertama perannya telah diambil oleh golongan tua (kaum
priayi dan pegawai negeri) sehingga para pemuda kecewa dan keluar dari organisasi
tersebut. Baru beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 7 Maret 1915 di Batavia
berdiri Trikoro Dharmo oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi.
Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang
sebenarnya adalah seperti apa yang termuat dalam majalah Trikoro Dharmo yakni
mencapai Jawa raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda
Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Oleh karena sifatnya yang masih Jawa sentris
maka para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa) kurang senang.
Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918
namanya diubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). Sesuai dengan anggaran dasarnya,
Jong Java ini bertujuan untuk mendidik para anggotanya supaya kelak dapat
menyumbangkan tenaganya untuk membangun Jawa raya dengan jalan mempererat
persatuan, menambah pengetahuan, dan rasa cinta pada budaya sendiri.
Sejalan dengan munculnya Jong Java, pemuda-pemuda di daerah lain juga membentuk
organisasi-organisasi, seperti Jong Sumatra Bond, Pasundan, Jong Minahasa, Jong
Ambon, Jong Selebes, Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Timorees
Verbond, dan lain-lain. Pada dasarnya semua organisasi itu masih bersifat kedaerahan,
tetapi semuanya mempunyai cita-cita ke arah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan
budaya dan daerah masing-masing.
F. TAMAN SISWA
Sekembalinya dari tanah pengasingannya di Negeri Belanda (1919), Suwardi Suryaningrat
menfokuskan perjuangannya dalam bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922, Suwardi
Suryaningrat (lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara) berhasil mendirikan
perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Dengan berdirinya Taman Siswa, Suwardi
Suryaningrat memulai gerakan baru bukan lagi dalam bidang politik melainkan bidang
pendidikan, yakni mendidik angkatan muda dengan jiwa kebangsaan Indonesia
berdasarkan akar budaya bangsa.
Penididikan Taman Siswa dilakukan dengan sistem “among” dengan pola belajar “asah,
asih, dan asuh”. Dalam hal ini diwajibkan bagi para guru untuk bersikap dan berlaku
“sebagai pemimpin” yakni di depan memberi contoh, di tengah dapat memberikan
motivasi, dan di belakang dapat memberikan pengawasan yang berpengaruh. Prinsip
pengajaran inilah yang kemudian dikenal dengan pola kepemimpinan “Ing ngarsa sung
tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani“. Pola kepemimpinan ini sampai
sekarang masih menjadi ciri kepemimpinan nasional.
Berkat jasa dan perjuangannya yakni mencerdaskan kehidupan menuju Indonesia merdeka
maka tanggal 2 Mei (hari kelahiran Ki Hajar Dewantara) ditetapkan sebagai hari
Pendidikan Nasional. Di samping itu, “Tut Wuri Handayani” sebagai semboyan terpatri
dalam lambang Departemen Pendidikan Nasional.
Dengan cara itu, Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai pengaruh yang kuat di
kalangan SI, lebih-lebih setelah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI, seperti
Semaun dan Darsono. Akibatnya, SI Cabang Semarang sudah berada di bawah pengaruh
ISDV semakin jelas warna Marxisnya dan selanjutnya terjadilah perpecahan.
Pada tanggal 23 Mei 1923, ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya
pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia. (PKI). Susunan pengurus
PKI, antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua), Bersgma (sekretaris), dan Dekker
(bendahara).
Pada tanggal 13 November 1926 PKI melancarkan pemberontakan di Batavia dan disusul
di daerah-daerah lain, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di Sumatra Barat
pemberontakan PKI dilancarkan pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang singkat
semua pemberontakan PKI tersebut berhasil ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat ditangkap,
dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua).
Radikal PNI telah kelihatan sejak awal berdirinya. Hal ini terlihat dari anggaran dasarnya
bahwa tujuan PNI adalah Indonesia merdeka dengan strategi perjuangannya nonkooperasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka PNI berasaskan pada self help, yakni prinsip
menolong diri sendiri, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial budaya
yang telah rusak oleh penjajah dengan kekuatan sendiri; nonkooperatif, yakni tidak
mengadakan kerja sama dengan pemerintah Belanda; Marhaenisme, yakni mengentaskan
massa dari kemiskinan dan kesengsaraan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI telah menetapkan program kerja sebagaimana
dijelaskan dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun 1928, seperti berikut.
1) Usaha politik, yakni memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan kesadaran atas
persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan,
mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa Asia, dan menumpas segala rintangan
bagi kemerdekaan diri dan kehidupan politik.
2) Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta
mendirikan bank-bank dan koperasi.
3) Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional, meningkatkan
derajat kaum wanita, memerangi pengangguran, memajukan transmigrasi,
memajukan kesehatan rakyat, antara lain dengan mendirikan poliklinik.
Dengan munculnya isu bahwa PNI pada awal tahun 1930 akan mengadakan
pemberontakan. Pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia Belanda
mengadakan penggeledahan secara besar-besaran dan menangkap empat pemimpinnya,
yaitu Ir. Soerkarno, Maskun, Gatot Mangunprojo, dan Supriadinata. Mereka kemudian
diajukan ke pengadilan di Bandung.
Dalam sidang pengadilan, Ir. Soerkarno mengadakan pembelaan dalam judul Indonesia
Menggugat. Atas dasar tindakan melanggar Pasal “karet” 153 bis dan Pasal 169 KUHP,
para pemimpin PNI dianggap mengganggu ketertiban umum dan menentang kekuasaan
Belanda sehingga dijatuhi hukuman penjara di Penjara Sukamiskin Bandung. Sementara
itu, pimpinan PNI untuk sementara dipegang oleh Mr. Sartono dan dengan pertimbangan
demi keselamatan maka pada tahun 1931 oleh pengurus besarnya PNI dibubarkan. Hal ini
menimbulkan pro dan kontra.
Mereka yang pro pembubaran, mendirikan partai baru dengan nama Partai Indonesia
(Partindo) di bawah pimpinan Mr. Sartono. Kelompok yang kontra, ingin tetap
melestarikan nama PNI dengan mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) di
bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta dan Sutan Syahrir.
I. GERAKAN WANITA
Munculnya gerakan wanita di Indonesia, khusunya di Jawa dirintis oleh R.A. Kartini yang
kemudian dikenal sebagai pelopor pergerakan wanita Indonesia. R.A. Kartini bercita-cita
untuk mengangkat derajat kaum wanita Indonesia melalui pendidikan. Cita-citanya
tersebut tertulis dalam surat-suratnya yang kemudian berhasil dihimpun dalam sebuah
buku yang diterjemahkan dalam judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Cita-cita R.A.
Kartini ini mempunyai persamaan dengan Raden Dewi Sartika yang berjuang di Bandung.
Semasa pergerakan nasional, muncul gerakan wanita yang bergerak di bidang pendidikan
dan sosial budaya. Organisasi-organisasi yang ada, antara lain sebagai berikut:
1) Putri Mardika di Batavia pada tahun 1912 dengan tujuan membantu keuangan
bagi wanita-wanita yang akan melanjutkan sekolahnya. Tokohnya, antara lain R.A.
Saburudin, R.K. Rukmini, dan R.A. Sutinah Joyopranata.
2) Kartinifounds, yang didirikan oleh suami istri T.Ch. van Deventer pada tahun
1912 dengan membentuk sekolah-sekolah Kartinibagi kaum wanita, seperti di
Semarang, Batavia, Malang, dan Madiun.
3) Kerajinan Amal Setia, di Koto Gadang Sumatra Barat oleh Rohana Kudus pada
tahun 1914. Tujuannya meningkatkan derajat kaum wanita dengan cara memberi
pelajaran membaca, menulis, berhitung, mengatur rumah tangga, membuat
kerajinan, dan cara pemasarannya.
4) Pawijatan Wanito, didirikan pada tahun 1915, tiga tahun setelah Puteri Mardika
berdiri. Organisasi Pawijatan Wanito ini dulu berkembang di Magelang, Jawa
Tengah. Tujuan organisasi ini adalah pemberdayaan diri terhadap para perempuan.
5) PIKAT, adalah singkatan dari “Percintaan Ibu Kepada Anak Temurun.”
Organisasi ini didirikan pada tahun 1917. Kota tempat organisasi ini didirikan dan
sempat berkembang adalah Manado. Tujuan organisasi ini adalah mendidik para
ibu rumah tangga supaya dapat mendidik anak-anaknya sebagai generasi bangsa
dengan secara lebih baik.
6) Purborini, merupakan organisasi yang berada di abad ke-20 juga. Organisasi ini
berdiri sejak tahun 1917. Tempat berkembangnya adalah Tegal. Tujuannya masih
sama seperti organisasi lainnya yakni sama-sama memberdayakan pendidikan para
perempuan.
7) Aisyiah, merupakan organisasi wanita Muhammadiyah yang didirikan oleh Ny.
Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan pada tahun 1917. Tujuannya untuk memajukan
pendidikan dan keagamaan kaum wanita.
8) Wanita Soesilo, merupakan organisasi perempuan yang didirikan di Pemalang,
Jawa Tengah. Tahun berdirinya adalah 1918. Organisasi ini bertujuan untuk
membuat jaringan silaturrahmi antar para perempuan dalam cita-cita bersama
memajukan pendidikan di kalangan mereka.
9) Wanito Hadi, sebagaimana namanya tujuannya adalah sebagai wadah bagi para
perempuan supaya dapat mengembangkan kapasitas diri dan kemampuan yang
dimilikinya. Organisasi ini didirikan pada tahun 1919. Kota tempat organisasi ini
berdiri adalah Jepara.
10) Putri Budi Sedjati, merupakan organisasi keperempuanan yang didirikan di
Surabaya. Waktu itu Indonesia sedang berada di bawah jajahan Hindia-Belanda.
Tujuan organisasi ini adalah supaya para perempuan bisa mendapatkan pendidikan
yang baik dan saling menjalin hubungan yang serat sebagai sesama pribumi.
Organisasi ini sendiri didirikan pada tahun 1919.
11) Serikat Kaoem Iboe Soematera, merupakan perkumpulan wanita di Sumatera.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1920 di Bukittinggi. Tujuannya adalah sama
seperti organisasi lain. Karena, memang di masa itu organisasi perempuan yang
ada lebih fokus pada pendidikan dan tali persaudaraan sesama bangsa.
Organisasi kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, misalnya Wanito Rukun Santoso
di Malang, Budi Wanito di Solo (1919), Wanito Mulyo di Yogyakarta (1920), Wanito
Utomo dan Wanito Katolik di Yogyakarta (1921), dan Wanito Taman Siswa (1922).
Menjalin hubungan internasional dan organisasi internasional kepada suatu bangsa yang
lain, juga mempunyai arti penting bagi negara tersebut sebagai berikut:
• Menciptakan suatu perdamaian dalam hidup berhubungan internasional dan sama
saling berdampingan satu sama lain.
• Dapat membantu menyelesaikan suatu masalah dengan sesama hubungan
internasional dengan secara damai.
• Sesama antar bangsa akan menjalin hubungan yang saling menghormati, dan juga
sama saling membangun kerja sama yang baik.
• Hubungan internasional yang terjadi pada negara akan juga menciptakan
ketertiban dunia dan ikut berpartisipasi.
• Antar negara sama-sama menjamin hidup bangsa dan negara-negara bangsa
lainnya yang saling menjalin hubungan internasional.
Tiap–tiap negara yang telah mempunyai kedaulatan, akan menetapkan batas–batas daerah dan
ruang lingkup berlakunya hukum bagi warga negaranya, sehingga dalam hubungan
antarbangsa terdapat beberapa asas sesuai dengan pandangan dan pemikiran masing–masing
negara, yaitu sebagai berikut:
1. Asas Teritorial, asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya,
2. Asas Kebangsaan, asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya,
3. Asas Kepentingan Umum, asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk
melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat.
ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DIIKUTI INDONESIA
Indonesia juga sebagai penyelenggara KTT ASEAN ke-1 di Bali pada 23‒24 Februari
1976, ke-9 di Bali pada 7‒8 Oktober 2003, ke-18 di Jakarta pada 4-8 Mei 2011, serta ke-
19 di Bali pada 17-19 November 2011.
Indonesia menjadi anggota Majelis Umum PBB semenjak tahun 1951. Indonesia
pernah sekali ditunjuk sebagai Presiden Majelis Umum PBB pada tahun 1971, yang pada
saat itu diwakili oleh Adam Malik yang memimpin sesi ke-26 sidang Majelis Umum PBB.
Ia merupakan perwakilan Asia kedua yang pernah memimpin sidang tersebut setelah Dr.
Carlos Pena Romulo dari Filipina.
Pada Maret 1992, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa dana bantuan IGGI
akan ditolak jika organisasi tersebut masih diketuai Belanda. IGGI kemudianpun
digantikan Consultative Group on Indonesia (CGI). Keputusan ini juga terjadi setelah
Ketua IGGI, Jan Pronk, mengecam tindakan Indonesia terhadap pembunuhan para
pengunjuk rasa di Timor Timur pada tahun 1991 (Pembantaian Santa Cruz/Insiden Dili).
8. G-20
G-20 adalah kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah
dengan Uni Eropa. Secara resmi G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance
Ministers and Central Bank Governors. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum
yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang
untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia. Pertemuan perdana G-20
berlangsung di Berlin, 15-16 Desember 1999 dengan tuan rumah menteri keuangan Jerman
dan Kanada.
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Berikut beberapa syarat-syarat yang digunakan dan diharuskan dalam sebuah perjanjian
Internasional tersebut:
• Adanya beberapa negara yang tergabung dalam sebuah organisasi
• Mau, setuju dan bersedia dalam membuat sebuah jaringan atau ikatan hukum tertentu.
• Bisa melakukan mufakat dan sepakat dalam membuat sebuah perjanjian
• Mau dan bersedia dalam menanggung baragam akibat maupun segala masalah hukum
yang kemungkinan terjadi nantinya bila kesepakatan ini terjadi.
Dalam konvensi Wina tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional disebutkan bahwa
dalam pembuatan perjanjian baik bilateral maupun multilateral dapat dilakukan melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Perundingan (negotiation)
Perundingan merupakan perjanjian tahap pertama antara pihak/negara tertentu yang
berkepentingan, di mana sebelumnya belum pernah diadakan perjanjian. Oleh karena
itu, diadakan penjajakan terlebih dahulu atau pembicaraan pendahuluan oleh masing-
masing pihak yang berkepentingan. Dalam melaksanakan negosiasi, suatu negara dapat
diwakili oleh pejabat yang dapat menunjukkan surat kuasa penuh (full powers). Selain
mereka, juga dapat dilakukan oleh kepala negara, kepala pemerintahan, menteri luar
negeri, atau duta besar.
2. Penandatanganan (signature)
Penandatanganan naskah perjanjian dilakukan oleh para menteri luar negeri atau kepala
pemerintahan. Untuk penandatanganan teks perundingan yang bersifat multilateral
dianggap sah apabila 2/3 suara peserta yang hadir memberikan suara, kecuali jika
ditentukan lain. Namun demikian, perjanjian belum dapat diberlakukan masing-masing
negara sebelum diratifikasi.
3. Pengesahan (ratification)
Ratifikasi merupakan suatu cara yang sudah melembaga dalam kegiatan perjanjian
internasional. Suatu negara mengikatkan diri pada suatu perjanjian dengan syarat
apabila telah disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya. Dengan dilakukannya
ratifikasi terhadap perjanjian internasional, secara resmi perjanjian internasional dapat
berlalu dan berkekuatan hukum.
Dalam Konvensi Wina tahun 1969, suatu perjanjian internasional dapat dinyatakan batal
karena hal-hal berikut:
• Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum nasional oleh salah satu
negara peserta.
• Adanya unsur kesalahan pada saat perjanjian itu dibuat.
• Adanya unsur penipuan dari negara peserta tertentu terhadap negara peserta yang lain
pada waktu pembentukan perjanjian.
• Terdapat penyalahgunaan atau kecurangan (corruption), baik melalui kelicikan atau
penyuapan.
• Adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara peserta. Paksaan tersebut baik
dengan ancaman atau dengan penggunaan kekuatan.
• Bertentangan dengan kaidah dasar hukum internasional.
Mochtar Kusumaatmadja dalam bukunya Pengantar Hubungan Kerja Sama Internasional
mengatakan bahwa suatu perjanjian berakhir karena hal-hal berikut.
• Telah tercapai tujuan perjanjian internasional.
• Masa berlaku perjanjian internasional sudah habis.
• Salah satu pihak peserta perjanjian menghilang atau punahnya objek perjanjian.
• Adanya persetujuan dari peserta untuk mengakhiri perjanjian.
• Adanya perjanjian baru di antara para peserta yang kemudian meniadakan perjanjian
yang terdahulu.
• Syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian yang sesuai dengan ketentuan perjanjian
sudah dipenuhi.
• Perjanjian secara sepihak diakhiri oleh salah satu peserta dan pengakhiran itu diterima
oleh pihak lain.
Ada bermacam-macam asas yang harus diperhatikan dan dipatuhi oleh subjek hukum yang
mengadakan perjanjian internasional. Asas-asas yang dimaksud seperti berikut ini.
1. Pacta Sunt Servanda, artinya setiap perjanjian yang telah dibuat harus ditaati.
2. Egality Rights, artinya pihak yang saling mengadakan hubungan mempunyai
kedudukan yang sama.
3. Reciprositas, artinya tindakan suatu negara terhadap negara lain dapat dibalas setimpal.
4. Bonafides, artinya perjanjian yang dilakukan harus didasari oleh iktikad baik.
5. Courtesy, artinya asas saling menghormati dan saling menjaga kehormatan negara.
6. Rebus sic Stantibus, artinya dapat digunakan terhadap perubahan yang mendasar dalam
keadaan yang bertalian dengan perjanjian itu.
2. Agreement
Agreement yaitu suatu perjanjian/persetujuan antara dua negara atau lebih, yang
mempunyai akibat hukum seperti dalam treaty. Namun dalam agreement lebih
bersifat eksekutif/teknis administrative (non politis), dan tidak mutlak harus
diratifikasi, yaitu tidak perlu diundangkan dan disahkan oleh pemerintah/ kepala
negara. Walaupun ada agreement yang dilakukan oleh kepala negara, namun pada
prinsipnya cukup dilakukan dengan ditandatangani oleh wakil-wakil departemen
dan tidak perlu ratifikasi. Misalnya, agreement tentang ekspor impor komoditas
tertentu.
3. Konvensi
Konvensi yaitu suatu perjanjian/persetujuan yang lazim digunakan dalam
perjanjian multilateral. Ketentuan-ketentuannya berlaku bagi masyarakat
internasional secara keseluruhan (lawmaking treaty). Misalnya, Konvensi Hukum
Laut Internasional tahun 1982 di Montego-Jamaica.
4. Protokol
Protokol yaitu suatu perjanjian/persetujuan yang kurang resmi dibandingkan
dengan traktat dan konvensi, sebab protokol hanya mengatur masalah-masalah
tambahan, seperti penafsiran klausul-klausul atau persyaratan perjanjian tertentu.
Oleh karena itu, lazimnya tidak dibuat oleh kepala negara. Contohnya, protokol
Den Haag tahun 1930 tentang perselisihan penafsiran undang-undang nasionalitas
tentang wilayah perwalian, dan lain-lain.
5. Piagam (statuta)
Piagam (statuta) yaitu himpunan peraturan yang ditetapkan sebagai persetujuan
internasional, baik mengenai lapangan-lapangan kerja internasional maupun
mengenai anggaran dasar suatu lembaga. Misalnya Statuta of The International
Court of Justice pada tahun 1945. Adakalanya piagam itu digunakan untuk alat
tambahan/lampiran pada konvensi. Umpamanya Piagam Kebebasan Transit yang
dilampirkan pada Convention of Barcelona tahun 1921.
6. Charter
Charter yaitu piagam yang digunakan untuk membentuk badan tertentu. Misalnya,
The Charter of The United Nation tahun 1945 dan Atlantic Charter tahun 1941.
7. Deklarasi (declaration)
Deklarasi (declaration) yaitu suatu perjanjian yang bertujuan untuk memperjelas
atau menyatakan adanya hukum yang berlaku atau untuk menciptakan hukum baru.
Misalnya Universal Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember 1948.
8. Covenant
Covenant yaitu suatu istilah yang digunakan dalam pakta Liga Bangsa-Bangsa
pada tahun 1920, yang bertujuan untuk menjamin terciptanya perdamaian dunia,
meningkatkan kerja sama internasional, dan mencegah terjadinya peperangan.
Secara umum, seorang perwakilan diplomatik mempunyai tugas dan fungsi yang
mencakup hal-hal berikut ini.
• Representasi, yaitu selain untuk mewakili pemerintah negaranya, ia juga dapat
melakukan protes, mengadakan penyelidikan dengan pemerintah negara
penerima. Ia mewakili kebijaksanaan politik pemerintah negaranya.
• Negosiasi, yaitu mengadakan perundingan atau pembicaraan baik dengan negara
tempat ia diakreditasikan maupun dengan negara-negara lainnya.
• Observasi, yaitu menelaah dengan teliti setiap kejadian atau peristiwa di negara
penerima yang mungkin dapat mempengaruhi kepentingan negaranya.
• Proteksi, yaitu melindungi pribadi, harta benda dan kepentingankepentingan
warga negaranya yang berada di luar negeri.
• Persahabatan, yaitu meningkatkan hubungan persahabatan antara negara
pengirim dengan negara penerima, baik di bidang ekonomi, kebudayaan maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Perwakilan Konsuler
Pembukaan hubungan konsuler terjadi dengan persetujuan timbal balik, baik secara
sendiri maupun tercakup dalam persetejuan pembukaan hubungan diplomatik. Walaupun
demikian, pemutusan hubungan diplomatik tidak otomatis berakibat pada putusnya hubungan
konsuler. Konsul biasanya mengurus di bidang ekonomi misalnya perdagangan. Bertugas
dalam membina hubungan non politik dengan negara lain. Ada konsuler yang bersifat tetap
dan ada konsuler kehormatan. Tugas pokok konsul kehormatan adalah menghubungkan
perdagangan ke dua negara. Pejabat ini tidak mendapat gaji, melainkan mendapat honoraruium
atas jasa-jasanya.
Ada beberapa tingkatan-tingkatan perwakilan konsuler, sebagai berikut:
1. Konsul Jenderal
Konsul Jenderal membawahi beberapa konsul yang ditempatkan di ibukota negara
tempat ia bertugas.
2. Konsul
Konsul mengepalai satu kekonsulan yang kadang kadang diperbantukan kepada konsul
jenderal.
3. Wakil Konsul
Wakil konsul diperbantukan kepada konsul atau konsul jenderal yang kadang diserahi
pimpinan kantor konsuler.
4. Agen Konsul
Agen konsul diangkat oleh konsul jenderal dengan tugas untuk mengurus hal hal yang
bersifat terbatas dan berhubungan dengan kekonsulan. Agen konsul ini ditugaskan di
kota kota yang termasuk kekonsulan.