Anda di halaman 1dari 5

Konfigurasi PT Gas Sistem A, B dan C

I. Flowsheet Case
a. PT Gas Sistem A

b. PT Gas Sistem B

c. PT Gas Sistem C
II. Workbook
- Material Streams

- Composition
- Energy Streams

III. Perhitungan
Energy Streams
Q Comp. Q Comp. Q Comp.
Q Cooler 1 Q Cooler 2 Q Cooler 3 Q Total
1 2 3
(kJ/h) (kJ/h) (kJ/h) (kJ/h)
(kJ/h) (kJ/h) (kJ/h)
PT Gas
1.62E+09 1.07E+09 - - - - 2.69E+09
A
PT Gas
5.47E+08 8.22E+08 8.22E+08 - - - 2.19E+09
B
PT Gas
5.47E+08 3.74E+08 3.74E+08 3.79E+08 3.79E+08 - 2.05E+09
C

Analisa
Simulasi menggunakan Aspen Hysys ini bertujuan untuk mengetahui konfigurasi
pada PT Gas sistem A, B dan C yang paling efisien dari sisi energi yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan gas PT Amonia. Ketiga sistem ini memiliki kondisi awal gas yang
sama yaitu pada temperatur 200°C dan tekanan 1,2 bar. Sedangkan PT Amonia
membutuhkan gas metana dengan kondisi temperatur 80°C dan tekanan 6 bar.

PT Gas sistem A terdiri dari 1 kompresor dan 1 cooler. Gas metana dialirkan ke
kompresor untuk di naikkan tekanannya menjadi 6 bar dengan kondisi temperatur output
kompresor diinginkan sebesar 595°C. Tetapi saat dilakukan simulasi, material stream
pada output kompresor hanya dapat diinput satu parameter, baik dari tekanan maupun
temperatur. Dikarenakan yang menjadi beban pada kompresor adalah tekanan maka
penulis meng-input tekanan output kompresor sebesar 6 bar, dan didapatkan temperatur
output kompresor hasil simulasi sebesar 393,2°C. Gas methane dengan tekanan dan
temperatur yang tinggi ini kemudian didinginkan di dalam cooler untuk dihasilkan gas
dengan kondisi temperatur 80°C dan tekanan 6 bar sesuai yang diinginkan.

Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan energy stream (Q) kompresor pada sistem A
sebesar 1,07E+9 kJ/h, sedangkan energy stream cooler sebesar 1,62E+9 kJ/h. Energy
stream pada kondisi A ini merupakan energy stream yang paling tinggi dari ketiga sistem.
Hal itu disebabkan karena perbedaan tekanan input dan output kompresor sangat tinggi
yaitu sebesar 480 kPa sehingga energi yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan
menjadi lebih besar. Sama hal nya dengan cooler, perbedaan temperatur input dan output
cooler sangan tinggi yaitu sebesar 313,2°C sehingga energi yang dibutuhkan untuk
mendinginkan gas juga tinggi.

PT Gas sistem B terdiri dari 1 kompresor dan 2 cooler. Gas metana dengan kondisi
awal (T 200°C, P 1,2 bar) didinginkan di dalam cooler terlebih dahulu hingga mencapai
kondisi temperatur 80°C dengan tekanan ouput cooler yang sama sebesar 1,2 bar. Gas ini
kemudian dinaikkan tekanannya pada kompresor menjadi 6 bar, dan didapatkan
temperatur output kompresor sebesar 254°C. Gas dengan tekanan dan temperatur yang
tinggi ini kemudian didinginkan di dalam cooler kembali, sehingga didapatkan output gas
metana sesuai dengan kebutuhan PT Amonia.

Berdasarkan hasil simulasi, jika dibandingkan dengan kondisi sistem A, total enegy
streams yang digunakan pada sistem B ini lebih rendah yaitu sebesar 2,19E+9 kJ/h.
meskipun menggunakan alat yang lebih banyak dari sistem A, energi yang dibutuhkan
pada kompresor dan cooler ini lebih sedikit. Hal itu disebabkan karena gas mengalami
dua kali pendinginan, sehingga cooler mendinginkan gas dengan delta temperatur yang
lebih rendah dari pada sistem A. Begitupun dengan kompresor, perbedaan input dan
output kompresor lebih rendah sehingga kerja kompresor lebih ringan dan energi yang
digunakannya pun lebih rendah dari sistem A.

PT Gas sistem C memiliki konfigurasi yang lebih kompleks. Sistem ini terdiri dari 3
cooler dan 2 kompresor. Fungsi penambahan alat ini adalah untuk menghemat energi dan
menjadi lebih efisien. Hal itu dibuktikan dengan hasil simulasi, dimana energy streams
dari masing-masing alat, baik kompresor maupun cooler mempunyai nilai yang paling
rendah dari ketiga sistem. Hal itu disebabkan karena perbedaan tekanan dan temperature
yang rendah, sehingga kerja kompresor dan cooler menjadi lebih ringan. Sehingga
konfigurasi sistem di PT Gas yang paling efektif dan efisien adalah konfigurasi sistem C.

Anda mungkin juga menyukai