Anda di halaman 1dari 4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Metode Fungsional

Metode fungsional merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang


menekankan pada prosedur dan penyelesaian tugas. Prioritas utamanya adalah
pemenuhan kebutuhan fisik, sehingga kurang memperhatikan kebutuhan manusia
secara keseluruhan. ( Sitorus, 2006. Dalam Maria H. Bakrie, 2017 ).

Menurut Arwani & Supriyatno (2005), metode fungsional ini efisien, namun
penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun
perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai
dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat. Di samping
itu, asuhan keperawatan yang diberikan tidak profesional yang berdasarkan
masalah pasien. Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas
administrasi dan manajerial, sementara asuhan keperawatan kepada pasien
dipercayakan kepada perawat junior.

Menurut metode fungsional, seorang kepala ruang membawahi perawat –


perawat pelaksana di ruang tersebut secara langsung. Artinya, satu – satunya
pemegang kendali manajerial dan pengurus laporan pasien adalah kepala ruang.
Sementara itu, perawat lain hanya sebagai perawat pelaksana tindakan.

Metode fungsional merupakan pengorganisasian tugas pelayanan


keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan
yang dilakukan. Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya
mengukur suhu badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas
atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan (head
nurse) bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan
tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien. Orientasi
pada jenis tugas tertentu. Pendekatan ini efisien , dalam arti :

– Semua jenis pekerjaan akan terkelola dan terkontrol


– Waktu pengerjaan lebih singkat
– Seseorang dengan jenis tugas tertentu untuk jangka waktu lama akan menjadi
sangat trampil terhadap tugas tersebut
– Dibutuhkan : uraian kerja, protap jelas, kontrol terstruktur

Model ini cocok untuk keadaan darurat, tetapi kurang untuk meningkatkan
mutu askep (Gillies,1989; Tomey,1992). Metode pemberian asuhan keperawatan
fungsional pertamakalinya berkembang pada saat perang dunia ke II.
Kebanyakan institusi menganggap keperawatan fungsional memiliki nilai
ekonomis dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hal tersebut benar jika kualitas
pelayanan dan pelayanan yang holistik bukan sesuatu hal yang penting.

B. Contoh penerapan metode fungsional

Perawat A bertugas menyuntik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.

Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih utnuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas
tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang klien.
C. Keuntungan dan kerugian metode fungsional
1. Keuntungan metode fungsional
– Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu.
– Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
– Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
– Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
2. Kerugian
– Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses keperawatan
sulit dilakukan.
– Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan
tugas non keperawatan.
– Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi
kontribusinya terhadap pelayanan.
– Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.

D. Hal – hal yang harus dipertimbangkan


– Pendekatan fungsional lebih menekankan teknik – prosedural, tidak
memperhatikan keberadaan klien secara utuh dan unik
– Pelayanan terfragmentasi, kesinambungan asuhan tidak terjamin
– Ada kemungkinan, jenis tugas tertentu tidak teridentifikasi sehingga luput dari
perhatian staf
– Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien – intervensi dan
dampaknya – karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan
berkesinambungan
https://ppnikotapadang.wordpress.com/2016/05/12/memilih-metode-penugasan-
tenaga-keperawatan/
http://masikoen.blogspot.com/2008/11/macam-macam-metode-penugasan.html

H. Bakri, Maria. 2017. Manajemen Keperawatan konsep dan aplikasi dalam praktik
keperawatan profesional. Yogakarta : Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai