Anda di halaman 1dari 46

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tumor Otak

Gambar 1.Tumor Otak

Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis

tumor yang berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker

(jinak) dan beberapa tumor otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak

dapat berasal dari otak (tumor otak primer) atau kanker yang berasal dari

bagian tubuh lain dan merambat ke otak (tumor otak sekunder / metastatik).

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada

desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan

tengkorak. (Sylvia.A, 1995: 1030). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif

yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa

dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang

(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat

berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari

4
jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari

organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal,

dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).

Central Brain Tumor Registry for the United States (CBTRUS)

memperkirakan bahwa akan terdapat 190.600 tumor otak yang akan

terdiagnosis pada 2005. Dari jumlah tersebut 43.800 diperkirakan adalah

tumor otak primer dan sisanya adalah sekunder atau metastasis. Insiden

umum untuk tumor otak primer dan CNS adalah 14 kasus per 100.000

orang/tahun. Insiden tumor otak tampaknya makin meningkat, tetapi ini

mungkin mencerminkan diagnosis yang lebih cepat dan lebih akurat.

CBTRUS mencatat bahwa, pada tahun 2000, sekitar 359.00 orang di Amerika

Serikat hidup dengan tumor otak primer dengan 75% memiliki tumor jinak

dan 23% memiliki tumor ganas.

2.2 Etiologi Tumor Otak

Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak

primer. Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat

diidentifikasi, mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap

belum diketahui. Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan faktor-faktor

lingkungan sedang diteliti. Waktu puncak untuk kejadian tumor otak adalah

decade kelima dan ketujuh. Selain itu, pria terkena lebih sering dari pada

wanita.

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.

Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

5
1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan

kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai

pada anggota-anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma

mempunyai sejarah keluarga yang menderita brain tumor. Sklerosis

tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai

manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang

jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang

kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada

neoplasma.

2. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-

bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam

tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal

dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.

Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,

teratoma intrakranial dan kordoma.

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat

mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat

memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma

terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

6
4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan

besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi

virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum

ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor

pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas

dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik

seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan

percobaan yang dilakukan pada hewan.

6. Trauma kepala

Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga

mendesak massa otak akhirnya terjadi tumor otak.

2.3 Patofisiologi Tumor Otak

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang

disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan

tekanan intracranial (TIK).Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan

pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak

dengan kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang

tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.Akibatnya terjadi kehilangan

7
fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular

primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron

akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.

Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti

bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan

sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang

diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan

penyerapan cairan tumor.Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh

kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intracranial dan

meningkatkan TIK.

Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.

Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan

untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan

intracranial timbul cepat.Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah

intrakranial, volum CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel

parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan

herniasi untuk serebellum.

Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke

inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak.

Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan

menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser

ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.

8
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi

dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan

intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan

gangguan pernapasan.

2.4 Klasifikasi Tumor Otak

2.4.1 Klasifikasi stadium (Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat

dilakukan berdasarkan grading)

a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah,

kurabilitas pasca reseksi cukup baik.

b. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah,

namun sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk

bersifat progresif ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.

c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan

infiltrasi tinggi, dan terdapat anaplasia.

d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada

umumnya berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat

pada pre/post operasi

2.4.2 Jenis – jenis Tumor otak berdasarkan WHO 2000

1. Tumors of the Neuroepithelial tissue

a. Astrocytic tumor terdiri dari

1) Pilocytic astrocytoma (grade I)

2) Diffuse Astrocytoma (grade II)

3) Anaplastic astrocytoma (grade III)

9
4) Glioblastoma multiforma (grade IV)

b. Oligodendroglioma tumors :

1) Oligodendroglioma (grade II)

2) Anaplastic oligodendroglioma (grade III)

c. Glioma campuran :

1) Oligoastrocytoma (grade III)

2) Anaplastic oligoastrocytoma (grade III)

d. Ependymal tumors

e. Choroid plexus tumors

f. Pineal Parenchymal tumors

g. Embryonal tumors

1) Medulloblastoma

2) Primitive neuroectodermal tumors (PNET)

h. Meningeal tumors :Meningioma

i. Primary CNS Lymphoma

j. Germs cell tumors

k. Tumors of the sellar region

j. Brain metastase of the systemic cancers.

Tabel skema untuk mengklasifikasi Tumor Otak

Tipe Tumor Kriteria


Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit;astrosit matang; astrosit yang

berkembang dengan normal.


Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit yang kurang matur;

anaplastik kemungkinan ada gambaran mitotic (gambaran mitotic

10
menunjukkan peningkatan pembelahan sel dan perubahan

keganasan).
Glioblastoma Peningkatan jumlah sel astrotis;astrotis imatur;adanya

multiformis gambaran mitosis;perdarahan;nekrosis, pembengkakan

dan batas tumor yang tidak jelas.


2. Berdasarkan Jenis Tumor

a. Jinak

Pertumbuhan tumor jinak lambat dan biasanya berkapsul

sehingga mudah dibedakan dengan jarinngan sekitarnya karena

berbatas tegas. Pembesaran tumor akan menekan jaringan di dekatnya

dan dapat menyebabkan obstruksi atau atrofi.

1) Acoustic Neuroma

Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma, tumbuh

dari sel selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region

meatus auditorius internus. Manifestasi awal yang khas adalah

gangguan pendengaran sensorineural unilateral, yang disebabkan

oleh kerusakan nervus delapan dalam meatus (lesi

intrakanalikular). Ekspansi tumor lebih lanjut ke sudut

serebelopontin melibatkan nervus kranialis yang berdekatan

(nervus V dan VII). Pertumbuhan tumor lebih lanjut menyebabkan

ataksia ipsilateral akibat kompresi batang otak-serebelum dan palsi

nervus kranialis bagian bawah (bulbar). Akhirnya, terjadi

gambaran peningkatan tekanan intracranial, terutama jika terjadi

hidrosefalus akibat ostruksi pada tingkat ventrikel keempat. tumor

11
lain yang dapat mengenai sudut serebelopontin termasuk

meningioma dan metastasis.

2) Meningioma

Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak

menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang

berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan

lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali

memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap

isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.

3) Pitiutary Adenoma

Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai

struktur di atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi

suprasela dan parasela). Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini

adalah hemianopia bitemporal yang disebabkan oleh kompresi

kiasma optikum oleh ekstensi suprasela suatu adenoma. Keadaan

patologis lainnya yang dapat menyebabkan kompresi kiasma,

sehingga menyerupai adenoma hipofisis adalah aneurisma karotis,

meningioma suprasela, dan kraniofaringioma (tumor yang berasal

dari sel perkembangan epitel bukan yang secara embriologis dekat

dengan tangkai hipofisis).

Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin

bersamaan dengan atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor

dapat bersifat fungsional, yaitu mensekresi hormone hipofisis

12
anterior (akromgeali yang disebabkan oleh kelebihan hormone,

prolaktinoma, penyakit Cushing akibat tumor yang mensekresi

kortikortropin). selain itu, dapat terjadi hipopituitarisme akibat

supresi sel normal kelenjar oleh tumor. Terkadang adenoma

hipofisis dapat mengalami infark akut. pasien menunjukkan gejala

nyeri kepala akut dan muntah-muntah (menyerupai perdarahan

subarachnoid) dan hipopituitarisme akut (aplopeksi hipofisis).

Pembengkakan jaringan tumor nekrotik menyebabkan hemianopia

bitemporal yang berkemebang cepat dengan oftalmoplegia bilateral

akibat ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.

4) Astrocytoma (Grade 1)

b. Malignan

Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat

dan cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya

tidak tegas dan jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi

nama sesuai dengan asal jaringan saat embrio. Tumor ganas yang

berasal dari ectoderm dan endoderm disebut karsinoma, dan yang

berasal dari mesoderm disebut sebagai sarcoma. Jika jaringan tumor

ganas sangat menyerupai jaringan embrio, tumor ini disebut sebagai

blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut berasal dari

dua lapis jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal dari

tiga lapis jaringan embrio disebut sebagai teratoma.

1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)

13
2) Oligodendroglioma

Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang

dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan

menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan

tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang

paling bersifat kemosensitif.

3) Apendymoma

Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat

pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling

sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis.

Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor

dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan

letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk

progmosisnya.

4) Metastase Tumor Otak

Tumor dengan lokasi utama di luar otak.Kanker paru, payudara,

dan ginjal, serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak

metastasis.Tumor metastasis pada otak umumnya multiple yang

membuatnya lebih sulit ditangani.Lokasi tumor dapat terletak di

dalam otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak itu

sendiri atau di meningen yang melapisi otak.

3. Berdasarkan Lokasi Tumor

a. Tumor Supratentorial

14
1) Glioma :

a) Glioblastoma multiforme

Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering

terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra

lateral melalui korpus kolosum. Tumor di dalam otak

berkembang dari sel otak, disebut sel glial. Sel ini adalah

beberapa dari yang disebut sel pendukung yang tidak

mengirimkan impuls saraf, tapi melaksanakan tugas-tugas yang

berarti bagi otak, misalnya membersihkan zat kimia yang

berlebihan. Terkadang tumor glial tumbuh sangat lambat dan

orangnya bisa hidup normal selama bertahun-tahun sebelum

masalah muncul. tumor sel glial lainnya tumbuh dengan cepat

sekali dan berisi sel yang membagi dengan sangat cepat. Obat

belum menjadi alat efektif untuk mengobati tumor yang

tumbuh dengan cepat semacam itu. Jenis tumor yang

merupakan masalah pengobatan terbesar dalam bentuk tumor

glial, glioblastoma.

Glioblastoma atau glioblastoma multiform adalah

stadium tertinggi glioma (grade IV), tumor paling ganas dalam

kelas astrocytoma, dan sama dengan grade IV glioma.

Gambaran histologist yang ditambilkan glioblastoma dari

seluruh grade menunjukkan adanya nekrosis dan peningkatan

15
pembuluh darah disekitar tumor. Tumor grade IV tumbuh

dengan cepat dan memiliki tingkat keganasan yang tinggi.

Banyak peneliti berusaha muncul dengan terapi lebih

baik untuk tumor terberat, Glioblastoma. satu pendekatan

adalah memasukkan obat penghancur kanker langsung ke

dalam tumor dalam bentuk tablet berisi obat bubuk yang

dikeluarkan dengan lambat. Pendekatan ini memperpanjang

kelangsungan dan kulitas hidup, tapi sejauh ini belum

memproduksi obat. Tehnik genetic modem juga diuji yang

dapat memasukkan gen ke dalam tumor, dengan harapan akan

membunuh tumor, atau membuatnya lebih responsive terhadap

pengobatan dengan kemoterapi atau radiasi.

Terdapat 2 subtipe glioblastoma

1. De Novo (baru atau primer)

Tumor de novo tumbuh sangat cepat dan segera

membentuk sel yang terlihat berbahaya. tumor tersebut

merupakan kejadian tumor terbanyak dan sangat berbahaya

dari glioblastoma.

2. Sekunder

Glioblastoma sekunder sering ditemukan pada pasien

berusia kurang dari 45 tahun hingga 45 tahun. Glioblastoma

sekunder ditandai dengan dimulainya grade astrocytoma

awal hingga grade sedang yang berasal dari kelainan gen

16
yang akan berubah menjadi ganas, tumbuh cepat menjadi

glioblastoma.

Tampilan makroskopis glioblastoma yaitu massa yang

berbatas tegas atau neoplasma yang infiltrative secara difus.

hampir 60% tumor ini merupakan massan yang solid dan

sisanya kistik. nekrosis tumor juga dapat dijumpai. Potongan

tumor dapat berupa massa yang lunak berwarna keabu-abuan

atau kemerahan atau berupa daerah nekrosis dengan konsistensi

seperti krim kekuningan atau berwarna cokelat kemerahan.

Tampilan mikroskopik glioblastoma berupa massa hiperseluler,

pleiomorfisme sel dan nucleus serta nekrosis. garam kalsium

dijumpai pada 3% kasus. Kadang ada kecenderungan sel untuk

berkumpul di sekitar daerah nekrosis, dimana tampilan ini

dikenal dengan istilah pseudopalisade. terjadi pertambahan

jumlah kapiler dan proliferasi endotelnya. gejala yang dialami

pasien mulai dari nyeri kepala, gangguan motorik, perubahan

mental, kejang, abnormalitas neurologis berupa refleks yang

abnormal, konfusi atau diaorientasi, kesadangan menurun,

gangguan lapang pandang, koma dan parese nervus ke III dan

VI.

17
Gambar 2. Glioblastoma – MR sagittal with contrast

b) Astroscytoma

Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel

predominan diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti

bintang).Pada orang dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada

anak-anak dan dewasa muda di serebelum, dan pada umumnya

berisi cairan atau kistik.

c) Oligodendroglioma

Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai

astrositoma tetapi terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor

relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi

biasanya di jumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.

2) Meningioma

Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari

meningen, sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung

araknoid. Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan

perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena

adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen

supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang

dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena

merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai

18
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),

Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove

(10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%),

dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit

neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh

pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya

tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis

dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di

basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum

sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera

mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang

progresif. Secara mikroskopis, sel tumor terlihat bundar, oligonal,

oval, atau bentuk spindle. intinya teratur, bundar atau oval,

leptokromatik. Sitoplasmanya berwarna eosinofilik pucat. tumor

ini vaskularisasinya banyak, shingga untuk pendekatan tindakan

operatif mutlak dilakukan angiografi. CT-scan non kontras terlihat

hiperdens. post kontras enhancemennya homogen, kecuali bila

terjadi nekrotik, kistik, dan hemoragis.

19
Gambar 3. Meningioma Gambar 4. Lokasi umum

Meningioma

b. Tumor Infratentorial

1) Schwanoma akustikus

Biasanya lambat pertumbuhannyadan paling sering

berkembang pada saraf akustikus sehingga muncul gejala

gangguan pendengaran.

2) Tumor metastasis

Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari

seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer.

Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara.

Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna,

tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak. Organ tubuh

seperti tulang, paru, dan otak mempunyai kecenderungan lebih

besar sebagai tempat metastasis jika dibandingkan dengan organ

tubuh lain, sebaliknya limpa, ginjal, dan hari merupakan organ

yang paling jarang terkena.

Kanker dapat menyebar dari satu organ ke lainnya saat

cukilan kecil tumor pecah dan memasuki aliran darah. Lalu cukilan

tumor terbawa ke orang lain, yang memulai aksinya. kanker yang

20
menyebar ke otak paling umum menimpa orang lanjut usia; kanker

paru, payudara, usus dan kaker kulit yang disebut melanoma yang

berbahaya. Kanker prostat adalah kasus khusus karena atas suatu

alasan, penyebarannya mengarah ke penutup otak daripada

jaringan otak itu sendiri.

Pada saat kanker menyebar ke otak, biasanya tumbuh

sebagai tumor tunggal. jadi, tumor otak metastatic memiliki gejala

sama sebagai tumor otak primer dan terlihat mirirp sekali pada

studi pencitraan. Dokter bisa memberitahu perbedaan hanya

dengan melihat tumor di bawah mikroskop dan mengenali bahwa

sel-sel yang membentuk tumor tidak, secara normal, berada di

dalam otak tapi bergerak ke sana dari paru-paru atau payudara. tak

ajrang gejala dari otak adalah tanda pertama yang meanndai

munculnya kanker. di waktu-waktu yang lan, keterlibatan otak

dalam penyakit sudah terlambat, setelah kanker sudah menyebar ke

organ-organ lain.

3) Meningioma

Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari

meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung

araknoid dan dural.

4) Hemangioblastoma

Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler

embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum.

21
2.5 Manifestasi Tumor Otak

2.5.1 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat

disebabkan oleh edema dan peningkatan TIK atau spesifik yang

disebabkan oleh lokasi anatomi tertentu.

2.5.2 Perubahan Status Mental

Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf,

perubahan tingkat kesadaran atau sensoris dapat ditemukan.

Perubahan status emosional dan mental, seperti letargi dan

mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta perubahan kepribadian

dapat ditemukan.

2.5.3 Sakit kepala

Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor

otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul

dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh

perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.

Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri

kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan

terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior

memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. 

Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya

intermiten dengan durasi meningkat dan dapat diperparah dengan

perubahan posisi atau mengejan. Sakit kepala parah dan berulang

22
pada klien yang sebelumnya bebas sakit kepala atau sakit kepala

berulang di pagi hari yang frekuensi dan keparahannya meningkat

dapat menandakan suatu tumor intrakranial dan membutuhkan

pengkajian lebih lanjut.

2.5.4 Mual dan Muntah

Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena

tekanan pada medula, yang terletak pusat muntah. Klien sering

mengeluhkan sakit kepala parah setelah berbaring di ranjang. Saat

sakit kepala makin nyeri, klien juga dapat mengalami mual atau

muntah yang spontan. Selama episode muntah biasanya nyeri kepala

akan berkurang.

2.5.5 Papiledema

Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat

menyebabkan papiledema. Mekanisme patofisiologis yang

mendasari hal ini masih belum diapahami. Peningkatan tekanan

intrakranial mengganggu aliran balik vena dari mata dan menumpuk

darah di vena retina sentralis. Juga dikenal sebagai “Choked disc”,

papiledema umum pada klien dengan tumor intrakranial dan

mungkin merupakan manifestasi awal dari peningkatan tekanan

intrakranial. Papiledema awal tidak menyebabkan perubahan

ketajaman penglihatan dan hanya dapat dideteksi dengan

pemeriksaan oftalmologis. Papiledema parah dapat bermanifestasi

sebagai penurunan tajam penglihatan.

23
2.5.6 Kejang

Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan

tumor intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat

parsial atau menyeluruh. Kejang parsial biasanya membantu

membatasi lokasi tumor.

2.6 Manifestasi Lokal

Manifestasi lokal klinis disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau

kompresi dari sebagian otak tempat tumor terletak.

1) Kelemahan Fokal ( misal, hemiparesis)

2) Gangguan sensoris, antara lain tidak dapat merasakan (anestesia), atau

sensasi abnormal (Parestesia)

3) Gangguan bahasa

4) Gangguan koordinasi (misal, jalan sempoyongan)

5) Gangguan penglihatan seperti diplopia (pandangan ganda) atau

gangguan lapang pandang (monopia)

2.7 Penatalaksanaan Tumor Otak

Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan:

1. Usia

2. General Health

3. Ukuran Tumor

4. Lokasi Tumor

5. Jenis Tumor

24
Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian

kortikostreoid yang bertujuan untuk memberantas edema otak. Pengaruh

kortikostreoid terutama dapat dilihat pada keadaan-keadaan seperti nyeri

kepala yang hebat, deficit motorik, afasia dan kesadaran yang menurun.

Beberapa hipotesis yang dikemukakan: meningkatkan transportasi dan

reasirbsi cairan serta memperbaiki permeabilitas pembuluh darah. Jenis

kortikostreoid yang dipilih yaitu glukokortikoid; yang paling banyak dipakai

ialah deksametason, selain itu dapat diberikan prednisone atau prednisolon.

Dosis deksametason biasa diberikan 4-20 mg intravena setiap 6 jam untuk

mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan tekanan

tinggi intracranial (Greenberg et al., 1999). Selain itu terapi suportif yang

dapat dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit (makro), ceftriaxon vial 1

gram/12 jam, ranitidine ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1 ampul/6

jam.

Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam

penatalaksaannya, yaitu :

1) Pembedahan

Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet

dan pembedahan merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk

tumor primer maligna, atau sekunder biasanya sulit disembuhkan.

Pembedahan tumor biasanya harus melalui diagnosis yang histologis

terlebih dahulu.

2) Terapi Medikamentosa

25
a) Antikonvulsan untuk epilepsi

b) Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan

intrakranial. Steroid juga dapat memperbaiki defisit neurologis

fokal sementara dengan mengobati edema otak

c) Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai

ajuvan pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit

spesialistik neuro onkologi.

3) Terapi Radiasi

Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan

akselerator linier. Dosis standar untuk tumor otak primer kurang lebih 6.000

Gy yang diberikan lima kali seminggu selama 6 minggu. Untuk klien

dengan tumor metastasis, dosis standar radiasi kurang lebih 3.000 Gy. Dosis

pasti akan bergantung pada karakteristik tumor, volume jaringan yang harus

diradiasi biasanya diberikan dalam periode yang lebih pendek untuk

melindungi jaringan normal di sekitarnya. Bentuk lain dari terapi radiasi,

walaupun tidak dianggap konvensional dan belum tersedia luas, adalah

terapi radiasi partikel berat, radioterapi neutron cepat, terapi fotodinamik,

dan terapi tangkapan neutron boron.Walaupun penggunaannya luas, terapi

radiasi bukan tanpa konsekuensi.

2.8 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak

1. CT Scan dan MRI

Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur

investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif

26
atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu

tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit

membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.

2. Foto Polos Dada

Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari

suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal

ataupun multiple pada otak.

3. Pemeriksaan cairan serebrospinal

Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker

tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada

pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis

histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai

cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi

(abses cerebri).

4. Biopsi Stereostatik

Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang

dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi

prognosis.

5. Angiografi Serebral

Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak

tumor serebral.

6. Elektroensefalogram (EEG)

27
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang

ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus

temporal pada waktu kejang.

Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa pemeriksaan diagnostik

yang digunakan dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya

adalah sebagai berikut:

7. Computed Tomography Scan (CT-Scan)

Computed Tomography (CT) Scan merupakan suatu teknik

diagnostik dengan menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk

memindai kepala dalam lapisan yang berurutan.Bayangan yang

dihasilkan memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan

membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks,

struktur subkortikal, dan ventrikel. Bayangan ditunjukkan pada

osiloskop atau monitor TV dan difoto. Lesi-lesi pada otak terlihat

sebagai variasi kepadatan jaringan yang berbeda dari jaringan otak

normal sekitarnya. Jaringan abnormal sebagai indikasi kemungkinan

adanya massa tumor, infark otak dan atrofi kortikal.Oleh karena itu,CT

Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen

yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk

mendeteksi tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak

pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya

tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur

otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang

28
terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah.Adanya kalsifikasi,

perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya

karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih

nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian

zat kontras.

Penilaian CT Scan pada tumor otak:

1. Tanda proses desak ruang:

a. Pendorongan struktur garis tengah itak

b. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel

2. Kelainan densitas pada lesi:

a. Hipodens

b. Hiperdens atau kombinasi

c. Klasifikasi, perdarahan

1) Edema perifokal

29
Gambar 5 Pemeriksaan CT scan pada Tumor Otak (Pearce, 2009)

8. Positron Emmision Tomography (PET)

Positron Emmision Tomography (PET) adalah teknik pencitraan

nuklir berdasarkan komputer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi

organ secara aktual. Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksikan

dengan zat radioaktif yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila

positron ini berkombinasi dengan elektron-elektron bermuatan negatif

(normalnya didapat dalam sel-sel tubuh), resultan sinar gamma dapat

dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai, detektor

tersusun dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa

gambar dua dimensi pada berbagai tingkatan otak. Informasi ini

terintegrasi oleh komputer dan memberikan sebuah komposisi

bayangan kerja otak.PET memungkinkan pengukuran aliran darah,

komposisi jaringan, dan metabolisme otak. PET mengukur aktifitas ini

secara spesifik pada daerah otak dan dapat mendeteksi perubahan

penggunaan glukosa. Uji ini digunakan untuk melihat perubahan

metabolik otak, melokasikan lesi seperti adanya tumor otak. PET

digunakan untuk mendiagnosa kelainan metabolisme pada otak dan

mampu mendiagnosa penyakit Alzheimer serta penyebab lain dari

demensia.Hasil yang didapatkan seperti pada (Gambar 2-6).

30
Gambar 6 Positron Emmision Tomography (PET)(Pearce, 2009)

9. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemindaian MRI dapat mendemonstrasikan otak dengan

menggunakan fasilitas multiplanar pada bidang aksial, koronal dan

sagital dengan gambaran yang sangat baik pada fosa posterior, karena

tidak ada artefak tulang. MRI merupakan pemeriksaan yang sangat

sensitif dalam mendeteksi tumor seperti adenoma hipofisis dan

neuroma akustik.MRI menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-

tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik

dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor

dari abses ataupun proses lainnya. Pada keadaan tumor otak ini akan

nampak warna yang kontras dengan warna organ normal dan terjadi

penebalan jaringan otak.

31
Gambar 7 Hasil MRI pada Tumor Otak (Pearce, 2009)

10. Elektroensefalografi

Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di

otak, dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala

atau dengan menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak.

Pemeriksaan ini memberikan kajian fisiologis aktifitas serebri. EEG

bertindak sebagai indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan

parut, bekuan darah, dan infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik

berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.Pemeriksaan ini pada

tumor otak berfungsi untuk mengevaluasi lobus temporal pada saat

kejang.

32
Gambar 8 Contoh Gambaran EEG pada Tumor Otak (Pearce, 2009)

11. MR-Spectroscopy

MR-Spectroscopy (MRS) mampu membedakan berbagai lesi

pada otak. Derajat akurasinya mencapai 95-100% untuk membedakan

lesi neoplasma atau nonneoplasma. Choline adalah marker spesifik

pada neoplasma intrakranial. Peningkatan konsentrasi choline atau

jumlah rasio Cho/Cr atau Cho/NNA menunjukkan adanya suatu

neoplasma (Castillo et al, 1998).Kelainan spesifik tertentu dapat

mempersulit untuk membedakan diagnostik antara tumor atau proses

inflamasi seperti pada high grade glioma dan abses serebri dimana

puncak konsentrasi choline dapat tidak muncul karena adanya proses

nekrosis. Berbagai cara tertentu dapat digunakan seperti penggunaan

long TE dapat mempermudah identifikasi puncak choline. Adanya

puncak cytosolic amino acids pada 0,9 ppm adalah karakteristik khusus

untuk abses. Pada diffusion weight image, abses menunjukkan high

signal intensity sedangkan pada tumor dengan degenerasi nekrosis

menunjukkan ISO sampai low signal intensity. Pada abses biasanya

33
menunjukkan hipoperfusi sedangkan pada glioma menunjukkan

hiperperfusi (Fatterpekar et al, 2001).

Gambar 9 Gambaran Grafik MR-Spectroscopy Tumor Otak

12. Angiografi Serebral

Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh

darah serebral dan letak tumor serebral. Pada tumor otak ini pembuluh

darah pada siklus Willis di cabang arteri otak yang kecil akan

mengalami pembesaran masa pembuluh darah saat dilakukan

pemeriksaan ini.

34
Gambar 10 Hasil Pemeriksaan Angiografi Serebral pada Tumor Otak

(Pearce, 2009)

13. Pemeriksaan Lumbal Pungsi

Menunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang

mencerminkan TIK, peningkatan kadar protein, penurunan kadar

glukosa, dan terkadang sel-sel tumor pada CSS. Dilakukan untuk

melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi

pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan

massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan

melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk

membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).

Gambar 11 Pemeriksaan Lumbar Pungsi (Pearce, 2009)

2.9 Komplikasi Tumor Otak

Menurut beberapa sumber salah satunya menurut

Ginsberg(2008) komplikasi yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:

1. Peningkatan Tekanan Intrakraial

35
Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua

faktor yang terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah

cairan serebrospinal mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah

satu faktor diatas akan memicu:

a. Edema Serebral

Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi

sehingga menambah efek masa yang mendesak.

b. Hidrosefalus

Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun

karena adanya gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor

otak, massa tumor akan mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS

sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.

c. Herniasi Otak

Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi

sentra, unkus, dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan

mesensefalon sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dan

menekan saraf otak ketiga (okulomotor) (Fransisca, 2008).

2. Epilepsi

Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam

selaput otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa

tumor (Yustinus, 2006).

36
3. Berkurangnya fungsi neurologis

Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak

adalah khas bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi

neurologis ini tergantung pada bagian otak yang terkena tumor.

4. Ensefalopati radiasi

5. Metastase ke tempat lain 

6. Kematian

2.10 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan perembesan tumor: peningkatan

tekanan intrakranial.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan

medula oblongata.

3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral berhubungan

dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema

serebri.

4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap

hipotensi ortostatik.

5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan efek kemoterapi dan radioterapi.

6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensorik

dan motorik

7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak

mampu menggerakan leher.

37
2.11 Intervensi

1. Nyeri kronis berhubungan dengan perembesan tumor:

peningkatan tekanan intrakranial.

NOC NIC
Tujuan :  setelah dilakukan Pain Management

tindakan keperawatan selama 1) Mengurangi/menghilang

1x24 jam nyeri yang dirasakan kan faktor-faktor yang

berkurang 1 atau dapat memimbulkan /

diadaptasi oleh klien dengan meningkatkan

kriteria hasil : pengalaman nyeri

a. Klien mengungkapkan 2) Memilih dan

nyeri yang dirasakan mengimplementasikan

berkurang atau dapat satu jenis tindakan

diadaptasi ditunjukkan (farmakologi, non-

penurunan skala nyeri. farmakologi,

Skala = 2 interpersonal) untuk

b. Klien tidak merasa memfasilitasi

kesakitan. pertolongan nyeri

c. Klien tidak gelisah 3) Mempertimbangkan jenis

Domain-Health Knowledge & dan sumber nyeri ketika

Behaviour (IV) memilih strategi

Pain Control pertolongan nyeri

Klien dapat mengenal onset 4) Mendorong klien untuk

38
nyeri menggunakan

Klien dapat menggambarkan pengobatan nyeri yang

faktor penyebab adekuat

Klien mengenal gejala yang 5) Instruksikan

berhubungan dengan nyeri pasien/keluarga untuk

Melaporkan kontrol nyeri melaporkan nyeri dengan

Pain: Disruptive Effects segera jika nyeri timbul.

Hubungan interpersonal tidak 6) Mengajarkan  tehnik

terganggu relaksasi dan metode

Tindakan peran seperti semula distraksi

Dapat melakukan ktivitas 7) Observasi adanya tanda-

sehari-hari tanda nyeri non verbal

Aktivitas fisik tidak terganggu seperti ekspresi wajah,

gelisah,

menangis/meringis,

perubahan tanda vital.

Kolaborasi: Analgesic

Administration

1) Menentukan lokasi,

karakteristik, kualitas,

dan keparahan nyeri

sebelum pengobatan

klien

39
2) Mengecek permintaan

medis untuk obat, dosis,

dan frekuensi dari

analgesik yang telah

ditentukan (resep)
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

penekanan medula oblongata.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan Airway Management

tindakan keperawatan selama 1) Monitor status respirasi

1x24 jam pola pernafasan dan oksigenasi, yang

kembali normal dengan kriteria tepat

Hasil : Respiratory Management

a. Pola nafas efekif 1) Monitor kecepatan,

b. GDA normal irama, kedalaman dan

c. Tidak terjadi sianosis upaya pernafasan.

Domain-Physiologic Health 2) Monitor pola pernapasan

(II) 3) Monitor tingkat saturasi

Class-Cardiopulmonary (E) oksigen dalam klien yang

Respiratory Status (0415) tenang

Respiraroty Rate normal 4) Auskultasi suara napas,

Respiraory Rhytm normal mencatat area penurunan

Kedalaman inspirasi normal ketiadaan ventilasi dan

Saturasi oksigen normal keberadaan suara

40
Tidak ada sianosis tambahan
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan

tumor, edema serebri.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan Intracranial Pressure (ICP)

tindakan keperawatan selama Monitoring

1x24 jam perfusi jaringan klien 1) Monitor kualitas dan

membaik ditandai dengan karakteristik dari bentuk

tanda-tanda vital stabil dengan gelombang TIK

kriteria hasil : 2) Monitor tekanan perfusi

a. Tekanan perfusi serebral  cerebral

>60mmHg, tekanan 3) Monitor status neurologis

intrakranial <15mmHg, 4) Monitor TIK klien dan

tekanan arteri rata-rata respon neurologis untuk

80-100mmHg merawat aktivitas dan stimuli

b. Menunjukkan tingkat lingkungan

kesadaran normal 5) Monitor jumlah,

c. Orientasi pasien baik kecepatan, dan karakteristik dari

d. RR 16-20x/menit aliran cairan serebrospinal (CSF)

e. Nyeri kepala berkurang 6) Memberikan agen

atau tidak terjadi farmakologi untuk menjaga TIK

Domain-Physiologic Health pada batas tertentu

(II) 7) Memberi jarak waktu

41
Class-Cardiopulmonary (E) intervensi keperawatan untuk

Perfusi Jaringan: Serebral meminimalkan PTIK

Tekanan intracranial normal 8) Monitor secara berkala

Tekanan darah sistolik normal tanda dan gejala peningkatan

Tekanan darah diastolic normal TIK

Mean Blood Pressure normal a. Kaji perubahan

Sakit kepala hilang tingkat kesadaran,

Tidak mengalami penurunan orientasi, memori,

tingkat kesadaran periksa nilai GCS

Tidak ada gangguan reflek b. Kaji tanda vital dan

neurologik bandingkan dengan

keadaan sebelumnya

c. Kaji fungsi autonom:

jumlah dan pola

pernapasan, ukuran

dan reaksi pupil,

pergerakan otot

d. Kaji adanya nyeri

kepala, mual,

muntah, papila

edema, diplopia,

kejang

e. Ukur, cegah, dan

42
turunkan TIK

1. Pertahankan

posisi dengan

meninggikan

bagian kepala 15-

300, hindari posisi

telungkup atau

fleksi tungkai

secara berlebihan

2. Monitor analisa

gas darah,

pertahankan

PaCO2 35-45

mmHg, PaO2

>80mmHg

3. Kolaborasi dalam

pemberian

oksigen

4. Hindari faktor

yang dapat

meningkatkan

TIK

9) Istirahatkan pasien,

43
hindari tindakan keperawatan

yang dapat mengganggu tidur

pasien

10) Berikan sedative atau

analgetik dengan kolaboratif.


4. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder

terhadap hipotensi ortostatik.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan Fall Prevention

tindakan keperawatan selama 1) Identifikasi tingkah laku

1x24 jam diagnosa tidak dan faktor yang

menjadi masalah actual dengan berpengaruh pada risiko

kriteria hasil : jatuh

a. Pasien dapat 2) Memberikan tanda untuk

mengidentifikasikan mengingatkan klien

kondisi-kondisi yang untuk meminta tolong

menyebabkan vertigo ketika pergi dari tempat

b. Pasien dapat menjelaskan tidur, yang tepat

metode pencegahan 3) Menggunakan teknik

penurunan aliran darah di yang sesuai untuk

otak tiba-tiba yang mengantar klien ked an

berhubungan dengan dari kursi roda, tempat

ortostatik. tidur, toilet dan lainnya

c. Pasien dapat 4) Kaji tekanan darah

44
melaksanakan gerakan pasien saat pasien

mengubah posisi dan mengadakan perubahan

mencegah drop tekanan posisi tubuh.

di otak yang tiba-tiba. 5) Diskusikan dengan klien

d. Menjelaskan beberapa tentang fisiologi

episode vertigo atau hipotensi ortostatik.

pusing. 6) Ajarkan teknik-teknik

Domain-Health Knowledge & untuk mengurangi

Behaviour (IV) hipotensi ortostatik

Class-Risk Control & Safety a. Untuk mengetahui

(T) pasien mengakami

Falls Occurrence hipotensi ortostatik

Tidak terjadi jatuh ketika posisi ataukah tidak.

berdiri, berjalan, duduk dan b. Untuk menambah

ketika tidur pengetahuan klien

Domain-Health Knowledge & tentang hipotensi

Behaviour (IV) ortostatik.

Class-Risk Control & Safety c. Melatih kemampuan

(T) klien dan

Physical Injury Severity memberikan rasa

Cedera bedah kepala tidak ada nyaman ketika

Gangguan mobilitas tidak ada mengalami hipotensi

Penurunan tingkat kesadaran ortostatik.

45
tidak terjadi

Perdarahan tidak terjadi


5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan Nutrition Monitoring

tindakan keperawatan selama 1) Kaji tanda dan gejala

1x24 jam kebutuhan nutrisi kekurangan nutrisi: penurunan

klien dapat terpenuhi dengan berat badan, tanda-tanda anemia,

adekuat dengan kriteria hasil: tanda vital

a. Antropometri: berat 2) Monitor intake nutrisi

badan tidak turun (stabil) pasien

b. Biokimia: albumin 3) Berikan makanan dalam

normal dewasa (3,5-5,0) porsi kecil tapi sering.

g/dl 4) Timbang berat badan 3

c. Hb normal (laki-laki hari sekali

13,5-18 g/dl, perempuan 5) Monitor hasil

12-16 g/dl) laboratorium: Hb, albumin

1) Clinis: tidak tampak 6) Kolaborasi dalam

kurus, terdapat lipatan pemberian obat antiemetic

lemak, rambut tidak

jarang dan merah

2) Diet: klien

menghabiskan porsi

46
makannya dan nafsu

makan bertambah

Nutritional Status

Intake nutrisi adekuat

Intake makanan adekuat

Intake cairan adekuat

Hidrasi
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

sensorik dan motorik

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 1) Kaji fungsi motorik secara

1x24 jam, gangguan mobilitas berkala

dapat diminimalkan dengan 2) Menjaga pergelangan kaki

kriteria Hasil : 90 derajat dengan papan

1. Mempertahankan posisi kaki. Gunakan trochanter

fungsi yang dibuktikan rolls sepanjang paha saat

dengan tidak adanya di ranjang

kontraktur. Foodtrop 3) Ukur dan pantau tekanan

2. Meningkatkan kekuatan darah pada fase akut atau

tidak terpengaruh/ hingga stabil. Ubah posisi

kompenssi bagian tubuh secara perlahan

3. Menunjukan teknik 4) Inspeksi kulit setiap hari.

eprilaku yang Kaji terhadap area yang

47
meingkinkan dimulainya tertekan dan memberikan

kembali kegiatan perawatan kulit secara

Mobility teliti

Keseimbangan terjaga 5) Membantu mendorong

Koordinasi terjaga pulmonary hygiene seperti

Bergerak dengan mudah napas dalam, batuk,

suction

6) Kaji dari kemerahan,

bengkak/ketegangan otot

jaringan betis

7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat

tidak mampu menggerakan leher.

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 1) Kaji rentang gerak leher

1x24 jam memberikan klien

kenyamanan gerak leher pada 2) Memberi helth education 

klien dengan kriteria Hasil : kepada pasien mengenai  penurunan

a. Klien dapat fungsi gerak leher

menggerakan leher 3) Kolaburasi dengan

secara normal fisioterapi

b. Klien dapat beraktifitas 4) Mengetahui kemampuan

secara normal gerak leher klien

48
5) Membantu pasien untuk

dapat menerima kondisi yang

dialami

6) Terapi dapat membantu

mengembalikan gerak leher klien

secara normal

49

Anda mungkin juga menyukai