Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI, SUMBER DAN CONTOH KASUS

HUKUM PIDANA

DOSEN PENGAMPU :

ANDI SURYONO

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PERTIBA PANGKALPINANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


Bab I

Pendahuluan

I.I Latar Belakang

Secara umum sejarah hukum pidana di Indonesia dibagi menjadi beberapa


periode yaitu pada masa kerajaan Nusantara, masa Penjajahan dan masa KUHP 1915 sampai
sekarang. Yang pertama, pada masa kerajaan Nusantara banyak kerajaan yang sudah
mempunyai perangkat aturan hukum. Hukum pidana yang berlaku saat itu belum mengenal
unifikasi. Di setiap daerah berlaku aturan hukum pidana yang berbeda-beda. Hukum pidana
pada periode ini banyak dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan masyarakat. Agama
mempunyai peranan dalam pembentukan hukum pidana di masa itu.

Sebelumnya datangnya penjajahan Belanda, hukum pidana yang berlaku di


Kepulauan Nusantara (Indonesia) hanyalah Hukum Pidana Adat yang sebagian besar tidak
tertulis dan beranekaragam karena berlaku dimasing – masing kerajaan. Dan setelah
datangnya Belanda ke Indonesiabarulah mengenal hukum pidana secara tertulis yaitu de
Bataviasche tahun 1642 dan Interimaire Strafbepalingan. Disamping itu Belanda juga
memberlakukan peraturan lain yang bersandar pada Oud Hollandsdan Romeins Strafrecht.
Peraturan hukum pidana tersebut hanya berlaku untuk orang Eropa, Sedangkan bagi orang
Pribumi masih tetap berlaku Hukum Pidana Adat.

Pada tahun 1866 barulah dikenal kodifikasi (pembukuan segala peraturan hukum).
Pada tanggal 10 Februari 1866 berlakulah dua Kitab Undang – undang Hukum Pidana di
Indonesia yakni :

1. Het Wetboek Van strafrecht Voor Europeanen (S. 1866 Nomor 55) yang berlaku bagi
orang Eropa mulai pada tanggal 1 Januari 1867. Kemudian dengan ordonasi tanggal 6
Mei 1872 ditetapkan pula berlakunya KUHP untuk golongan Pribumi dan Timur
Asing.
2. Het Wetboek Van Strafrecht Voor Inlands en Daarmede Gelijkgestelde (S. 1872
Nomor 85) yang berlaku bagi golongan Pribumi dan golongan Timur Asing, yang
mulai berlaku 1 Januari 1873.
Berlakunya kedua aturan tersebut menimbulkan 2 konsekuensi yaitu :

a. Terjadinya dualisme hukum dalam KUHP di Indonesia


b. Aturan hukum yang lama (tahun 1642 dan 1848) tidak berlaku lagi.

Berdasarkan Regeringsreglement pasal 75 ayat 1 dan 2 sebenarnya KUHP yang mulai


berlaku tanggal 1 Januari 1867 (Het Wetboek Van strafrecht Voor Europeanen) merupakan
copy atau turunan dari KUHP Belanda dan KUHP Belanda juga turunan dari Code Panel
Prancis karena Belanda dulu juga pernah dijajah Prancis. Meskipun penjajahan Prancis sudah
berakhir, namun Code Panel Prancis masih tetap berlaku yang ditetapkan dalam Koninkrijk
Besluit dengan diadakan perubahan – perubahan.

Yang kedua, pada masa penjajahan perkembangan pemikiran rasional sedang


berkembang dengan sangat pesat. Segala peraturan adat yang tidak tertulis dianggap tidak ada
dan digantikan dengan peraturan-peraturan tertulis. Dan yang ketiga yaitu pada masa KUHP
1915 sampai sekarang, pada masa ini dibentuklah KUHP yang berlaku bagi semua golongan.
KUHP tersebut menjadi sumber hukum pidana sampai dengan saat ini.
BAB II
POKOK MASALAH DAN PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HUKUM PIDANA


Hukum pidana ialah hukum yang mengatur suatu pelanggaran terhadap
undang-undang yang telah ditetapkan,suatu pelanggaran dan suatu kejahatan
terhadap suatu kepentingan umum dan suatu kepentingan individu, dan barang
siapa yang memperbuat yang dilarang dalam suatu hukum pidana akan diancam
dengan sanksi pidana yang telah ditentukan apa yang diperbuat oleh sih pelanggar
tersebut. Hukum pidana juga merupakan hukum yang menjaga suatu stabilitas dan
suatu lembaga moral yang memiliki peran merehabilitasi para pelaku pidana.
Menurut W.P.J Pompe, Hukum Pidana adalah semua aturan ketentuan hukum
mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dijatuhkan pidana dan aturan pidana
yang sesuai.
Menurut Moelyatno, Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum
yang berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar aturan mengenai perbuatan
pidana, pertanggung jawaban hukum pidana, dan bagaimana caranya untuk
menuntut orang yang disangka melakukan perbuatan pidana ke pengadilan.

2.2 TUJUAN HUKUM PIDANA


o Untuk melindungi suatu kepentingan orang atau perseorangan (hak asasi
manusia) untuk melindungi kepentingan suatu masyarakat dan negara dengan
suatu perimbangan yang serasi dari suatu tindakan yang tercela/kejahatan di
satu pihak dari tindak-tindakan perbuatan yang melanggar yang merugiakan
dilain pihak.
o Untuk membuat orang yang ingin melakukan kejahatan atau perbuatan yang
tidak baik akan menjadi takut untuk melakukan perbuatan tersebut.
o Untuk mendidik seseorang yang melakukan perbuatan yang melanggar agar
tidak melakukan lagi, dan agar diterima kembali dilingkungan masyarakat.
o Mencegah akan terjadinya gejala-gejala sosial yang tidak sehat atau yang
melakukan perbuatan yang dilanggar, dan hukuman untuk orang yang sudah
terlanjur berbuat tidak baik.
2.3 FUNGSI HUKUM PIDANA

1. Secara umum

Fungsi hukum pidana secara umum yaitu fungsi hukum pidana sama
saja dengan fungsi hukum-hukum lain pada umumnya karena untuk mengatur
hidup dalam kemasyarakatan atau menyelenggarakan suatu tata dalam
masyarakat.

2. Secara khusus

Fungsi hukum secara khusus nya yaitu untuk melindungi suatu


kepentingan hukum terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar dengan
suatu sanksi atau hukuman yang berupa pidana yang telah ditetapkan Undang-
Undang yang telah ditetapkan dan yang sifatnya lebih tajam dari pada hukum-
hukum lain nya atau untuk memberikan aturan-aturan untuk melindungi yang
pihak yang telah dirugikan.

2.4 SUMBER HUKUM PIDANA

Sumber hukum pidana itu ada 2 yakni sumber hukum tertulis dan
sumber hukum tidak tertulis. Di indonesia sendiri belum ada kitab undang-
undang hukum pidana nasional yang artinya kita masih memberlakukan kitab
undang-undang hukum pidana warisan belanda. Adapun KUHP terdiri dari 3
buku yakni sebagai berikut :

 Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103).


 Buku II Tentang Kejahatan (Pasal 104-488).
 Buku III Tentang Pelanggaran (Pasal 489-569).

Sumber hukum pidana tertulis yaitu sebagai berikut :

 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);


 Undang-undang yang merubah/ menambah KUHP;
 Undang-undang Hukum Pidana Khusus;
 Aturan-aturan pidana di luar Undang-undang Hukum Pidana.

 2.5. CONTOH KASUS HUKUM PIDANA

 Perbuatan pembuatan
 Perbuatan pemerkosaan
 Perbuatan mencuri/merampok
 Perbuatan korupsi
 Perbuatan penganiayaan
 Perbuatan penipuan

Anda mungkin juga menyukai