Anda di halaman 1dari 19

Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan Matematika 2013

Penanggung Jawab : Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Editor : 1. Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd


2. Ramdani Miftah, M.Pd

Reviewer : 1. Prof. Dr. Wahyudin, M.Pd.


(Universitas Pendidikan Indonesia Bandung)

2. Dr. Ibrahim, M.Pd


(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

3. Dr. Tedy Mahmud, M.Pd


(Universitas Negeri Gorontalo)

4. Drs. Abdussakir, M.Si.


(Universitas Negeri Malang)

5. Drs. Dindin Sobiruddin, M.Kom.


(UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Penerbit : Jurusan pendidikan Matematika


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. Djuanda No. 95, Jakarta Indonesia
Copyright : Jakarta, Desember, 2013

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


Jurusan Pendidikan Matematika i
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI

hal

Halaman Belakang Judul i

Kata Pengantar ii

Editorial iii

Daftar Isi viii

1. Kusnandi,. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1-14

(Tinjauan teoritis tentang kemampuan berpikir matematik)

2. Achmad Mudrikah, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15-35

(Implemetasi berpikir matematik dalam pembelajaran


menggunakan konsep abstraksi reflektif dari Piaget, Teori
APOS dari Dubinsky dan strategi Scaffolding dari Vigotsky)

3. Kadir, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36-50

(Integrasi berpikir matematik dan berpikir islami)

4. Dindin Sobiruddin, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

(Model penduga Indeks prestasi kumulatif mahasiswa 51-75

berdasarkan pendekatan Analisis Fuzzy)

5. Darto. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 74-82

(Mengembangkan kemampuan komunikasi matematika dalam


pembelajaran geometri di Sekolah Dasar)

6. Samsul Ma’arif dan Risqi Rahman,. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83-106

(Pengaruh kemampuan mengelola stress belajar dan


kemampuan berprestasi siswa terhadap hasil belajar siswa
SMAN Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


viii Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Gelar Dwirahayu, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107-125

(Strategi pembelajaran eksploratif untuk meningkatkan


kemampuan berpikir matematis)

8. Muzamil Huda dan Luluk Faridah, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 126-138

(Pengembangan media foto listrik dalam pembelajaran logika


matematika)

9. Krisna Satrio Perbowo, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 139-147

(Analisis kemampuan problem solving pada system persamaan


linear dua variable (SPLDV) siswa madrasah Tsanawiyah Al-
Kahfi Jakarta)

10. Finola Marta Putri, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 148-157

(Korelasi kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa


SMP pada pembelajaran matematika realistik)

11. Moria Fatma, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 158-172

(Integral Riemann-Stieltjes sebagai perluasan dari integral


Riemann)

12. Asep Anwar; Abdul Muin; dan Otong Suhyanto, . . . . . . . . . . . . . 173-191

(Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS)


untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematika)

13. Latifah Mutmainnah; Abdul Muin, dan M.Ali Hamzah, . . . . . . . . 192-210

(Strategi Metakognitif untuk meningkatkan kemampuan


penalaran induktif matematis tipe generalisasi)

14. Nina Novianti; Abdul Muin dan Firdausi, . . . . . . . . . . . . . . . . . 211-224

(Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Rotating Trio


Exchange Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


Jurusan Pendidikan Matematika ix
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15. Ramdani Miftah, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 225-236

(Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik


Siswa SMPMelalui Pendekatan Model-Eliciting Activities
(MEAs))

16. Firdausi dan Gelar Dwirahayu, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 237-259

(Pengaruh Gaya Berpikir terhadap Kemampuan Koneksi


Matematika Mahasiswa)

17. Afidah dan Siti Hasanah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 260-274

(Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooepratif tipe


FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa)

18. Femmy Diwidian, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 275-284

(Penerapan Aplikasi program Excel terhadap kemampuan


mahasiswa dalam analisis deskriptif data di FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)

19. H.M. Ali Hamzah, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 285-305

(Pengembangan matematika islam dalam perspektif integrasi


keilmuan: Suatu alternatif pemikiran)

20. Lia Kurniawati dan Dui Nurhajijah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 306-325

(Penerapan Pembelajaran Terpadu Model Connected untuk


Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


x Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

PENGARUH GAYA BERPIKIR


TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA MAHASISWA

Firdausi; Gelar Dwirahayu


Jurusan Pendidikan Matematika UIN Jakarta
Email: firdausi_daus@yahoo.com; gelardr.e@gmail.com

ABSTRAK
Gaya berpkir mahasiswa dianggap penting sebagai bahan pertimbangan
dalam mendesain pendekatan, strategi, dan metode yang tepat sehingga
dihasilkan hasil belajar matematika mahasiswa dapat optimal khususnya
mata kuliah telaah kurikulum. Selama ini pendekatan, strategi, dan
metode yang digunakan oleh dosen dalam menyampaikan kuliah terhadap
mahasiswa cenderung mengabaikan kemampuan mahasiswa dalam
menerima dan mengatur informasi berkaitan dengan materi kuliah yang
diberikan sehingga diyakini akan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa.
Ada empat jenis gaya berpikir yaitu,gaya berpikir sekuensial konkret,
acak abstrak, acak konkret dan sekuensial abstrak. Untuk mengetahui
pengaruh gaya berpikir terhadap kemampuan koneksi matematik,
dilakukan penelitian di Jurusan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta semester V sebanyak tiga kelas dengan jumlah 105 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan gaya berpikir
(gaya berpikir sekuensial konkrit, gaya berpikir sekuensial acak, gaya
berpikir acak abstrak dan gaya berpikir acak konkrit) terhadap
kemampuan koneksi matemats mahasiswa.

Kata Kunci: Gaya Berpikir, Koneksi, Matematika

A. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Kurikulum pendidikan di Indonesia yang didalamnya memuat kurikulum
pendidikan matematika terus mengalami perubahan dan perbaikan, tercatat sejak
tahun 1984 sudah empat kali terjadi perubahan kurikulum mulai dari kurikulum

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


Jurusan Pendidikan Matematika 237
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

1984, kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi, dan terakhir adalah


kurikulum tingkat satuan pendidikan yang disebut dengan KTSP. Namun prestasi
belajar siswa khususnya prestasi belajar matematika masih kurang
menggembirakan. Berdasarkan data UNESCO tahun 1999 yang diambil dari hasil
penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS)
kemampuan matematika siswa yang berasal dari negara Indonesia berada di
peringkat ke-34 dari 38 negara. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi
matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik
Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003)
terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, Indonesia mendapat
peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay, bahkan dari analisis terhadap
hasil ujian nasional (UN) oleh Kementerian Pendidikan Nasional yang disampaikan
oleh Menteri Pendidikan Muhammad Nuh bahwa pada tahun 2011 bahwa pelajaran
matematika merupakan pelajaran paling sulit bagi siswa disusul dengan pelajaran
bahasa indonesia kemudian bahasa inggris. Sebanyak 2.391 siswa atau sekitar
51,44% dinyatakan tidak lulus pelajaran matematika.
Kurikulum pelajaran matematika yang diberlakukan selama ini kurang
memperlihatkan adanya potensi yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan
koneksi matematika siswa sehingga menyebabkan hasil belajar matematika siswa
rendah. Kemampuan koneksi matematika siswa adalah sebuah kemampuan dimana
siswa dapat memperlihatkan hubungan antar topik atau pokok bahasan dengan
topik atau pokok bahasan lain dalam matematika. Selama ini matematika yang
diajarkan guru matematika kurang terintegrasi secara komperehensif antara topik
dengan topik lain dalam matematika. Ini dapat dilihat dari contoh soal-soal
matematika yang diberikan guru matematika kepada siswa dalam proses belajar
mengajar. Misalnya, tidak mengajarkan keterkaitan bahasan deret geometri
dengan bangun datar dengan segala sifat-sifatnya, tidak mengajarkan keterkaitan
eksponensial dan logaritma dengan matriks;dan persamaan dan pertidaksamaan.
Selama ini guru matematika kurang memberikan pengertian bahwa sebuah
masalah dalam matematika dapat diselesaikan dengan menggunakan banyak cara
sehingga wawasan siswa terhadap matematika kurang berkembang. Padahal jika
pembelajaran dilakukan dengan berorientasi pada kemampuan koneksi
matematika siswa bukan saja siswa dituntut untuk menguasai banyak materi
dalam matematika tetapi juga memberikan pengetahuan bahwa matematika saling
terintegrasi antar topik dan pokok bahasannya.
Bertolak dari kondisi tersebut di atas maka perlu dilakukan pemetaan atau
strategi pengembangan terhadap kemampuan mahasiswa jurusan matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


238 Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

sebagai calon guru matematika sekolah, untuk mempersiapkan mereka terampil


dan memiliki tingkat kompetensi tinggi dalam mengatasi persoalan tersebut di
atas. Beberapa hal yang dianggap mendesak dan perlu dilakukan oleh jurusan
matematika terhadap mahasiswa adalah: 1) menyadari bahwa rendahnya
kemampuan koneksi matematika siswa dalam mengaitkan satu ide atau gagasan
dengan ide atau gagasan lain dalam lingkup yang sama dalam matematika di
sekolah-sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru matematika 2)
melakukan telaah terhadap perkembangan kurikulum matematika dari waktu
kewaktu dilihat dari isi, proses pelaksanaan, maupun pencapaian hasil
pelaksanannya di sekolah-sekolah berkaitan dengan kemampuan koneksi
matematika siswa, 3) melakukan pemetaan dalam mendapatkan data awal
berkaitan dengan kemampuan koneksi matematika mahasiswa untuk digunakan
dalam memperbaiki, dan meningkatkan kemampuan koneksi matematika
mahasiswa sebagai calon guru yang diharapkan memiliki komitmen dan memiliki
perhatian terhadap kualitas hasil belajar matematika siswa.
Meskipun hasil ujian akhir semester (UAS) mata kuliah telaah kurikulum
telah menunjukkan hasil yang baik dengan perolehan rata-rata di atas 75, namun
berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti yang mengajar mata kuliah
telaah kurikulum matematika, pada awal-awal perkuliahan mata kuliah telaah
kurikulum mulai dari hasil tugas formatif sampai dengan hasil Ujian Tengah
Semester (UTS) mahasiswa masih memperoleh hasil belajar yang cukup rendah
yaitu di bawah angka 70. Rendahnya perolehan hasil belajar mahasiswa pada mata
kuliah ini pada saat awal perkuliahan sangat dipengaruhi oleh jenis-jenis soal yang
berkaitan dengan persoalan koneksi matematika, baik koneksi matematika secara
internal maupun koneksi matematika secara eksternal.
Kemampuan hasil belajar matematika mahasiswa khususnya hasil belajar
matematika pada mata kuliah telaah kurikulum berkaitan dengan kemampuan
koneksi matematika mahasiswa baik secara internal maupun secara eksternal.
Hasil belajar matematika mahasiswa pada mata kuliah telah kurikulum akan
diperoleh dengan baik khususnya di awal-awal perkuliahan jika diketahui faktor-
faktor apa saja yang memiliki keterkaitan atau hubungan yang dapat
mempengaruhi berkembangnya kemampuan koneksi matematika mahasiswa.
Diantara banyak faktor yang mempunyai keterkaitan atau hubungan yang dapat
mempengaruhi kemampuan koneksi matematika mahasiswa adalah cara
mahasiswa dalam menerima atau menyerap informasi, dan cara mahasiswa dalam
mengolah atau mengatur informasi dalam proses kegiatan perkuliahan di kelas.
Cara mahasiswa dalam menyerap informasi dan mengatur informasi antara
mahasiswa satu dengan mahasiswa lain dapat berbeda-beda. Perbedaan ini dapat

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


Jurusan Pendidikan Matematika 239
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

menyebabkan gaya belajar dan gaya berkomunikasi antara mahasiswa satu dengan
mahasiswa lain berbeda-beda pula. Mahasiswa yang lebih banyak menggunakan
kemampuan berpikir otak kirinya maka proses berpikirnya akan bersifat logis,
sekuensial, linier, dan rasional. Demikian juga dengan mahasiswa yang lebih
banyak menggunakan kemampuan otak kanannya maka proses berpikirnya bersifat
acak, tidak teratur, intuitif dan holistik.
Mahasiswa dengan gaya berpikir sekuensial akan menggunakan otak
kanannya dalam mengatur atau mengolah informasi yang dia terima. Mahasiswa
yang memiliki gaya berpikir seperti ini cenderung teratur dan sistematis.
Mahasiswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial ada yang dapat menggunakan
seluruh panca inderanya dalam memandang sebuah obyek materi pelajaran,
namun mereka juga ada yang tidak dapat menggunakan seluruh panca indranya
dalam memandang sebuah obyek materi pelajaran.
Mahasiswa yang dapat menggunakan seluruh panca inderanya dalam
memandang sebuah obyek matematika cenderung konkrit, dan mahasiswa yang
tidak dapat menggunakan seluruh panca inderanya dan sangat mengandalkan
kemampuan intuisi atau kemampuan imajinasi yang cenderung abstraks.
Mahasiswa yang memandang sebuah obyek dengan cara konkrit dan abstrak ini
selain memiliki gaya berpikir teratur dan sistematis juga dapat memiliki gaya
berpikir random atau tanpa aturan khusus. Adanya perbedaan dalam memandang
dan mengolah informasi tersebut perlu dilihat, apakah dapat mempengaruhi
kegiatan hasil belajar matematika mahasiswa khususnya hasil belajar yang
berkaitan kemampuan koneksi matematika mahasiswa.
Gaya berpkir mahasiswa dianggap penting sebagai bahan pertimbangan
dalam mendesain pendekatan, strategi, dan metode yang tepat sehingga
dihasilkan hasil belajar matematika mahasiswa dapat optimal khususnya mata
kuliah telaah kurikulum. Selama ini pendekatan, strategi, dan metode yang
digunakan oleh dosen dalam menyampaikan kuliah terhadap mahasiswa cenderung
mengabaikan kemampuan mahasiswa dalam menerima dan mengatur informasi
berkaitan dengan materi kuliah yang diberikan sehingga diyakini akan
mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki gaya berpikir
sekuensial cenderung sistimatis, teratur, dan langkah demi langkah lebih tepat
jika diberikan kuliah oleh dosen dengan menggunakan perkuliahan terstruktur,
sedangkan mahasiswa yang memiliki gaya berpikir random, yang cenderung
berpikir acak, tidak mengikuti aturan lebih tepat diajar dengan menggunakan
metode perkuliahan tidak terstruktur seperti pendekatan problem solving.
Dengan demikian berdasarkan uraian tersebut di atas hasil belajar
matematika khususnya pada mata kuliah telaah kurikulum berkaitan dengan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


240 Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

kemampuan koneksi matematika mahasiswa. Sedangkan kemampuan cara


memandang dan mengolah informasi mahasiswa merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan koneksi matematika mahasiswa. Oleh karena itu
dipandang penting untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh gaya berpikir
terhadap kemampuan koneksi matematika mahasiswa.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah maka masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kemampuan koneksi matematika mahasiswa dilihat dari
jenis gaya berpikir mahasiswa?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematika mahasiswa yang
signifikan dilihat dari jenis gaya berpikir mahasiswa?

B. Kajian Teori
Pengertian dan Karakteristik Matematika
Matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan pola hubungan ide atau
gagasan dan cara berpikir seseorang. Dilihat dari kegiatan seseorang dalam
mengaitkan suatu obyek dengan segala atributnya dengan obyek lain, sehingga
memberikan ide dan gagasan tersendiri mengenai sebuah pola dalam obyek
matematika. Misalnya: (1) menghitung luas sebuah permukaan yang dibatasi oleh
sebuah fungsi terhadap sumbu x akan melahirkan sebuah ide atau gagasan dalam
penggunakan konsep integral. (2) pemahaman konsep segitiga, konsep segiempat
lengkap dengan sifat-sifatnya untuk memunculkan gagasan dan ide yang berbeda
dan menunjukkan hubungan keduanya (segitiga dan segi empat) untuk menghitung
luas trapesium.
Matematika dapat dipahami sebagai sebuah ilmu tentang hubungan, pola,
bentuk dan struktur. Hal ini sesuai dengan pendapat James dan James ( Sri Anitah
W dan dkk, 2007) bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan
terbagi ke dalam aljabar, analisis, dan geometri. Menurut Suhendra (2008)
keterkaitan antara matematika terlihat ketika konsep bilangan dalam aritmatika
digunakan untuk mempelajari aljabar.Konsep aljabar dimanfaatkan untuk
mempelajari geometri, kemudian kaidah geometri dapat digunakan untuk
menganalisis matematika dalam kalkulus.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


Jurusan Pendidikan Matematika 241
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

Matematika juga dapat dipandang sebagai obyek dasar yang harus


dipelajari, misalnya titik dan bilangan adalah sebuah konsep abstrak yang
diungkapkan dalam sebuah symbol. Tidak ada satu orang pun yang dapat
membantah simbol “1” untuk menunjukkan “satu”, “5” untuk menunjukkan angka
“lima” dan lain sebagainya. Contoh lain misalnya dalam memahami konsep
geometri diawali dari konsep dasar yaitu titik, garis dan bidang. Titik adalah
sebuah obyek matematika yang tidak bisa dinyatakan dalam kalimat namun
keberadaannya diakui sebagai fakta, dari sebuah titik kemudian berkembang
sehingga dapat dibentuk sudut, dan kemudian menjadi konsep segitiga, dari
konsep setiga melahirkan sebuah teori atau dalil “bahwa jumah sudut-sudut
sebuah segitiga besarnya 1800 “. Dengan demikian nampak dengan jelas bahwa
matematika merupakan sebuah rangkaian konsep abstrak yang terdiri dari konsep-
konsep dasar yang saling berkaitan diantara konsep-konsep dasar tersebut.
Berdasarkan pengertian tentang matematika tersebut di atas memberikan
pemahaman bahwa matematika tidak hanya sekedar bilangan, lambang bilangan,
dan cara menghitung sebuah bilangan atau berhitung, namun juga sebuah ilmu
logis menggunakan penalaran dengan prinsip atau karakteristik yang dimilikinya.
Matematika termasuk matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah dapat
diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan eksak, bersifat deduktif serta
terstruktur menurut urutan yang logis yang berupa ide-ide dan konsep serta
bilangan-bilangan yang berhubungan satu sama lain yang terbagi kedalam tiga
bidang yaitu, aljabar, analisis, dan geometri yang memiliki karekteristik abstrak,
bertumpu kepada ketepatan,berpikir deduktif, dan konsisten dengan sistemnya.
Kemampuan Koneksi Matematika Mahasiswa
Kemampuan koneksi matematika mahasiswa adalah sebuah kemampuan
yang mengharuskan mahasiswa dapat memperlihatkan hubungan internal dan
eksternal matematika. Hubungan internal matematika adalah hubungan antar
topik dalam matematika, sedangkan hubungan eksternal matematika adalah
hubungan antara matematika dengan disiplin ilmu lain dan hubungan matematika
dengan kehidupan sehari-sehari. Kemampuan menghubungkan matematika dalam
proses pembelajaran pada mata kuliah telaah kurikulum dipandang penting dan
mendesak untuk diperhatikan karena akan dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam memahami koneksi matematika untuk diajarkan di sekolah-
sekolah.
Perlu diketahui oleh para mahasiswa di jurusan pendidikan matematika
bahwa kemampuan koneksi matematik sangat diperlukan dalam penyelesaian soal-
soal matematika, sehingga mahasiswa sebagai calon pengajar matematika perlu
mengembangkan kemampuan koneksi matematiknya dalam upaya mendukung

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


242 Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

pada pemahaman konsep matematika. Pembelajaran matematika yang


mengembangkan kemampuan koneksi sudah lama berkembang di luar negeri
sebagaimana tertuang dalam National Council of Teachers of Mathematics, NCTM
(Diane Ronis, 2009) bahwa program pengajaran matematika bagi siswa pada
tingkat pra sekolah atau taman kanan-kanak (TK) sampai pada tingkat 12 (SMA
kelas 12) menjadikan siswa mampu : 1) mengenali dan menggunakan hubungan
antar gagasan matematika, 2) memahami cara gagasan matematika saling
berhubungan dan dibangun dari satu dan yang lainnya untuk menghasilkan
keseluruhan yang koheren, 3) mengenali dan menerapkan matematika ke dalam
konteks di luar matematika.
Menurut Suhendra (2008) seseorang dikatakan memiliki kemampuan
koneksi atau mengaitkan antara satu hal dengan yang lainnya bila ia telah dapat
melakukan hal-hal berikut : 1) menghubungkan antara topik atau pokok bahasan
matematika dengan topik atau pokok bahasan matematika yang lainnya, 2)
mengaitkan berbagai topik atau pokok bahasan dalam matematika dengan bidang
lain dan atau hal–hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pendapat ini
juga dipertegas oleh Erman Suherman (2009) bahwa dalam matematika antara
satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari
isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu mungkin
merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan
untuk memperjelas konsep lain. Menurut Wahyudin (2007) dengan menekankan
hubungan-hubungan matematis, para guru dapat membantu siswa-siswa, demikian
juga dengan para dosen dapat membantu para mahasiswa membangun disposisi
untuk memanfaatkan hubungan-hubungan dalam memecahkan permasalahan
matematis, bukannya memandang matematika sebagai konsep-konsep dan skill-
skill tersendiri yang tidak berhubungan
Para mahasiswa sebagai calon guru matematika di sekolah-sekolah perlu
mempersiapkan diri dan mengetahui bahwa setidaknya menurut Ruspian (2000)
ada tiga tujuan kehadiran koneksi matematika di sekolah yaitu, 1) memperluas
wawasan pengetahuan siswa, 2) siswa dapat memandang bahwa matematika
adalah sebagai suatu keseluruhan yang terpadu dan bukan sebagai materi yang
berdiri sendiri, dan 3) dapat memanfaatkan matematika baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
Berkaitan dengan kemampuan koneksi matematik mahasiswa, bahwa
pembelajaran telaah kurikulum yang menelaah materi-materi matematika yang
diajarkan di jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SMA/MA) perlu ditekankan dan diarahkan kepada adanya
keterkaitan matematika dengan matematika sendiri maupun antar matematika

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


Jurusan Pendidikan Matematika 243
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

dengan disiplin ilmu lain. Sesungguhnya matematika tidaklah bersifat tertutup


(isolated topic) dan berdiri sendiri namun merupakan suatu kesatuan yang
terpadu. Proses perkuliahan seharusnya memberikan kesempatan yang lebih luas
kepada para mahasiswa untuk menumbuhkembangkan kegiatan yang mengaitkan
representasi konsep matematika yang ekivalen baik dalam topik, antar topik
maupun di luar topik matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan
koneksi matematika mahasiswa.
Perkuliahan pada mata kuliah telaah kurikulum telah diarahkan untuk
mendukung pada pengembangan kemampuan koneksi matematika mahasiswa
sehingga wawasan dan pengetahuan matematika siswa khususnya pada mata
kuliah ini lebih meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa koneksi matematika akan
memberikan mahasiswa berbagai penyelesaian dari persoalan topik matematika
yang sama. Misalkan untuk menyelesaikan himpunan penyelesaian dari dua buah
sistem persamaan linier mahasiswa dapat menyelesaikannya dengan menggunakan
metode eliminasi, metode subsitusi, dan metode grafik. Mahasiswa dapat juga
menyelesaikan himpunan penyelesain dari dua bahkan lebih dari sistem persamaan
linier bisa menggunakan dengan menggunakan matrik, sehingga terlihat wawasan
mahasiswa lebih meningkat dan lebih luas karena melibatkan operasi pada topik
matrik.
Perkuliahan dengan pendekatan koneksi matematika khususnya pada mata
kuliah telaah kurikulum di jurusan pendidikan matemaika, dapat membantu
mahasiswa dalam memandang bahwa matematika sebagai suatu keseluruhan yang
padu dan bukan sebagai materi yang berdiri sendiri. Matematika yang mencakup
aljabar, trigonometri, aritmatika, kalkulus, dan statitistik dengan masing-masing
topik dan meteri didalamnya dapat diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil dan lebih rinci yang memuat keterkaitan satu sama lain. Perkuliahan yang
menekankan pada pengembangan koneksi matematika dapat menyebabkan cara
pandang mahasiswa terhadap matematika sebagai sebuah masalah yang tidak
saling lepas dan berdiri sendiri namun saling berkaitan. Dalil Phytagoras yang
memuat bentuk aljabar dapat digunakan untuk memecahkan masalah bidang datar
terhadap permasalahan deret geometri tak berhingga jika kita ingin mencari luas
keseluruhan persegi sampai tak terhingga yang kita buat dengan cara membagi
setengah berturut-turut dari persegi yang memiliki panjang sisi sebesar a.
Perkuliahan dengan menekankan pada kemampuan koneksi matematika
mahasiswa akan membuat mahasiswa dapat memanfaatkan matematika di kampus
dan di luar kampus. Pemanfaatan matematika melalui kemampuan koneksi
matematika mahasiswa selama perkuliahan di kampus ditandai dengan
meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


244 Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

matematika yang melibatkan antar topik dalam matematika. Demikian juga


halnya pada saat mahasiwa telah berada di luar kampus seperti, di rumah, di
pasar, di toko, dan di lingkungan kehidupan kesehariannya dapat memanfaatkan
matematika dengan cara menghubungkan matematika yang telah mereka pelajari
dengan kehidupan kesahariannya.
Koneksi matematika mencakup koneksi matematika secara internal dan
koneksi matematika secara eksternal.Koneksi matematika secara internal adalah
hubungan antara topik atau pokok bahasan dengan topik atau pokok bahasan
lainnya dalam matematika. Koneksi ini dapat mencakup satu permasalahan yang
diselesaikan dengan dua atau lebih cara.
Selajutnya koneksi matematika secara eksternal adalah hubungan
matematika dengan disiplin ilmu lain dan hubungan matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Hubungan matematika dengan disiplin ilmu lain dewasa ini mengalami
perkembangan yang sangat pesat dibanding masa-masa sebelumnya apalagi ketika
awal-awal perkembangannya. Berbagai macam disiplin ilmu menggunakan tinjauan
dan analisis matematika seperti ekonomi yang kemudian membentuk ilmu
ekonometri, psikologi yang kemudian membentuk psikometri. Demikian juga
dengan biologi, sosiologi, pertanian, kependudukan, kedokteran, dan lain
sebagainya sama-sama melibatkan matematika. Ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika
dan ilmu teknik lainnya nyaris tidak dapat dipisahkan dengan matematika, bahkan
ilmu ini dikatakan sebagai ilmu terapan dari matematika.

Pengertian Gaya Berpikir


Gaya berpikir terdiri dari dua kata yaitu “Gaya” dan “Berpikir”. Arti dari
kata “Gaya”adalah sikap, gerakan atau caraseseorang untuk melakukan sesuatu
sedangkan kata “berpikir” diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
menggunakan akal budinya dalam mempertimbangkan dan membuat keputusan
tentang sesuatu hal. Sabri(1993) mendefinisikanberpikir sebagai aktivitas jiwa
yang mempunyai kecenderungan final yaitu pemecahan persoalan yang dihadapi,
sementara Suryabrata (2002) mendefinisikan berpikir sebagai kelangsungan
tanggapan-tanggapan yang terjadi dalam pemikiran akan tetapi subyek yang
sedang berpikir nampak seperti pasif. Selanjutnya Lusiana (1994) mendefinisikan
gaya berpikir sebagai kecenderungan seseorang yang relatif tetap dalam mengatur
atau memproses suatu informasi, baik dalam menerima dan memunculkan kembali
informasi, ataupun memecahkan masalah, menurut Uno (2006) gaya berpikir
merupakan cara yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara
penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun
kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


Jurusan Pendidikan Matematika 245
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

Berkenaan dengan cara belajar mahasiswa, Anthony F. Gregorc (DePorter,


1992) menjelaskan tentang bagaimana seseorang menggunakan pikiran dalam
menerima dan mengolah informasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada
dua hal penting yang perlu diketahui tentang bagaimana caramahasiswa dapat
menangkap, melihat dan memahami materi perkuliahan. Fungsi otak dalam
menerima pelajaran terbagi menjadi dua yaitu persepsi dan pengaturan. Persepsi
diartikan sebagai cara yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menangkap materi
perkuliahan, mencermati dan selanjutnya menerima konsep yang telah diajarkan.
Pengaturan atau penyusunan diartikan sebagai cara mengatur informasi atau
konsep yang telah dipelajari,dan menggunakan informasi tersebut untuk
menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan persepsi yang ditangkap.
Pada tahap persepsi, mahasiswa dapat menangkap informasi secara konkrit
artinya informasi diperoleh melalui penggunaan panca indra, mahasiswa akan
menangkap materi perkuliahan yang rasional menurut penglihatan, pendengaran,
atau tindakan. Selain itu, mahasiswa dapat menangkap informasi secara abstrak
artinya mahasiswa memahami materi perkuliahan yang disertai dengan emosi,
intusi, imajinasi,menekankan pada perasaan dan ide. Meskipun setiap orang dapat
menggunakan kedua persepsi tersebut namun salah satu akan lebih mendominasi.
Setelah mahasiswa dapat menangkap segala informasi, selanjutnya adalah
mahasiswa akan mengatur atau mengolah informasi tersebut. Tahap pengaturan
atau penyusunan juga dikelompokkan menjadi dua yaitu sekensial dan acak.
Mahasiswa yang sekuensial adalah mahasiswa memiliki kemampuan untuk
mengurutkan, menyusun dan menyimpan informasi secara beraturan, logis dan
bertahap, sedangkan mahasiswa yang acak adalah mahasiswa yang memiliki
kemampuan untuk mengurutkan, menyusun dan menyimpan informasi secara
serabutan tanpa urutan yang khusus, bagian demi bagian dan bukan informasi
secara menyeluruh.
Perbedaan berpikir dan kematangan berpikir dipengaruhi oleh gaya
berpikir. Berdasarkan persepsi kongkrit dan abstrak serta pengaturan sekuensial
dan acak yang telah diuraikan, maka kombinasi dari keempat unsur tersebut
dikelompokkan oleh Tobias (Rahman, 2008) menjadi empat jenis gaya berpikir
yaitu,gaya berpikir sekuensial konkret, acak abstrak, acak konkret dan sekuensial
abstrak. Berikut akan dijelaskan tentang perbedaan dari keempatnya.

Gaya Berpikir Sekuensial Konkret (SK)


Gaya berpikir sekuensial konkret berarti memiliki persepsi konkret dan
pengaturan sekuensial, artinya bahwa mahasiwa yang memiliki gaya berpikir
sekuensial konkret cenderung memahami konteks matematika lebih mudah karena

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


246 Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah tentang fakta-fakta, data,


rumus, dan aturan secara nyata dan mampu menyimpan dan menyusun informasi
tersebut secara teratur dalam memorinya.
Clougherty (2009) menyatakan bahwa orang yang memiliki gaya belajar sekuensial
konkret memiliki sifat teratur (Orderly), terorganisir (organized), terfokus (tothe
point) dan selalu tepat (precise). Sedangkan menurut Tobias (2009) karakteristik
mahasiswa dengan gaya berpikir sekuensial konkret antara lain:(1) cermat,
spesifik dan konsisten; (2) mampu menyerap informasi apa adanya; (3) selalu
meminta pengarahan yang lebih rinci, untuk memastikan bahwa mereka
melakukan tugasnya dengan benar; (4) melakukan tugas sesuai dengan perintah
apabila ada imbalan yang nyata; (5) suka melakukan banyak hal dengan cara yang
sama; (6) bekerjasama dengan orang yang tidak ragu dalam mengambil
keputusan; (7) menyukai lingkungan yang rapi dan teratur; (8) menerapkan
gagasan dengan cara yang praktis; (9) menyelaraskan beberapa gagasan agar lebih
efisien dan ekonomis; (10) menghasilkan sesuatu yang konkret dari gagasan yang
abstrak; (11) bekerja dengan baik sesuai batasan waktu, sistematis, bertahap; dan
(13) membuat rutinitas dan aturan untuk mengerjakan sesuatu.
DePorter (1992) menawarkan beberapa cara belajar bagi mahasiswa yang
memiliki gaya belajar sekuensial kongkrit, yakni mulai mengatur tugas-tugas
menjadi proses yang harus diselesaikan bagian demi bagian dan berusaha keras
untuk menyelesaikan tugas pada setiap tahap bukan tugas secara keseluruhan,
mahasiswa harus memiliki catatan atau makalah lengkap karena ini akan
membantu pada proses pemahaman pada suatu konsep, buatlah catatan secara
lengkap dan rinci tentang semua hal yang diperlukan, dan mulai menata
lingkungan kerja yang tenang.
Mahasiswa dengan gaya belajar sekuensial konkrit cenderung menerima
materi perkuliahan jika disajikan dosen secara verbal dan juga dapat diamati.
Misalnya dengan cara memberikan banyak contoh atau peragaan yang disajikan
dalam bentuk yang sistematis dan berurutan. Selain itu mahasiswa dengan gaya
belajar sekuensial konkret tidak bisa diburu-buru untuk menyelesaikan tugas,
mereka harus benar-benar memahami informasi yang diterimanya satu demi satu.
Keterlambatan ini bukan berarti mahasiswa tidak pandai akan tetapi mereka lebih
lamban dalam menyelesaikan tugas karena lebih memperhatikan pada aspek
kerapian dan kesulitan dalam menerima informasi banyak yang datang secara
bersamaan.
Menurut Meilania (2009) kiat yang tepat untuk memberikan pelayanan
kepada mahasiswa dengan gaya belajar sekunsial konkret adalah menyediakan
waktu dan tempat dimana anak dapat berpikir dengan tenang, memberikan contoh

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


Jurusan Pendidikan Matematika 247
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

konkret tentang apa yang diharapakan, kalau perlu menggunakan alat bantu dan
peraga, bertanya pada anak apa yang dapat anda lakukan untuk membantunya.
Hal yang sama dikatakan oleh Ross (2009) bahwa These learners prefer direct,
hands-on activities, haptic (tactile) methods, step by step instructions, and real
life examples. Instructional methods: workbooks with detailed instructions,
diagrams, flowcharts, computer-assisted instruction, documentation, and hands-
on activities. Berdasarkan pendapat tersebut, penulis memberi interpretasi bahwa
mahasiswa yang memiliki gaya belajar sekuensial konkret lebih menyukai cara
belajar yang bertahap, menggunakan contoh-contoh nyata bahkan mereka senang
terlibat secara langsung dalam aktivitas pembelajaran. Clougherty (2009)
menambahkan bahwa demonstrasi dan guided practice merupakan metode yang
tepat untuk mahasiswa yang memiliki gaya belajar sekuensial konkrit.
Manusia tidak ada yang sempurna karena kesempurnaan adalah milik Allah
SWT, itulah kalimat yang sering kita dengar. Dengan demikian ada beberapa hal
yang justru menyulitkan mahasiswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit.
Hal-hal yang menyulitkan para sekuensial konkret menurut Tobias (2009) antara
lain: (1) tidak bisa bekerja dalam kelompok; (2) tidak bisa berdiskusi tanpa tema
yang spesifik; (3) tidak bisa bekerja dalam lingkungan yang tidak teratur; (4) tidak
dapat mengikuti pengarahan yang tidak jelas dan tidak lengkap; (5) tidak bisa
bekerja dengan pengertian abstrak yang menuntut penggunaan imaginasi; (6)
tugas yang diberikan terlalu banyak; (7) tidak tahu apa yang diharapkan dari apa
yang dilakukannya; dan (8) tidak tahu dari mana harus memulai tugas.

Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak


Realitas bagi mahasiswa yang memiliki gaya berpikir sekuensial abstrak
adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak dengan proses berpikir logis,
rasional dan intelektual. Mahasiswa suka berpikir dalam konsep dan menganalisis
informasi dan menghargai orang-orang atau kejadian yang teratur rapi. Mahasiswa
dengan gaya belajar sekuensial abstrak menurut Tobias (2009) memiliki
karakteristik berikut: (1) mampu mengumpulkan data sebanyak mungkin sebelum
membuat keputusan; (2) memerlukan waktu yang cukup untuk menyelesaikan
suatu tugas; (3) lebih menyukai pengarahan secara tertulis; (4) tertarik pada
sumber fakta yang digunakan untuk membuktikan atau menyanggah suatu teori;
(5) menganalisis dan meneliti suatu gagasan; (6) menggambarkan urutan sesuatu
kejadian secara logis; (7) menggunakan informasi yang sudah diteliti dengan tepat
dan baik; (8) selalu menggunakan alasan yang logis; (9) mempelajari suatu
kejadian dengan cara pengamatan; (10) hidup dalam dunia gagasan yang abstrak;
dan selalu berusaha menyelesaikan suatu persoalan sampai tuntas.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


248 Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

Untuk memberikan pelayanan kepada mahasiswa dengan gaya berpikir


sekuensial abstrak maka dosen harus melakukan penyampaian informasi pada saat
perkuliahan berlangsung dengan menggunakan pembuktian-pembuktian atau
mengembangkan kemampuan bernalar mahasiswa. Ross (2009) mengatakan
bahwa:
These learners prefer a highly verbal, logical and analytical. They like
solitude and prefer well-organized material. They have trouble picking up
subtle nonverbal cues. They like written, verbal, and visual instruction.
Instructional methods: reading, outlines, and conducting Internet searches.
Abstract sequential learners may enjoy searching the Internet for
information.
Berdasarkan pendapat Ross, penulis membuat interpretasi bahwa proses
pembelajaran yang dapat dilakukan dosen untuk memberikan pelayanan bagi
mahasiswa dengan gaya berpikir sekuensial abstrak adalah memberika kesempatan
kepada mahasiswa untuk menemukan banyak informasi baik melalui membaca
buku atau penggunaan internet, kemudian hasil penelusurannya dapat disajikan
dalam bentuk makalah atau presentasi. Dengan cara ini maka kemampuan verbal,
kemampuan berpikir logis dan analitis akan terlatih.
Selanjutnya DePorter (1992) menyebutkan kiat untuk memberikan
pelayanan kepada mahasiswa dengan gaya berpikir sekuensial abstrak adalah
thrive under teachers who are experts in the student's area of interest, Need quiet
to work and think and Learn well through lecture, yang berarti bahwa perkuliahan
harus ditangani oleh ahlinya karena mahasiswa dengan gaya belajar ini cenderung
berpikir krits, logis dan analisis. Dengan kata lan bahwa mereka perlu
mendapatkan penjelasan secara rasional tentang apa belum mereka fahami ketika
mengumpulkan data, dan model pembelajaran tepat bagi mereka adalah metode
ceramah.
Meilania (2009) menawarkan kiat belajar bagi mahasiswa dengan gaya
berpikir sekuensial abstrak yakni memberikan keleluasaan waktu kepada
mahasiswa untuk belajar atau berpikir, tidak terlalu memaksa untuk
mengutarakan perasaannya bila belum siap, senantiasa menggunakan logika secara
analitis dan sistematis dalam memaparkan fakta-fakta ketika mengajar atau
membimbing. Sedangkan Tobias (2009) menambahkan bahwa kiat bagi mahasiswa
dengan gaya berpikir sekuensial abstrak yaitu menyediakan ruangan yang besar
dan suasana tenang, perintah yang diberikan sebaiknya dalam bentuk tulisan, dan
menerima aspek-aspek yang tidak terlalu emosional atau berambisi.
Sama halnya dengan gaya berpikir sekuensial konkrit, gaya belajar
sekuensial abstrak juga menemukan beberapa hal yang dapat menyulitkan mereka

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


Jurusan Pendidikan Matematika 249
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berpikir terhadap kemampuan Koneksi Firdausi dan Gelar

ketika menyelesaikan tugas. Hal-hal yang menyulitkan menurut Tobias (2009)


antara lain: (1) tidak dapat mengulang tugas yang sama; (2) tidak tersedia waktu
yang memadai untuk mencermati sesuatu seutuhnya; (3) tidak dapat bekerja
secara maksimal jika banyak peraturan yang membatasi mereka; (4) kurang
mampu mengungkapkan emosi; (5) kurang memiliki kemampuan berdiplomasi
untuk meyakinkan orang lain tentang sudut pandangnya; (6) tidak mampu
menjawab pertanyaan yang sulit; dan (7) tidak dapat mengambil keputusan yang
sentimentil.

Gaya Berpikir Acak Abstrak


Gaya berpikir acak abstrak adalah gaya berpikir yang menuntut pada
penyerapan informasi melalui pemikiran logika dan informasi yang diperoleh tidak
disusun secara sistematis, akan tetapi mereka memiliki kemampuan mengingat
yang baik dari informasi yang ada. Selain itu mahasiswa tidak mau terikat dengan
lingkungan teratur, mereka cenderung berpikir bebas tanpa batas.
Mahasiswa dengan gaya berpikir acak abstrak berkembang pesat dalam
lingkungan tak terstruktur dan berorientasi pada manusia, mereka dapat
menyerap berbagai gagasan, informasi, dan kesan, kemudian mengaturnya
kembali melalui refleksi, mahasiswa dapat mengingat dengan baik jika
informasinya dibuat menurut selera masing-masing. Gaya berpikir acak abstrak
akanberkembang pesat apabila sering diberi pujian, bekerja sama, menggunakan
kreativitas dan imajinasi.
Karakterristik mahasiswa dengan gaya berpikir acak abstrak menurut
Tobias (2009) antara lain: (1) memiliki sifat kepekaan, imajinatif, idealis,
sentimentil, spontan, fleksibel yang tinggi, (2) suka bertanya pada orang lain
sebelum mengambil keputusan; (3) dapat bekerja sama dengan orang lain; (4)
tidak terganggudengan lingkungan yang kacau; (5) akan meminta pendapat dan
pertimbanngan orang lain saat bimbang; (6) mendengarkan orang lain dengan
sungguh-sungguh; (7) menitikberatkan pada perasaan dan emosi; (8) mempelajari
sesuatu dengan caranya sendiri; (8) berperan serta dengan antusias dalam
pekerjaan yang mereka sukai; (9) mengambil keputusan dengan perasaan bukan
dengan pikiran.
Clougherty (2009) menambahkan karakteristik mahasiswa dengan gaya
berpikir acak abstrak sebagai berikut, Bring harmony to group situations; Use
hands, body, and facial expressions to communicate directly; Like to learn about
people, personal interests, and human nature. Artinya membawa keselarasan
dalam suasana berkelompok, lebih suka menggunakan tindakan (gerakan tangan,

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tahun 2013


250 Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai