Anda di halaman 1dari 18

DIH, Jurnal Ilmu Hukum

Pebruari 2013, Vol. 9, No. 17, Hal. 1 - 18

ALTERNATIF PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN


INDUSTRIAL DI LUAR PENGADILAN

Akbar Pradima
Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya

ABSTRAK

Era industrialisasi yang semakin maju maka semakin kompleks permasalahan


yang terjadi dalam perselisihan hubungan industrial, maka untuk penyelesaiannya
diperlukan institusi atau lembaga yang mendukung mekanisme penyelesaian
perselisihan yang cepat, tepat, adil dan murah diluar pengadilan. Undang-Undang
No. 22 Tahun 1957 dan Undang-Undang No. 12 Tahun 1964 sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan dewasa ini. Selanjutnya, perlu
diterbitkannya Undang-Undang baru karena sejak diberlakukannya Undang-
Undang. No.5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), maka
Putusan Panitia Penyelesaian Perselisihan Pusat (P4P) yang semula bersifat final
dapat diajukan gugatan pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) yang
selanjutnya dapat dimohonkan Kasasi pada Mahkamah Agung.Dengan berlakunya
Undang-Undang No.2 Tahun 2004, terhitung mulai tanggal 14 Januari 2005 (Pasal
126) PERPU No.1 Tahun 2005 Tentang Penundaan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun
2004 Tentang Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Selama 1 (Satu)
tahun menjadi dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2006. Undang-Undang No. 2
tahun 2004 mengatur perselisihan tentang hak, kepentingan, pemutusan hubungan
kerja, antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.

Kata kunci : ketenagakerjaan, penyelesaian perselisihan hubungan industrial

PENDAHULUAN …kemudian dari pada itu untuk memben-


tuk suatu pemerintah Negara Indonesia
Pembangunan ketenaga kerjaan sebagai
yang melindungi segenap bangsa Indonesia
bagian dari pembangunan nasional berdasar-
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
kan pancasila dan undang-undang dasar repu-
untuk memajukan kesejahteraan umum...
blic Indonesia tahun 1945 dilaksanakan dalam
dan keadilan sosial...serta mewujudkan
rangka pembangunan manusia Indonesia seu-
suatu keadilan social bagi seluruh rakyat
tuhnya dan pembangunan masyarakat Indo-
Indonesia.
nesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat
dan martabat tenaga kerja serta mewujudkan Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun
masyarakat sejahtera, berkeadilan social, 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 angka
makmur dan merata baik materil maupun (2) disebutkan bahwa : Tenaga kerja adalah
sprituil sesuai dengan amanat dalam alinea setiap orang yang mampu melakukan peker-
keempat Pembukaan undang-undang dasar jaan guna menghasilkan barang atau jasa
Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu :

1
Akbar Pradima

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun perusahaan maupun peraturan kerja bersama
untuk masyarakat. selama masa kerja.
Selanjutnya, dalam Pasal 1 angka (2) Penyelesaian sengketa atau konflik sudah
Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang mulai berkembang sehingga beralih dari
Jaminan Sosial Tenaga Kerja dinyatakan penyelesaian yang disebut non litigasi, yang
bahwa :Tenaga kerja adalah setiap orang yang dikenal sebagai penyelesaian alternatif / Alter-
mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam natif Dispute Resolution (ADR). Masyarakat
maupun di luar hubungan kerja, guna meng- dalam menyelesaikan suatu sengketa, perse-
hasilkan jasa atau barang untuk memenuhi lisihan atau konflik dapat dilakukan berbagai
kebutuhan masyarakat. macam cara untuk memperoleh kesepakatan .
Dalam penjelasan bahwa pasal tersebut Penyelesaian sengketa dapat dilakukan oleh
menyebutkan pengertian tenaga kerja meli- kedua belah pihak secara kooperatif dan dapat
puti: Tenaga kerja yang bekerja guna meng- di bantu oleh orang lain atau pihak ketiga,
hasilkan barang atau jasa yang bercirikan dari yangbersifat netral dan sebagainya. Di ka-
hubungan kerja tersebut adalah melakukan langan pelaku bisnis atau pengusaha maupun
pekerjaan di bawah perintah orang lain dengan perusahaan sistim penyelesaian sengketa me-
menerima upah atau imbalan. Menurut Piya- lalui ADR tersebut sudah mulai dikenal
man Simajuntak menyebutkan bahwa penger- walaupun pengenalannya masih sangat rendah
tian tenaga kerja atau manpower adalah dibanding dengan lembaga lain.
mencakup penduduk yang sudah atau sedang Yuridiksi Undang-Undang No. 30 Tahun
bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang 1999, khusus mengatur penyelesaian sengketa
melakukan pekerjaan lainnya1. melalui arbitrase, konsiliasi, mediasi, nego-
Secara konstitusional pembangunan kete- siasi, konsultasi dan pendapat para ahli.
nagakerjaan diatur dalam pasal 27 ayat (2) Penyelesaian melalui arbitrase hanya sengketa
Undang Undang Dasar RI 1945 yang dirumus- di bidang perdagangan dan mengenai hak
kan : Setiap warga negara berhak atas peker- yang menurut hukum dikuasai sepenuhnya
jaan dan penghidupan yang layak bagi kema- oleh para pihak yang bersengketa. Secara
nusiaan, dan berikutnya menurut ketentuan umum pranata penyelesaian sengketa alternatif
pasal 28 D ayat (2) Undang Undang Dasar RI dapat digolongkan ke dalam yaitu berdasarkan
1945 hasil amandemen kedua merumuskan pada sifat keterlibatan pihak ketiga yang
bahwa :Setiap orang berhak untuk bekerja menangani proses penyelesaian sengketa
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang Alternatif tersebut, pranata Alternatif Penye-
adil dan layak dalam hubungan kerja. lesaian Sengketa ke dalam mediasi.
Oleh karena itu secara umum pembangunan Mediasi adalah suatu proses penyelesaian
dan pembinaan hubungan industrial serta hu- sengketa Alternatif di mana pihak ketiga yang
bungan usaha dengan pekerjaan telah mempe- dimintakan bantuannya untuk membantu pro-
roleh landasan konstitusional dalam tertib ses penyelesaian sengketa bersifat pasif dan
hukum di Indonesia. Permasalahan ketenaga- sama sekali tidak berhak atau berwenang
kerjaan atau yang dikenal dengan istilah untuk memberikan suatu masukan, terlebih
sengketa atau perselisihan hubungan industrial lagi untuk memutuskan perselisihan yang
yang utama saat ini meliputi perselisihan terjadi, jadi dalam mediasi, mediator hanya
perselisihan yang berhubungan dengan hak, berfungsi sebagai Penyambung lidah dari para
kepentingan, PHK dan antar SP/ SB dalam pihak yang bersengketa, perantara yang demi-
satu perusahaan. Perselisihan tersebut muncul kian kadangkala memang diperlukan, baik
disebabkan oleh ketidak sepakatan dalam hal dalam hal para pihak yang bersengketa tidak
hal hubungan kerja, perjanjian kerja, peraturan mungkin bertemu sendiri karena berbagai
faktor yang berada di luar kemampuan
mereka.
Ataupun karena kedua belah pihak inten-
1
Piyaman Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber tionnally atau dengan sengaja memang tidak
Daya Manusia, FE,UI Jakarta 1985

2
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Pengadilan

mau bertemu satu dengan yang lain meskipun melalui alternatif penyelesaian sengketa di
mereka dapat bertemu, jika memang dikehen- dasarkan pada itikad baik.
daki jadi di dalam hal ini sangat jelas bahwa Pada era industrialisasi, penyelesaian seng-
hasil akhir pranata penyelesaian sengketa keta ketenagakerjaan atau perselisihan hu-
Alternatif dalam bentuk mediasi ini tunduk bungan industrial menjadi kompleks, sehingga
sepenuhnya pada kesepakatan para pihak. untuk penyelesaiannya diperlukan institusi
Penyelesaian mediasi di dalam Undang- yang mendukung mekanisme penyelesaian
Undang No. 30 Tahun 1999 lebih banyak perselisihan yang cepat, tepat, adildanmurah.
mengatur mengenai ketentuan Arbitrase, mulai Yuridiksi Undang-Undang No.2 Tahun 2004
dari (tata cara, prosedur, kelembagaan, jenis- khusus mengatur perundingan bipartit, arbi-
jenis, maupun putusan) dan pelaksanaan pu- trase, konsiliasi, mediasi untuk masalah seng-
tusan Arbitrase itu sendiri tidak sama me- keta ketenagakerjaan dan pengadilan hu-
ngambil Alternatif penyelesaian sengketa bungan industrial yang merupakan pengadilan
suatu putusan yang di dalam Undang-Undang khusus dalam lingkungan pengadilan negeri,
No. 30 Tahun 1999, adalah sebagai berikut : berwenang memeriksa, mengadili, memutus
a. Mediasi sengketa ketenagakerjaan atau perselisihan
b. Konsiliasi hubungan industrial.
c. Arbitrase Dalam perkara perselisihan hubungan
Ketiga masalah di atas dalam posisi atau industrial, oleh Undang- Undang No. 2 tahun
cara yang dilakukan sangat berbeda terhadap 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
suatu penyelesaian sengketa atau konflik yang Hubungan Industrial (UUPPHI) telah ditetap-
di hadapi yaitu : kan tata cara dan proses penyelesaian Perse-
a. Mediasi adalah suatu proses penyelesaian lisihan Hubungan Industrial. Penyelesaian
sengketa alternatif dimana pihak ketiga diluar pengadilan merupakan tahapan penyele-
yang dimintakan bantuannya untuk mem- saian yang bersifat wajib.
bantu proses penyelesaian sengketa bersi- Undang-Undang No, 13 Tahun 2003, Pasal
fat pasif dan sama sekali tidak berhak atau 136 ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa :
berwenang untuk memberikan suatu masu- 1. Penyelesaian perselisihan hubungan
kan, terlebih lagi untuk memutuskan per- industrial wajib dilaksanakan oleh pe-
selisihan yang terjadi. ngusaha dan pekerja/buruh atau serikat
b. Konsiliasi adalah suatu proses penyele- pekerja/serikat buruh secara musyawa-
saian sengketa alternatif yang melibatkan rah untuk mufakat.
seorang pihak ketiga atau lebih, dimana 2. Dalam hal penyelesian secara musyawa-
pihak ketiga yang diikutsertakan untuk rah untuk mufakat sebagaimana dimak-
menyelesaikan sengketa adalah seorang sud dalam ayat (1) tidak tercapai, maka
yang secara profesional sudah dapat di pengusaha dan pekerja/buruh atau seri-
buktikan kehandalannya, konsiliator dalam kat pekerja/serikat buruh menyelesaikan
proses konsiliasi ini, memiliki peran yang perselisihan hubungan industrial mela-
cukup berarti, oleh karenanya mengenai lui prosedur penyelesaian perselisihan
duduk persoalan dari masalah atau seng- hubungan industrial yang diatur dengan
keta yang dihadapi. undang undang.
c. Arbitrase adalah suatu bentuk penyele- Dalam pelaksanaannya, penyelesaian diluar
saian sengketa alternatif yang melibatkan pengadilan, secara garis besar terbagi atas dua
pengambilan putusan oleh satu atau lebih bagian besar, yaitu penyelesaian oleh para
hakim swasta, yang disebut dengan arbiter. pihak sendiri secara bipartit dan bagian yang
Tiga hal di atas sesuai dengan pasal 6 ayat kedua penyelesaian dengan bantuan pihak
(1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999, di ketiga atau pemengah.
tentukan bahwa sengketa atau beda pendapat Para pihak diminta untuk senantiasa men-
perdata dapat diselesaikan oleh para pihak cegah terjadinya perselisihan dengan berbagai
cara. Apabila setelah pencegahan perselisihan

3
Akbar Pradima

masih juga harus terjadi, pada tingkat pertama PEMBAHASAN


dirundingkan diantara para pihak secara
A. Penyelesaian Perselisihan Hubungan
bipartit, yang diatur tata cara dan lamanya
Industrial Melalui Perundingan Bipartit
waktu penyelesaian perselisihan. Tahap kedua,
apabila dalam perundingan bipartit tidak Pengertian Bipartit dalam hal ini sebagai
tercapai kesepakatan, diatur tata cara penye- mekanisme adalah tata cara atau proses
lesaian berikutnya. Para pihak dapat melaku- perundingan yang dilakukan antara dua pihak,
kan pilihan penyelesaian selanjutnya, dapat yaitu pihak pihak pengusaha dengan pihak
dilakukan melalui arbitrase, atau konsiliasi pekerja/buruh apabila terjadi perselisihan
yang disepakati kedua belah pihak, sesuai antara kedua belah pihak di perusahaan.
dengan kasus dan kewenangan yang diberikan Perundingan bipartit pada hakekatnya meru-
oleh undang-undang. pakan upaya musyawarah untuk mufakat
Apabila hal kedua bentuk penyelesaian antara pengusaha dan pihak pekerja/buruh.
melalui arbitrase atau konsilasi dimaksud tidak Lingkup penyelesaian perselisihan hubungan
disepakati, penyelesaian melalui mediasi industrial melalui bipartit meliputi keempat
menjadi penyelesaian yang wajib ditempuh. jenis perselisihan, yakni perselisihan hak,
Untuk penyelesaian melalui arbitrase pada perselisihan kepentingan, perselisihan PHK
dasarnya tidak dapat lagi digugat melalui dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat
pengadilan hubungan industrial, sedangkan buruh dalam satu perusahaan. Upaya penye-
terhadap penyelesaian melalui konsiliasi/ lesaian perselisihan hubungan industrial mela-
mediasi, para pihak yang keberatan dengan lui perundingan secara musyawarah untuk
anjuran konsiliator/mediator, dapat menga- mencapai mufakat antara pengusaha dengan
jukan gugatan kemuka Pengadilan Hubungan pekerja yang dilandasi rasa kekeluargaan.
Industrial (PHI).
Bagan Penyelesaian Melalui Bipartit
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, PENGADILAN
maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai HUBUNGAN
berikut :Bagaimanakah Penerapan alternatif INDUSTRIAL
penyelesaian sengketa atau perselisihan hu-
bungan industrial diluar pengadilan secara
bipartit maupun pihak ketiga dalam perspektif P
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004.

METODE
Jenis penelitian pada tesis ini adalah PEKERJA/ 30
PENGUSAHA
penelitian Yuridis Normatif yaitu suatu proses BURUH / ASOSIASI
HARI
untuk menemukan aturan hukum, prinsip- SP/SB PENGUSAHA
KERJA
prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hu-
kum guna menjawab isu hukum perma-
salahan hukum yang dihadapi dengan meng- Proses Penyelesaian
gunakan sumber bahan hukum yang berupa
bahan hukum primer, sekunder yang berasal Bagaimanapun harmonisnya suatu hu-
dari peraturan perundang-undangan, buku- bungan, kadang kala timbulnya perselisihan
buku hukum, dan bahan-bahan hukum lainnya. sukar untuk dihindarkan. Untuk itu, pada,
tingkat pertama, penyelesaiannya wajib disele-
saikan oleh para pihak secara musyawarah
untuk mufakat. Penyelesaian perselisihan yang
terbaik adalah penyelesaian oleh para pihak
yang berselisih sendiri. Karena melalui

4
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Pengadilan

perundingan, akan dicapai penyelesaian yang ayat (2) dan (3) dan Pasal 152 UU No. 13
paling menguntungkan kedua belah pihak. Tahun 2003).
Oleh karena itu, setiap perselisihan yang Dapat terjadi bahwa salah satu pihak tidak
terjadi, wajib diupayakan penyelesaiannya bersedia berunding. Dalam hal ini para pihak
terlebih dahulu melalui perundingan bipartit, dapat melampirkan bukti upaya perundingan
tanpa dicampuri oleh pihak manapun. Agar seperti misalnya surat undangan, pemberi-
perundingan itu tidak berlarut-larut, penye- tahuan, tawaran konsep bahan perundingan
lesaian perselisihan melalui bipartit, dibatasi untuk perselisihan kepentingan. Sekurang-
waktunya, dilakukan paling lama 30 hari kerja kurangnya upaya itu telah dilakukan sebanyak
sejak tanggal dimulainya perundingan (Pasal tiga kali dalam suatu waktu tertentu, dengan
136 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003, dan Pasal ketentuan tidak lebih dari waktu 30 hari (Pasal
1 butir 10 dan Pasal 3 ayat (1) s/d (3) UU No.2 3 ayat (3) UU No. 2 Tahun 2004).
Tahun 2004). Dengan gagalnya/ditolaknya suatu tawaran
Apabila dalam jangka waktu 30 hari, salah perundingan, memberikan hak kepada pihak
satu pihak menolak untuk berunding, atau lawan untuk melakukan tindakan untuk mene-
telah dilakukan perundingan tetapi tidak kan pihak lawan. Pekerja dapat melakukan
mencapai kesepakatan, perundingan bipartit mogok apabila pengusaha menolak/gagal
dianggap gagal. Setiap perundingan bipartit berunding, sebaliknya pengusaha dapat mela-
dibuat risalah yang ditandatangani oleh para kukan penutupan perusahaan (lock out) dalam
pihak yang sekurang-kurangnya memuat: hal pekerja menolak/gagal . berunding (Pasal
1) nama lengkap dan alamat para pihak, 137 UU No. 13 Tahun 2003 dan Pasal 146
2) tanggal dan tempat perundingan, UUNo. 13 Tahun 2003).
3) pokok masalah/alasan perselisihan,
4) pendapat para pihak, Pencatatan Perselisihan
5) kesimpulan/hasil perundingan, dan Tidak selamanya perundingan mencapai
6) tanggal serta tandatangan para pihak (Pasal kesepakatan, apabila penyelesaian secara
6 ayat (2) UU No.2 Tahun 2004). musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
Apabila PB dimaksud tidak dilaksanakan pengusaha dan/atau pekerja/SP selanjutnya
oleh pihak yang berkewajiban, pihak yang mencatatkan perselisihannya pada instansi
dirugikan dapat mengajukan permohonan ketenagakerjaan setempat dengan melampir-
eksekusi kepada Pengadilan HI di wilayah kan bukti bahwa upaya penyelesaian melalui
dimana PB didaftar, untuk mendapat pene- perundingan bipartit telah dilakukan.
tapan eksekusi. Apabila pemohon eksekusi Apabila bukti dimaksud tidak dilampirkan,
berdomisili di luar Pengadilan HI tempat instansi ketenagakerjaan mengembalikan ber-
pendaftaran PB, pemohon eksekusi menga- kas untuk dilengkapi paling lambat dalam
jukannya melalui Pengadilan HI di wilayah waktu tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal
domisili pemohon, untuk diteruskan ke diterimanya pengembalian berkas. Setelah
Pengadilan HI yang berkompeten melaksana- menerima pencatatan dari salah satu atau para
kan eksekusi (Pasal 7 UU No.2 Tahun 2004). pihak, instansi ketenagakerjaan setempat,
Khusus dalam kasus perselisihan PHK, wajib menawarkan kepada para pihak untuk
apabila tidak dapat diselesaikan dengan cara menyepakati memilih penyelesaian melalui
perundingan, pengusaha hanya dapat melaku- arbitrase (untuk perselisihan kepentingan dan
kan PHK terhadap pekerja setelah mempe- antar SP dalam satu perusahaan), atau melalui
roleh penetapan dari lembaga PPHI. Permo- konsiliasi (untuk perselisihan PHK, kepen-
honan penetapan dilakukan secara tertulis tingan dan antar SP dalam satu perusahaan)
disertai alasan yang menjadi dasar PHK, dan guna memberikan kebebasan bagi pihak yang
bukti perundingan. Penetapan atas permo- berselisih untuk memilih cara penyelesaian
honan PHK hanya dapat diberikan apabila perselisihan yang mereka kehendaki (Pasal 4
benar-benar telah dilakukan perundingan, dan UU No.2 Tahun 2004).
tidak menghasilkan kesepakatan (Pasal 151

5
Akbar Pradima

Apabila para pihak tidak menyepakati atan perjanjian, atau setelah terjadinya per-
untuk memilih penyelesaian melalui konsi- selisihan.
liasi/arbitrase dalam waktu tujuh hari kerja, Bentuk penyelesaian perselisihan melalui
instansi ketenagakerjaan melimpahkan penye- arbitrase, dapat terjadi, karena sebelumnya
lesaian perselisihannya kepada mediator, dan telah dituangkan di dalam perjanjian, di mana
penyelesaian melalui mediator menjadi penye- para pihak sepakat untuk menyelesaikan
lesaian yang wajib ditempuh (Pasal 4 ayat (4) sengketa yang terjadi diantara para. pihak
dan Pasal 6 UU No. 2 Tahun 2004). yang berjanji, yang mungkin akan timbul di
Khusus penyelesaian perselisihan hak, UU kemudian hari, diputuskan oleh orang ketiga,
No. 2 Tahun 2004 tidak memberi kewenangan seorang/ beberapa orang arbiter, yang ditunjuk
kepada konsiliator/arbiter untuk menenga- oleh para pihak yang berperkara untuk
hinya, kewenangan menyelesaikan perseli- diselesaikan diluar pengadilan. Pemilihan
sihan hak diluar pengadilan hanya diberikan penyelesaian melalui arbitrase dapat juga
kepada mediator. dilakukan atas kesepakatan bersama setelah
timbulnya perselisihan, secara musyawarah
Penyelesaian Perselisihan Hubungan menunjuk pihak ketiga, untuk membantu
Industrial Melalui Bipartit (Pasal 6 s/d menengahi penyelesaian perselisihan2
Pasal 7 UU No. 2 Tahun 2004) Sedangkan pengertian arbitrase menurut
Undang-undang Arbitrase yang berlaku
sekarang, adalah cara penyelesaian satu
perkara perdata di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa (Pasal 1 ayat (1) UU No. 30
Tahun 1999).
Proses penyelesaian perselisihan melalui
B. Penyelesaian Perselisihan Hubungan arbitrase pada umumnya, adalah sebagai
Industrial Melalui pihak Penengah berikut:
Ada tiga pilihan penyelesaian di luar 1. Arbiter dapat mendengar keterangan setiap
pengadilan dengan bantuan pihak ketiga atau orang untuk hadir, setelah dipanggil dengan
penengah, yang dapat dipilih oleh para pihak patut;
yang berselisih dalam menyelesaikan perti- 2. Arbiter dapat menunjuk seorang/para ahli,
kaian diantara mereka. Dapat ditempuh mela- menetapkan syarat-syarat, menerima lapo-
lui arbitrase, konsililiasi, yang dipilih dengan rannya dan/atau mendengar keterangan
kesepakatan, atau bila tidak tercapai kesepa- mereka;
katan, penyelesaiannya dilakukan melalui 3. Arbiter dapat memutuskan perkara berda-
mediasi wajib. sarkan dokumen yang ada saja, jika para
pihak mengusulkan/menyetujui;
1. Arbitrase 4. Jika salah satu pihak, meskipun telah di-
panggil, tidak hadir tanpa alasan yang sah,
Arbitrase dalam pengertian yang umum jika arbiter merasa pemanggilan tersebut
adalah, penyelesaian suatu perselisihan atau cukup, arbiter mempunyai kewenangan
perkara oleh seorang/beberapa orang wasit untuk melanjutkan arbitrase, dan persi-
(arbiter) yang ditunjuk bersama oleh para dangannya dianggap telah dilaksanakan
pihak yang berperkara, untuk diselesaikan dengan kehadiran semua pihak;
diluar pengadilan. Pada dasarnya arbitrase 5. Menentukan bahasa yang dipergunakan
merupakan suatu proses penyelesaian sengketa dalam arbitrase, dengan memperhatikan
para pihak yang dilakukan secara musyawarah
dengan menunjuk pihak ketiga sebagai wasit,
2
yang dituangkan sebelumnya dalam pembu- Joni Emirzon, AlternatifPenyelesaianSengketa di
luarPengadilan, GramediaPustakaUmum, Jakarta 2001.

6
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Pengadilan

semua keadaan, khususnya bahasa perjan- melalui kesepakatan tertulis dari para pihak
jian yang dibuat; yang berselisih untuk menyerahkan penyele-
6. Memiliki kewenangan penuh untuk men- saian perselisihan kepada arbiter yang putu-
dengar semua pihak. Kecuali dengan perse- sannya mengikat para pihak dan bersifat final.
tujuan arbiter dan para pihak, pihak yang Pokok perkara yang dapat dimintakan
tidak terkait dengan perkara tidak boleh penyelesaian melalui jasa arbitrase, hanya
hadir (tertutup); untuk sengketa mengenai perselisihan kepen-
7. Jangka waktu penyelesaian dilakukan da- tingan dan perselisihan antar SP dalam satu
lam 6 bulan, bila semua persyaratan telah perusahaan saja (pasal 29 UU No. 2 Tahun
dipenuhi. Jangka waktu tersebut terhitung 2004).PPHI melalui arbiter dilakukan atas
sejak tanggal penandatanganan oleh arbiter dasar kesepakatan para pihak yang berselisih.
atau dokumen para pihak; Kesepakatan para pihak yang berselisih dinya-
8. Keputusan arbiter bersifat final dan me- takan secara tertulis dalam surat perjanjian
ngikat. arbitrase, dibuat rangkap tiga dan masing-
masing pihak mendapatkan satu yang mempu-
Terhadap putusan arbitrase dapat diajukan
nyai kekuatan hukum yang sama. Surat perjan-
permohonan pembatalan oleh para pihak,
jian arbitrase dimaksud, sekurang-kurangnya
apabila putusan arbiter diduga mengandung
memuat:
unsur-unsur sebagai berikut:
1) nama lengkap dan alamat/tempat kedu-
1. Surat/dokumen yang diajukan dalam peme-
dukan para pihak yang berselisih,
riksaan, setelah putusan diajukan, diakui
2) pokok-pokok persoalan yang menjadi
palsu/dinyatakan palsu;
perselisihan dan yang diserahkan kepada-
2. Setelah putusan diambil ditemukan doku-
arbitrase untuk diselesaikan dan diambil
men yang bersifat menentukan, yang di-
putusan,
sembunyikan oleh para pihak lawan;
3) jumlah arbiter yang disepakati,
3. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat
4) pernyataan para pihak yang berselisih
yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam
untuk tunduk dan menjalankan keputusan-
pemeriksaan sengketa (UU No. 30 Tahun
arbitrase; dan
1999 Pasal 70).
5) tempat, tanggal pembuatan surat perjanji-
Permohonan pembatalan putusan arbitrase an, dan tanda tangan para pihak yang ber-
diajukan secara tertulis dalam jangka waktu selisih (pasal 32 UU No. 2 Tahun 2004).
paling lama 30 hari terhitung sejak hari
Dalam hal para pihak telah menandatangani
penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase
surat perjanjian arbitrase, para pihak berhak
kepada Panitera Pengadilan Negeri (PN).
memilih arbiter dari daftar arbiter yang di-
Permohonan pembatalan putusan arbitrase
tetapkan oleh Menteri. Para pihak yang berse-
diajukan kepada Ketua PN. Apabila permo-
lisih dapat menunjuk arbiter tunggal/beberapa
honan pembatalan dikabulkan, Ketua PN
menentukan lebih lanjut akibat pembatalan arbiter (majelis) dalam jumlah gasal sebanyak-
banyaknya tiga orang. Dalam hal para pihak
seluruhnya atau sebagian putusan arbitrase.
sepakat untuk menunjuk arbiter tunggal, para
Putusan atas permohonan pembatalan ditetap-
pihak sudah mencapai kesepakatan dalam
kan oleh Ketua PN dalam waktu paling lambat
waktu selambat-lambatnya tujuh hari kerja
30 hari sejak permohonan diterima. Terhadap
tentang nama arbiter dimaksud.
keputusan PN dapat diajukan permohonan
Apabila para pihak sepakat untuk menun-
banding ke MA (Pasal 71 dan 72 UU No. 30
juk majelis arbiter dalam jumlah gasal,
Tahun 1999).
masing-masing pihak berhak memilih seorang
Kewenangan arbitrase perselisihan HI,
arbiter dalam waktu selambat-lambatnya tiga
hanyalah menyelesaikan perselisihan kepen-
hari kerja, sedangkan arbiter ketiga ditentukan
tingan, dan perselisihan antar SP hanya dalam
oleh para arbiter yang ditunjuk dalam waktu
satu perusahaan saja. Penyelesaiannya di luar
selambat-lambatnya tujuh hari kerja untuk
Pengadilan Hubungan Industrial, dilakukan
diangkat sebagai Ketua Majelis Arbitrase.

7
Akbar Pradima

Penunjukan arbiter dilakukan secara tertulis. PPHI, wajib memberikannya, termasuk mem-
Apabila para pihak tidak sepakat untuk me- bukakan buku dan memperlihatkan surat-surat
nunjuk arbiter baik tunggal maupun beberapa yang diperlukan. Dalam hal keterangan yang
arbiter (majelis) dalam jumlah gasal, atas diperlukan oleh arbiter terkait dengan sese-
permohonan salah satu pihak Ketua Penga- orang yang karena jabatannya menjaga kera-
dilan dapat mengangkat arbiter dari daftar hasiaan, ditempuh prosedur sebagaimana di-
arbiter yang ada. Seorang arbiter yang diminta atur dalam peraturan perundang-undangan
oleh para pihak untuk melakukan arbitrase yang berlaku. Oleh karena pada jabatan-jaba-
terhadap perkara diantara mereka yang ber- tan tertentu berdasarkan peraturan perundang-
selisih, wajib memberitahukan kepada para undangan menjaga kerahasiaannya, permin-
pihak tentang ha1 yang mungkin akan mempe- taan keterangan kepada pejabat dimaksud
ngaruhi kebebasannya atau menimbulkan sebagai saksi ahli mengikuti prosedur yang
keberpihakan putusan yang akan diberikan. ditentukan. Untuk itu, arbiter wajib merahasia-
PPHI oleh arbiter diawali dengan upaya kan semua keterangan yang diminta dari
mendamaikan kedua belah pihak yang ber- pejabat dimaksud (Pasal 47 UU No. 2 Tahun
selisih. Apabila upaya perdamaian gagal, arbi- 2004).
ter/majelis arbiter meneruskan sidang arbitra-
se. Dalam persidangan arbitrase para pihak Penyelesaian dengan Kesepakatan
diberi kesempatan untuk menjelaskan secara Apabila perdamaian tercapai, arbiter/
tertulis maupun lisan pendirian masing-masing majelis arbiter membuat Akta Perdamaian
serta mengajukan bukti yang dianggap perlu yang ditandatangani oleh para pihak yang
untuk menguatkan pendiriannya dalam jangka berselisih dan arbiter/majelis arbiter. Akta
waktu yang ditetapkan oleh arbiter/ majelis Perdamaian dimaksud didaftarkan di Penga-
arbiter. Arbiter/majelis arbiter berhak meminta dilan HI di wilayah arbiter mengadakan per-
kepada para pihak untuk mengajukan penje- damaian. Pendaftaran Akta Perdamaian di-
lasan tambahan secara tertulis, dokumen/bukti lakukan sebagai berikut:
lainnya yang dianggap perlu dalam jangka 1) Akta Perdamaian yang telah didaftar di-
waktu yang ditentukan oleh arbiter/majelis berikan akta bukti pendaftaran dan meru-
arbiter. Yang dimaksud dengan membukakan pakan bagian yang tidak terpisahkan dari
buku dan memperlihatkan surat-surat, misal- Akta Perdamaian,
nya buku tentang upah/surat perintah lembur 2) apabila Akta Perdamaian tidak dilaksana-
dan dilaku.kan oleh orang yang ahli soal kan oleh salah satu pihak, pihak yang
pembukuan yang ditunjuk oleh arbiter (Pasal dirugikan dapat mengajukan permohonan
45 UU No. 2 Tahun 2004). eksekusi kepada Pengadilan HI di wilayah
Terhadap kegiatan dalam pemeriksaan dan Akta Perdamaian didaftar untuk mendapat
sidang arbitrase dibuat berita acara pemerik- penetapan eksekusi, dalam hal pemohon
saan oleh arbiter/majelis arbiter. Putusan eksekusi berdomisili di luar wilayah hukum
sidang arbitrase ditetapkan berdasarkan pera- Pengadilan HI tempat
turan perundang-undangan yang berlaku, per- 3) pendaftaran Akta Perdamaian, pemohon
janjian, kebiasaan, keadilan dan kepentingan eksekusi dapat mengajukan permohonan
umum (Pasal 49 UU No. 2 Tahun 2004).PPHI eksekusi melalui Pengadilan HI di wilayah
melalui arbitrase yang telah dilakukan ber- domisili pemohon eksekusi untuk diterus-
dasarkan kesepakatan para pihak, tidak dapat kan ke Pengadilan HI yang berkompeten
diajukan gugatan ke Pengadilan HI, karena melaksanakan eksekusi (Pasal 44 UUNo. 2
putusan arbitrase bersifat akhir dan tetap, Tahun 2004).
kecuali dalam hal-hal tertentu dapat diajukan
pembatalan kepada MA (Pasal 47 UU No. 2
Keputusan Arbitrase
Tahun 2004).
Siapa saja yang diminta keterangannya oleh Putusan sidang arbitrase ditetapkan berda-
arbiter/majelis arbiter guna penyelidikan untuk sarkan peraturan perundang-undangan yang

8
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Pengadilan

berlaku, perjanjian, kebiasaan, keadilan dan hal-hal tertentu dapat diajukan pembatalan ke
kepentingan umum. Putusan arbitrase memuat: Mahkamah Agung.Salah satu pihak dapat
1) kepala putusan, mengajukan permohonan pembatalan kepada
2) nama lengkap dan alamat arbiter/majelis MA dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari
arbiter, kerja sejak ditetapkannya putusan arbiter.
3) nama lengkap dan alamat para pihak, Permohonan pembatalan itu dapat dilakukan,
4) hal-hal yang termuat dalam surat per- apabila putusan diduga mengandung unsur-
janjian yang diajukan oleh para pihak unsur:
yangberselisih, 1) surat/dokumen yang diajukan dalam peme-
5) ikhtisar dari tuntutan, jawaban, dan penje- riksaan, setelah putusan dijatuhkan, di-
lasan lebih lanjut para pihak yang ber- akui/dinyatakan palsu,
selisih, 2) setelah putusan diambil ditemukan doku-
6) pertimbangan yang menjadi dasar putusan, men yang bersifat menentukan, yang di-
7) pokokputusan, sembunyikan oleh pihak lawan,
8) tempatdantanggalputusan, 3) putusan diambil dari tipu muslihat yang
9) mulai berlakunya putusan, dan dilakukan oleh salah satu pihak dalam
10) tanda tangan arbiter/majelis arbiter. pemeriksaan perselisihan, putusan melam-
paui kekuasaan arbiter HI, dan
Tidak ditandatanganinya putusan arbiter
4) putusan bertentangan dengan peraturan
oleh salah seorang arbiter dengan alasan
perundang-undangan (Pasal 52 ayat (1)
sakit/meninggal dunia, tidak mempengaruhi
UUNo. 2 Tahun 2004).
kekuatan berlakunya putusan. Alasan tentang
tidak adanya tanda tangan dimaksud dican- Dalam hal permohonan dimaksud dikabul-
tumkan dalam putusan. Selanjutnya dalam kan, MA menetapkan akibat dari pembatalan
putusan arbitarse, ditetapkan bahwa selambat- baik seluruhnya/sebagian putusan arbitrase.
lambatnya 14 hari kerja putusan terebut sudah MA memutuskan permohonan pembatalan
dilaksanakan. dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari kerja
Putusan arbitrase mempunyai kekuatan terhitung sejak menerima permohonan pemba-
hukum yang mengikat terhadap para pihak talan (Pasal 52 ayat (2) dan Pasal 53 UU No. 2
yang berselisih dan merupakan putusan yang Tahun 2004).
bersifat akhir dan tetap. Upaya hukum melalui
permohonan pembatalan dimaksudkan untuk Pelaksanaan Putusan
memberi kesempatan kepada pihak berselisih Putusan arbitrase yang telah ditetapkan
yang dirugikan (Pasal 50 UU No. 2 Tahun oleh arbiter, selanjutnya didaftarkan di Penga-
2004). dilan HI di wilayah arbiter menetapkan putu-
Arbiter/majelis arbiter tidak dapat dikena- san. Dalam hal putusan arbitrase tidak dilak-
kan tanggung jawab hukum apapun atas segala sanakan oleh salah satu pihak, pihak yang
tindakan yang diambil selama proses per- dirugikan dapat mengajukan permohonan fiat
sidangan berlangsung untuk menjalankan eksekusi di Pengadilan HI yang daerah
fungsinya sebagai arbiter/majelis arbiter, hukumnya meliputi tempat kedudukan pihak
kecuali dapat dibuktikan adanya itikad tidak terhadap siapa putusan itu dijalankan, agar
baik dari tindakan tersebut (Pasal 54 UU No. 2 putusan diperintahkan untuk dijalankan. Perin-
Tahun 2004). tah dimaksud diberikan dalam waktu selam-
bat-lambatnya 30 hari kerja setelah permo-
Permohonan Pembatalan honan didaftarkan pada Panitera Pengadilan
Karena PPHI melalui arbitrase dilakukan Negeri setempat dengan tidak memeriksa
berdasarkan kesepakatan para pihak, putusan alasan/ pertimbangan dari putusan arbitrase
arbitrase tidak dapat diajukan gugatan ke (pasal 51 UU No. 2 Tahun 2004).
Pengadilan Hubungan Industrial. Putusan arbi-
trase bersifat akhir dan tetap, kecuali dalam

9
Akbar Pradima

2. Konsiliasi ketenagakerjaan setempat, para pihak sepakat


untuk memilih penyelesaian melalui konsi-
Perselisihan kepentingan, perselisihan
liasi. Pemilihan konsiliator dilakukan dari
PHK, atau perselisihan antar SP/SB dalam
daftar nama konsiliator yang dipasang dan
satu perusahaan, yang telah dicatat pada
diumumkan pada kantor instansi ketenaga-
instansi ketenagakerjaan, dapat diselesaikan
kerjaan setempat. Permintaan penyelesaian
melalui konsiliasi atas kesepakatan kedua
melalui konsiliator yang dipilih oleh para
belah pihak.
pihak dilakukan dengan kesepakatan tertulis.
UUPPHI mengakomodasi keterlibatan ma-
Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi
syarakat dalam PPHI, antara lain melalui pem-
dilakukan oleh konsiliator yang terdaftar pada
berian kesempatan untuk menjadi konsiliator
kantor instansi ketenagakerjaan Kabupaten/
dalam PPHI melalui proses konsiliasi. Konsi-
Kota (Pasal 17 dan 18 UU No. 2 Tahun 2004).
liasi hubungan industrial adalah penyelesaian
Setelah menerima permintaan penyelesaian
perselisihan kepentingan, perselisihan PHK,
perselisihan secara tertulis dari para pihak,
atau perselisihan antar SP dalam satu peru-
konsiliator yang ditunjuk dan disepakati oleh
sahaan, melalui musyawarah yang ditengahi
para pihak segera:
oleh konsiliator yang netral (Pasal l butir 13
1) mencatat dalam buku yang dibuat khusus
UU No. 2 Tahun 2004).
untuk itu,
Konsiliator adalah pejabat yang memenuhi
2) melakukan penelitian berkas perselisihan
syarat-syarat sebagai konsiliator yang ditetap-
termasuk risalah perundingan bipartit,
kan oleh Menteri. Konsiliator terdaftar dan
3) melakukan sidang konsiliasi paling lambat
memiliki legitimasi oleh Menteri/Pejabat
tujuh hari kerja setelah menerima permin-
instansi ketenagakerjaan. Tugas konsiliator
taan penyelesaian secara tertulis,
adalah melakukan konsiliasi dan apabila tidak
4) memanggil para pihak secara tertulis untuk
dapat diselesaikan secara musyawarah, mem-
menghadiri sidang dengan mempertim-
berikan anjuran tertulis kepada para pihak
bangkan waktu panggilan sehingga sidang
yang berselisih dalam menyelesaikan perse-
konsiliasi dapat dilaksanakan selambat-
lisihan kepentingan, perselisihan PHK, atau
lambatnya tujuh hari kerja sejak menerima
perselisihan antar SP/SB dalam satu peru-
penyerahan penyelesaianperselisihan.
sahaan (Pasal 1 butir 14 dan pasal 19 ayat (2)
UU No. 2 Tahun 2004). Dalam melaksanakan konsiliasi, diupaya-
kan penyelesaian perselisihan secara musya-
Dalam menjalankan tugasnya, konsiliator
warah untuk mufakat. Apabila konsiliasi men-
berkewajiban untuk:
capai kesepakatan, membantu membuat PB
1) memanggil para pihak yang berselisih
secara tertulis, yang ditandatangani oleh para
untuk dapat didengar keterangan yang
pihak dan disaksikan oleh konsiliator. Kemu-
diperlukan,
dian memberitahu para pihak untuk mendaf-
2) mengatur dan memimpin perundingan,
3) membantu membuat perjanjian bersama, tarkan PB yang telah ditandatangani, ke
Pengadilan HI pada PN setempat, untuk
apabila tercapai kesepakatan,
mendapatkan akta bukti pendaftaran.
4) membuat anjuran secara tertulis, apabila
Bagi pihak yang menggunakan jasa kuasa
tidak tercapai kesepakatan penyelesaian,
hukum dalam sidang konsiliasi, maka pihak
5) membuat risalah PPHI,
yang menggunakan jasa kuasa hukum ter-
6) membuat laporan hasil PPHI (Permena-
sebut, harus tetap hadir.Apabila para pihak
kertrans No. PER-10/MEN/V/2005).
telah dipanggil dengan mempertimbangkan
waktu penyelesaian ternyata pihak pemohon
Proses Penyelesaian Melalui Konsiliasi
tidak hadir, maka konsiliator melaporkan
Penyelesaian melalui konsiliasi dilaksana- kepada instansi ketenagakerjaan Kabupaten/
kan setelah para pihak mencacatkan perse- Kota setempat untuk dihapus dari buku per-
lisihannya kepada instansi ketenagakerjaan selisihan.
setempat, dan setelah menerima saran pejabat

10
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Pengadilan

Apabila para pihak telah dipanggil dengan Siapa saja yang diminta keterangannya oleh
mempertimbangkan waktu penyelesaian ter- konsiliator, guna penyelesaian perselisihan
nyata pihak termohon tidak hadir, maka konsi- hubungan industrial, wajib memberikan kete-
liator mengeluarkan anjuran tertulis berdasar- rangan termasuk membukakan buku dan mem-
kan data yang ada. Demikian pula untuk perlihatkan surat-surat yang diperlukan. Yang
penyelesaian perselisihan yang tidak mencapai dimaksudkan dengan membukakan buku dan
kesepakatan, dalam waktu selambat-lambat- memperlihatkan surat-surat adalah, antara lain
nya 10 sepuluh hari kerja sejak sidang konsi- buku tentang upah, surat perintah lembur,
liasi pertama, konsiliator mengeluarkan anju- yang dilakukan oleh orang yang ditunjuk
ran secara tertulis kepada para pihak. Bagi konsiliator. UUPPHI tidak mensyaratkan kete-
pihak yang tidak menjawab anjuran secara rangan saksi dalam konsiliasi diberikan di-
tertulis dalam waktu 10 hari kerja sejak bawah sumpah sebagaimana dipersyaratkan
anjuran tertulis dikeluarkan, dianggap meno- terhadap saksi di dalam proses arbitrase.
lak anjuran, selanjutnya konsiliator mencatat
dalam buku perselisihan bahwa perselisihan Penyelesaian Dengan Kesepakatan
tidak dapat diselesaikan melalui konsiliasi. Apabila tercapai kesepakatan penyelesaian
Anjuran yang disetujui yang dinyatakan secara melalui konsiliasi, dibuat PB yang ditanda-
tertulis, konsiliator membantu pembuatan tangani oleh para pihak, disaksikan oleh kon-
perjanjian ber sama selambat-lambatnya 3 hari siliator dan didaftar di Pengadilan HI di
kerja sejak anjuran disetujui, untuk ditanda- wilayah hukum pihak-pihak mengadakan PB
tangani oleh para. pihak dan konsiliator seba- untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
gai saksi. Pendaftaran PB di Pengadilan HI, diberikan
Apabila dalam mengeluarkan anjuran, kon- akta bukti pendaftaran dan merupakan bagian
siliator mengambil pertimbangan dari kete- yang tidak terpisahkan dari PB. Apabila PB
rangan yang harus dirahasiakan menurut dimaksud tidak dilaksanakan, pihak yang
permintaan pemberi keterangan, maka dalam dirugikan dapat mengajukan permohonan
anjuran konsiliator cukup menyatakan kesim- eksekusi di Pengadilan HI di wilayah PB di
pulan berdasarkan keterangan yang harus daftar untuk mendapat penetapan eksekusi.
dirahasiakan dalam pertimbangannya. Hasil- Bagi pemohon eksekusi yang berdomisili di
nya dibuatkan risalah penyelesaian perse- luar wilayah hukum Pengadilan HI dimaksud,
lisihan. Konsiliator menyelesaikan tugasnya pemohon dapat mengajukannya melalui
dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari kerja Pengadilan HI di wilayah domisili pemohon,
terhitung sejak menerima permintaan penye- untuk diteruskan kepada PN yang berkompe-
lesaian perselisihan. Semua hasil akhir konsi- ten melaksanakan eksekusi (Pasal 23 ayat (1)
liasi dibuatkan risalah penyelesaian perse- dan (2) UU No. 2 Tahun 2004).
lisihan. (Pasal 20 dan 25 UU No. 2 Tahun Pendaftaran PB dilakukan sebagai berikut:
2004, jo. Permenakertrans No. PER-10/MEN/ 1. PB yang telah didaftar diberikan akta bukti
V/2005). pendaftaran dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari PB;
Pemanggilan Saksi
2. Apabila PB dimaksud tidak dilaksanakan
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, oleh salah satu pihak, pihak yang dirugikan
konsiliator dapat memanggil saksi/saksi ahli dapat mengajukan permohonan eksekusi di
untuk hadir dalam sidang konsiliasi dan Pengadilan HI di wilayah PB di daftar
mediasi guna diminta dan didengar ketera- untuk mendapat penetapan eksekusi;
ngannya. Saksi/saksi ahli yang memenuhi 3. Apabila pemohon eksekusi berdomisili di
panggilan, berhak menerima penggantian luar wilayah hukum Pengadilan HI tempat
biaya perjalanan dan akomodasi yang besar- pendaftaran PB, pemohon eksekusi dapat
nya ditetapkan dengan Keputusan Menteri mengajukan permohonan eksekusi melalui
(Pasal 21 UU No. 2 Tahun 2004). Pengadilan HI di wilayah domisili pemo-
hon eksekusi untuk diteruskan ke Penga-

11
Akbar Pradima

dilan HI yang berkompeten melaksanakan Pengajuan Gugatan


eksekusi (Pasal 23 ayat (3) UUPPHI). Anjuran tertulis yang ditolak oleh salah
UUPPHI tidak mengatur bentuk tertentu satu pihak/para pihak, dapat dilanjutkan
dari PB yang akan dibuat sebagai hasil musya- penyelesaian perselisihannya ke Pengadilan
warah yang melahirkan kesepakatan. Dalam HI setempat. Penyelesaian selanjutnya dilak-
hal ini, dapat dipedomani bentuk risalah sanakan dengan pengajuan gugatan oleh salah
perundingan yang diatur dalam UUPPHI. satu pihak, dengan dilampiri risalah bukti
Dalam membuat risalah perundingan sekurang perundingan dan hasil konsiliasi (Pasal 24 UU
kurangnya memuat: No. 2 Tahun 2004).
1) nama lengkap dan alamat para pihak,
2) tanggal dan tempat perundingan, 3. Mediasi
3) pokok masalah/alasan perselisihan, Penyelesaian perselisihan melalui mediasi
4) pendapat para pihak, meliputi penyelesaian perselisihan:
5) kesimpulan/hasil perundingan, dan a) hak,
6) tanggal serta tandatangan para. pihak yang b) kepentingan,
melakukan perundingan (Pasal 6 UU No. 2 c) PHK, dan
Tahun 2004). d) perselisihan antar SP/SB dalam satu peru-
sahaan. Penyelesaian melalui mediasi
Anjuran Tertulis dilakukan dengan musyawarah yang dite-
ngahi oleh seorang/para konsiliator yangnetral
Apabila penyelesaian melalui konsiliasi
(Pasal 1 butir 11 UU No. 2 Tahun 2004).
tidak tercapai kesepakatan, konsiliator menge-
Yang dimaksud dengan mediator adalah
luarkan anjuran tertulis, dalam waktu selam-
pegawai instansi pemerintah yang di bidang
bat-lambatnya 10 hari kerja sejak sidang
ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat
konsiliasi pertama. Anjuran tertulis tersebut
sebagai mediator yang ditetapkan oleh Menteri
memuat:
untuk bertugas melakukan mediasi dan mem-
1) keterangan pekerja atau keterangan SP,
punyai kewajiban memberikan anjuran tertulis
2) keterangan pengusaha,
kepada para pihak yang berselisih untuk
3) keterangan saksi/saksi ahli(apabila ada),
menyelesaikan perselisihan yang menjadi
4) pertimbangan hukum dan kesimpulan kon-
kewenangannya (Pasal l butir 12 UU No. 2
siliator, dan
Tahun 2004).
5) isi anjuran.
Apabila tidak ada kesepakatan kedua belah
Para pihak sudah memberikan jawaban
pihak untuk menyelesaikan perselisihannya
secara tertulis kepada konsiliator yang isinya
melalui konsiliasi/arbitrase, sebelum diajukan
menyetujui/menolak anjuran tertulis dalam
ke Pengadilan HI, atau khusus untuk perse-
waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja sete-
lisihan hak, terlebih dahulu diselesaikan mela-
lah menerima anjuran tertulis. Pihak yang
tidak memberikan pendapatnya dianggap lui mediasi. Hal ini dimaksudkan untuk meng-
hindari menumpuknya perkara PHI di penga-
menolak anjuran tertulis. Dalam hal para pihak
dilan (Pasal 4 ayat (4) UU No. 2 Tahun 2004).
menyetujui anjuran tertulis, dalam waktu
Dalam menjalankan tugasnya, mediator
selambat-lambatnya tiga hari kerja sejak
berkewajiban untuk:
anjuran tertulis disetujui, konsiliator sudah
1) memanggil para pihak yang berselisih
selesai membantu para pihak membuat PB
untuk dapat didengar keterangan yang
untuk kemudian didaftar di Pengadilan HI di
diperlukan,
wilayah pihak-pihak mengadakan PB, untuk
2) mengatur dan memimpin mediasi,
mendapatkan akta bukti pendaftaran (Paso 23
3) membantu membuat perjanjian bersama,
ayat (2) UU No. 2 Tahun 2004).
apabila tercapai kesepakatan,
4) membuat anjuran secara tertulis, apabila
tidak tercapai kesepakatan penyelesaian,
5) membuat risalah PPHI,

12
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Pengadilan

6) membuat laporan hasil PPHI. bangkan waktu panggilan sehingga sidang


mediasi dapat dilaksanakan selambat-lam-
Dalam menjalankan kewajibannya, media-
batnya tujuh hari kerja sejak menerima
tor mempunyai kewenangan untuk:
pelimpahan tugas untuk menyelesaikan per-
1) menganjurkan kepada para pihak yang ber-
selisihan,
selisih, untuk merundingkan terlebih dahu-
4) melaksanakan sidang mediasi dengan me-
lu dengan itikad baik,
ngupayakan penyelesaian secara musya-
2) meminta keterangan, dokumen, dan surat-
warah untuk mufakat,
surat yang berkaitan dengan perselisihan,
5) mengeluarkan anjuran secara tertulis kepa-
3) mendatangkan saksi atau saksi ahli dalam
da para pihak apabila penyelesaian tidak
mediasi apabila diperlukan,
mencapai kesepakatan dalam waktu selam-
4) membuka buku dan meminta surat-surat
bat-lambatnya 10 hari kerja sejak sidang
yang diperlukan dari para pihak dan instan-
mediasi pertama,
si atau lembaga terkait, dan
6) membantu membuat perjanjian bersama
5) menerima atau menolak wakil para pihak
(PB) secara tertulis apabila tercapai kesepa-
berselisih apabila ternyata tidak memiliki
katan penyelesaian, yang ditandatangani
surat kuasa (Kepmenakertrans No. KEP-
oleh para pihak dan disaksikan oleh media-
92/MEN/VI/2004)).
tor,
7) memberitahu para pihak untuk mendaftar-
Proses Penyelesaian
kan PB yang telah ditandatangani para
Penyelesaian melalui mediasi dilaksanakan pihak ke Pengadilan HI tempat dimana PB
setelah para pihak mencacatkan perselisihan- ditandatangani untuk mendapatkan akta
nya kepada instansi ketenagakerjaan setempat, bukti pendaftaran, dan
karena tidak sepakat untuk menyelesaikan 8) membuat risalah pada setiap PPHI.
perselisihannya melalui arbitrase atau konsi-
Apabila dalam proses mediasi salah satu
liasi, atau karena menyangkut perselisihan
pihak atau para pihak menggunakan jasa kuasa
hak. Dengan demikian, penyelesaian melalui
hukum, pihak yang menggunakan jasa kuasa
mediasi menjadi wajib. Penyelesaian perseli-
hukum tersebut harus tetap hadir. Apabila para
sihan melalui mediasi dilakukan oleh mediator
pihak telah dipanggil dengan mempertim-
yang berada di setiap kantor instansi ketena-
bangkan waktu penyelesaian ternyata pihak
gakerjaan Kabupaten/Kota.
pemohon tidak hadir, permohonan tersebut
Dalam waktu selambat-lambatnya tujuh
dihapus dari buku perselisihan. Dalam hal para
hari kerja setelah menerima pelimpahan PPHI,
pihak telah dipanggil dengan mempertimbang-
mediator sudah mengadakan penelitian ten-
kan waktu penyelesaian ternyata pihak ter-
tang duduknya perkara. Dalam waktu paling
mohon tidak hadir, mediator mengeluarkan
lama 30 hari kerja sejak menerima pelimpahan
anjuran tertulis berdasarkan data yang ada.
perselisihan, harus sudah menyelesaikan
tugasnya (Pasal 10 dan 15 UU No. 2 Tahun Dalam menjalankan tugasnya, apabila di-
perlukan, mediator dapat melakukan koor-
2004).
dinasi dengan pegawai pengawas ketenagaker-
Segera setelah menerima pelimpahan berkas
jaan. Untuk perselisihan yang diikuti dengan
perselisihan, mediator mengambil langkah
ancaman pemogokan/penutupan perusahaan,
penyelesaian sebagai berikut:
instansi ketenagakerjaan yang menerima
pemberitahuan pemogokan/penutupan perusa-
1) melakukan penelitian berkas perselisihan,
haan, atas penunjukan kepala instansi kete-
2) melakukan sidang mediasi paling lambat
nagakerjaan, mediator segera mengupayakan
tujuh hari kerja setelah menerima pelim-
penyelesaian dengan mempertemukan para
pahan tugas untuk menyelesaikan perse-
pihak untuk melakukan musyawarah agar
lisihan,
tidak terjadi pemogokan/ penutupan perusa-
3) memanggil para pihak secara tertulis untuk
haan. Dalam hal musyawarah untuk menghen-
menghadiri sidang dengan mempertim-
tikan pemogokan/penutupan perusahaan tidak

13
Akbar Pradima

tercapai, penyelesaian perselisihan dilanjutnya bank apabila telah ada izin dari Bank Indo-
sebagai mana mestinya. nesia/dari pemilik rekening yang bersang-
Anjuran tertulis mediator memuat: kutan, sesuai dengan ketentuan UU No. 10
1) keterangan pekerja/ SP, Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 11 dan
2) keterangan pengusaha, 12 UU No. 2 Tahun 2004).
3) keterangan saksi-saksi ahli apabila ada,
4) pertimbangan hukum dan kesimpulan me- 4. Penyelesaian Dengan Kesepakatan
diator, dan Apabila penyelesaian dengan kesepakatan
5) isi anjuran. dapat tercapai atau anjuran mediator diterima
Apabila mediator dalam mengeluarkan dan disepakati oleh kedua belah pihak, dibuat
anjuran ada pertimbangan keterangan yang PB yang ditandatangani oleh para. pihak dan
harus dirahasiakan menurut permintaan pem- disaksikan oleh mediator, untuk kemudian
beri keterangan, dalamanjuran mediator cukup didaftar di Pengadilan HI di wilayah hukum
menyatakan kesimpulan berdasarkan kete- pihak-pihak mengadakan PB, guna menda-
rangan yang harusdirahasiakan dalam pertim- patkan akta bukti pendaftaran. PB sudah di-
bangannya. selesaikan dalam waktu selambat-lambatnya
Apabila para pihak tidak menjawab anjuran tiga hari kerja sejak persetujuan disepakati,
secara tertulis, dianggap menolak anjuran, mediator membantu para pihak membuat PB.
mediator mencatat dalam buku perselisihan Apabila PB dimaksud tidak dilaksanakan
bahwa perselisihan tidak dapat diselesaikan oleh salah satu pihak, pihak yang dirugikan
melalui mediasi dan melaporkan kepada peja- dapat mengajukan permohonan eksekusi kepa-
bat yang memberi penugasan.Apabila para da Pengadilan HI di wilayah PB didaftar untuk
pihak menyetujui anjuran dan menyatakannya mendapat penetapan eksekusi. Dalam hal
secara tertulis,mediator membantu pembuatan pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah
PB secara tertulis selambat-lambatnya tiga hukum Pengadilan HI tempat pendaftaran PB,
hari kerja sejak anjuran disetujui para pihak pemohon eksekusi dapat mengajukan permo-
yang kemudian ditandatangani oleh para pihak honan eksekusi melalui Pengadilan HI di
dan mediator sebagai saksi (pasal 13 UU No. 2 wilayah domisili pemohon eksekusi untuk
Tahun 2004). diteruskan ke Pengadilan HI yang berkompe-
ten melaksanakan eksekusi (Pasal 13 UU No.
Pemanggilan Saksi 2 Tahun 2004).
Mediator dapat memanggil saksi/saksi ahli
untuk hadir dalam sidang mediasi guna Anjuran Tertulis
diminta dan didengar keterangannya. Siapa Mediator menyelesaikan tugasnya dalam
saja yang diminta keterangannya oleh media- waktu selambat-lambatnya 30 hari kerja ter-
tor guna penyelesaian PHI wajib memberikan hitung sejak menerima pelimpahan penyele-
keterangan termasuk membukakan buku dan saian perselisihan. Dalam waktu selambat-
memperlihatkan surat-surat yang diperlukan, lambatnya tujuh hari kerja setelah menerima
antara lain buku tentang upah/surat perintah pelimpahan penyelesaian perselisihan, media-
lembur dan lain-lain yang dilakukan oleh tor mengadakan penelitian tentang duduknya
orang yang ditunjuk mediator. perkara dan segera mengadakan sidang me-
Dalam hal keterangan yang diperlukan oleh diasi (pasal 10 dan 15 UU No. 2 Tahun 2004).
mediator terkait dengan seseorang yang karena Apabila di dalam penyelesaian melalui
jabatannya menjaga kerahasiaan, ditempuh mediasi, tidak tercapai kesepakatan penyele-
prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan saian PHI, mediator menidaklanjutinya dengan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu, mengeluarkan anjuran tertulis. Yang dimaksud
mediator wajib merahasiakan semua kete- dengan anjuran adalah pendapat/saran yang
rangan yang diminta. Contoh, dalam hal sese- diusulkan oleh mediator kepada para pihak
orang meminta keterangan tentang rekening dalam upaya menyelesaikan perselisihan me-
milik pihak lain, akan dilayani oleh pejabat

14
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Pengadilan

reka. Anjuran dimaksud dalam waktu selam- C. Penetapan Oleh Pegawai Pengawas
bat-lambatnya 10 hari kerja sejak sidang medi- Khusus mengenai perselisihan hak, sebe-
asi pertama sudah disampaikan kepada para lum adanya UUPPHI, praktek yang berlang-
pihak. sung selama ini, pegawai pengawas telah
Para pihak selanjutnya memberikan jawa- berperan membantu penyelesaiannya. Hal itu
ban secara tertulis kepada mediator, yang dilakukan sejalan dengan salah satu tugas
isinya menyetujui atau menolak anjuran dalam pegawai pengawas adalah mengawasi ber-
waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja lakunya peraturan perundang-undangan kete-
setelah menerima anjuran. Bagi pihak yang nagakerjaan (pasal 1 ayat (1) butir a UU No. 3
tidak memberikan pendapatnya atas anjuran Tahun 1951 jo. UU Tahun 1948 No. 23).
dimaksud, dianggap menolak tertulis. Dalam Seperti diketahui, timbulnya tuntutan hak
hal para pihak menyetujui anjuran, dalam normatif dari pekerja dapat terjadi karena:
waktu selambat-lambatnya tiga hari kerja a) pengaduan dari pekerja/SP,
sejak anjuran disetujui, mediator membantu b) pengaduan pihak ketiga/keluarga, atau
para pihak membuat PB untuk kemudian c) sebagai temuan hasil pemeriksaan Pegawai
didaftar di Pengadilan HI di wilayah hukum Pengawas Ketenagakerjaan.
pihak-pihak mengadakan PB untuk menda- Langkah penyelesaian dilakukan oleh pega-
patkan akta bukti pendaftaran (pasal 13 ayat wai pengawas ketenagakerjaan dengan mema-
(1) dan (2) UU No. 2 Tahun 2004). nggil pengusaha atau melakukan pemeriksaan
ke perusahaan untuk mengecek kebenaran atas
Pengajuan Gugatan pengaduan yang diterima, atau untuk menin-
Pihak yang menolak anjuran tertulis, selan- dak lanjuti temuan dalam inspeksi yang di-
jutnya dapat mengajukan gugatan perselisi- lakukan terhadap perusahaan.Bila dari hasil
hannya ke Pengadilan HI setempat (pasal 14 pemeriksaan pegawai pengawas, ternyata pe-
UU No. 2 Tahun 2004). ngaduan/temuan tersebut mengandung kebe-
naran, diambil langkah berupa tindakan pem-
Alur Penyelesaian Perselisihan Industrial binaan dengan memberikan nota pemeriksaan
Melalui Mediasi dan Kosiliasi kepada perusahaan, sebagai peringatan agar
perusahaan segera melaksanakan kewajiban-
nya membayar/memberikan hak normatif pe-
kerja. Apabila tindakan pembinaan terhadap
pengusaha untuk melaksanakan kewajiban
normatifnya kepada pekerja tidak diindahkan,
pegawai pengawas kemudian menerbitkan
penetapan hak dimaksud, untuk dilunasi/
dipenuhi.
Sebelum adanya lembaga PPHI, setelah
dikeluarkannya penetapan oleh pegawai pe-
ngawas, pekerja/SP/ahli waris pekerja, menun-
tut haknya melalui PN setempat atau oleh SP
melalui P-4 Daerah/Pusat.Terhadap perusaha-
an yang tetap tidak melaksanakan peringatan
pegawai pengawas, diambil tindakan represif
non justisia, yaitu tindakan penyelesaian di
luar lembaga peradilan. Tindakan itu berupa
perintah kepada pengusaha untuk membuat
surat pernyataan kesanggupannya untuk mem-
bayar/memberikan hak-hak normatif pekerja
yang telah ditetapkan oleh pegawai pengawas,
dalam batas waktu yang ditentukan. Bila tetap

15
Akbar Pradima

tidak dilaksanakan oleh pengusaha, oleh ayat (2) PP No. 14 Tahun 1993, dan Perme-
pegawai pengawas yang mempunyai kewe- naker No. Kep-05/Meu/93).
nangan sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil Mengenai perselisihan hak atas upah
(PPNS), dapat mengambil tindakan represif lembur juga telah diatur tersendiri. Apabila
projustisia, melakukan penyidikan untuk di- terjadi perbedaan perhitungan tentang besar-
ajukan ke pengadilan, karena pengusaha telah nya upah lembur, yang berwenang menetap-
melakukan pelanggaran pidana terhadap ke- kan besarnya upah lembur adalah pegawai
tentuan hukum ketenagakerjaan. pengawas. Penetapan pegawai pengawas yang
Prosedur seperti di atas, khusus mengenai ditolak oleh salah satu pihak, dapat meminta
penyelesaian kecelakaan kerja dan perhi- penetapan ulang kepada pegawai pengawas
tungan upah lembur, telah diatur tersendiri Provinsi. Untuk perbedaan perhitungan upah
secara tegas dalam peraturan perundang- lembur pada perusahaan yang meliputi lebih
undangan. Dalam kasus kecelakaan kerja, dari satu kabupaten/kota, yang berwenang
pengusaha berkewajiban untuk melaporkan menetapkan besarnya upah lembur adalah
setiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat pegawai pengawas Provinsi. Penetapan pega-
kerja yang dipimpinnya, kepada instansi wai pengawas Provinsi yang ditolak oleh salah
ketenagakerjaan. Kewajiban melaporkan satu pihak, dapat meminta penetapan ulang
kecelakaan kerja, berlaku baik bagi pengusaha kepada pegawai pengawas pusat. Dalam hal
yang telah, maupun yang belum mengikut terjadi perbedaan perhitungan tentang besar-
sertakan pekerjanya ke dalam program nya upah lembur pada perusahaan yang
Jamsostek (UU No. 3 Tahun 1992). Tata cara meliputi lebih dari satu Provinsi, yang berwe-
pelaporannya, pengusaha melaporkan secara nang menetapkan besarnya upah lembur
tertulis setiap kecelakaan yang terjadi dalam adalah pegawai pengawas pusat (Kepmenaker-
waktu 2 x 24 jam terhitung sejak terjadinya trans No. KEP.102/MEN/VI/2004).
kecelakaan. Bagi pengusaha yang telah Seyogyanya semua perselisihan hak, pe-
mengikutsertakan pekerjanya dalam Jamsos- nyelesaiannya dilakukan seperti kedua keten-
tek, melaporkan kecelakaan kerja kepada tuan diatas. Setelah adanya penetapan pegawai
instansi ketenagakerjaan dan Badan Penye- pengawas, dapat langsung di gugat ke Penga-
lenggara. Bagi pengusaha yang belum mengi- dilan HI, karena pada tingkat pegawai penga-
kut sertakan pekerjanya dalam Jamsostek, was telah berlangsung upaya hukum semacam
melaporkan kecelakaan kepada instansi kete- banding. Dengan demikian, setelah penetapan
nagakerjaan setempat (Pasal 11 ayat (1) UU pegawai pengawas bersifat final, tidak perlu
No 1 Tahun 1970, Permenaker No. Kep- lagi ditempuh jalan perundingan (bipartit) dan
05/Men/93 dan No. 03/MEN/98). penyelesaian oleh penengah (mediator).
Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam Apabila terdapat penggabungan perseli-
penghitungan JKK diantara para pihak peserta sihan, seperti perselisihan PHK yang diikuti
Jamsostek (Badan Penyelenggara/Pengusaha/ dengan perselisihan hak, mediator tidak seke-
tenaga kerja), pegawai pengawas ketenagaker- dar berkoordonasi dengan pegawai pengawas,
jaan menghitung kembali dan menetapkan akan tetapi meminta pegawai pengawas untuk
sesuai ketentuan undang-undang. Untuk peng- melakukan penyelidikan dan menetapkan hak-
hitungan santunan kecelakaan kerja bagi yang hak normatif pekerja. Dengan demikian kedu-
bukan peserta Jamsostek, pegawai pengawas dukan pegawai pengawas dalam perselisihan
melakukan penetapan santunan kecelakaan hak, tidak sebatas sebagai saksi ahli saja, akan
kerjanya. Apabila penetapan pegawai penga- tetapi merupakan lembaga yang berwenang
was ditolak oleh para pihak (Badan Penye- menyelesaikan perselisihan hak diluar penga-
lenggara/ Pengusaha/pekerja peserta Jamsos- dilan. Bentuk penyelesaian seperti diatas,
tek, atau oleh Pengusaha/ pekerja, bagi yang dalam praktek selama ini telah lama berlang-
bukan peserta Jamsostek), penetapan selanjut- sung. Apabila hal ini ditempuh, maka asas
nya dilakukan oleh Menteri (Pasal 24 ayat bahwa penyelesaian perselisihan harus dilaku-
(2),(3) (4) UU No. 3 Tahun 1992, Pasal 16

16
Alternatif Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Di Luar Pengadilan

kan secara adil, cepat dan biaya ringan, dapat ___, 2003, Pengantar Hukum Ketenagaker-
tercapai. jaan Indonesia, CitraAditya Bakti, Ban-
Alasan lain dari pandangan di atas, ber- dung.
dasarkan data, perselisihan hak adalah Bambang S. Widagdo Kusumo, 2006, Mengu-
perselisihan yang paling banyak terjadi. Selain rai Benang Kusut Hukum Perburuhan dan
itu, selama penyelesaian perselisihan hak, Himpunan Peraturan Perundang-Undang-
biasanya hubungan kerja masih tetap berlang- an Ketenagakerjaan, Annadia, Sidoarjo.
sung, sehingga dengan cara yang demikian,
ketenangan industrial dapat tetap terpelihara. ___, 2010, Hubungan Industrial Indonesia,
MateriKuliah Magister Ilmu Hukum
PENUTUP UNTAG
Alternatif Penyelesaian Perselisihan/seng- ___, 2010, Filosofi Perlindungan Tenaga
keta diatur dalam Undang-Undang No. 30 Kerja DanPermasalahannya Dalam Prak-
tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif tek, Makalah pada Seminar Hubungan
Penyelesaian Sengketa dan Undang-Undang Industrial di Inna Tretes Hotel, Pasuruan
No 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian ___, 2005, Menyongsong Pelaksanaan UU
Perselisihan Hubungan Industrial.Yuridiksi No. 2 Tahun 2004,seminar sehari Ketena-
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 khusus gakerjaan, Surabaya
mengatur penyelesaian melalui Arbitrase,
Negosiasi, Konsiliasi, Mediasi, Konsultasi, ___, 2000, Peranan Serikat Pekerja dan
dan Pendapat Ahli danSengketa yang dapat Paradigma Baru Hubungan Industrial di
diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa Indonesia, Himpunan Pembina SDM Indo-
di bidang perdagangan dan mengenai hak nesia, Jakarta.
yang menurut hukum dikuasai sepenuhnya ___, 2007, Dinamika Hak Mogok, Laros,
oleh pihak yang bersengketa Sidoarjo
Yuridiksi Undang-Undang No. 2 Tahun
2004 khusus mengatur perundingan bipartit, Cosmas Batubara, 2008, Hubungan Industrial,
arbitrase, konsiliasi, mediasi untuk masalah PPM, Jakarta.
perselisihan hubungan industrial serta Penga- Darwan Prinst, 2000, Hukum Ketenagakerjaan
dilan Hubungan Industrial: pengadilan khusus Indonesia, Citra Aditya Bakti,Bandung
dalam lingkungan pengadilan negeri, berwe-
Emirzon Joni, 2001, Alternatif Penyelesaian
nang memeriksa, mengadili, memutus perseli-
Sengketa di Luar Pengadilan, Gramedia
sihan hubungan industrial.
Pustaka Umum, Jakarta
Sehingga alternatif penyelesaian sengketa
adalah pemecahan masalah dengan bekerjasa- Gandi Sugandi, 2006, Proses Penyelesaian
ma dan para pihak yang bersengketa masih Perselisihan Hubungan Industrial,Makalah
mengharapkan hubungan yang terus berlanjut pada Wokshop Hubungan Industrial di
(dengan baik), APS adalah pilihan terbaik. Hotel Aryaduta,Bogor
Alternatif Penyelesaian Sengketa mengutama- Hidayat Muharam, 2006, Hukum Ketenaga-
kan “win-win solution”, dengan kesediaan kerjaan serta Pelaksanaannya di Indone-
saling “take and give” sementara putusan sia, Citra Aditya Bakti, Bandung
hakim dapat masih menyisakan rasa ketidak-
puasan salah satu pihak Ismail Nawawi, 2005, Himpunan Peraturan
Ketenagakerjaan di BidangPerselisihan
Hubungan Industrial dan Pemutusan
DAFTAR BACAAN Hubungan Kerja, Citra Wacana, Surabaya
Abdul Khakim, 2009, Dasar Dasar Hukum Imam Supomo, 1992, Pengantar Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia, Aditya Bakti, Perburuhan, Djambatan Jakarta.
Bandung.

17
Akbar Pradima

___, 1992, Pengantar Ilmu Perburuhan, R. Surbekti, R. Tjitrosudibyo, 2004, Kitab


Djambatan, Jakarta Undang Undang Hukum Perdata, Edisi
Revisi, Pradya Paramita, Jakarta
Imam Syahputra, 2004, Tanya Jawab Kete-
nagakerjaan Indonesia, Harfindo, Jakarta Suwarto, 2003, Hubungan Industrial Dalam
Praktek, Asosiasi HubunganIndutrial Indo-
Lalu Husni, 2005, Pengantar Hukum Ketena-
nesia, Cetakan 1, Jakarta
gakerjaan, Raja GrafindoPersada, Edisi
Revisi, Jakarta Whimbo Pitoyo, 2010, Panduan Praktis
Hukum Ketenagakerjaan, Transmedia Pus-
___, 2004, Penyelesaian Perselisihan Hu-
taka, Jakarta
bungan Industrial Melalui Pengadilan
Maupun di Luar Pengadilan, Raja Grafindo Yunus Shamad, 2000, Hubungan Industrial di
Persada, Jakarta Indonesia, Bina Sumber Daya Manusia,
Jakarta
Mohd. Syaufii Syamsuddin, 2003, Perjanjian
Perjanjian Dalam HubunganIndustrial, Zainal Asikin, 1993, Hukum Perburuhan di
Sarana Bhakti Persada, Jakarta Indonesia, Djambatan, Jakarta
___, 2006, Penyelesaian Perselisihan Hu- Zainal Asikin, 1993, Dasar-Dasar Hukum
bungan Industrial Di Luar Pengadilan, Perburuhan, Raja Grafindo Persada,
Makalah pada workshop Hubungan Indus- Jakarta.
trial diHotel Aryaduta, Bogor
Martono, 2005, Kedudukan Pekerja dalam 2. Peraturan Perundang-Undangan
Perusahaan dan Solusi PraktisPerselisihan Undang Undang RI Nomor 21 Tahun 2000
Hubungan Industrial Tinjauan Sosiologis Tentang Serikat Pekerja/SerikatBuruh
dan YuridisNormatif, Seminar Sehari Kete- Undang Undang RI No. 13 Tahun 2003 Ten-
nagakerjaan, Surabaya tang Ketenagakerjaan
Payaman Simanjuntak, 2003, Manajemen Undang Undang RI No. No. 2 tahun 2004
Hubungan Industrial, PustakaSinar hara- Tentang Penyelesaian Perselisihan Hu-
pan, Cetakan 1, Jakarta bungan Industrial
Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang
___, 1992, Masalah-Masalah Hubungan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Industrial di Indonesia, Himpunan Pembi-
na SDM Indonesia, Jakarta Keputusan Menakertrans RI No. Kep. 48/
MEN/IV/2004, Tentang tata cara pembua-
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian tan dan pendaftaran Perjanjian Kerja
Hukum, Kencana Media Grup, cetakan VI, Bersama.
Jakarta.
Purbadi & Associates, Strategi Beracara di Himpunan Lengkap Undang Undang Bidang
Pengadilan HubunganIndustrial, Makalah Perburuhan, Laboratorium PusatData Hukum
pada Workshop Hubungan Industrial di Fakultas Hukum UAJY, Penerbit Andi,
Hotel Aryaduta, Bogor tanggal 4 Mei 2006 Jogjakarta, 2006.

18

Anda mungkin juga menyukai