Anda di halaman 1dari 6

Luka Bakar adalah kondisi kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh panas,

bahan kimia, listrik, radiasi, cairan, uap panas, atau gas yang mudah terbakar. Dan penting
bagi pasien atau pun dokter untuk mengetahui luas serta derajat luka bakar untuk menilai
tingkat keparahan luka serta menentukan pengobatan dan perawatan luka selanjutnya.

Kenapa orang yang memiliki luka bakar harus menjalani diet luka bakar?

Pemilihan makanan yang tepat tidak hanya mengembalikan energi yang hilang dari pasien
luka bakar, tetapi juga membantu memperbaiki kerusakan jaringan yang terjadi. Tanpa diet
yang baik, maka pasien luka bakar justru akan semakin kritis, kekurangan energi, dan
kerusakan jaringan yang terjadi akan bertambah parah. Pemberian dan komposisi dari
makanan juga tergantung dengan derajat luka bakar yang diderita, semakin tinggi derajat
luka bakarnya maka semakin tinggi kebutuhan akan zat gizinya.

Makanan wajib dalam diet luka bakar adalah sebagai :

Protein

Pasien dengan luka bakar sangat membutuhkan jumlah protein untuk membantu


memperbaiki jaringan yang rusak. Kerusakan jaringan membuat banyak protein hilang
dalam tubuh. Selain itu, pasien luka bakar juga kehilangan banyak energi dan hal ini
menyebabkan tubuh menjadikan protein sebagai sumber energi utama, sehingga protein di
dalam tubuh pasien luka bakar sangat rendah. Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia, protein
yang dibutuhkan pasien luka bakar dalam sehari yaitu sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori
total. Jika kebutuhan protein tidak dipenuhi akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan
tubuh, kehilangan massa otot yang cukup banyak, serta memperlambat proses
penyembuhan.

Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber gula yang digunakan tubuh sebagai sumber energi utama.
Proses penyembuhan luka bakar membutuhkan energi yang cukup besar, oleh karena itu
dibutuhkan sumber energi tubuh yang juga cukup banyak untuk menunjang hal tersebut.
Sumber energi didapatkan dari karbohidrat, sehingga pasien dengan luka bakar
memerlukan sebanyak 50 hingga 60 persen karbohidrat dari total kalori dalam sehari. Bila
kebutuhan dari pasien luka bakar tersebut adalah 2500 kalori, maka jumlah karbohidrat yang
harus dikonsumsi dalam sehari adalah 312 sampai 375 gram. Jika karbohidrat tidak
terpenuhi, maka energi yang dihasilkan akan berkurang, atau malah tubuh akan mengambil
sumber protein – yang seharusnya melakukan perbaikan jaringan, sebagai sumber energi,
pengganti karbohidrat.

Lemak

Kebutuhan lemak untuk pasien luka bakar tidak terlalu tinggi seperti protein dan karbohidrat.
Lemak memang dibutuhkan tubuh untuk proses penyembuhan dan sebagai ekstra
cadangan energi untuk meningkatkan proses metabolisme. Tetapi terlalu banyak lemak
yang dimakan malah akan berdampak buruk bagi kesehatan. Lemak yang terlalu tinggi
mengakibatkan peradangan di dalam tubuh dan menurunkan sistem imun, sehingga
penyembuhan akan semakin sulit dilakukan. Jumlah lemak yang dibutuhkan dalam sehari
adalah 15-20% dari total kalori. Lebih baik mengonsumsi sumber lemak yang baik, yaitu
makanan dengan lemak tidak jenuh tinggi seperti kacang, alpukat, minyak zaitun, dan ikan.
Vitamin dan mineral

Tidak hanya zat gizi makro yang diperlukan, tetapi berbagai zat gizi mikro juga diperlukan
untuk mempercepat proses penyembuhan. Pemberian vitamin A, B, C, dan D dalam jumlah
tinggi sangat dianjurkan bagi pasien luka bakar. Selain itu, mineral yang juga dibutuhkan
dalam jumlah yang cukup banyak adalah zat besi, seng, natrium, kalium, fosfor, dan
magnesium. Makanan seperti daging sapi, hati sapi, daging ayam tanpa kulit, merupakan
sumber yang baik untuk vitamin A, zat besi dan seng. Sedangkan vitamin C bisa didapatkan
dari berbagai buah-buahan.

KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat, kedalaman dan luasnya luka bakar.5-
7,10-12 Berdasarkan derajat dan kedalamannya, luka bakar diklasifikasikan seperti pada tabel
1 dibawah ini:

Derajat luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yakni tingkat 1, 2 dan
3. Setiap derajat luka bakar dinilai berdasarkan tingkat keparahan dan kerusakan
yang diakibatkan pada kulit.
 Derajat luka bakar tingkat 1 (superficial burn). Yakni luka bakar yang
hanya memengaruhi epidermis atau lapisan kulit luar saja. Secara klinis,

tandanya berupa kulit yang tampak merah, kering, dan terasa sakit.
Contohnya, luka bakar yang disebabkan oleh sinar matahari. Luka bakar
tingkat satu ini tidak terlalu mengkhawatirkan dan bisa sembuh dengan
sendirinya.

 Derajat luka bakar tingkat 2 (superficial partial-thickness burn). Yakni


luka bakar yang terjadi pada epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit
(lapisan kulit yang lebih dalam). Secara klinis, kulit akan tampak merah, lecet,
melepuh, bengkak dan terasa sakit. Luka bakar tingkat dua ini bisa ditangani
dengan beberapa metode pengobatan tanpa operasi atau bedah.
 Derajat luka bakar tingkat 3 (full thickness burn). Kerusakan jaringan
mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, atau lebih dalam lagi.
Secara klinis kulit tampak putih, kasar, namun juga dapat terlihat hangus, dan
mati rasa. Operasi atau bedah menjadi pilihan utama untuk menangani luka
bakar pada derajat ini.

Penentuan luka bakar juga dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni:
 Luka bakar minor yang terdiri dari luka bakar tingkat pertama di bagian tubuh
manapun, termasuk pula luka bakar tingkat dua yang lebarnya 5-7,5 cm.
 Luka bakar mayor yang terdiri dari luka bakar tingkat 2 pada tangan, kaki,
wajah, alat kelamin dan bagian tubuh lainnya dengan lebar luka lebih dari 5-
7,5 cm. Derajat luka bakar tingkat 3 juga termasuk pada kelompok luka bakar
mayor.

Dibandingkan dengan luka bakar tingkat pertama dan kedua, derajat luka bakar
tingkat tiga lebih berisiko menimbulkan komplikasi seperti infeksi, kehilangan banyak
darah, syok, bahkan menyebabkan kematian. Luka bakar yang parah juga dapat
berisiko menyebabkan hipotermiadan hipovolemia (penurunan abnormal jumlah
plasma darah).
PATOFISIOLOGI
1. Respon lokal Segera setelah kontak permukaan kulit dengan sumber panas, terjadi nekrosis
kulit yang terkena. Menurut Jackson, ada tiga zona konsekutif pada luka bakar yaitu:
koagulasi, stasis, dan hiperemis. Zona koagulasi menggambarkan area yang terkena kontak
erat dengan sumber panas. Sel pada area ini mengalami nekrosis koagulasi dan tidak
membaik. Pada zona ini terjadi kehilangan jaringan yang ireversibel. Zona stasis adalah area
konsentris yang kerusakan jaringannya lebih sedikit, ditandai dengan penurunan perfusi
jaringan. Jaringan pada zona ini berpotensi untuk diselamatkan. Zona hiperemis adalah zona
terluar dimana perfusi jaringan meningkat. Sel pada area ini mengalami trauma minimal, dan
pada sebagian besar kasus akan membaik dalam 7-10 hari.
2. Respon sistemik Respon metabolik tergantung pada luasnya luka bakar. 20% total
permukaan tubuh, Terdapat dua fase yang terjadi pada penderita luka bakar, yaitu fase flow.
Fase ebb terjadi pada 24 jam pertama, dan fase fase ebb terjadi kondisi hipometabolisme,
sementara p konsentrasi hormon katabolik pada metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak Gangguan metabolisme glukosa dan resistensi insulin.8,9,11,16 berlangsung hingga
40-90 hari paska luka bakar hingga setahun paska luka bakar, dua tahun setelah luka bakar.
lipolisis.4,6,8,9,16 Kadar mikronutrien juga terganggu paska luka bakar karena adanya
kehilangan melalui luka, pemakaian ya kurangnya asupan pengganti selenium, vitamin C,
tokoferol, retinol, keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini: epidermis
dermis Zona stasis dipertahankan Resusitasi adekuat Gambar 3. Zona luka bakar oleh
Jackson14 Respon metabolik tergantung pada luasnya luka bakar.3,6,8 Bila luas luka bakar
melebihi 20% total permukaan tubuh, maka akan terjadi respon sistemik.5 dua fase yang
terjadi pada penderita luka bakar, yaitu fase terjadi pada 24 jam pertama, dan fase flow
berlangsung setelahnya terjadi kondisi hipometabolisme, sementara pada fase flow terjadi
peningkatan konsentrasi hormon katabolik. 4,8,10,11 Kondisi hipermetabolik menye
arbohidrat, protein dan lemak. 3,5,6,9,10,15 Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi
berupa peningkatan glukoneogenesis 16 Pada metabolisme protein, terjadi peningkatan 90
hari paska luka bakar6,9,16 Penurunan lean body mass hingga setahun paska luka bakar,
sedangkan pertumbuhan linear dapat terganggu dua tahun setelah luka bakar.4 Gangguan
metabolisme lemak berupa mikronutrien juga terganggu paska luka bakar karena adanya
pemakaian yang meningkat pada kondisi hipermetabolik asupan pengganti. Kondisi tersebut
menyebabkan penurunan zat besi, tamin C, tokoferol, retinol, vitamin A dan peningkatan
tembaga keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Zona koagulasi epidermis
dermis Zona stasis Zona hiperemis Zona koagulasi Zona stasis dipertahankan Zona stasis
hilang Resusitasi adekuat Resusitasi inadekuat 5 ila luas luka bakar melebihi dua fase yang
terjadi pada penderita luka bakar, yaitu fase ebb dan fase berlangsung setelahnya. Pada
terjadi peningkatan menyebabkan perubahan upa peningkatan glukoneogenesis Pada
metabolisme protein, terjadi peningkatan proteolisis, dan lean body mass terjadi dapat
terganggu hingga Gangguan metabolisme lemak berupa peningkatan mikronutrien juga
terganggu paska luka bakar karena adanya ng meningkat pada kondisi hipermetabolik dan
penurunan zat besi, seng, tembaga.
KEBUTUHAN CAIRAN
ENERGI DAN NUTRISI Menentukan kebutuhan cairan Resusitasi cairan diberikan pada anak yang
menderita luka bakar dengan total luas area yang terkena lebih dari 10%. Jumlah cairan terbesar
yang hilang pada luka bakar adalah pada 24 jam pertama paska luka bakar. Tujuan utama resusitasi
cairan adalah mempertahankan perfusi jaringan ke daerah stasis sehingga mencegah luka bakar
lebih dalam. Pada saat ini, perhitungan pemberian cairan resusitasi yang paling sering digunakan
adalah rumus Parkland, menggunakan cairan kristaloid seperti tampak dibawah ini:
Total cairan yang diperlukan dalam 24 jam adalah:
4 mlx(total area tubuh yang terkena luka bakar (%))xberat badan (kg) + maintenance

Pada 8 jam pertama diberikan 50% cairan dan 50% sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya.
Perhitungan cairan maintenance pada anak adalah 4 ml/kg untuk 10 kgBB pertama, 2 ml/kg untuk 10
kgBB kedua dan 1 ml/kg untuk BB > 20 kg. 5,9,10,13 Setelah 24 jam, infus koloid diberikan dengan
kecepatan 0,5 ml x (total burn surface area (%)) x (berat badan (kg)), dan kristaloid maintenance
dilanjutkan dengan kecepatan 1,5 ml x (burn area) x (berat badan). Parameter yang dipantau adalah
pengeluaran urin 1-1,5 ml/kg/jam.
MENENTUKAN KEBUTUHAN KARBOHIDRAT
Komposisi karbohidrat adalah 50-60% dari total kalori. Pemberian glukosa secara parenteral tidak
melebihi 5-7 mg/kg/menit. Bila glukosa diberikan berlebihan dapat menyebabkan intoleransi
glukosa, peningkatan produksi karbondioksida, peningkatan sintesis lemak, dan terjadinya infiltrasi
lemak di hepar.
MENENTUKAN KEBUTUHAN PROTEIN
Jumlah protein yang diperlukan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain derajat kerusakan
jaringan yang, ekskresi nitrogen melalui urin dan eksudat luka, kemampuan hati untuk mensintesis
protein, dan kecukupan terapi nutrisi.1,9 Pada penderita luka bakar, kebutuhan akan protein
meningkat akibat proteolisis dan untuk perbaikan jaringan.9 Pemberian protein yang
direkomendasikan adalah 23-25% dari total kalori dengan perbandingan kalori berbanding nitrogen
sebesar 80:1 atau 2,5-4 g protein/kg. 1,6 Pendapat lain membagi kebutuhan protein menurut usia
yaitu 2-3 g/kg/hari untuk usia 0-2 tahun, 1,5-2 g/kg/hari untuk usia 2-13 tahun, dan 1,5 g/kg/hari
untuk usia 13-18 tahun
MENENTUKAN KEBUTUHAN LEMAK
Kebutuhan lemak adalah 15-25 g/kg/hari dengan komposisi 20% atau kurang dari total kalori.
MENENTUKAN KEBUTUHAN ENERGI
Berbagai formula telah dikembangkan untuk memperkirakan kebutuhan nutrisi pada penderita luka
bakar.8 Pada tahun 1970, formula yang paling sering digunakan yaitu persamaan Curreri. Pada tahun
1976, dikembangkan formula Pennisi yang memperkirakan energi yang diperlukan dalam bentuk
kalori dan protein dalam gram. Formula untuk anak yang paling sering digunakan adalah Harris-
Benedict, Mayes dan World Health Organization. 8 Berbagai formula untuk menghitung kebutuhan
kalori dapat dilihat pada tabel dibawah 2 ini:

KEBUTUHAN MIKRONUTRIEN
Pemberian tembaga, selenium, dan seng telah terbukti aman dan berguna pada luka bakar dalam
menurunkan risiko infeksi, penyembuhan luka yang lebih cepat, dan lama perawatan di ruang
intensif yang lebih pendek.15 Pemberian mikronutrien yang direkomendasikan seperti tampak pada
dibawah ini:
1. Vitamin A (total) beta-carotene 10.000 IU/hari; Minimal 30 mg/hari
2. Vitamin C 66 mg/kg/jam; selama resusitasi 5-10 x RDA setelahnya
3. Vitamin B, asam folat : 2-3 x RDA
4. Vitamin E Minimal 100 mg/hari
5. Mineral tembaga 2,5-3,1 mg/hari , selenium 315-380.

Pengobatan dan Perawatan Berdasarkan Derajat Luka Bakar


Pengobatan luka bakar ditentukan berdasarkan jenis atau derajat luka bakar. Luka
bakar tingkat pertama dapat ditangani dengan produk perawatan kulit, seperti
krim lidah buaya, salep antibiotik, dan obat penghilang rasa sakit. Sedangkan luka
bakar tingkat dua dapat diobati dengan krim antibiotik, salep, serta obat yang
diresepkan dokter.
Adapun penanganan pada derajat luka bakar tingkat tiga bisa berupa tindakan
bedah dan pencangkokan kulit. Luka bakar yang parah dan merusak sebagian besar
jaringan tubuh memerlukan perawatan di rumah sakit, seperti antibiotik suntikan
untuk mencegah infeksi, serta cairan infus untuk menggantikan cairan yang hilang
saat kulit terbakar. Pasien dengan derajat luka bakar tingkat 3 juga mungkin
memerlukan tindakan operasi, fisioterapi, rehabilitasi, atau bahkan perawatan
seumur hidup.
Pastikan Anda tidak mengobati luka bakar dengan obat rumahan seperti es, pasta
gigi, mentega, atau telur. Selain tidak efektif, cara tersebut bisa membuat luka bakar
semakin parah. Hindari pula menempelkan bola kapas ke luka bakar, karena serat
kecil kapas bisa menempel pada luka dan meningkatkan risiko infeksi. Jangan
sekali-sekali melakukan pengobatan rumahan terhadap luka dengan derajat luka
bakar tingkat tiga, pergilah ke dokter untuk mendapat penanganan intensif.
Pasalnya, luka bakar parah membutuhkan perawatan medis sesegera mungkin. Hal
ini dapat membantu mencegah munculnya jaringan parut, terjadinya cacat tubuh,
dan kelainan bentuk.

Anda mungkin juga menyukai