NAMA:
Artinda Nur Fenti ( 19121084 )
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA 22
2
A. KONSEP DASAR DOKUMENTASI
3
d) Menulis dan mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan
sebagai bagian catatan yang permanen.
e) Mendokumentasikan hasil observasi secara akurat, benar, lengkap,
dan sesuai urutaan waktu.
f) Mendokumentasikan evaluasi sesuai urutan waktu yang meliputi
selama dirawat, dirujuk, pulang, ataupun perubahan keadaan klien.
g) Merevisi rencana asuhan keperawatan berdasarkan hasil yang di
harapkan dari klien.
Ruang lingkup pendokumentasian pada proses keperawatan yaang spesifik
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Data awal ketika pertama kali klien masuk rumah sakit
b. Kelengkapan riwayat keperawatan dan berbagai
pemeriksaaan
c. Diagnosis keperawatan
d. Rencana asuhan keperawatan
e. Pendidikan kepada klien tentang penyakitnya
f. Intervensi keperawatan dan dokumentasi monitoring
g. Perkembangan terhadap hasil yang di harapkan
h. Evaluasi perencanaan
i. Sisitem perujukan
j. Dan Persiapan klien untuk pulang
2. Standart Dokumentasi Keperawatan
Perawat memerlukan stsndar asuhan keperawatan (SOP =Standard
operating prosedur) guna untuk memperkuat pola pendokumentasian dan
sebagai petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam
memberikan asuhan keperawatan .
Standar dokumentasi sendiri adalah suatau ukuran atau model yang
harus dipenuhi oleh perawat baik kualitas maupun kuantitas dokumentasi
yang dipertimbangkan dengan baik dalam situasi tertentu.
Di bawah ini adalah merupakan contoh penggunaan pola standar
dokumentasi keperawatan yang efektif:
a. Kepatuhan terhadap aturan pendukumentasian yang ditetapkan oleh profesi
atau pemerintah.
b. Standar profesi keperawatan dituliskan kedalam catatan kesehatan
4
c. Peraturan tentang praktik keperawatan dapat dilihat pada catatan
pelayanan kesehatan
d. Pedoman akreditasi harus di ikuti Jika semua aturan di ikuti secara
konsisten maka catatan kesehatan akan menjadi dokumentasi
keperwatan yang baik dan dapat di pertanggung jawabkan.
5
jasa pelayanan keperawatan (perawat), oleh karena itu dalam
memasukan data harus jelas baik waktu maupun tanggal pelaksanaan.
b. KUALITAS PELAYANAN
Pendokumentasian data klien harus lengkap dan akurat, akan
memberikan kemudahan bagi parawat dalam membantu menyelesaikan
masalah klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat
teratasi . hal ini akan membantu meningkatan kualitas/mutu pelayanan
keperawatan
c. KOMUNIKASI
Merupakan alat komunikasi yang di jadikan pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan
d. KEUANGAN
Dokumentasi merupakan alat pertimbangan dalam besarnya jumlah
biaya keperawatan klien
e. PENDIDIKAN
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut
kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat sebagai
refrensi pembelajaran bagi peserta didik atau profesi keperawatan
f. PENELITIAN
Karena data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang
dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan
profesi keperawatan.
g. AKREDITASI
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan
fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Dengan demikian dapat di ambil kesimpulan mengenai tingkat
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang di berikan guna
pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermafaat
bagi peningkatan kualitas pelayanan, juga bagi individu perawat dalam
mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.
6
B. DOKUMENTASI PADA TATANAN PERAWATAN AKUT/RAWAT
JALAN
Dokumentasi di keperawatan akut merupakan dokumentasi yang
dilaksanakan di keperawatan akut. Hal-hal yang didokumentasikan antara
lain riwayat terjadinya penyakit, masalah yang terjadi selama masa akut,
respons terhadap pengobatan atau tindakan yang dilakukan, pengkajian fisik
dan lain-lain. Keperawatan akut adalah keperawatan yang bersifat sementara
(keperawatan jangka pendek) yang dilakukan di ruang UGD.
Pada pelayanan akut, dokumentasi digariskan sesuai dengan
persyaratan birokrasi, seperti peraturan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, aspek legal, etika professional, filosofi dan kebijakan institusi.
Umumnya, yang menetapkan kebijakan dan pelaksanaan dokumentasi di
rumah sakit adalah komite rekam medis. Kebijakan yang dibuat komite ini
mencakup singkatan yang digunakan, jenis formulir, kerahasiaan dan aspek
legal dan etik rekam kesehatan. Dokumentasi yang tepat merupakan bukti
ketaatan dan standar yang digariskan dan adanya kepakaran dalam
keperawatan.
Dokumentasi aspek terkait dengan penilaian akan kelaikan rawat, dan
asuhan keperawatan khusus yang hanya bisa dilakukan dirumah sakit.
Dengan mendokumentasikan intervensi askep yang diberikan pada klien
berarti perawat ikut menentukan kalaikan pembayaran yang diterima rumkit.
Dokumentasi yang dilakukan perawat sangat bermakna, terutama bila ada
tuntunan legal terhadap rumah sakit.
7
bedah jalan biasanya telah lengkap pengkajiannya sebelum masuk
sehingga informasi klien ketika masuk dapat dikumpulkan dalam waktu
yang singkat. Pengkajian bagi pasien yang masuk untuk dirawat lebih
lama dilakukan dalam 24 jam. Diharapkan, perawat yang sama ketika
pasien masuk ke unit akan melengkapi pengkajian tertulis sebelum shift
kerja berakhir. Pada beberapa institusi, dibuat formulir pengkajian
interdisiplin.
b. Diagnosa
Begitu data yang memadai terkumpulkan, perawat bisa
merumuskan diagnose dan rencana tindakan perawatan. Karena umlah
masalah perawatan bisa merumuskan diagnose dan rencana tindakan
perawatan. Karena jumlah masalah perawatan bisa ditemukan banyak
sekali, perawat harus memfokuskan pada hal-hal yang merupakan
masalah utama perawatan, yang terkini dan yang bisa disesuaikan.
Selama perkiraan lamanya perawatan. Diagnose ini seharusnya
dirumuskan sebagai maslah risiko. Berikut ini adalah contoh diagnose
perawatan yang perlu kepakaran perawatan dengan tingkat kerumitan
tinggi :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi dan intervensi bedah
2. Gangguan mobilitas fisik, berhubungan dengan terpasangnya gips
atau traksi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lamanya tirah
baring dan berkurangnya kepadaan sirkulasi.
4. Potensial mencelakai diri/kematian berhubungan dengan riwayat
bunuh diri.
5. Risiko tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan mengeluarkan sekresi dan batuk efektif.
c. Rencana Keperawatan
Rencana perawatan dibuat untuk setiap masalah perawatan. Idealnya
pasien dan keluarga dilibatkan dalam perencanaan ini, rencana terdiri
dari :
a. Intervensi perawatan
b. Apa yang akan dilakukan
8
c. Berapa sering dan cara melakukannya (intervensi dan proses)
d. Apa yang akan terjadi akibat intervensi dan kapan terjadinya (hasil
yang diharapkan).
Evaluasi rencana dan hasil merupakan proses sinambung. Banyak
rumahsakit masih menggunakan kardeks untuk dokumentasi rencana
perawatan da nada pula yang mempunyai rencana perawatan standard
atau formulir khusus. Penggunaan computer untuk perencanaan
dewasa ini telah dikembangkan pada berbagai istitusi yang sudah
maju.
Sebagai contoh, pada rehabilitasi tim kesehatan lain seperti
fisioterapis, terapi bicara, pekerja social dan terapis kerja mungkin
bekerja sama dengan perawat dan pasien/keluarga untuk membuat
suatu rencana berdasarkan persepsi individual, pengkajian dan area
kepakarannya.
d. Implementasi
Begitu rencana perawatan dilengkapi, segera digunakan sebagai
panduan untuk implementasi dan mencatat intervensi. Dokumentasi
implementasi merupakan mayoritas dokumentasi proses
keperawatan.
e. Evaluasi
Laporan tertulis tentang hasil (kemajuan klien terhadap
tujuan ) dimasukkan dalam beberapa format. Lembaran kemajuan
yang didesain baik dapat menghemat waktu dan memberi
kesempatan penilaian cepat tentang kondisi terkini klien. Catatan
kemajuan seharusnya menunjukkan runtun informasi yang
menunjukkan status terkini dibandingkan dengan waktu
sebelumnya. Lembaran ini harus menggambarkan gambaran umum
klien. Bila perlu data yang lebih spesifik, seseorang dapat merujuk
kembali kepada catatan sebelumnya.
Pada tatanan akut, ringkasan pengkajian harus dilakukan paling
kurang sekali setiap shift. Bisa saja merupakan dokumentasi
sederhana sepeti “tidak ada perubahan dalam kondisi klien
semenjak catatan sebelumnya”, bila keadaan pasien stabil.
9
Walaupun demikian, berbagai tipe sakit akut yang ditemukan di
rumah sakit dewasa ini, bentuk pernyataan seperti itu jarang
dibuat.
Revisi rencana keperawatan juga merupakan bagian dari proses
evaluasi. sekali rencana awal berhasil, perlu perbaikan untuk
menunjukkan status kesehatan klien. tentu saja rencana perawatan
harus diperiksa dan dievaluasi kecermatan dan diperbarui paling
kurang sekali dalam 24 jam.
10
Broncospame
Asupan diet tidak
adekuat
Distensi Lambung
Peningkatan Suhu
Tubuh
Absorbsi Makanan
dan Minuman Tidak
Adekuat
Kerusakan Membran
Mukosa/Integumen/Su
bkutan
Peningkatan Tekanan
Bersih/BersihTerkontaminasi/Ter Vaskuler Cerrebral Monitor Tanda Gejala
kontaminasi/ Perubahan Frekuensi Infeksi
Kotor Nafas Berikan pemahaman
.................................................... ................................... pada pasien untuk
..................... ................. membatasi aktifitas
.....................................
..............
Data Penunjang : Diagnosa ......................................
Pemeriksaan Darah Keperawatan : .............
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan Feses
Evaluasi Pelaksana
S:
O:
A:
P: ( ............................... )
11
minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun), sepanjang hidup atau selama
masa pemulihan.
Perawatan jangka panjang mencakup berbagai perawatan, sosial, dan
layanan rehabilitatif bagi orang yang membutuhkan bantuan. Jangka waktu
perawatan rata-rata lebih dari 30 hari. Sebagian orang yang
melakukan perawatan jangka panjang sudah lanjut usia, tetapi orang muda
juga memerlukan perawatan jangka panjang ketika sakit dalam waktu
lama atau setelah kecelakaan. Perawatan rumah sakit jangka panjang (Long
Term Care Hospital-LTCH) didefinisikan dalam hukum Medicare sebagai
rumah sakit yang memiliki rata-rata lama rawat inap lebih dari 25 hari. Rumah
sakit ini biasanya menyediakan perawatan medis jangka
panjang dan perawatan rehabilitatif untuk pasien yang secara klinik memiliki
masalah yang kompleks dan mungkin menderita kondisi yang akut atau kronis
(misalnya, rehabilitasi komprehensif, pengobatan kanker, dan
sebagainya).
Fasilitas perawatan jangka panjang meliputi berbagai layanan
termasuk jasa penitipan, pelayanan jangka menengah, rehabilitatif, dan
perawatan terampil keperawatan. Kelompok pasien yang dirawat di tempat
perawatan jangka panjang meliputi kelompok primer dan sekunder :
1. Kelompok Primer
a. Klien utama umumnya lansia, sakit-sakitan, dan tidak bisa merawat diri
sendiri
b. Memiliki penyakit kronis dan pikun karena tua. Mereka membutuhkan
bantuan untuk dapat hidup secara normal
c. Secara teratur mereka membutuhkan perawatan, pengawasan dokter,
dan beberapa jenis pelayanan kesehatan profesional
d. Klien diterima sebagai klien sementara atau lebih lama lagi
2. Kelompok Sekunder
a. Klien sering mengidap penyakit khusus yang bisa disembuhkan secara
total atau sebagian
b. Program rehabilitasi yang difokuskan pada upaya pemulihan sehingga
dapat melakukan kegiatan seperti sedia kala
c. Usia kelompok ini dapat bervariasi, tidak harus sudah tua
d. Penderita HIV Aids
12
1. Komponen Pendokumentasian Perawatan Jangka Panjang (LTC)
a. Pengkajian
Dalam pengkajian pendokumentasian merupakan informasi
mengenai riwayat kesehatan pasien dan hasil pengkajian fisik pasien.
Berhubungan dengan ketidaktahuan pasien mengenai informasi
keperawatan diri terhadap kesehatan, pola komunikasi, penyesuaian
diri, tingkat kegiatan, rusaknya system pendengaran dan penglihatan,
hubungan antar keluarga, dan yang lainnya dapat mengurangi traumatik
pada pasien perawatan jangka panjang.
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan perumusan dalam metode atau
cara pendokumentasian. Biasanya dalam keperawatan jangka panjang
dalam diagnose keperawatan menunjukan data berisikan:
a. Ketidakmampuan perawatan diri
b. Rusaknya fungsi gerak
c. Kebiasaan eliminasi urin (kontipasi, isi perut)
d. rusaknya integritas kulit
e. proses berfikir
f. dan kerusakan tubuh dan pemeliharaannya untuk keperluan
diagnose medis.
Beberapa masalah keperawatan jangka panjang yang sering muncul
yaitu sebagai berikut:
a. Demam
b. Penyakit jantung
c. Hipertensi/ hipotensi
d. Hipoglikemi
e. Mual/ muntah
f. Wandering, kebingungan, disorientasi
g. Jatuh, skin tears
h. Perdarahan pada sistem pencernaan
i. Diare
j. Perdarahan pada vagina
k. Cairan yang berlebih
l. Kurangnya intake nutrisi
13
m. Perubahan tingkah laku yang tidak baik (disruptive, agresif,
murung/ penyendiri)
n. Ketidakseimbangan, kelemahan
o. Ketidakmampuan dalam pengeliminasian
p. Konstipasi
c. Rencana Keperawatan
Pola rencana keperawatan menunjukan tentang masalah medis
pasien, diagnose keperawatan, upaya pencapaian/ rencana tindakan
keperawatan. Rencana keperawatan merupakan perencanaan yang
digunakan untuk pendokumentasian yang lebih lanjut. Contohnya,
ketetapan dan ketelitian informasi dokumentasi tentang diagnose
keperawatan pernyataan dari rusaknya system integument oleh luka
dekubitus menyebabkan imobilitas total, bersamaan dengan perawatan
dan observasi dari luka dekubitus dalam catatan perkembangan.
Selanjutnya, penjelasan dari kerusakan kulit tersebut (mobilisasi,
eliminasi urin) dan rencana keperawatan dari masalah (merubah posisi
pasien, mengganti kain tenun) dalam rencana keperawatan.
d. Intervensi
Intervensi berfokus pada pengambilan tindakan untuk meningkatkan
dan memelihara kualitas kesehatan pada kondisi pasien. Contoh
tindakan yang termasuk dalam kemampuan intervensi:
a. Terapi medis khusus
b. Cairan perenteral, nutrisi parenteral
c. Memantau dan melakukan perawatan dalam keseimbangan
elektrolit (kolaborasi)
d. Inisiasi latihan BAB dan BAK
e. Perawatan kateter urin
f. Perawatan kolostomi/ ilestomi
g. Perawatan trakeastomi/ suksion jalan nafas
h. Manajemen ventilator
i. Tube feeding/ tube manajement
j. Pendidikan kesehatan dengan pasien/ keluarga
k. Pengaturan rasa sakit
14
l. Perawatan luka dekubitus
m. Terapi antikoagulan
n. Latihan jalan
o. Strengthening exercise (Latihan kekuatan) (kolaborasi)
p. Penggunaan alat adaptif (kolaborasi)
q. Whirlpool untuk situasi tertentu (kolaborasi)
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil tindakan perawat terhadap klien dan
respon klien terhadap tindakan keperawatan sampai tidak terjadi
masalah baru sesuai situasi. Rehabilitasi identik pada perawatan jangka
panjang, sehingga harus ada dokumentasi untuk memverifikasi proses
ini dan untuk memberikan bukti kemajuan menuju tujuan ditetapkan
sebelumnya. Karena itu, ketika mencatat, termasuk informasi tentang
pasien direhabilitasi penggunaan perangkat, tingkat mobilitas, dan
kemampuan dan kegiatan.Sebelum merevisi rencana perawatan untuk
memenuhi kebutuhan pasien dan menulis ringkasan menurut pedoman
lembaga.
Contoh dokumentasi rawat inap:
15
D. DOKUMENTASI PADA TATANAN PERAWATAN DI RUMAH
“HOSPICE”
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan interaksi yang dilakukan
di tempat tinggal keluarga, yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan keluarga dan anggotanya. Dari pengertian
tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa tenaga kesehatan-lah yang
16
bergerak, dalam hal ini mengunjungi klien, bukan klien yang datang ke
tenaga kesehatan. Hampir semua pelayanan kesehatan dapat diberikan
melalui keperawatan di rumah, kecuali dalam keadaan gawat darurat.
Diasumsikan bahwa klien dan keluarga yang tidak dalam kondisi gawat
darurat, “cukup sehat” untuk tetap tinggal di masyarakatnya dan melakukan
perawatan sendiri setelah ditinggal oleh perawat.
Dokumentasi program perawatan di hospice terkait erat dengan alasan
perawatan pasien, aspek perawatan pada klien dan keluarga; pendekatan
interdisiplin pada pasien sakit terminal; dan asuhan keperawatan yang
hanya bisa diberikan di hospice.
Hampir semua program hospice menggunakan pendekatan
interdisiplin untuk merawat pasien sakit terminal dan keluarganya, dan
dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan. tim bersama-sama
mengkaji kebutuhan individual pasien dan keluarga dan membuat rencana
perawatan. fokus tim adalah untuk memberikan rasa aman, baik emosional
maupun fisikal, pada pasien dan keluarga yang menghadapi kematian.
17
c) Penemuan medis terkini termasuk status fisik dan
emosional
d) Alergi
e) Status nyeri
f) medikasi dan instruksi pengobatan
g) Rencana pengobatan tentatif
h) Batas diet
i) Riwayat dan pemeriksaan fisik
3. Pengkajian perawatan awal yang didapatkan pada hari
pertama masuk :
a) Riwayat perawatan
b) Pemeriksaan Fisik
c) Kegiatan sehari-hari
d) Keterbatasan fungsional
e) Kebutuhan akan askep
f) Diet / nutrisi
g) Nyeri
h) Psikososial
i) Spiritual
j) Tindakan keselamat yang diperlukan
k) Alat bantu yang diperlukan
l) Kelayakan tempat tinggal
4. Hasil pemeriksaan radiologi, patologi, lab gunakan format
standar
5. Data berdasarkan pengamatan, objektif dan tidak
menghakimi.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa perawatan yang umum pada perawatan hospice adalah :
1. Antisipasi cemas berhubungan dengan ancaman kematian
2. Inkontinensia total
3. nyeri
4. Koping yang tidak efektif
5. Antisipasi berkabung
6. Tidak toleransi terhadap kegiatan
18
7. ADL tidak adekuat
8. Gangguan pola tidur
9. Distress spiritual
10. Gangguan Integritas kulit
c. Rencana Perawatan
Dokumentasi rencana perawatan dalam hospice, ditujukan pada
reaksi pasien dan keluarga terhadap proses sekaratul maut. Dalam
merencanakan perawatan, perawat mengacu pada masukan dari tim
kesehatan lain yang akan membuat panduan intervensi spesifik yang
mengandung falsafah dasar Hospice yaitu :
a. Berfokus pada kebutuhan fisik, psikososial, dan spiritual bagi
orang yang menghadapi kematian. Perawatan hospice tidaklah
bersifat kuratif
b. Hospice mempromosikan pelayanan terhadap kebutuhan
pasien sakit terminal dan keluarganya.
Perawatan Hospice memberi pilihan yang bertujuan untuk lebih
memberi arti dan kebahagiaan pada kehidupan, lingkungan
yang bermakna, penuh kasih sayang, dan pengertian bagi yang
bermakna, penuh kasih sayang dan pengertian bagi yang
menghadapi kematian dan yang akan berkabung. Pasien sakit
terminal dan keluarganya dipandang sebagai unit
perawatan. Hospice didisain selain untuk membantu orang
dewasa dan anak yang menderita penyakit yang mengancam
kehidupan, juga untuk memberi support pada keluarganya.
Pasien hospice bisa penderita kanker, sakit jantung, gagal
ginjal, AIDS , atau sakit kronis lain dan penyakit degeneratif
yang mengakibatkan terbatasnya harapan hidup. Tujuan
perawatan adalah mengontrol nyeri dan ketidaknyamanan yang
terkait dengan penyakit, bukan untuk harapan sembuh.
c. Tujuan dan Intervensi hospice adalah memicu pasien sakit
terminal dan memberikan kenyamanan dan kemaknaan dalam
menghabiskan sisa hidupnya.
d. Tujuan Intervensinya hospice adalah memebri support
emosional dan sspiritual, pallatif (bukan kesembuhan), untuk
19
mengurangi gejala seperti nyeri, mual, dan meminimalkan efek
kematian pada keluarga.
d. Intervensi
Dokumentasikan semua intervensi, terutama yang bertujuan
untuk mengurangi nyeri dan rasa tidak nyaman. Dokumentasi
intervensi menggambarkan keadaan fisik, status psikososial, dan
status spiritual dan pembelajaran sinambung berdasarkan kondisi
pasien yang diberikan semenjak masuk sampai keluar. Intervensi
dicatat pada “progress note”.
e. Evaluasi
Dokumentasi tertulis respon pasien dan keluarga terhadap
intervensi perlu untuk mengetahui kemajuan yang dicapai,
memburuknya keadaan atau tidak adanya perubahan yang
dibandingkan dengan kriteria hasil, dokumentasi dilengkapi dalam
waktu beberapa hari kerja mencakup pelayanan spesifik yang
diberikan. bila pasien meninggal, dipindahkan, atau keluarga keluar
dari hospice, dokumentasi harus segera dilengkapi.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
http://iniblogpunyaheru.blogspot.com/2012/03/perawatan-jangka-panjang.html (d
iakses tanggal 16 September 2014)
http://irwansbgj514.blogspot.com/2014/06/dokumentasi-keperawatan-pada-
tatanan_3.html#.VBlUnVcvzig (diakses tanggal 17 september 2014)
22