DENGUE FEVER
Disusun oleh :
42190328
Pembimbing Klinik
FAKULTAS KEDOKTERAN
YOGYAKARTA
2020
BAB I
STATUS PASIEN
I. Indentitas
No RM : 202xxx
Usia : 23 tahun
II. Anamnesis
a. Keluhan utama :
Pasien datang ke IGD RSPAU dr. S. Hardjolukito karena demam yang naik
turun dan lemas, pasien merupakan pasien rujukan dari RSUD Panembahan Senopati.
Pasien mengeluhkan demam sejak Kamis, 28 Februari 2020 (5 hari SMRS). Demam
dirasakan tiba-tiba dan naik turun, pada hari Minggu, 1 Maret 2020 pasien
mengatakan demam hingga menggigil serta suhu mencapai 39,2oC. Pasien juga
mengeluhkan mual, muntah, dan badan terasa lemas. Pasien mengatakan bahwa pada
hari Kamis BAB cair, namun tidak terdapat perubahan warna dan pasien hanya BAB
1x dalam sehari. Pasien mengaku pada hari Kamis angka trombosit pasien 150.000
dan pada hari Senin turun menjadi 120.000. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada
kepala, pada sendi-sendi (terasa pegal-pegal), dan pada perut. Nyeri pada daerah
dibelakang mata disangkal.
c. Riwayat penyakit dahulu : keluhan serupa (-)
d. Riwayat penyakit keluarga : (+) sebelumnya keluarga pasien ada yang mengalami
keluhan serupa
g. Riwayat pengobatan : obat penurun demam, nyeri kepala, dan antibiotik (pasien lupa
h. Gaya hidup :
Pasien tidak merokok. Pola makan pasien sebelum sakit dikatakan baik 3 kali
sehari namun setelah sakit pasien mengaku hanya makan sedikit karena terus merasa
mual, Pasien merupakan pegawai Bank yang selalu pulang malam, pasien mengaku
bahwa pada hari tersebut (5 hari SMRS) kondisi badan pasien sedang tidak enak
(kecapekan) dan pasien mengaku bahwa adik pasien juga mengalami demam naik
turun sebelumnya.
Kepala : Normocephali,
Konjungtiva anemis (-)
Sklera ikterik (-)
Bibir sianosis (-)
Mukosa bibir basah (+)
Leher : Pembesaran limfonodi (-)
Nyeri tekan limfonodi (-)
Pembesaran tiroid (-)
Peningkatan JVP (-)
Thoraks
- Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.
Palpasi : iktus cordis di SIC 5 sebelah medial linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Batas jantung
Kanan Atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea Media Clavicularis Sinistra
- Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-).
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan, ketinggalan gerak (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : Peristaltik usus normal
Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen
Palpasi : Nyeri tekan regio epigastric (+) , hepatomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat, Nadi teraba, CRT < 2 detik, oedem (-), petekie (-)
IV. Pemeriksaan Penunjang
Eosinofil 0% 2-4
Basofil 0% 0-1
Batang 0% 2-5
Segmen 46 % 51 - 67
Limfosit 31 % 20 - 35
Monosit 23 % 4-8
Hematokrit 39,2 % 35 - 47
MCV 84 fl 80 - 100
MCH 29 pg 26 - 34
Basofil 2% 0 -1
Eosinofil 1% 2-4
Batang 0% 3-5
Segmen Netrofil 50 % 50 - 70
Limfosit 35 % 25 - 40
Monosit 12 % 2-8
Pemeriksaan Kimia Darah
Ureum 22 mg/ dl 17 - 43
Pemeriksaan Elektrolit
Hematokrit 39 % 35 - 47
MCV 85 fl 80 - 100
MCH 30 pg 26 - 34
V. Diagnosis
Dengue Fever
BAB II
REFLEKSI KASUS
I. Anamnesis
Pada kasus ini pasien mengalami demam sejak 5 hari yang lalu, yang mana
awalnya demam tinggi mendadak dan naik turun, disertai dengan nyeri kepala, nyeri
pada otot dan sendi, yang mana keluhan tersebut merupakan gejala klinis dari demam
dengue. Demam dengue juga dikenal dengan breakbone fever karena adanya nyeri
pada otot (myalgia) dan sendi.
Demam terjadi karena adanya replikasi dari virus didalam peredaran darah
sehingga menyebabkan viremia. Adanya viremia mengakibatkan terjadinya reaksi
imunologik yang akan merangsang hipotalamus untuk melepaskan asam arakidonat
dan meningkatkan sintesis prostaglandin E2 yang langsung menyebabkan pireksia
(hipertermia). Selain itu adanya replikasi aktif dari virus dan destruksi pada tulang
rawan diduga merupakan penyebab terjadinya nyeri pada tulang dan sendi. Sedangkan
mual muntah diduga terjadi karena adanya mekanisme tubuh untuk melawan virus
sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang menyebabkan anoreksia, mual, dan
muntah.
II. Pemeriksaan Fisik
Selain anamnesis, pemeriksaan fisik juga dapat membantu dalam penegakan
diagnosis terutama untuk menentukan Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue,
atau sudah memasuki Dengue Shock Syndrome
a. Demam Dengue tanpa Tanda Bahaya
Pada fase ini biasanya didapatkan gejala demam tinggi disertai dengan nyeri
kepala hebat, nyeri retro-orbital, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, ruam
kemerhan, dan/ atau adanya manifestasi perdarahan.
b. Demam Dengue dengan Tanda Bahaya
Pada fase ini didapatkan gejala demam dengue disertai adanya tanda bahaya
seperti demam mulai turun, namun tidak terjadi perbaikan pada klinis pasien atau
malah terjadi perburukan, nyeri perut dan nyeri tekan abdomen, muntah yang
persisten, kelelahan, gelisah, pernapasan cepat, oligouria, atau adanya
hepatomegali.
c. Demam Berdarah Dengue
Pada fase ini sudah terjadi kebocoran plasma yang dapat menyebabkan asites
dan efusi pleura. Apabila tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan DSS
(Dengue Shock Syndrome) akibat dari kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan
hipotensi, denyut nadi tidak stabil, hipotermia, kulit lembab. Apabila syok semakin
memburuk maka dapat menyebabkan kerusakan multiorgan.
Pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda kebocoran plasma seperti asites,
perdarahan yang hebat maupun perdarahan spontan serta tidak ditemukannya
gangguan pada organ seperti hepatomegali maupun splenomegali sehingga pasien
mengalami Demam Dengue. Namun pada pasien terdapat warning sign atau tanda
bahaya seperti demam turun namun kondisi belum membaik, nyeri perut dan nyeri
tekan abdomen (regio epigastrium), serta vomitus profuse sehingga pasien
memerlukan observasi yang ketat untuk menghindari komplikasi atau risiko kematian.
C. Refleksi Terapi
Pada infeksi dengue ini tidak diberikan pengobatan/ terapi khusus, terapi dari
infeksi ini hanya bersifat simtomatis dan suportif. Obat penurun demam dan
pengurang rasa nyeri dapat diberikan untuk mengurangu keluhan nyeri sendi dan
demam. Pilihan terbaik untuk mengobati gejala-gejala tersebut adalah menggunakan
paracetamol. Pemberian NSAID seperti ibuprofen dan aspirin perlu dihindari karena
dapat memperburuk perdarahan dan memperburuk prognosis.
Selain terapi simptomatis perlu dilakukan terapi pengganti cairan, karena
mempertahankan volume cairan tubuh pasien sangat penting untuk terapi DBD untuk
mencegah terjadinya syok hipovolemik.
D. Refleksi Prognosis
Demam dengue merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan angka
kematian < 1 % (dubia ad bonam). Sedangkan pada demam berdarah dengue memiliki
angka kematian 2-5% apabila dirawat dan diterapi dengan baik namun ketika tidak
diobati DBD memiliki tingkat kematian mencapai 50%. Namun prognosis dari DBD
juga ditentukan oleh derajat penyakitnya, cepat lambatnya penanganan, umur, dan
keadaan nutrisi dari pasien. Pada demam dengue pasien biasanya sembuh tanpa gejala
sisa dan memiliki kekebalan terhadap serotipe yang menginfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Shamimul, Sami Faisal J., Munther A., Sadun Mohammad A. 2016. Dengue Virus:
A Global Human Threat: Review of Literature. Journal of International Society of
Preventive & Community Dentistry. 6(1): pp. 1-6
Suhendro, Leonard N., Khie Chen, Herdiman T.P. 2016. Demam Berdarah Dengue. Dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi VI. Jakarta: Interna Publishing
World Health Organization. 2020. Dengue and Severe Dengue. Available in:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue
[Accessed 2 March 2020]