Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Energi
Energi adalah sesuatu yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan, tetapi
dapat dirasakan. Energi tidak dapat pula diciptakan dan dimusnahkan. Namun,
semua energi dapat diubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain [1] Oleh
karena itu, hukum kekekalan energi menyatakan energi total sistem tetap konstan,
meskipun energi dapat berubah menjadi bentuk lain.
Secara umum, energi dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, yaitu
energi mekanis, listrik, elektromagnetik, kimia, nuklir, dan surya [10].
1. Energi Mekanis
Bentuk transisi dari energi mekanis adalah kerja.Energi yang
tersimpan adalah energi potensial atau energi kinetik. Energi potensial
adalah energi yang dikandung oleh suatu benda/massa yang berada pada
ketinggian tertentu terhadap bidang referensi. Energi potensial banyak
dimanfaatkan untuk PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), dimana
energi potensial berupa massa air yang ada di dalam waduk diubah
menjadi energi kinetik dan digunakan untuk menggerakkan turbin. Energi
kinetik adalah energi yang dikandung oleh suatu benda/massa yang sedang
bergerak. Sebuah pesawat supersonik yang bergerak karena adanya
kecepatan aliran udara yang mendorongnya merupakan salah satu konsep
energi kinetik.

2. Energi Elektromagnetik
Energi elektromagnetik merupakan bentuk energi yang berkaitan
dengan radiasi elektromagnetik.Energi radiasi dinyatakan dalam satuan
energi yang sangat kecil, yakni elektro volt (eV) atau mega elektrovolt
(MeV), yang juga digunakan dalam evaluasi energi nuklir.
Energi transmisi semakin besar apabila panjang gelombangnya
semakin pendek dan frekuensinya semakin tinggi. Panjang gelombang
elektromagnetik dibagi atas beberapa kelas dimana radiasi sinar gamma

Universitas Sumatera Utara


merupakan jenis radiasi yang paling energetik dari radiasi
elektromagnetik. Gelombang radio merupakan gelombang elektromagnetik
yang memiliki panjang gelombang paling tinggi.

3. Energi Kimia
Energi kimia merupakan energi yang keluar sebagai hasil interaksi
elektron dimana dua atau lebih atom/molekul berkombinasi sehingga
menghasilkan senyawa kia yang stabil. Energi kimia hanya dapat terjadi
dalam bentuk energi tersimpan. Bila energi dilepas dalam suatu reaksi
maka reaksinya disebut reaksi eksotermis.Yang dinyatakan dalam kj,Btu,
atau kkal. Bila energi dalam reaksi kimia terserap maka disebut dengan
reaksi endotermis. Sumber energi bahan bakar yang sangat penting bagi
manusia adalah reaksi kimia eksotermis yang pada umumnya disebut
reaksi pembakaran.Reaksi pembakaran melibatkan oksidasi dari bahan
bakar fosil.

4. Energi Nuklir
Energi nuklir adalah energi dalam bentuk dalam bentuk tersimpan
yang dapat dilepas akibat interaksi partikel dengan atau di dalam inti atom.
Energi ini dilepas sebagai akibat hasil usaha partikel-partikel untuk
memperoleh kondisi yang lebih stabil. Pada reaksi nuklir dapat terjadi
peluruhan radoaktif, yaitu fisi dan fusi[1]. Fisi merupakan reaksi
terpisahnya inti senyawa terbelah menjadi dua atau lebih inti massa yang
lebih rendah, yang disebut produk bersih. Fusi merupakan reaksi
kebalikan dari reaksi fisi dimana inti bermassa lebih ringan bergabung
menjadi satu inti. Kedua reaksi ini sama-sama menghasilkan energi yang
cukup besar.
Saat ini pusat listrik bertenga nuklir mampu bersaing dengan pusat
listrik berbahan fosil meskipun sebagian orang menganggap bahwa
penggunaan pusat listrik bertenaga nuklir mengandung resiko tinggi,
terutama dengan bahaya radiasi yang timbul bilamana terjadi kebocoran.
Jadi dalam hal ini kendala utama pembangunan pusat listrik bertenaga

Universitas Sumatera Utara


nuklir terletak pada masalah pengamanan operasional serta kualitas reaktor
nuklir.

5. Energi Surya
Energi surya merupakan energi yang bersumber dari matahari dan
merupakan energi terbesar yang diterima bumi. Energi matahari
mempengaruhi pola cuaca, arah angin, gelombang laut, dan iklim. Energi
surya sampai ke bumi dalam bentuk radiasi matahari. Energi matahari juga
mempengaruhi terbentuknya energi lain seperti energi angin dan energi
gelombang laut.
Fotovoltaik merupakan salah satu pemanfaatan energi matahari untuk
menghasilkan tenaga listrik dengan menggunakan sel surya untuk
mengubahnya menjadi aliran electron (Fanchi JR 1995). Efek fotovoltaik
mengacu pada foton elektron yang menarik cahaya ke dalam keadaan
energi yang lebih tinggi. Sel surya ini terdiri atas silikon digabungkan
menjadi modul yang disebut array, dan jumlah array yang digunakan
menentukan jumlah listrik yang dihasilkan.
Selain fotovoltaik, pemanfaatan energi surya digunakan untuk memanaskan air.
Air yang dipanaskan ini biasanya digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Bahkan, saat ini air yang dipanaskan digunakan untuk membangkitkan energi
listrik. Air yang dipanaskan tersebut diubah menjadi uap. Uap tersebut yang
menggerakkan turbin sehingga dihasilkan listrik.

2.2 Radiasi Energi Surya


Beberapa fakta tentang matahari (surya). Matahari mempunyai diameter
1,39 x 109 m. Bumi mengelilingi matahari dengan lintasan berbentuk ellips
dengan matahari berada pada salah satu pusatnya. Jarak rata–rata matahari dari
permukaan bumi adalah 1,495 x 1011 . waktu tempuh sinar matahari sampai ke
permukaan bumi sekitar 8 menit 20 detik. Gambar2.1 menunjukkan hubungan
matahari dan bumi. Pada gambar juga ditampilkan nilai konstanta matahari Gsc ,
yang merupakan daya radiasi rata – rata yang diterima bumi (diluar atmosfir) dari
matahari pada arah tegak lurus permukaan.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1. Hubungan antara matahari dan bumi

Karena lintasan bumi berbentuk elips, maka jarak matahari dan bumi tidak
tetap. Jarak terdekat 1,47 x 1011m dan jarak terjauh 1,52 x 1011m. Perbedaan jarak
ini hanya 3,3% dari jarak rata – rata. Akibat perbedaan jarak ini, maka radiasi di
permukaan di luar atmosfer akan berbeda setiap hari. Radiasi ini biasanya
disimbolkan dengan Gon, pada hari ke n dirumuskan oleh Duffie dan Beckmann
(1991) [5]

( )* ⁄ +............................................(2.1)

Dimana :
Gsc = Konstanta surya
= 1367 W/m2
N = Nilai yang diperoleh berdasarkan urutan hari yang akan diprediksi
radiasinya.
Harganya dapat diperoleh dari tabel berikut:
Tabel.2.1 Urutan Hari Berdasarkan Bulan
Bulan Nilai n pada hari yang ke – i
Januari I
Februari 31 + i
Maret 59 + i
April 90 + i
Mei 120 + i
Juni 151 + i

Universitas Sumatera Utara


Juli 181 + i
Agustus 121 + i
September 243 + i
Oktober 273 + i
November 304 + i
Desember 334 + i

2.3 Perpindahan Panas


Panas dapat berpindah dari suatu tempat atau benda ketempat atau
kebenda lain. Panas dapat berpindah dari suatu zat yang lebih panas ke zat yang
lebih dingin. Dengan kata lain, panas hanya akan berpindah dari suatu benda ke
benda lainnya bila terdapat perbedaan temperatur di antara dua benda
tersebut[11]. Atau panas akan berpindah dari benda yang bertemperatur lebih
tinggi ke benda yang temperatur lebih rendah. Karena itu dapat disimpulkan
bahwa perbedaan temperatur (∆t) adalah merupakan potensial pendorong bagi
proses perpindahan panas. Dalam proses perpindahan, dikenal 3 macam metode
perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas suatu benda yang partikel-
partikel dalam benda tersebut mentransfer energi melalui tumbukan.
Konduksi panas hanya terjadi apabila terdapat perbedaan temperatur.
Panas yang mengalir secara konduksi dari daerah yang
bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur rendah. Laju
perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan Hukum fourrier
[4].

…………........…………(2.2)

Dimana, Q = Laju perpindahan panas


k = Konduktivitas termal (W / (m.K))
A = Luas penampang yang terletak pada aliran panas (m²)
T2 = Temperatur akhir (ºC)
T1 = Temperatur awal (ºC)
L = Tebal plat (m)

Universitas Sumatera Utara


Dari Persamaan (2.1) dapat disederhanakan menjadi persamaan
yang dikenal dengan konsep resistansi thermal yang dianalogikan
dengan resistansi listrik. Hal ini karena laju aliran kalor dianggap
sebagai sebuah aliran listrik yang mengalir dari potensial tinggi ke
potensial rendah (perbedaan temperatur). Konsep resistansi thermal
juga berlaku untuk kedua jenis perpindahan panas yang lain. Dengan
demikian, persamaan (2.3) menjadi [4]:

………………....…(2.3)

……...................………………...(2.4)

Dimana, Q = laju perpindahan panas (W)


k = konduktivitas termal (W/ (m.K))
A = luas penampang yang terletak pada aliran panas (m²)
T2 = temperature akhir (ºC)
T1 = temperature awal (ºC)
L = tebal plat (m)
R = resitansi thermal (ºC/m)
2. Konveksi
Perpindahan panas konveksi terjadi di antara permukaan benda dan
suatu fluida. Dengan kata lain, perpindahan panas konveksi adalah
perpaduan perpindahan panas konduksi dengan suatu aliran fluida.
Perpindahan panas konveksi terdiri dari tiga jenis, yaitu konveksi
paksa aliran dalam, aliran luar, dan alamiah. Apabila aliran fluida
disebabkan oleh blower/fan maka disebut konveksi paksa dan apabila
disebabkan oleh gradient massa jenis maka disebut konveksi alamiah.
Pada umumnya laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan
hukum persamaan pendinginan Newton, yaitu sebagai berikut [3]
̇ = hA (Ts – Tf)............................(2.5)

Dimana,Q = Laju perpindahan panas


h = koefisien konveksi (W / m².K)

Universitas Sumatera Utara


A = Luas permukaan kolektor surya (m²)
Ts = Temperatur plat (ºC)
Tf = Temperatur fluida (ºC)
Nilai koefisien konveksi dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut[3]

……………….....………(2.6)

Dimana, h = koefisien konveksi (W / m².K)


Nu = bilangan Nusselt
k = konduktivitas termal (W/m.K)
L = panjang plat (m)
Secara umum, pola aliran terbagi menjadi 3 jenis, yaitu aliran
laminar, transisi, dan turbulen[3]. Aliran laminar adalah aliran yang
molekul-molekul fluidanya masih tersusun rapi atau tidak acak,
sedangkan aliran turbulen adalah aliran yang molekul-molekul
fluidanya acak atau radial. Aliran transisi merupakan pola aliran yang
berada diantara aliran laminar dan turbulen. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung bilangan Reynold adalah sebagai berikut
[3].

………........…………….(2.7)

Dimana, Rₑ = bilangan Reynold


ρ = massa jenis fluida (kg/m³)
U = kecepatan aliran fluida (m/s)
L = panjang pipa (m)
µ = viskositas (Ns/m²)
Bilangan Nusselt sebuah plat dapat ditentukan dengan melihat
kasusnya. Berikut ini adalah beberapa kasus dalam menentukan
bilangan Nusselt.
1. Pada kasus plat dengan temperature konstan.
Misalnya sebuah plat datar yang ditiup angin dengan kecepatan
dan temperature . temperature plat adalah konstan sebesar
. Jika temperature plat lebih tinggi dari temperature udara,

Universitas Sumatera Utara


maka panas akan mengalir dari plat ke fluida. Bilangan Nusselt
( ) dapat dihitung berdasarkan kasus ini adalah[3]
-1/2
N = 0,332 x R untuk < 5x105
.........................(2.8)
N = 0,0296 x untuk 5x105 107.............(2.9)
Dimana, N = bilangan Nusselt sepanjang x
R = bilangan Reynold sepanjang x
Pr = bilangan prandlt
2. Konveksi natural permukaan luar bidang horizontal.
Misalnya permukaan kaca yang terpapar oleh sinar matahari,
maka panas dari kaca ini akan hilang ke udara linkungan.
Bilangan Nusselt (Nu) untuk kasus ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut [3].
Nu = 0,54 x untuk 104 < R < 107..................(2.10)
Nu = 0,15 x untuk 107<R < 109.................(2.11)
Dimana, N = bilangan Nusselt
R = bilangan Rayleigh
3. Konveksi natural pada ruang tertutup yang dipanasi dari sisi
bawah.
Solar kolektor plat datar umumnya mempunyai penutup kaca
yang fungsinya meneruskan sinar matahari tetapi mengurangi
panas terbuang ke lingkungan. Susunan absorber dengan
penutup kaca ini akan membentuk ruang tertutup persegi yang
miring dan didalamnya terjadi konveksi natural. Bilangan
Nusselt (Nu) untuk kasus ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan diajukan oleh Holland dkk (1976) dengan RaL < 10,
yaitu [3]

Nu = 1 + 1,44* + +* + ............................(2.12)

Dimana, N = Bilangan Nusselt


R = Bilangan Rayleigh

Universitas Sumatera Utara


Arti dari operator []+ adalah yang diambil hanya nilai positif.
Jika nilai yang di dalam kurung negatif maka hasilnya sama
dengan nol. Perhatikan operasi berikut [1]+ = 1 tetapi [-1]+ = 0
Untuk bilangan Rayleigh sendiri dapat dihitung dari persamaan
berikut [5]

= .............................................(2.13)

Dimana, R = bilangan Rayleigh


β = 1/Tr
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s²)
Ts = temperature permukaan plat (K)
Tr = temperature referensi (K)
L = panjang karakteristik (luas permukaan (m))
β = difusivitas thermal
v = viskositas kiematik

3 Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui gelombang
elektromagnetik atau paket-paket energi (photom) yang dapat dibawa
sampai pada jarak yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan
medium (ini yang menyebabkan mengapa perpindahan panas radiasi
sangat penting pada ruang vakum). Disamping itu jumlah energi yang
dipancarkan sebanding dengan temperature benda tersebut. Kedua hal
tersebut yang membedakan antara peristiwa perpindahan panas konduksi
dan konveksi dengan perpindahan panas radiasi.
Energi matahari merupakan energi terbesar yang diterima bumi.
Matahari mempunyai diameter 1,39x 109 m. Bumi mengelilingi matahari
dengan lintasan berbentuk elips dan matahari berada pada salah satu
pusatnya. Jarak rata-rata matahari dari permukaan bumi adalah 1,49 x 1011
m.
Lintasan bumi terhadap matahari berbentuk elips, maka jarak antara
bumi dan matahari tidak konstan. Jarak terdekat adalah 1,47 x 1011 m yang
terjadi pada tanggal 3 januari 2011, dan jarak terjauh pada tanggal 3 juli

Universitas Sumatera Utara


dengan jarak 1,52 x 1011m. Karena adanya perbedaan ini, menyebabkan
radiasi yang diterima atmosfer bumi juga berbeda [5]
Persamaan radiasi pada atmosfer ( ) yang diajukan oleh Spencer
tahun 1971 [2] adalah :
Gon = Gsc(1,00011 + 0,034221 cos B + 0,00128 sin B + 0,00071 cos
2B+0,000077sin2B) ………………………..........……(2.14)
Dimana, =daya radiasi rata-rata yang diterima atmosfer bumi(W/m2)
dengan nilai B (konstanta hari) sebagai berikut [2]

B= ..................................................................(2.15)

Dimana, = 1367 W/m2


B = konstanta yang bergantung pada nilai n
= raadiasi yang diterima atmosfer bumi (W/m2)
n = tanggal ke-i
Beberapa istilah yang biasanya dijumpai pada perhitungan radiasi adalah :
1. Air Mass ( )
Adalah perbandingan massa udara sampai ke permukaan bumi pada
posisi tertentu dengan massa udara yang dilalui sinar jika matahari
tepat pada posisi zenith. Artinya pada posisi tegak lurus (zenith = 0)
nilai ma = 1, pada sudut zenith 60º, m= 2. Pada sudut zenith dari 0º-
70º [2]
= ....................................(2.16)

2. Beam Radiation
Radiasi energi dari matahari yang tidak dibelokkan oleh atmosfer.
Intilah ini sering juga disebut radiasi langsung (direct solar
radiation)
3. Diffuse Radiation
Radiasi energi surya dari matahari yang telah dibelokkan oleh
atmosfer.
4. Total Radiation
Adalah jumlah beam dan diffuse radiation

5. Irradiance (W/m²)

Universitas Sumatera Utara


Adalah laju energi radiasi yang diterima suatu permukaan persatuan
luas tersebut Solar irradiance biasanya disimbolkan dengan G.
dalam bahasa Indonesia besaran ini biasanya disebut dengan
Intensitas radiasi.
6. Irradiation atau Radian Exposure (J/m²)
Jumlah energi radiasi (bukan laju) yang diterima suatu permukaan
dalam interval waktu tertentu. Besaran ini didapat dengan
mengintegralkan G pada interval waktu yang diinginkan, misalnya
untuk 1 hari biasa disimbolkan H dan untuk 1 jam biasanya
disimbolkan I.
7. Solar Time atau Jam Matahari
Adalah waktu berdasarkan pergerakan semua matahari di langit
pada tempat tertentu. Jam matahari (disimbolkan ST) berbeda
dengan penunjukan jam biasa (standard time, disimbolkan STD).
hubungannya adalah [2] :
ST =STD ± 4(Lst – L loc) + E ……………..(2.17)
Dimana, STD = waktu local
Lst = standart meridian untuk waktu local (º)
Lloc = derajat bujur untuk daerah yang dihitung (º) ;
untuk bujur timur , digunakan -4, untuk bujur barat
digunakan +4
E = factor persamaan waktu
Pada persamaan ini Lst standard meridian untuk waktu local. Lloc adalah
derajat bujur daerah yang sedang dihitung, jika daerah yang dihitung ada
pada bujur timur, maka gunakan tanda minus didepan angka 4 dan jika
bujur barat dalah tanda plus. E adalah equation of time, dalam satuan menit
dirumuskan oleh Spencer pada tahun 1971 [2].
E=229,2(0,000075+0,001868cosB–0,032077sinB– ,014615cos2B–
0,04089sin2B…………………………………..........(2.18)
Dimana, B = konstanta yang bergantung pada nilai n
E = factor persamaan waktu

Universitas Sumatera Utara


Dalam menentukan arah radiasi terdapat beberapa sudut yang harus
diketahui. Beberapa sudut untuk mendefenisikan arah radiasi matahari.
Slope β adalah sudut antara permukaan yang dianalisis dengan horizontal.
Nilai 0 ≤ β ≤ 90º. Permukaan γ adalah sudut penyimpangan sinar pada
bidang proyeksi dimana 0º pada selatan dan positif ke barat.Sudut
penyinaran θ (angle accident) adalah sudut yang dibentuk sinar dan garis
normal dari suatu permukaan. Sudut zenith θz adalah sudut yang dibentuk
garis sinar terhadap garis zenith.Sudut ketinggian matahari αs (solar
altitude angle) adalah sudut antara sinar dengan permukaan.Sudut azimuth
matahari γs adalah sudut antara proyeksi matahari terhadap selatan,
ketimur adalah negatif dan ke barat adalah positif.
Sudut lain yang sering digunakan dalam menentukan jumlah radiasi
yang dapat diterima oleh sebuah permukaan di bumi antara lain sudut
deklinasi δ , yaitu kemiringan sumbu matahari terhadap garis normalnya.
Kemudian sudut jam ω adalah sudut pergeseran semu matahari dari garis
siang. Perhitungan berdasarkan jam matahari (ST), setiap berkurang 1 jam,
ω berkurang 15º dan setiap bertambah 1 jam, ω bertambah 15º. Artinya
tepat pukul 12.00 siang, ω=0, pukul 11.00 pagi ω = -15º dan pukul 14.00,
ω = 30º.
Spencer (1971) mengajukan persamaan untuk menghitung sudut
deklinasi yaitu [2]:
δ = C1+C2cosB+C3sinB + C4cos2B + C5sin2B + C6cos3B +
C7sin3B.................................................................................…(2.19)
Dimana: C1 = 0,006918
C2 = -0,399912
C3 = 0,070257
C4 = -0,006758
C5 = 0,000907
C6 = -0,002679
C7 = 0,00148
n = hari ke-
δ = sudut deklinasi (rad)

Universitas Sumatera Utara


B = konstanta hari
Sudut zenith θz adalah sudut yang dibentuk garis sinar terhadap garis
zenith. Cosinus sudut zenith dapat dicari melalui persamaan berikut [2]
Cos θz = cos θ cos δ cos ω + sin θ sin δ……………………(2.20)

Sudut jam matahari (ω) dihitung berdasarkan jam matahari. Defenisi


sudut jam matahari adalah sudut pergeseran semu matahari dri garis
siangnya. Perhitungan berdasarkan jam matahari (ST), setiap berkurang 1
jam, ω berkurang 15º, setiap bertambah 1 jam, ω bertambah 15º [2]
ω = 15(STD – 12) + (ST-STD) x .................................................(2.21)

Dimana : STD = waktu local


ST = solar time
ω = sudut jam matahari (º)
Dengan estimasi langit cerah, fraksi radiasi matahari yang diteruskan
dari atmosfer ke permukaan bumi adalah [2]

= ao + a1exp( ).........................................(2.22)

Dimana : ao = ro (0,4237 – 0,0082 (6 – A)²)


A1 = r1 (0,5055 + 0,00595 (6,5 – A)²)
k = rk (0,2711 + 0,01858 (2,5 – A)²)
A = ketinggian dari permukaan laut (km)
ro,r1,rk = factor koreksi akibat iklim

Tabel 2.2 Faktor koreksi iklim


Iklim Ro r1 Rk
Tropical 0,95 0,98 1,02
Midatude Summer 0,97 0,99 1,02
Subarctic Summer 0,99 0,99 1,01
Midatude Summer 1,03 1,01 1,00
Radiasi beam adalah radiasi yang berlangsung di transmisikan dari
atmosfer ke permukaan bumi. Adapun persamaan yang digunakan untuk
mencari radiasi beam adalah [2]),

Universitas Sumatera Utara


Gbeam = Gon ηb cos θz…….....………..(2.23)
Dimana :
Gon = radiasi yang diterima atmosfer (W/m²)
ηb = fraksi radiasi yang diteruskan ke bumi
θz = sudut zenith
Gbeam = radiasi yang ditransmisikan dari atmosfer ke
permukaan bumi (W/m²)
Radiasi diffuse adalah radiasi yang dipantulkan ke segala arah, dan
kemudian dimanfaatkan. Adapun persamaan yang digunakan untuk
mencari radiasi diffuse adalah [2]:
Gdifuse = Gon cos θz (0,271 – 0,294 ηb)……….............(2.24)
Dimana :
Gon = radiasi yang diterima atmosfer
ηb = fraksi radiasi yang diteruskan ke bumi
θz = sudut zenith
Gdifuse = radiasi yang dipantulkan ke segala arah dan kemudian dapat
dimanfaatkan
Radiasi total adalah jumlah dari radiasi beam dan radiasi diffuse adalah
sebagai berikut [2]

Gtotal = Gbeam + Gdiffuse…………………………………..(2.25)


Radiasi total yang diterima oleh suatu permukaan, tidak semuanya
mampu diserap oleh kolektor. Hal ini disebabkan adanya absorbsivitas,
reflektansi, dan transmisivitas suatu medium. Untuk kolektor dengan kaca
penutup, panas hilang radiasi kolektor dapat ditentukan dengan
mengetahui nilai temperatur absorber, temperatur kaca penutup, emisivitas
absorber, dan emisivitas kaca penutup. Berikut ini adalah persamaan yang
digunakan untuk menghitung panas hilang radiasi yang terjadi [5]
̇ = ...............................................(2.26)
( )

Dimana, Q = laju perpindahan panas (W)


A = luas permukaan plat (m²)
ζ = konstanta Stefan-Boltzman (5,56 x 10-8 W/m²K2)

Universitas Sumatera Utara


Ts = temperature plat
Tcl = temperature kaca terluar
εs = emisivitas plat
εcl = emisivitas kaca terluar
2.4 Perkembangan Teknologi Pemanas Air
1. Akhir Tahun 1800an
Solar Water Heater (Pemanas Air Tenaga Surya atau Matahari) mulai
tumbuh dan berkembang di akhir tahun 1800 an di California, Amerika Serikat.
Adalah seorang Clarence M Kemp yang mematenkan pemanas air tenaga
surya/matahari komersial pertama di dunia pada tahun 1891 [9].
Konsep sistem pemanas yang dibuat oleh Kemp, menempatkan tangki air
bercat hitam (terdiri dari tiga tangki) di dalam sebuah kotak kaca yang tertutup
kemudian dibagian bawah kotak dipanaskan, air dingin dalam tangki menyerap
panas dan air tersebut menjadi cukup panas untuk mandi atau keperluan lainnnya.
Tetapi Pemanas air komersial pertama ini memiliki kekurangan yaitu air yang
dipanaskan akan terus disimpan didalam tangki, yang pada malam hari air tersebut
terkena suhu malam sehingga pada saat pagi hari air menjadi tidak terlalu panas
untuk dipergunakan. Pada tahun 1895, Kemp menjual hak eksklusif manufaktur
sistem pemanas air nya kepada dua pengusaha dari Pasadena, California.
2. Awal Tahun 1900an
Pada tahun 1909 seorang insinyur California bernama William J. Bailey
menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi pada pemanas air tenaga
matahari komersial pertama.Bailey memisahkan antara tangki penyimpanan dan
kolektor pemanas air. Kolektor surya yang Ia gunakan terdiri dari pipa air yang
melekat pada pelat logam bercat hitam di dalam sebuah kotak kaca yang tertutup
dan dihubungkan ke tangki penyimpanan terisolasi yang terletak di atas kolektor.
Sekarang, kolektor pemanas air buatan Bailey tersebut dikenal dengan “kolektor
flat” [9].
Cara kerja sistem pemanas air tenaga matahari tersebut adalah saat
matahari memanaskan air yang berada didalam pipa, air tersebut akan menjadi
lebih ringan dari air dingin, kemudian air dingin masuk dan menuju bawah
memaksa air yang lebih panas secara alami naik ke dalam tangki penyimpanan.

Universitas Sumatera Utara


Air tersebut akan disimpan di dalam tangki dan akan tetap hangat selama malam
hari serta keesokan paginya.
3. Tahun 1920 – 1930
Antara tahun 1920 dan 1930, cadangan besar gas alam ditemukan di
daerah Los Angeles. Untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut, Bailey
mulai memproduksi pemanas air berbahan bakar gas. Penjualan pemanas air gas
ini langsung meroket dan penjualan pemanas air surya turun dengan sangat
drastis. Kemudian perusahaan gas menawarkan kerjasama kepada Bailey untuk
hookup pemanas gas baru mereka. Bailey membuat batch terakhir tentang
pemanas air surya pada tahun 1941 [9].
4. Tahun 1939 – 1945
Semua instalasi yang berkenaan dengan pemanas air surya dihentikan saat
Perang Dunia II. Hal itu terjadi karena tembaga merupakan komponen utama dari
pemanas air tenaga surya dan penggunaan tembaga dibekukan untuk semua
penggunaan non-militer pada waktu itu. Ketika perang usai, perusahaan surya
kembali, tetapi pemanas air surya kurang diminati seperti sebelumnya. Hal
tersebut slah satu faktornya terjadi karena turunnya harga listrik sehingga
pemanas air listrik lebih digemari pada saat itu [9].
5. Tahun 1950an
Pada tahun 1950 terjadi krisis bahan bakar di Israel sehingga pemerintah
mengeluarkan larangan memanaskan air dari antara jam 22.00-06.00 (jam 10
malam – 6 pagi). Demi menghadapi larangan ini, Levi Yissar membuat prototipe
pemanas air pertama di Israel. Namun hanya 20% penduduk yang menggunakan
alat ini hingga tahun 1967. Ketika terjadi krisis energi, Israel Knesset
mengeluarkan peraturan yang mengharuskan setiap rumah baru untuk
menggunakan Solar Water Heater. Peraturan ini pun membuat Israel bisa
menghemat setidaknya 2 juta barel minyak per tahunnya [9].
6. Tahun 1960an
Setelah tahun 1960an, penggunaan Solar Water Heater semakin meningkat
dan menyebar ke penjuru dunia terutama di negara – negara yang berlimpahan
dengan sinar matahari seperti Jepang, Kolombia, Cina, Austria dan Indonesia.
Bahkan di Cina, setidaknya sudah ada 30 juta rumah tangga yang menggunakan

Universitas Sumatera Utara


Solar Water Heater. Ini dikarenakan adanya tabung khusus yang memungkinkan
pemanas air tetap berfungsi walaupun langit gelap dan suhu berada di bawah titik
beku [9].
Di Indonesia sendiri pemanas air tenaga surya hadir pada tahun 1960an
yang dipelopori oleh PT. Inti Sarana Adi Sejahtera dengan menggunakan kolektor
flat. Teknologi ini bertahan cukup lama dan terus berevolusi sampai tahun
1990an. Baru pada tahun 1993 INTI SOLAR merubah teknologi kolektor surya
yang digunakan dari koletor flat menjadi kolektor tabung vacum.
7. Tahun 1993
Pada Tahun 1993 dimulailah era baru teknologi pemanas air tenaga surya
yaitu dengan ditemukannya inovasi tabung vacum. Teknologi tabung vacum ini
merupakan terobosan yang sangat mutakhir dan merupakan penyempurnaan dari
sistem kolektor flat yang masih memiliki banyak kekurangan. Salah satu
kelebihan yang sangat menonjol dari sistem tabung vacuum ini dibandingkan
sistem flat adalah proses penyerapan energi yang begitu efisien dengan heat loss
yang dihasilkan begitu kecil sehingga air panas dalam unit dapat terjaga kestabilan
suhunya [9].
8. Tahun 2005
Tidak mau terlena dengan adanya teknologi tabung vacum, perusahaan Inti
Solar terus bereksperimen untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal
kepada para konsumennya. Pada tahun 2005, diperkenalkanlah teknologi “Heat
Exchanger Indirect System”. Sistem ini menambahkan kumparan tembaga di
dalam tangki penyimpanan air yang berfungsi sebagai penukar panas antara air
panas yang berada dalam tangki penyimpanan dan air dingin yang numpang lewat
pada pipa spiral tembaga [9].
9. Tahun 2008
Tahun 2008 perusahaan Inti Solar kembali mengeluarkan inovasi produk
pemanas air tenaga surya. Sistem Pemanasan Split Active, merupakan sistem yang
menempatkan kolektor penyerap energi matahari dan tangki penampungan air
panas secara terpisah. Dengan sistem ini penempatan kolektor dan tangki dapat
fleksibel mengikuti bentuk dan desain arsitektural bangunan di berbagai

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan dengan tetap menggunakan prinsip dan konsep teknologi tabung
vacuum [9].
10. Tahun 2012
Inovasi terbaru yang dihadirkan oleh Inti Solar pada akhir tahun 2012 ini
adalah Double Tank Indirect Heating System. Sistem ini dilengkapi dengan 2
tangki, dimana lapisan pertama tangki berisi air panas yang berfungsi sebagai
media untuk memanaskan lapisan tangki yang kedua. Tangki kedua inilah yang
berfungsi sebagai tangki persediaan air panas yang nantinya akan digunakan oleh
pemakai. Sistem ini juga dihadirkan dengan kemampuan menerima air
bertekanan, yang menjadikan temperatur dan debit air panas lebih konstan,
sehingga lebih aman dan nyaman digunakan [9].
2.5 Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Pemanas air tenaga surya (PATS) merupakan produk teknologi yang
memanfaatkan energi termal surya yang cukup popular dan banyak digunakan,
terutama di hotel, villa peristirahatan hingga perumahan. Seiring dengan itu, mulai
beredar beberapa merek PATS domestik maupun impor yang banyak dipasarkan
di masyarakat. Untuk perlindungan terhadap konsumen, telah dikeluarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) yaitu SNI 04-3020-1992, berupa uji mutu sistem PATS
yang diharapkan memberikan gambaran pada masyarakat akan mutu PATS yang
dipasarkan.
Kualitas unit PATS bergantung pada keandalan fisik dan kemampuan termal
sistem seperti kemampuan menyerap panas, kemampuan menyimpan panas,
komponen kolektor thermal surya, komponen tangki air, rendahnya rugi – rugi
panas kedua komponen tersebut dan kemampuan responsive pemanas tambahan

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Alat Pemanas Air Tenaga Surya Sistem Pipa-Panas

Gambar 2.3 Alat Pemanas Air Sistem Thermosiphon


Keterangan : 1. Pipa Saluran Air Dingin
2. Tangki Penampungan Air
3. Kolektor
4. Pipa Saluran Air Panas
2.6 Cara Kerja Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Gambar 2.2 diatas menunjukkan sebuah alat pemanas air tenaga surya
sistem pipa-panas dengan media pemanas refirgeran. Dengan didasari oleh teori
efek rumah kaca, maka efektifitas pengumpulan panas bisa ditingkatkan. Sehingga
energi panas yang dipancarkan oleh matahari diserap dan dikumpulkan untuk

Universitas Sumatera Utara


ditingkatkan temperaturnya oleh kolektor. Panas tersebut dialirkan terhadap pipa
tembaga yang berisi refrigeran, kemudian refrigeran akan menjadi panas.
Dengan memanfaatkan efek termosiphon dari refrigeran, maka refrigeran
yang panas akan mengalami penurunan berat jenis atau perubahan fasa dari cair
menjadi gas. Akibat perubahan berat jenis dan perubahan wujud maka refrigeran
tersebut akan naik ke bagian atas dan akan memanasi air yang ada pada tangki
penyimpan air.
Refrigeran pada tangki akan mengalami pendinginan oleh air dengan kata
lain panas diserap oleh air. Oleh karena itu, air akan mengalami peningkatan berat
jenis dan perubahan wujud dari gas menjadi cair. Hal itu akan mengakibatkan
refrigeran akan turun kembali menuju kolektor. Kemudian dipanaskan oleh
matahari kembali. Hal itu akan terjadi secara terus – menurus hingga air menjadi
panas.
Pada Gambar 2.3 menunjukkan sebuah alat pemanas air tenaga surya sistem
thermosiphon. Pada saat matahari bersinar, kolektor menangkap sinar matahari
dan secara mekanis mengalirkan panas ke pipa-pipa tembaga yang berisi
refrigeran, sehingga suhu air di dalamnya perlahan meningkat. Air yang lebih
panas akan bergerak ke atas memasuki tangki penyimpanan dan air yang lebih
dingin akan turun memasuki rangkaian pipa tembaga untuk dipanaskan. Begitu
seterusnya air bergerak sendiri sampai seluruh air dalam tangki penyimpanan
mencapai suhu yang diinginkan. Ketika suhu air panas di tangki penyimpanan
sama dengan suhu air panas di panel kolektor, dengan sendirinya air berhenti
mengalir.
Hal yang menjadi perbedaan dari pemanas sistem pipa-panas dengan sistem
thermosiphon adalah pada sistem pipa-panas air

2.7 Energi Berguna Kolektor Alat Pemanas Air Tenaga Surya


Untuk menghitung energi yang diserap atau energi yang berguna untuk
kolektor alat pemanas air tenaga surya terlebih dahulu diketahui bagaimana proses
distribusi energi matahari yang dialami oleh kolektor itu sendiri. Hal itu dapat
dilihat sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Qincident Qref = (1-α) Qincident

Qabs = α Qincident

Gambar 2.4. Ilustrasi Panas yang Diserap oleh Absorber Alat Pemanas Tenaga
Surya
Pada gambar di atas dapat kita lihat bahwa panas matahari (Q incident )
sebagian dipantulkan ke atmosfir dan sebagian lagi diserap oleh kolektor. Panas
yang diserap oleh kolektor (Qabs) inilah yang akan digunakan untuk memanaskan
refrigeran. Besarnya Qincident dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah
ini:
= A∫ .................................................(2.27)
Dimana : A = luas penampang dari pelat absorber (m2)
I = intensitas cahaya matahari (W/m2)
Sedangkan panas yang diserap oleh absorber dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Qabs = α Q incident...........................................(2.28)
Dan panas yang dipantulkan kembali ke atmosfir adalah
Qref = (1 – α) Qincident..................................(2.29)
Dimana α = difusifitas bahan

2.8 Energi berguna yang diberikan Kolektor ke air


Energi panas yang sudah diterima oleh kolektor akan diberikan terhadap air.
Besarnya energi tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
Qu = mw Cp,w (Tw2 – Tw1)..................................(2.30)
Dimana :
mw : massa air (kg)
Cp,w: Panas jenis dari air (kJ/kg.0C)
Tw1 : Temperatur awal air sebelum dipanaskan kolektor (0C)
Tw2 : Temperatur actual setelah dipanaskan oleh kolektor (0C)

Universitas Sumatera Utara


2.9 Efisiensi dari kolektor
Efisiensi dari kolektor dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
energy berguna yang diberikan Kolektor ke air dengan panas incident. Hal itu
dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ƞ = mw Cp,w (Tw2 – Tw1) / Qincident.....................(2.31)

2.8 Sifat Refrigeran R-718


Tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 °C).
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam,
gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Zat ini
memiliki titik lebur 0 °C (273.15 K) (32 ºF) dan titik didih 100 °C (373.15 K)
(212 ºF)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai