Makalah Askep Periop KLMPK 2
Makalah Askep Periop KLMPK 2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa
kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi
rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan
hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu dengan
masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula pemberian
anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum. Sejalan dengan
perkembangan teknologi yang kian maju.
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu? preoperatif phase, intraoperatif phase dan post operatif phase. Masing-
masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan
urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang
perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien.
Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak
berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan
yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) disamping peranan pasien yang
kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan
1
pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal
yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka
sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif.
Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh
terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pre operatif.
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan intra operatif.
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan post operatif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi
untuk Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima dilakukan tindakan pembedahan.
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir
bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra
operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir
sampai evaluasi selanjutnya.
B. PRE OPERATIF
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan
psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
a. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil.
Hal ini dapat disebabkan karena :
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat
mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada
pasien pra bedah.
– Ruang pemulihan.
b. Persiapan Fisiologi
1. Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi
pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anasthesi umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan
diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan
antara lain :
– Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.
– Mencegah konstipasi.
– Mencegah infeksi.
3. Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu
malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran
harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur
sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
4. Hasil Pemeriksaan
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga
dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi
tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk
mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
5
C. PERSIAPAN AKHIR SEBELUM OPERASI DI KAMAR OPERASI (Serah terima
dengan perawat OK)
1. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut
di bawah ini :
– Pemberian premedikasi.
– Pengobatan rutin.
– Informed Consent
6
– Pemeriksan laboratorium.
2. Pemberian Obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan
untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi
agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.
A. Data Subyektif
B. Data Obyektif
D. INTRA OPERATIF
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
1. Anggota steril
a) Ahli bedah utama / operator
b) Asisten ahli bedah.
c) Scrub Nurse / Perawat Instrumen
d) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
Ahli atau pelaksana anaesthesi.
Perawat sirkulasi
Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan
psikologis pasien.
9
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
a) Pengkajian Fisik
– Sistem integumentum
Pucat
Sianosis
Adakah penyakit kulit di area badan.
– Sistem Kardiovaskuler
– Sistem pernafasan
11
Apakah pasien bernafas teratur ?
Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
– Sistem gastrointestinal
– Sistem reproduksi
– Sistem saraf
Kesadaran ?
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi
total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal
ditambah dengan pengkajian psikososial.
a) Pengkajian mental
– Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
– Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti
dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
– Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera
diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
– Pengeluaran urin
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi
adalah sebagai berikut :
1. Cemas
a) Resiko perlukaan/injury
b) Resiko penurunan volume cairan tubuh
c) Resiko infeksi
d) Kerusakan integritas kulit
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
13
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.
Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi
tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum
untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih.
Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan
suction.
1. Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan
lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.
2. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien post anaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang
pemulihan.
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan
pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
14
4. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf
akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan
program dokter.
Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak
merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu
apa yang sedang dilakukan.
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi.
Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang
pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
– Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau >
dari 90 mmHg.
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
– Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-
waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.
E.Post Operasi
a. Pengkajin awal
16
1. Status Respirasi
Meliputi :
2. Status sirkulatori
Meliputi :
– Nadi
– Tekanan darah
– Suhu
– Warna kulit
3. Status neurologis
4. Balutan
Meliputi :
– Keadaan drain
– Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
5. Kenyamanan
Meliputi :
– Terdapat nyeri
– Mual 17
– Muntah
6. Keselamatan
Meliputi :
7. Perawatan
Meliputi :
8. Nyeri
Meliputi :
– Waktu
– Tempat.
– Frekuensi
– Kualitas
– Faktor yang memperberat / memperingan
A. Data Subyektif
B. Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.
C. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur
pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang
menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta
ekspresi wajah.
Pemeriksaan Laboratorium
A. Diagnosa Umum 19
B. Diagnosa Tambahan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.
5. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia,
lemah, nyeri, mual.
8. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
1. IDENTITAS KLIEN
Umur : 74 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
No RM : 475473
1. Pengkajian Kesehatan
Dx Medis : BPH
Riwayat merokok : ya
Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, Kesadaran :
Composmentis, Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi :88 x/menit Warna kulit : Sawo matang,
Respirasi : 26 x/menit.
21
4. Rentang Gerak (ekstremitas)
a. Kekuatan otot :5
b. tidak ada kelainan pada ekstremitas
5. Pernafasan
a. RR : 26 x/menit
6. Sirkulasi
a. Nadi : 88 x/menit
7. Reaksi alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun
lingkungan
Persiapan Operasi
Ya Tidak
2 Baju operasi √
22
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √
S :Klien mengatakan takut dengan tindakan operasi BPH yang akan dilakukan, klien
mengatakan bahwa ini pengalaman pertamanya operasi
O :Klien terlihat bertanya-tanya tentang prosedur operasi, klien terlihat takut/cemas, gelisah
23
FASE PRE OPERASI
1. Analisa Data
Do :
2. Diagnosa Keperawatan
24
3. Intervensi Keperawatan
4. Catatan Perkembangan
Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
A : Masalahkepewatan teratasi
· Menganjurkankepada
sebagian : vital sign dalam batas
pasien menggunakan teknik
normal dan ekspresi wajah
relaksasi (nafas dalam)
menunjukkan berkurangnya cemas.
· Menganjurkan kepada
P : Lanjutkan intervensi :
pasien untuk selalu berdoa
sesuai agamanya. · Pantau tanda-tanda vital dan cemas.
1. Persiapan Perawat
26
Cek :
- APD : menggunakan
- Cek tindakan OP : ya
- Time out :
Tim Operasi
b. Anestesi : dr.eko
e. Instrumen : Susilo
f. On loop : nana
g. Recovery : Irawan
1. Prosedur anastesi
27
- meja instrumen
- lampu operasi
- monitor
- mesin suction
- O2
- cairan anastesi
- tromol depper 1
- korentang steril 1
- selang suction
- standart infus
- tempat sampah
b. Persiapan tenun
c. Instrumen
- Kocher 2
- Pean bengkok 4
- Nidle holder 2
- Pinset anatomis 2
- Pinset chirurgis 2
- Gunting jaringan 1
- Gunting benang 1
- Tang depper 1
- Scapel mess 1
- ovarium klem 1
- arteri klem 4
- Hak langen 1
- Duk klem 6
- bisturi no 20 1
- Kasa deppers 10
- Bengkok 1
- Kom 2 29
- Spuit 10 cc 1
- Selang three way kateter 1
- Canul suction 1
- Tang disinfektan 1
- benang jahit : -cat gut plain no 2, cat gut chromic no 2 dan chromic 0, seide 2/0
3. Prosedur Operasi
b. Pasien dilakukan pembiusan Regional Anestesi dengan teknik spinal anestesi dengan posisi
membungkuk
e. Operator melakukan disinfeksi pada daerah yang dioperasi dengan kasa betadine dari
prosesus xipoidus sampai paha.
f. Mempersempit daerah operasi dengan memasang duck steril (lubang dan buntu)
g. Drapping/ pemasangan duk, duk besar atas bawah, duk kecil kanan kiri difiksasi dengan
duk klem. Pasang slang suction dan couter difiksasi dengan duk klem, kemudian ditutup
dengan duk lobang
h. Time Out
i. Insisi area op buka perlapis ( dari lapisan kulit, sub kutis, facia, otot sampai buli ), buli
ditest dengan aspirasi menggunakan spuit 10cc,tusuk balon kateter, lepas kateter terpasang
j. Buli diinsisi sambil disuction air yang keluar dari buli, pasang hak prostat 3 (atas 2, bawah
1). Insisi bledder neck hak dilepas, enuklease prostat, setelah prostat terangkat smua sambil
30
disuction siapkan jahitan cromic 1.0, sambil assist suction perdarahan yang keluar, pasang
hak, jahit bledder neck yang tadi diinsisi
k. Pasang three way cateter, spulling dari kateter sampai lancar, isi balon 30-50 cc. cuci buli
untuk mengevaluasi perdarahan, traksi three way cateter.
l. Tutup buli dengan jahitan cromic no1,klem atas bawah, setelah dijahit cek buli dengan cara
spulling dari Three way cateter untuk mengevaluasi perdarahan
m. Basahi buli yang sudah dijahit dengan kasa betadin, pasang drain fiksasi dengan side 2/0
n. Menutup luka op lapis demi lapis dengan urutan menutup luka otot dengan plain no 2.0 ,
setelah otot dijahit pasang drain, menutup luka fasia dg cromik 1.0 dari atas kebawah, sub
kutis dg plain no 2/0, kulit dengan side no 2/0
r. Setelah selesai pasien dirapikan dan dipindahkan ke tempat tidur pasien dengan transfer
bed kemudian pakaian operasi pasien diganti dengan pakaian dari ruangan.
s. Alat-alat perlengkapan operasi dirapikan dan dikembalikan kpada tempat semula, alat-alat
instrument direndam dengan savlon dan dicuci kemudian dikeringkan.
c. Restrain : tidak
d. Posisi ground :-
e. Persiapan area operasi : ya. Daerah perut, dengan menggunakan Alkohol dan Betadine
31
f. Monitor TTV :
Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi
09.25 127/78 86 22 - -
09.50 123/69 86 24 - -
ANALISA DATA
KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
N : 86 x/menit
32
RR : 22 x/menit
Diagnosa :
1. Resiko defisit volume cairan b.d perdarahan aktif (berlangsungnya proses pembedahan)
3. Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infeksi control , intra operatif (6545)
berhubungan keperawatan selama 1 x 30
· Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
dengan tindakan menit diharapkan klien
tangan
invasif : operasi tidak mengalami nresiko
BPH. infeksi dengan kriteria · Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
hasil : tindakan keperawatan
· Klien bebas dari tanda · Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
dan gejala infeksi pelindung
Resiko cedera v control resiko Surgical precousen Aktifitas
dengan faktor
Setelah dilakukan tindakan Tidurkan klien pada meja operasi
resiko: Gangguan
keperawatan selama 1 x 30 dengan posisi sesuai kebutuhan
persepsi sensori
menit diharapkan klien Monitor penggunaan instrumen,
karena anestesi
tidak mengalami resiko jarum dan kasa
34
injuri/cedera dengan Pastikantidak ada instrumen, jarum
kriteria hasil : atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien
Klien terbebas dari
cedera
Dapat mengetahui
pemakaian intrumen,
jarum dan kasa. Dengan
tertinggalnya benda asing
dapam tubuh klien dapat
menimbulkan bahaya
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
A:
6. Mengkolaborasikan
dengan dokter jika tanda Masalah resiko deficit volume cairan
cairan berlebih
35 muncul teratasi sebagian
memburuk
P:
1. Lanjutkan intervensi
2. Pantau perdarahan
09.22 1. Mempertahankan 10.15 edy
lingkungan aseptik selama
09.55 S : -
proses pembedahan.
O:
2. Memonitor tanda dan
gejala infeksi - Tampak terlihat pembedahan BPH
N : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
SPO2 : 99%
P : Lanjutkan intervensi :
Monitor
09.22 10.15 edy
penggunaan instrumen,
- Jarum lengkap
P : Lanjutkan intervensi :
4. Tanda-tanda vital
10.16 124/80 86 22 - -
10.36 112/82 88 20 - -
Hasil
37 Observasi Kapan Reflek kembali
Kesadaran Composmentis -
6. Balance cairan
Perdarahan 300cc
Lain-lain 50cc
Aldredte Score
Pernapasan 2 : kemampuan untuk bernapas dengan dalam dan batuk
38
1 : upaya bernapas terbatas
Tingkat kesadaran 2 :respon verbal terhadap pertanyaan dan terorientasi
terhadap waktu
Warna 2 : warna kulit normal
0 : sianosis
Aktivitas 2 : kemampuan untuk menggerakkan semua ekstremitas
Bromage score
II Just able to flex knees with free movement of feet Partial (33%)
Hmt 39,8 %
Gol darah B
Ureum 32 mg/dl
500 mg operasi
Analgetik
dimulai
Saat operasi Anti perdarahan
Operasi
hampir selesai
1. Analisa Data
- TD : 124/80 mmHg
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- Bromage Score : 2
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
· Identifikasi kebutuhan
· Klien terbebas dari jatuh
keamanan klien, sesuai dengan
· Menggunakan fasilitas kesehatan kondisi fisik dan fungsi kognitif
yang ada klien dan riwayat penyakit
terdahulu klien
· Mampu mengenali perubahan
status kesehatan · Pasang side rail tempat tidur
4. catatan Perkembangan
Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
42
RR : 21 x/menit
P : Lanjutkan intervensi :
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja
operasi untuk Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima dilakukan tindakan pembedahan.
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir
bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Asuhan keperawatan perioperatif meliputi: identitas klien, fase pre operasi, fase intra
operasi, fase post operasi.
B.Saran
a) Dalam menyusun makalh sebaiknya menggunakan banyak referensi agar dapat
menghasilkan tugas yang lengkap dan maksimal
b) Dalam menyelesaikan tugas kelompok sebaiknya di biutuhkan kekompakan dari
masing-masing anggota kelompok , agar tugas dapat terselesaikan dengan mudah.
44
45