Anda di halaman 1dari 12

Hari/Tanggal : UJIAN TENGAH SEMESTER SKS : 2

SELASA, 07-04- MK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Kode :


2020 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Dosen pengampu: Waktu :
FAKULTAS TEKNIK - UNIMED

NAMA : DINDA YUSTIKA


NIM : 5181111007
SOAL
1. Mengapa manusia dengan janjinya ketika sejak zaman azali ,jelaskan firman Allah didalam
surat
Al-araf ayat 172?
2. Menurut anda bagaimana fungsi agama dalam masyarakat ?
3. Bagaimana dalam menerapkan iman, islam dan ihsan dalam beraktifitas dan berkreatifitas ?
4. Sebutkan dan jelaskan 3(tiga) aspek yang terpenting dalam ajaran agama islam ?
5. Sebutkan dan jelaskan tentang manusia ?
6. Apa saja karakter islam yang ada dalam ajaran agama islam ?
7. Apa hubungan al-quran dan sunnah?
8. Mengapa manusia disebut sebagai khalifah Allah?
9. Apa fungsi dan peran serta manfaat menaati hukum islam ?
10. Jelaskan kedudukan moral ,etika dan akhlak dalam penerapannya dimasyarakat?

Jawab

1. Lantas apa isi perjanjiannya? Dan apa tujuannya? Lanjutan ayat tersebut mengatakan:

َ‫ْت بِ َربِّ ُك ْم قَالُوا بَلَى َش ِه ْدنَا أَ ْن تَقُولُوا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة إِنَّا ُكنَّا ع َْن هَ َذا غَافِلِين‬
ُ ‫أَلَس‬

(Allah berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Benar (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari Kiamat kamu
tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan),” (QS. Al-A’raf [7] : 172).
Namun, perjanjian Allah dengan para nabi bukan soal menuhankan-Nya, melainkan soal saling
meneguhkan antara satu nabi dengan yang lain, soal penyampaian risalah, dan tugas-tugas
kenabian lainnya. Riwayat lain menyatakan, janji itu tentang pertama kalinya Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam diciptakan, namun yang paling terakhir diutus. (Lihat: Muhammad
ibn Jarir al-Thabari, Tafsir al-Thabari, [tanpa cat. kota: Risalah al-Muassasah] 2000, jilid 20, hal.
213.

Lantas, mengapa kemudian manusia ingkar janji, menyimpang, dan kufur? Itulah sifat manusia.
Mereka lupa atas janjinya sendiri di hadapan rabb mereka. Makanya Allah mengutus para rasul
untuk mengingatkan janji itu. Sehingga tidak ada hujjah bagi mereka untuk tidak beriman saat
ditagih janji pada hari Kiamat kelak. Tak lagi ada alasan, Sesungguhnya kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), (QS. Al-A’raf [7] : 172).

Dari ayat dan hadits di atas, dapat dipetik beberapa pelajaran:

a. Setelah menciptakan Adam ‘alaihissalam, Allah mengeluarkan seluruh calon


keluturunannya.

b. Tidak akan berdiri Kiamat sebelum seluruh keturunan itu terlahir ke dunia.

c. Saat seluruh calon keturunan Adam ‘alaihissalam dikeluarkan, Allah mengadakan


perjanjian dengan mereka.

d. Dalam perjanjian itu, manusia sudah berjanji untuk menuhankan Allah. Secara tak
langsung, mereka juga berjanji untuk tak menyekutukan-Nya, tidak menyembah
kepada selain-Nya, tidak meminta kepada selain-Nya, dan seterusnya.

e. Manusia memiliki sifat lupa dan ingkar atas janji yang telah diungkapkannya.

f. Para nabi dan rasul diutus untuk mengingatkan janji manusia kepada Allah.

g. Di akhirat, tidak ada alasan bagi mereka lupa janji atau lengah atas ketuhanan dan
keesaan-Nya.

2. fungsi-fungsi agama dalam masyrakat adalah:

a) Berfungsi edukatif
Para penganut agama mengemukakan bahwa ajaran agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi, karena secara yuridis ajaran agama itu
berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur itu memiliki latar belakang dalam
pengarahan bimbingan agar para penganutnya memiliki kepribadian yang baik dan
terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.
b) Sebagai Penyelamat
Di mana pun manusia berada, dia pasti selalu menginginkan dirinya selamat.
Keselamatan yang meliputi bidang luas adalah keselamatan yang diajarkan oleh agama,
baik keselamatan dunia maupun akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu, agama
mengajarkan kepada penganutnya melalui pengenalan kepada masalah sakral berupa
keimanan pada tuhan. Pengenalan tersebut berujuan agar dapat berkomunikasi baik
secara langsung maupun melalui perantara menuju ke arah itu, dengan berbagai cara
sesuai dengan ajaran agama itu sendiri.

c) Sebagai sosial control.


Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya akan terikat batin
dengan tutunan ajaran itu, baik secara pribadi maupun kelompok. Hal ini karena ajaran
agama dianggap sebagai norma oleh para pengikutnya, sehingga secara tidak langsung,
ajaran agama juga bisa menjadi pengawas bagi para penganutnya, baik secara individu
maupun kelompok.

d) Sebagai pemupuk rasa solidaritas.

Secara psikologis, para penganut agama yang sama akan memiliki kesamaan dan
kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan itu akan membina rasa solidaritas dalam
kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan
yang kokoh. Bahkan balam beberapa agama, rasa persaudaraan itu bahkan dapat
mengalahkan rasa kebangsaan.

e) Sebagai transformative.
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi
sebuah kehidupan baru sesuai dengan tutunan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan
barunya itu kadangkala mampu mengubah kesetiannya pada adat atau norma kehidupan
yang dianutnya sebelum itu.

f) Sebagai kreatifitas.
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya agar bekerja dengan
produktif, bukan semata-mata karena untuk kepentingan pribadi, namun juga untuk
kepentingan orang lain. Penganut agama tidak hanya diperintahkan untuk bekerja secara
rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan
penemuan baru.
g) Sebagai Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, baik secara duniawi paupun
ukhrawi.  Selama usaha yang dijalankan seseorang itu tidak bertentangan dengan norma-
norma agama, dilakukan dengan niat tulus, karena dan untuk Allah, maka itu merupakan
bagian dari ibadah.

3. Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai
perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah. Sedangkan untuk mempelajari
Ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu (Tasawuf) melalui thariqah.
Kiai Syaikuddin menjelaskan, Iman adalah keyakinan dalam hati yang diucapkan
oleh lisan dan diwujudkan dalam amal perbuatan.Keyakinan tersebut meliputi enam
rukun iman, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab,
iman kepada Nabi dan rasul, iman kepada hari akhir serta iman kepada, qadla dan
qadar. “Keenam rukun iman tersebut adalah bentuk amal batiniah sebagai wujud
pengakuan hati manusia terhadap kebesaran Allah SWT. Yang nantinya akan
mempengaruhi segala aktifitas yang dilakukan. Manusia adalah makhluk dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Keimanan akan membawa manusia ke
titik penyadaran diri sebagai hamba Allah yang tunduk di bawah kekuasaan Allah
SWT," terangnya. Ketika keyakinan terhadap keenam rukun tersebut sudah tertanam
dalam hati, maka lanjut Kiai Syaikuddin, tentu kita akan berusaha untuk menjalani
kehidupan sesuai dengan koridor hukum Allah yang pada akhirnya akan membawa ke
arah kehidupan yang berkualitas. “Maka fondamen itu harus kokoh dan sangat
penting ditanamkan kepada anak-anak kita sedini mungkin, misalnya dengan
mempelajari Kitab Aqidatul Awam," jelasnya. Sedangkan Islam, dijelaskan dengan
penjabaran lima rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji bagi yang
mampu. Pertama syahadat. Syahadat merupakan kesaksian bahwa tiada tuhan yang
berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kedua,
Shalat merupakan bentuk hubungan vertikal secara langsung antara hamba dengan
Sang Khalik. Ketiga, Zakat adalah wujud kepedulian sosial terhaadap sesama
manusia. Keempat Puasa merupakan ujian melawan hawa nafsu. Dan kelima Haji
adalah ajang mempererat ukhuwah Islamiyah dengan sesama saudara muslim dari
seluruh dunia. "Kelima rukun tersebut merupakan amal lahiriah sebaga perwujudan
dari makna Islam itu sendiri, yaitu kepasrahan diri secara total kepada Allah. Artinya,
kepasrahan sebagai makna Islam tidak hanya disimpan dalam hati, melainkan
diwujudkan lewat perbuatan nyata yaitu kelima rukun Islam tersebut. Dan ini
dipelajari melalui ilmu fiqih," katanya. Lalu Ihsan. Menurut lulusan pesantren
Lirboyo Kediri ini,

Ihsan adalah cara bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah SWT.
Rasulullah mengajarkan agar ibadah kita dilakukan dengan cara seolah-olah saat ibadah
kita berhadapan secara langsung dengan Allah. Cara ibadah ini akan membawa ibadah
kita ke maqom (tingkat) yang lebih dekat kepada Allah dengan perasaan penuh harap,
takut, khusyu’, ridlo, dan ikhlas kepad Allah SWT.
4. Secara garis besar, aspek ajaran Islam terdiri atas 3 hal, yaitu:

a. Aqidah merupakan fondasi agama Islam yang sifat ajarannya pasti, mutlak kebenarannya,
terperinci dan monoteistis. Inti ajarannya adalah mengesakan Allah SWT.
b. Syariah secara bahasa berarti “jalan yang harus dilalui” sedangkan menurut istilah berarti
“ketentuan hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan flora dan
founa serta alam sekitarnya.

Syariah dibagi menjadi beberapa bidang, yaitu:

 Ibadah adalah hubungan manusia dengan Allah. Ibadah dibagi menjadi 2 macam yaitu
Mahmudah dan Ghoiru Mahmudah.
 Muamalah yaitu aturan tentang hubungan manusia dalam rangka memenuhi kepentingan
hidupnya.

Akhlaq menurut bahasa berarti “perbuatan”, sedangkan menurut istilah adalah aturan
tentang perilaku lahir dan batin yang dapat membedakan antara yang terpuji dan
tercela. Akhlak yang benar menurut islam adalah yang dilandasi iman yang benar.
Secara garis besar akhlaq islam mencakup manusia kepada Allah, diri sendiri, sesama
manusia, maupun terhadap flora dan fauna serta alam sekitar kita.

5. Manusia adalah makhluk yang Allah ciptakan dalam bentuk sesempurnanya Makhluk.
Keberadaan manusia adalah yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk
yang lainnya. Manusia memiliki fisik, perasaan, hawa nafsu, juga akal yang membuat
manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Hakikat manusia menurut islam bukanlah
seperti hewan, tumbuhan, atau makhluk lainnya yang bernyawa.

Manusia diciptakan tentu memiliki tujuan. Bagi ummat islam konsep manusia adalah
dilihat dari bagaimana maksud atau tujuan Allah di dalam kehidupan ini. Sebagian
ummat lain menganggap bahwa manusia tercipta sendirinya dan melakukan hidup
dengan apapun yang mereka inginkan, sebebas-bebasnya. Dalam ilmu pendidikan islam,
yang berbicara mengenai konsep manusia tentunya tidak didefinisikan seperti itu.
Untuk itu, perlu mengetahui apa konsep manusia jika dilihat dari tujuan penciptaannya di muka
bumi oleh Allah SWT.

a. Beribadah kepada Allah

”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-
Ku” (QS Adzariyat : 54)

Konsep manuia menurut islam berdasarkan dari tujuannya diciptakan, semata-mata adalah untuk
beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah artinya kita menganggap Allah sebagai satu-
satunya Tuhan yang layak untuk disembah, menjadi tempat bergantung, diagungkan, dan diikuti
seluruh perintahnya. Tanpa melakukan ibadah kepada Allah niscaya manusia akan tersesat dan
kehilangan arah hidupnya.

Ibadah bukan saja berarti hanya sekedar melaksankan ibadah ritual atau yang sifatnya
membangun spiritual saja. Ibadah artinya mengabdi, menjadikan diri kita sebagai abada atau
budak dalam hidup untuk Allah SWT. Ibadah artinya bukan hanya saat shalat saja melainkan
semua aspek diri kita bisa dijadikan ibadah asalkan membawa kebaikan dan pahala.

Orang yang menikah,  bekerja, berkeluarga, menuntu ilmu, mendidik anak, dan lain sebagainya
merupakan bentuk ibadah yang mengalirkan kebaikan bukan hanya untuk dirinya namun untuk
ummat. Untuk itu ibadah dalam islam artinya mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh
Allah dalam segala bentuk kehidupan kita.

b. Mendapatkan Ujian Dunia untuk Masa Depan Akhirat

  “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS.
Al-Baqarah: 155-157).

Dalam surat tersebut, Allah menunjukkan kepada manusia bahwa manusia diciptakan adalah
untuk diberikan ujian di dunia. Barangsiapa bisa melalui ujian di dunia dengan berbagai
tantangan dan kesulitannya, maka Allah akan memberikan pahala akhirat dan rahmat bagi yang
benar-benar melaksanakannya dengan baik. Menghadapi musibah dalam islam hakikatnya adalah
menghadapi ujian di dunia yang harus dilalui dengan kesabaran. Maka itu islam melarang
berputus asa, karena ada banyak bahaya putus asa dalam islam. Salah satunya adalah tidak bisa
optimis untuk menjalankan hidup di dunia untuk masa depan akhirat yang baik.

c. Melakukan Pembangunan di Muka Bumi dan Tidak berbuat Kerusakan

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (QS : Al Baqarah : 30)

Dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 diatas, menunjukkan bahwa manusia diciptakan di
muka bumi adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah di atas bukan berarti hanya
sekedar pemimpin. Manusia yang hidup semuanya menjadi pemimpin. Pemimpin bukan berarti
hanya sekedar status atau jabatan dan tidak perlu mendapatkan jabatan tertentu untuk menjadi
khalifah di muka bumi.

6. Karakter Agama Islam 

Pertama, Islam adalah agama yang lengkap dan integral. Artinya Islam dalam hal ini
adalah syariat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agama yang
lengkap dimana tidak ada satu pun masalah yang luput darinya. Semua masalah umat
manusia  telah diterangkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah baik secara rinci maupun
global yang sangat umum dan hanya orang-orang yang jernih akalnya yang mampu
untuk melihat dan mengistinbatkan hukum dari keglobalan nash tersebut. 

kedua, Islam memiliki karakteristik moderat atau pertengahan. Agama Islam yang
hakiki adalah agama yang tidak terlalu exstrim dalam syariatnya maupun terlalu
longgar. Islam ada di antara keduannya. Maka paslah tatkala Sahabat Ali bin Abi
Thalib radhiallahu 'anhu berkata “Hendaklah kalian berpegang kepada sikap
pertengahan. Dengan sikap ini, orang yang tertinggal harus menyusul dan orang yang
berlebihan harus kembali mundur.” 

Ketiga, Islam adalah kemudahan dan bukan kesulitan. Islam datang tidak untuk
menyengsarakan umatnya. Islam datang tidak untuk membebani manusia dengan
beban-beban berat. Allah ta'ala berfirman yang artinya : “(Yaitu) orang-orang yang
mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang
ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.

7. Ditinjau dari segi hukum maka hubungan Al Qur’an dengan As Sunnah adalah :

1. Terkadang As-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah tercantum di


dalam Al-Qur’an. Contoh : Hukum jilbab dan menundukkan pandangan.
2. Terkadang As-Sunnah menafsirkan dan merinci hal-hal yang masih bersifat global
dalam Al-Qur’an. Contoh : Di dalam Al-Qur’an Allah U memerintahkan kaum
muslimin untuk melaksanakan sholat dan haji, lalu datang As-Sunnah menjelaskan
secara rinci kaifiyat (tata cara) pelaksanaan kedua ibadah tersebut.Kebanyakan as
Sunnah termasuk dalam jenis yang kedua ini

3. Terkadang As-Sunnah menetapkan hukum yang tidak disebutkan di dalam Al


Qur’an. Contoh : Hukum mencukur alis, mengikir gigi, penjelasan tentang harta
waris bagi nenek, hukum rajam bagi pezina yang sudah menikah dan lain-lain.

8. manusia yaitu Adam ‘alaihisshalatu wassalam sebagai khalifah (pengganti) di muka


bumi, yaitu menggantikan mereka yang berbuat kerusakan dan tidak istiqamah
(dalam mengerjakan perintah Allah Ta’ala –ed). Perkataan malaikat ini adalah dalil
bahwa sudah ada kaum yang melakukan kerusakan di muka bumi, mereka masih
menghuni bumi sehingga malaikat berkata sesuai apa yang sedang terjadi di muka
bumi. Atau bisa juga kaum tersebut telah keluar dari bumi, dan malaikat
menceritakan kelakuan mereka di muka bumi dahulu. Hingga kemudian Allah
subhanahu wa ta’ala mengabarkan kepada mereka bahwa Dia lebih mengetahui apa
yang tidak diketahui oleh malaikat. Bahwasanya khalifah yang menggantikan mereka
akan berhukum di muka bumi dengan syari’at dan agama Allah, menyebarkan
dakwah tauhid, mengikhlaskan peribadatan dan beriman kepadaNya.

Dan demikian juga anak keturunan Adam yang kemudian mereka menjadi para Nabi,
para Rasul, orang-orang pilihan, ulama yang shalih, dan hamba-hamba yang ikhlas.
Mereka inilah yang mewujudkan peribadatan pada Allah semata, berhukum dengan
syariatNya, mengerjakan perintahNya, dan mencegah apa yang dilarangNya di muka
bumi. Inilah apa yang diupayakan para Nabi, para Rasul, ulama yang shalih, dan
hamba yang ikhlas. Setelah nampak ketetapan Allah dalam hal ini, tahulah para
malaikat bahwa ini adalah kebaikan yang agung.

Sebagian ulama berpendapat, sesungguhnya ada kaum sebelum


Adam yaitu sekelompok manusia dan makhluk lain yang disebut al-jinn dan al-hinn.

Ringkasnya, Adam ‘alaihissalam adalah khalifah yang menggantikan kaum


sebelumnya. Dan apa peristiwa yang terjadi sebelum Adam ‘alaihissalam hanya
diketahui oleh Allah Ta’ala. Tidak diketahui adanya dalil yang menjelaskan keadaan
makhluk sebelum Adam ‘alaihissalam, bagaimana sifat mereka, amalan mereka,
tidak ada penjelasan atas hal itu. Tetapi dijadikannya mereka sebagai khalifah
menunjukkan bahwa sebelumnya mereka memang ada di muka bumi. Maka Adam
menggantikan mereka dalam hal menampakkan kebenaran, menjelaskan syariat
Allah Ta’ala dan berhukum dengannya, dan menjelaskan apa yang Allah ridhai dan
dapat mendekatkan diri padaNya (yaitu ibadah –ed), dan mencegah dari kerusakan di
muka bumi.

Demikianlah pula yang dilanjutkan oleh keturunan Adam ‘alaihissalam, yaitu para
Nabi, orang-orang shalih dan pilihan. Mereka menyeru pada kebenaran dan
menjelaskannya, membimbing umat kepada agama Allah Ta’ala, menyuruh segenap
penghuni bumi untuk menaati Allah, mengesakanNya dengan tauhid, berhukum
dengan syariatNya, dan mengingkari siapa yang menyelisihiNya.

9. berikut manfaat hukum islam dalam kehidupan sehari hari secara lengkap :

a. Lahan Ibadah

“Dan taatlah kepada Allah serta Rasul Nya, jika kamu berpaling maka
sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan
terang”. (QS At Taghabun : 12). Dengan mengetahui, memahami, dan melaksanakan
hukum islam, setiap tindakan yang dilakukan akan bernilai ibadah di sisi Allah.
Misalnya melaksanakan hukum islam dalam hubungannya dengan pekerjaan, jenis
pekerjaan apa saja kah yang termasuk halal dan haram, dan anda mengikutinya
sesuai syariat islam, maka pekerjaan anda menjadi lahan ibadah dan ladang pahala.

b. Sarana Komunikasi dengan Allah

Dengan mengikuti hukum islam, secara langsung anda mengetahui apa saja yang
Allah perintah dan Allah larang, dalam kondisi senang, sedih, sedang mengharap
sesuatu, anda senantiasa mengingat Nya dengan berdoa sesuai anjuran dalam syariat
islam, maka anda menjadi hamba yang senantiasa mengingat dan diingat oleh Allah.

c. Mendatangkan Manfaat

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) tentang
urusan itu, maka ikutilah dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu”. (QD Al Maidah :
18). Penjelasan dari firman Allah tersebut ialah, dalam kondisi apapun umat muslim
hendaknya mengambil sikap sesuai hukum islam, bukan mengambil keputusan
berdasarkan hawa nafsu atau keinginan pribadi agar urusan tersebut dapat
mendatangkan manfaat atau hikmah baik di dunia maupun di akherat.

d. Menghindarkan Dari Kesia siaan

“Hai orang orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan kepada Rasul Nya dan
janganlah kamu merusakkan pahala amal amal mu”. (QS Muhammad : 31). Agar
jalan hidup tidak sia sia, Allah telah mengatur jalur kehidupan melalui berbagai
syariat islam dalam hubungannya dengan aktivitas manusia untuk menjaga
agamanya,  untuk kemanfaatan bagi diri sendiri dan keluarga, juga untuk memberi
manfaat pada orang lain. Dengan mengikuti hukum islam, segala aktivitas tidak ada
yang sia sia, mulai dari bekerja, silaturahmi, bahkan istirahat pun bernilai ibadah.

e. Sanksi Hukum

Hukum islam ada berbagai macam diantaranya halal, haram, wajib, sunnah, dll.
Hukum tersebut memiliki kebaikan jika dilaksanakan dan sanksi jika tidak ditaati.
Misalnya memberi sanksi kepada orang yang melakukan zina, hukum islam dan
sanksi nya memberikan manfaat bagi kehidupan berupa kesadaran untuk mawas diri
dalam melakukan berbagai aktivitas keseharian sehingga seniantiasa berada di jalur
hukum yang telah ditetapkan dan mengambil hikmah dari contoh contoh orang orang
terdahulu yang mendapat azab dari Allah karena melanggar perintah Nya,

Allah berfirman “Maka kami jadikan yang demikian itu hukuman berat bagi orang
orang di masa itu serta menjadi peringatan bagi orang oorang yang bertaqwa”. (QS
Al Baqarah : 66). minuman haram dan makanan haram menurut islam sudah sangat
jelas ditentukan berdasarkan hukum syariat islam, jadi harus dihindari agar anda
tidak mendapatkan hukuman dari Allah Swt baik secara langsung atau pun jangka
panjang.

f. Mengatur dan Memperlancar Interaksi Sosial

Kita berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki berbagai sifat dan
kepentingan, tentu tidak semuanya berpandangan sama, ada berbagai pendapat dan
prinsip. Ketika terlibat suatu hal yang melibatkan orang banyak, hukum islam
menjadi jalan terbaik untuk segala urusan, kita dapat menyatukan keputusan
berdasarkan hukum islam, manakah yang lebih banyak manfaatnya dibanding yang
lain, seperti firman Allah berikut “Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikan ia kepada Al Qur’an dan sunnah, yang demikian itu lebih utama
dan lebih baik akibatnya”. (QS An Nisa : 59).

g. Sarana Dakwah

Dakwah bertujuan untuk mengubah perilaku manusia sesuai hukum yang benar.
Hukum islam dalam kehidupan sehari hari dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memberikan pengetahuan atau ilmu agar segala urusan dilaksanakan dengan tata cara
yang sesuai.

h. Pendidikan Akhlak

Akhlak artinya budi pekerti, perangai, atau tingkah laku. Pada jaman sekarang
banyak informasi masuk melalui berbagai media, baik lingkungan secara langsung
atau tidak langsung seperti media televisi dan internet. Pendidikan akhlak berdasar
hukum islam penting untuk ditanamkan sejak dini dalam kehidupan sehari hari agar
generasi muda nantinya dapat menyaring serta memiliki akhlak sholeh dan sholehah.

Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan
standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin
dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari
keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah
yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :“ Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad).
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari
aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah
mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak
merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

Akhlak kepada Allah, Sesama manusia, dan Lingkungan.

 1.        Akhlak kepada Allah

1)      Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya
sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan
terhadap perintah Allah.

2)      Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan
ketenangan dan ketentraman hati.

3)      Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti
ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan
manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.
Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus
kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas
hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang
tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai
manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ; suatu perilaku yang tidak
disukai Allah.

Etika bergaul dengan orang lain

a)         Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.

b)        Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu
pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.

c)         Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada
mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka.

d)        Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.

e)         Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahankesalahannya,


dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.
10. Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing
disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan
qalb, fu’ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:

1.Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.

2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat
diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan
tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.

3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.

Anda mungkin juga menyukai