Anda di halaman 1dari 2

1.

Filosofi anggaran adalah amanah yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah yang
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,” papar Misbahul Hasan, Peneliti
Fitra. Misbah juga menambahkan pada dasarnya anggaran itu didalamnya terdapat hak-hak
warga negara yang harus dipenuhi oleh negara.

2. Trias Politika adalah sebuah teori yang menerapkan pembagian kekuasaan pemerintahan negara
menjadi tiga jenis kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, serta kekuasaan
yudikatif. Trias Politika pertama kali dikemukakan oleh Montesquieu, seorang pemikir politik
asal Prancis.

3 Lembaga Sui Generis


Lembaga Sui Generis adalah lembaga diluar Pemerintah yang dibentuk melalui Undang-undang,
lembaga-lembaga ini melaksanakan sebagian kewenangan yang sebelumnya merupakan kewenangan
Pemerintahan namun bersifat otonom/independent dari kepentingan Pemerintah. Beberapa contoh
lembaga sui generis saat ini adalah Bank Indonesia/BI, Lembaga Penjamin Simpanan/LPS, Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia/LPEI, Badan Pengelola Jaminan Sosial/BPJS Kesehatan, dan BPJS
Ketenagakerjaan. Satu lembaga sui generis yang masih dalam proses pembentukan adalah Badan
Pengelola/BP Tapera yang berupakan transformasi dari Bapertarum.

Sebagaimana halnya BP Tapera, Lembaga sui generis lain pada umumnya juga merupakan hasil
transformasi dari bentuk hukum lain. BPJS Kesehatan merupakan hasil transformasi dari PT. Askes, dan
BPJS Ketenagakerjaan merupakan hasil transformasi dari PT. Jamsostek. Transformasi ini pada intinya
berupa pemberian independensi yang dijamin oleh UU untuk memaksimalkan kinerja. Sedikit berbeda
adalah LPS dan LPEI, LPS dibentuk sebagai lembaga penjamin tabungan nasabah perbankan hasil
pelajaran pahit dari krisis ekonomi, sedangkan LPEI dibentuk sebagai upaya maksimal Pemerintah dalam
mengembangkan pasar-pasar baru bagi barang ekspor Indonesia. Satu lembaga sui generis yang
mungkin akan dibentuk beberapa waktu ke depan adalah Lembaga Pembiayaan Pembangunan
Indonesia (LPPI) yang diharapkan akan dapat berperan sebagai ‘Bank Pembangunan Indonesia’ atau
Indonesian Development Bank dan dapat memberikan pinjaman untuk proyek-proyek jangka panjang di
Indonesia.

Persamaan dari beberapa bentuk entitas diatas adalah dalam hal independensi dan fleksibilitas, masing-
masing memiliki fleksibilitas dalam derajat tertentu dengan tujuan akhir untuk memaksimalkan
pelayanan kepada stakeholder maupun efektivitas dalam pencapaian tujuan. Lembaga Sui Generis
termasuk Kekayaan Negara Dipisahkan dan secara akuntansi dilaporkan dalam LKPP melalui Laporan
Keuangan Investasi Pemerintah (LKIP) dalam akun Investasi Jangka Panjang Permanen.
4 transformasi hukum keuangan negara alias perubahan status keuangan negara yang menimbulkan
pro-kontra dari berbagai kalangan. Teori tersebut hakikatnya perubahan status hukum keuangan dari
keuangan negara menjadi keuangan badan hukum.

Penolakan terhadap teori tersebut karena ada anggapan keuangan negara memiliki ruang lingkup tidak
terbatas yang justru menyebabkan implikasi hukum dalam pengelolaan keuangan menjadi tidak
konsisten. Hal ini dinilai memperumit perkembangan badan usaha milik negara (BUMN) dan badan
hukum lain dalam meningkatkan kinerja keuangannya.

Alhasil, teori pemisahan keuangan negara dengan badan usaha (BUMN/Perseroan) akhirnya diterapkan
oleh pemerintah pada 2016. Penerapan teori tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2016 tentang Perubahan atas PP Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan Modal
Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas.

Hal tersebut tertuang dalam pasal 2A ayat (3) dan (4) PP Nomor 72 Tahun 2016. Dalam ayat (3)
disebutkan, “Kekayaan Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) yang dijadikan penyertaan
modal negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas, bertransformasi menjadi saham/modal negara pada
BUMN atau Perseroan Terbatas tersebut.” Kemudian ayat (4) disebutkan, “Kekayaan negara yang
bertransformasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi kekayaan BUMN atau Perseroan Terbatas
tersebut.”

Jakob Tobing, mantan Ketua Panitia Ad Hoc (PAH) I BP MPR 1999 menyatakan proses reformasi
konstitusi (constitutional reform) yang dipercayakan rakyat kepada PAH I khususnya semula dikesankan
underestimate bahwa MPR (1999 – 2004) tidak akan mau dan tidak akan mampu mereformasi sistem
politik secara bermakna. Kilas balik (flash back) “rasanya” rakyat Indonesia patut mengacungkan jempol,
angkat topi sebagai tanda hormat kepada pimpinan dan anggota PAH I saat itu maupun segenap
anggota MPR 1999.

Keseluruhan proses amandemen berlangsung dari 1999 – 2002 dan merupakan satu rangkaian, dan
bukan merupakan kegiatan yang terpisah-pisah. Jakob Tobing lebih lanjut menyatakan perlu upaya
konsolidasi demokrasi agar reformasi (konstitusi) terus berkelanjutan dalam rangka penataan
berkesinambungan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Jawabannya adalah perlu dan
pentingnya Civic Education – Pendidikan Kewarganegaraan bagi segenap rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai