Kamis, 16 April 2020 M A K R O E K O N O M I 11

DAMPAK RELAKSASI SPT

REALISASI PPH BAKAL TERTEKAN

Bisnis, JAKARTA – Realisasi pajak penghasilan orang pribadi berisiko tertekan pada Maret tahun ini menyusul rendahnya tingkat
kepatuhan serta banyaknya wajib pajak yang memanfaatkan pelonggaran batas waktu pelaporan.

Muhamad Wildan
redaksi@bisnis.com

B
erdasarkan pantauan pertumbuhannya konsisten di 2 itu, sambungnya, tantangan besar pribadi nonkaryawan,” jelasnya.

otoritas pajak, cu-
kup banyak wajib
pajak orang pribadi
nonkaryawan yang
memanfaatkan pe-
longgaran tersebut.
Pelaporan surat pemberitahuan
(SPT) Tahunan pajak penghasilan
(PPh) orang pribadi yang biasanya
harus dilaporkan pada 31 Maret
diundur menjadi 30 April.
Hal ini juga berlaku untuk pe-
nyetoran pajak atas SPT tersebut.
Selain itu, pemerintah juga meni-
adakan sanksi atas keterlambatan
penyetoran itu.
“Jadi memang wajib pajak sangat
memanfaatkan relaksasi itu. April
mereka baru menyampaikan SPT
Tahunan,” kata Direktur Penyu-
luhan, Pelayanan, dan Hubungan
digit,” kata Ihsan.
Meski demikian, sebagian wa-
jib pajak diperkirakan baru akan
membayar kewajibannya pada
bulan ini.
Partner DDTC Fiscal Research
Bawono Kristiaji menilai, rendah-
nya realisasi dan kepatuhan ini
tidak terlepas dari relaksasi yang
diberikan pemerintah.
PANDEMI
Selain itu, pandemi COVID-19
juga memengaruhi setoran pajak,
terutama bagi wajib pajak orang
pribadi nonkaryawan.
“Kalau karyawan yang peng-
hasilannya dari satu pemberi
kerja mereka relatif patuh karena
sudah diadministrasikan oleh
pemberi kerja dan juga tidak
yang dihadapi pemerintah adalah
pelaporan dan pembayaran PPh
oleh wajib pajak orang pribadi
nonkaryawan.
Apalagi, berdasarkan catatan
Ditjen Pajak dalam Laporan Ki-
nerja 2019, kepatuhan wajib pajak
jenis ini tergolong masih rendah
karena kurangnya pengawasan
yang menjangkau wajib pajak
wajib SPT.
Tindak lanjut atas data prio-
ritas pengawasan penyampaian
SPT juga masih belum optimal
dan diperparah dengan dengan
layanan Konfirmasi Status Wa-
jib Pajak (KSWP) yang belum
terimplementasi secara optimal.
Praktisi perpajakan Ronsianus
B. Daur menilai, rendahnya
realisasi penyampaian SPT
“
Namun demikian, dia meyakini
akan terjadi penurunan kepatuh-
an pelaporan SPT wajib pajak
Memang wajib pajak orang pribadi nonkaryawan di-
sangat memanfaatkan bandingkan dengan tahun lalu,
kendati batas waktu pada tahun
relaksasi itu. ini dimundurkan sampai akhir
April mereka baru April.
Dia menambahkan, akibat dari
menyampaikan SPT pelaporan yang rendah dipastikan
penerimaan pajak dari wajib pa-
Tahunan. jak orang pribadi pada tahun ini
akan mengalami penurunan di
bandingkan dengan tahun lalu.
“Karena banyak wajib pajak
yang berprofesi seba-
gai pelaku usaha
mikro.”

SIH
MA H
Masyarakat Ditjen ada pembayaran pajak yang tersebut terkait dengan pan-
Pajak Ke- dilakukan oleh mereka,” demi COVID-19. Sebab, sete- dengan teknologi yang
menterian jelasnya. lah organisasi kesehatan dunia makin modern, pelaporan
Keuangan Oleh ka- mengumumkan bahwa virus SPT bisa dilakukan secara
Hestu Yoga rena corona tergolong pandemi, daring. Namun adanya

Saksama, Rabu (15/4).
Berdasarkan data Dit-
jen Pajak, per 1 April
lalu, wajib pajak orang
pribadi nonkaryawan yang
menyampaikan SPT Tahu-
nan nonkaryawan (formu-
lir 1770) baru mencapai
766.221 SPT Tahunan.
Realisasi tersebut melorot
jauh dibandingkan dengan
tahun lalu yang mencapai
1,2 juta wajib pajak.
Dengan wajib pajak orang
pribadi nonkaryawan wajib
SPT mencapai 3,04 juta pada
2019 dan mencapai 3,35 juta
pada 2020, maka rasio ke-
patuhan pada 1 April 2019
yang mencapai 39,74% me-
lorot menjadi tinggal 22,86%
pada 1 April tahun ini.
Sebagai perbandingan, rea-
lisasi penerimaan PPh orang
pribadi pada Maret tahun
lalu mencapai Rp5,89 trili-
un, tumbuh 17,87% (year-
on-year/yoy) dibandingkan
dengan Maret 2018 yang
sebesar Rp5 triliun.
Pada perkembangan ter-
akhir, realisasi PPh orang
pribadi pada Februari 2020
lalu baru mencapai Rp1,02
triliun. Capaian tersebut tum-
buh sebesar 18,85% (yoy),
melambat dibandingkan
dengan Februari tahun se-
belumnya yang mencapai
28,19% (yoy).
Namun demikian, Direktur
Potensi, Kepatuhan, dan Pe-
nerimaan Pajak Ditjen Pajak
Kementerian Keuangan Ihsan
Priyawibawa mengatakan,
PPh orang pribadi masih
berpotensi tumbuh pada
Maret 2020.
“PPh Pasal 25/29 wajib
pajak orang pribadi adalah
salah satu jenis pajak yg
selama 2019 dan selama
Januari—Februari 2020
ND A
RE
Pemerintah Indonesia dengan kepanikan masyarakat
sigap memberlakukan program memicu pelaporan me-
social distancing. lalui daring juga cukup
“Dengan berbagai macam rendah.
alasan warga sudah tidak Panik yang berlebihan
peduli dengan urusan inilah menurutnya men-
administrasi termasuk jadi salah satu penye-
pajak. Karena mere-
ka lebih memilih
menyelamatkan
bab adanya penurunan
realisasi pelaporan SPT.
Walaupun sebenarnya
Data Wajib
nyawa,” kata-
nya.
tidak bisa dipungkiri,
faktor relaksasi yang
Pajak Orang
Dia me-
nambah-
dilakukan oleh peme-
rintah juga turut me- Pribadi
kan,
seja-
lan
nyumpang kontraksi
tersebut.
“Tapi nanti kita lihat
Nonkaryawan
sampai dengan akhir • WP OP nonkaryawan
April ini kalau tetap di Lapor SPT 2019 per
bawah dibandingkan de-
ngan tahun lalu, artinya 1 April 2019:
bisa dibaca COVID-19 1.209.253
berpengaruh terhadap
kepatuhan pajak wa- • WP OP nonkaryawan
jib pajak orang Lapor SPT 2020 per
1 April 2020:
766.221
• WP OP nonkaryawan
Wajib SPT 2019:
3.042.548
Kepatuhan wajib pajak orang pribadi • WP OP nonkaryawan
nonkaryawan sejauh ini masih cukup rendah. Wajib SPT 2020:
3.351.000
Hal ini akan memengaruhi kemampuan
• Rasio kepatuhan WP
otoritas pajak dalam menghimpun
penerimaan. OP nonkaryawan per
1 April 2019: 39,74%
Apalagi, wajib pajak orang pribadi
nonkaryawan memiliki keleluasaan untuk • Rasio kepatuhan WP
OP nonkaryawan per
menunda pelaporan SPT Tahunan menyusul
1 April 2020:
adanya relaksasi dari Ditjen Pajak 22,86%
Kementerian Keuangan.
Bisnis/Amri Hidayat
Sumber: Ditjen Pajak Kementerian Keuangan

PROSPEK EKONOMI ASEAN  SURPLUS NERACA PERDAGANGAN

RI Masih Lebih Unggul

Bisnis, JAKARTA — Indonesia
diprediksi masih mencatatkan
pertumbuhan ekonomi yang
cukup positif dibandingkan
dengan negara lain di regio-
nal kendati tengah mengha-
dapi tekanan akibat pandemi
COVID-19.
International Monetary Fund
(IMF) dalam World Economic
Outolook memaparkan, per-
tumbuhan ekonomi Indonesia
pada tahun ini sebesar 0,5%.
Angka ini lebih baik diban-
dingkan dengan Thailand yang
diprediksi terkontraksi hingga
-6,7% dan Malaysia -1,7%.
“Krisis ini berbeda dari yang
sebelumnya. Seperti halnya
dalam perang ataupun krisis
politik, ada ketidakpastian yang
berlanjut tentang durasi dan
kembang dan emerging market
diproyeksi terkontraksi sebesar
1,0% pada tahun ini. Dengan
mengecualikan China, tingkat
pertumbuhan untuk kelompok
ini diperkirakan bakal menyu-
sut 2,2%.
Ekonomi global pun dipre-
diksi menyusut 3% pada 2020.
Prediksi tersebut berbanding
terbalik dengan proyeksi yang
disampaikan pada awal tahun
di mana ekonomi dunia di-
perkirakan bakal berekspansi
sebesar 3%.
Kepala Ekonom Institut Ka-
jian Strategis Universitas Ke-
bangsaan Eric Sugandi me-
ngatakan, pemerintah harus
menjaga konsumsi rumah
tangga yang menjadi pendo-
rong pertumbuhan ekonomi.
langsung hingga tahun depan,
imbuhnya, kemampuan masya-
rakat untuk konsumsi akan
berkurang seiring menipisnya
tabungan.
“Konsumsi rumah tang-
ga merupakan mesin utama
pertumbuhan Indonesia. Bagi
negara berkembang, konsumsi
rumah tangga menjadi shock
absorber. Investasi dan ekspor
sulit tumbuh jika wabah ini
belum berhenti,” katanya.
Selain itu, dia menyarankan
pemerintah tidak menaikkan
harga barang-barang adminis-
tered prices atau barang yang
harganya diatur pemerintah,
misalnya bahan bakar minyak,
tarif dasar listrik, dan lainnya.
“Beri wewenang kepada
pemerintah tingkat II [ka- Bisnis/Himawan L Nugraha

intensitas guncangan,” tulis
Kepala Ekonom IMF Gita Go-
pinath dalam laporan yang
dikutip Bisnis, Rabu (15/4).
Secara keseluruhan, ekonomi
kelompok negara-negara ber-
Pasalnya, sebagian besar
masyarakat menggunakan
tabungannya untuk bertahan
ketika wabah COVID-19 belum
mampu terselesaikan.
Jika pandemi masih ber-
bupaten dan kotamadya]
untuk menyalurkan bantuan
sosial karena mereka lebih
tahu wilayahnya ketimbang
pemerintah pusat,” ujarnya.
(Reni Lestari/ Feni Freycinetia)
Aktivitas bongkar muat kontainer di pelabuhan
peti kemas Jakarta International Container Terminal
(JICT) di Jakarta, belum lama ini. Ekonom Institute
for Development of Economics and Finance (Indef)
Bhima Yudhistira beranggapan surplus neraca
dagang per Maret 2020 menunjukkan perlambatan
ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), neraca perdagangan pada Maret 2020 terca-
tat surplus U$743,4 juta. Nilai tersebut lebih tinggi
dari surplus perdagangan Maret 2019 yang sebesar
US$670,8 juta. Namun, surplus pada Maret 2020
masih lebih rendah dibandingkan dengan Februari
2020 US$2,51 miliar.