PENDAHULUAN
1
berat adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan terganggunya kemampuan
menilai realitas dan tilikan diri (insight) yang buruk.Gejala yang menyertai
gangguan ini antara lain berupa halusinasi, waham, gangguan proses piker dan
kemampuan berpikir, dan tingkah laku aneh seperti katatonik.Skizofrenia dan
gangguan psikotik adalah contoh dari gangguan jiwa berat yang lazim terjadi di
masyarakat. Orang yang mengalami gejala psikotik disebut dengan Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ).2
Prevalensi gangguan jiwa berat tertinggi terdapat di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) dan Aceh, dengan angka 2.7 kasus per 1000 penduduk.Angka
ini bahkan lebih tinggi 1 permil dari pada prevalensi kasus gangguan jiwa berat
nasional.Ada banyak faktor yang menyebabkan tingginya kasus gangguan jiwa
berat di kedua provinsi tersebut. Untuk Aceh, kasus gangguan jiwa mayoritas
disebabkan oleh trauma pasca bencana dan trauma pasca konflik bersenjata.
Sementara untuk DIY, mayoritas gangguan jiwa berat disebabkan oleh factor
kesulitan ekonomi.2
Pada kategori gangguan mental emosional penduduk berusia di atas 15
tahun, DIY berada pada peringkat ketiga setelah Sulawesi Tengah (11.6%) dan
Sulawesi Selatan serta Jawa Barat (9.3%), dengan prevalensi kasus 8.1%.
Gangguan mental emosional adalah kondisi yang mengindikasikan perubahan
psikologis pada seseorang.Gangguan mental emosional dapat dialami oleh semua
orang pada kondisi distress psikologis, namun tetap dapat pulih seperti
semula.Individu yang mengalami masalah mental emosional disebut Orang
Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).Apabila tidak mendapatkan intervensi dari
professional kesehatan mental, orang dengan gangguan mental emosional dapat
mengalami gangguan yang lebih serius.Sebanyak 14,3% (>57.000) dari penduduk
yang mengalami gangguan jiwa berat, mengatakan pernah dipasung. Pemasungan
pada ODGJ merupakan salah satu dampak ekstrim dari kesenjangan pengobatan
terhadap gangguan jiwa.2
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa dalam
pasal 1 ayat 4 menyebutkan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah setiap kegiatan
2
untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu,
keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.3
Adapun tantangan dalam pelayanan kesehatan jiwa di Provinsi Riau ialah
terbatasnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Dimana hanya
terdapat 1 buah Rumah Sakit Jiwa, 3 buah Rumah Sakit Umum yang memiliki
pelayanan kesehatan jiwa, serta tidak ada Puskesmas yang memiliki fasilitas
pelayanan kesehatan jiwa. Sementara itu tenaga kesehatan professional kesehatan
jiwa sendiri juga tidak mencukupi fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Terdaftar
sebanyak 11 orang psikiater dan 8 orang perawat spesialis jiwa di Provinsi Riau.4
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti judul penelitian ini karena
adanya semangat dan dukungan dari Kepala Desa Perawang Barat ketika
dilakukan rapat bersama untuk dilakukannya penelitian di Desa Perawang Barat
tersebut serta terdapatnya beberapa kasus dengan ganggguan kesehatan jiwa pada
pendataan puskesmas ketika berkunjung dan berobat ke Puskesmas Kecamatan
Tualang.
3
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat, kemudahan pengobatan pasien
gangguan jiwa dan sosialisasi pasien gangguan jiwa dengan masyarakat
sekitar yang difasilitasi oleh posyandu kesehatan jiwa, puskesmas serta RS
yang terkait ODGJ/ODMK
d. Meningkatkan peran serta pemerintah dalam melindungi penderita
gangguan jiwa yang terlantar agar mereka mendapatkan suatu kepastian
hukum yang mutlak dan perlindungan hak asasi manusia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari
d. Mempunyai harga diri yang wajar
e. Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidakpula
merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta:
a. Mampu mencintai orang lain
b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
d. Merasa bagian dari suatu kelompok
e. Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
"mengakali" dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta:
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Mampu mengambil keputusan
c. Mampu menerima tanggungjawab
d. Mampu merancang masa depan
e. Puas dengan pekerjaannya.4
Untuk mencapai jiwa yang sehat diperlukan usaha dan waktu
untukmengembangkan dan membinanya.Jiwa yang sehat dikembangkan sejak
masa bayi hingga dewasa, dalam berbagai tahapan perkembangan.Pengaruh
lingkungan terutama keluarga sangat penting dalam membina jiwa yang sehat.
Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri
yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara
berpikir, cara berperan, dan cara bertindak.5
Penilaian diri seseorang positif apabila seseorang cenderung:
a. Menemukan kepuasan dalam hidup
b. Membina hubungan yang erat dan sehat
c. Menetapkan tujuan dan mencapainya
d. Menghadapi maju mundurnya kehidupan
6
e. Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah
Penilaian diri seseorang negatif apabila seseorang cenderung:
a. Merasa hidup ini sulit dikendalikan
b. Merasa stres
c. Menghindari tantangan hidup
d. Memikirkan kegagalan
Beberapa upaya untuk membangun penilaian diri:
1. Seseorang harus jujur terhadap diri sendiri.
2. Berupaya mengenali diri sendiri dan belajar menerima semua kekurangan
dan kelebihannya.
3. Bersedia memperbaiki diri sendiri untuk mengatasi kekurangannya
4. Menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya dengan tidak membandingkan
diri sendiri dengan orang lain
5. Selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik sesuai dengan kemampuan,
tetapi tidak boleh terlalu memaksakan diri sendiri.5
7
a. Stresor fisik/jasmani, antara lain: suhu dingin/panas, suara bising, rasa
sakit, kelelahan fisik, polusi udara, tempat tinggal tak memadai dan
sebagainya.
b. Stresor psikologik, antara lain: rasa takut, kesepian, patah hati, marah,
jengkel, cemburu, iri hati
c. Stresor sosial-budaya, antara lain: hubungan sosial, kesulitan pekerjaan,
menganggur, pensiun, PHK, perpisahan, perceraian, keterasingan, konflik
rumah tangga.6
Stres tidak dapat dicegah akan tetapi dapat dikendalikan, berikut ini
terdapat 12 langkah pengendalian stres:6
1. Merencanakan masa depan dengan lebih baik: belajar hidup tertib dan
teratur dan menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Menghindari membuat beberapa perubahan besar dalam saat yang
bersamaan: Misalnya pindah rumah, pindah pekerjaan dan sebagainya.
Memberiwaktu untuk menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan yang
baru sebelum melangkah lebih lanjut.
3. Menerima diri sendiri sebagaimana adanya
4. Menerima lingkungan sebagaimana adanya
5. Berbuat sesuai kemampuan dan minat
6. Membuat keputusan yang bijaksana
8
7. Berpikir positif
8. Membicarakan persoalan yang dihadapi dengan orang lain yangdapat
dipercaya
9. Memelihara kesehatan diri sendiri
10. Membina persahabatan dengan orang lain
11. Meluangkan waktu untuk diri sendiri: jika merasa tegang dan letih perlu
istirahat atau rekreasi
12. Melakukan relaksasi: melalukan releksasi selama 10-15 menit setiap hari
untuk mengendorkan ketegangan otot yang diakibatkan oleh stres.6
9
• Perasaan bersalah dan tidak berguna
• Pesimis terhadap masa depan
• Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri
• Gangguan tidur
• Gangguan nafsu makan.7,8
Tabel 2.1: Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 (Soejono dkk, 2007).7,8
Tingkat Gejala Gejala lain Fungsi Keterangan
Depresi Utama
Ringan 2 2 Baik -
Sedang 2 3-4 Terganggu Nampak
distress
Berat 3 >4 Sangat Sangat distress
Terganggu
Penatalaksaan
Psikoterapi
1. Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time limited
yang berfokus pada penanganan struktur mental seorang pasien (C. Daley,
2001).
2. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi yang digunakan pada pasien dengan
gangguan depresi dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir
dalam berinteraksi denga lingkungan sekitar dan orang-orang sekitar. Terapi
perilaku dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, sekitar 12 minggu
(Reus, V.I., 2004).
3. Terapi Interpersonal
Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi hubungan
interpersonal seorang individu, yang dapat memicu terjadinya gangguan mood
(Barnett & Gotlib, 1998: Coyne, 1976). Terapi ini berfungsi untuk
mengetahui stressor pada pasien yang mengalami gangguan, dan para terapis
dan pasien saling bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal
tersebut (Barlow, 1995).7,8
10
Farmakoterapi
1. Tricyclic Antidepressants
Obat ini membantu mengurangi gejala-gejala depresi dengan
mekanisme mencegah reuptake dari norephinefrin dan serotonin di sinaps
atau dengan cara megubah reseptor-reseptor dari neurotransmitter
norephinefrin dan seroonin. Obat ini sangat efektif, terutama dalam mengobati
gejala-gejala akut dari depresi sekitar 60% pada individu yang mengalami
depresi.Tricyclic antidepressants yang sering digunakan adalah
amitryiptilene, imipramine dan desipramine (Reus V.I., 2004).5,7,8
11
Cemas (anxietas) merupakan suatu perasaan yang tidak nyaman,
khawatir, disertai dengan gejala-gejala otonom seperti sakit kepala, perspirasi,
palpitasi, rasa tidak enak perut, atau kegelisahan motorik yang dapat dialami
seseorang apabila menghadapi stimulus lingkungan atau stres sehari-hari.7,8
Etiologi
Kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial, baik internal maupun
ekternal.
Faktor internal à genetik, hiperaktivitas sistem noradrenergik, penyakit
medis (contoh: hipertiroid, stroke, tumor intrakranial), kepribadian
(dependen, anankastik, cemas menghindar), pengalaman buruk masa lalu
Faktor eksternal seperti stresor kehidupan dan penggunaan obat
terlarang/alkohol. Banyak obat (contoh: agonis adrenergik, kortikosteroid,
antihipertensi, bronkodilator) dapat menyebabkan palpitasi atau tremor
dan gelisah.7,8
Gejala dan Tanda Gangguan Cemas (Anxietas)
Tabel 2.2:Gejala dan Tanda Gangguan Cemas (Anxietas).7,8
Komponen Psikologik Komponen Fisik
1. Kognitif: Berkeringat
- berfokus pada apa yang menjadi Gemetar
perhatiannya, lapang persepsi Jantung berdebar
menyempit, tidak mampu menerima Nafas pendek
rangsang luar Nadi dan tekanan darah naik
Mulut kering
2. Perilaku dan emosi: Diare/konstipasi
Mual/rasa tidak enak di lambung
- Khawatir, cemas, panik Nyeri perut/dada
- Tegang, perasaan tidak aman Kepala terasa ringan
- Bicara berlebihan dan cepat Pusing
- Gerakan tersentak-sentak Rasa tercekik
- Takut hilang kendali, takut mati, takut Ketegangan otot
menjadi gila Rasa baal/mati rasa, rasa kesemutan
- Rasa akan pingsan Sulit tidur
Klasifikasi
Gangguan Cemas Menyeluruh
12
Gejala-gejala multipel:
Ketegangan mental berupa kecemasan dan rasa khawatir, sulit
berkonsentrasi
Ketegangan fisik/motorik antara lain gelisah, gemetar, tidak dapat relaks,
ketegangan otot, sakit kepala
Overaktivitas otonom: palpitasi, berkeringat, sesak nafas, kepala terasa
ringan, keluhan epigastrik, mulut kering, pusing.
Gejala anxietas sebagai gejala primer à berlangsung hampir setiap hari
untuk minimal beberapa minggu, tidak terbatas pada kondisi tertentu.
Seringkali berkaitan dengan adanya stres lingkungan yang kronis.7,8
Panik
Serangan anxietas berat/ketakutan yang tidak dapat dijelaskan, berulang,
timbul mendadak,menghebat dengan cepat dan sering hanya berlangsung
beberapa menit saja.
Sering disertai gejala fisik: palpitasi, sesak atau nyeri dada, nafas pendek,
berkeringat, perasaan seperti tercekik, pusing, perasaan tidak nyata, takut
hilang kendali, takut akan mati atau menjadi gila.
Untuk diagnosis, harus ditemukan beberapa kali serangan anxietas berat
dalam 1 bulan; pada keadaan-keadaan yang sebenarnya secara objektif
tidak ada bahaya, tidak terbatas pada situasi tertentu, dengan keadaan yang
relatif bebas dari gejala anxietas dalam periode antara serangan-serangan
panik. 7,8
Gangguan Somatisasi
Memerlukan kriteria semua hal berikut:
Banyak keluhan fisik yang bermacam-macam, berulang, tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik (tidak ditemukan adanya
kelainan fisik), dan telah berlangsung sedikitnya selama 2 tahun.
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya
13
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.
Reaksi Stres Akut
Stressor akut berat fisik/mental à gejala timbul segera setelah kejadian.
gejala depresi,anxietas,marah, kecewa, overaktif atau menarik diri.
Bila dialihkan dari lingkup stressornya à gejala menghilang dengn cepat
(dalam beberapa jam), bila stressor berkelanjutan (tak dapat dialihkan)
à gejala baru mereda setelah 24-48 jam, paling lama 3 hari.
Gangguan Stres Pasca trauma
Timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik yang luar
biasa berat seperti gempa besar, tsunami dll. (masa laten beberapa
minggu - bulan).
Harus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian
traumatik secara berulang-ulang (flashback).
Gejala lain: bengong , emosi tumpul, menjauhi orang, tidak responsif
terhadap lingkungan, anhedonia, takut, panik, agresif, bangkitan
otonomik berlebihan, anxietas, depresi, insomnia, ide bunuh diri.
Gangguan Anxietas Fobik
Agorafobia : banyak orang, bepergian keluar rumah, bepergian sendiri
Fobia sosial : pada situasi sosial tertentu (tampil depan umum, seperti:
berpidato, dll)
Fobia khas (terisolasi) : terbatas pada adanya objek atau situasi tertentu
(fobia binatang tertentu, fobia tempat tinggi, fobia tempat tertutup, fobia
darah, dll)
Gangguan Obsesif Kompulsif
Pikiran obsesif: gagasan, bayangan pikiran atau impuls timbul dalam
pikiran individu secara berulang-ulang, dirasakan mengganggu, dicoba
menghilangkan tanpa hasil, terjadi secara involunter, tidak dikehendaki,
dikenali sebagai pikirannya sendiri.
14
Tindakan/ritual kompulsif: perilaku stereotip, diulang berkali-kali,
tidak mengenakkan, tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat,
berulangkali menantangnya.
Terdapat gejala otonomik dari anxietas atau terdapat perasaan tertekan
dan ketegangan tanpa gejala otonomik.7,8
Penatalaksanaan
Terapi suportif
Adalah upaya mendorong dan memberisemangat kepada pasien
sehinggatimbul percaya dirinya.Termasuk bila bersikap empathy
untukmendengar dan memperhatikan keluhanpasien.
Terapi Relaksasi
Dalam keadaan panik atau cemas, maka bernafas akan lebih cepat. Belajar
mengendalikan pernafasan dengan bernafas lambat akan membantu seseorang
merasa lebih tenang dan rileks yakni dengan cara :
15
Dosis dapat dinaikkan secara bertahap apabila tidak ada perubahan yang
signifikan setelah 2-3 minggu: fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari atau sertralin
1 x 25-50 mg/hari atau amitriptilin 1 x 12,5-50 mg/hari.
o Catatan: amitriptilin tidak boleh diberikan pada pasien dengan
penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati untuk pasien lansia
karena efek hipotensi ortostastik (dimulai dengan dosis minimal
efektif).
Pasien yang mendapatkan fluoksetin/ sertralin dengan gejala kecemasan
yang lebih dominan dan/atau dengan gejala insomnia dapat diberikan
kombinasi dengan antianxietas benzodiazepin.
Obat-obatan antianxietas jenis benzodiazepin antara lain:
diazepam 1-2 x 2-5 mg atau lorazepam 1-2 x 0,5-1 mg atau klobazam 1-2
x 5-10 mg.
Setelah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin dapat mulai di tappering-off
perlahan (kurang dari 25% dosis sebelumnya tiap 2 minggu), sementara
antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum di tappering-off.
Efek samping benzodiazepin termasuk sedasi dan efek pada kognitif dan
psikomotor. Penggunaan jangka panjang à masalah ketergantungan dan
lepas obat. Hati-hati potensi penyalahgunaan pada benzodiazepin.9
2.3.3 Skizofrenia
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belumdiketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.8,9
16
Gejala dan Tanda Skizofrenia
Harus ada sedikitnya satu gejala berkut ini yang amat jelasdan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itukurang tajam atau kurang jelas.
a) “Thougth echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergemadalam kepalanya(tidakkeras), dan isi pikiran ulangan , walaupun
isinyasama, namun kualitasnya berbeda; atau
“Thougth insertion or withdrawal” = isi pikiranyang asing dari luarmasuk
kedalam pikirannyainsertion ) atau isi pikirannya diambila keluaroleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrwal) dan
“thougth broadcasting” = isi pikirannya tersiarkeluar sehingga orang
lainatau umum mengetahuinya.
b) “Delusion of control” = waham tentangdirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan dariluar, atau
“Delusion of influence” = waham tentang dirinyadipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
“Delusion of passivity” = waham tentang dirinyatidak berdaya dan pasrah
terhadap kekuatan dariluar, ( tentang dirinya = secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh /anggota gerak atau pikiran,tindakan atau pengindraan
khusus)
“delusion percepsion” = pengalaman indrawi yangtak wajar yang
bermakna sangat khas bagi dirnya,biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi auditorik, suara halusinasi yang berkomentar
secaraterusmenerimaterhadap perilaku pasien,atau mendiskusikan
perihalpasiendiantara mereka sendiri (diantara
berbagaisuarayangberbicara), jenis suara halusianasi lain yang berasa dari
salah satubagian tubuh
d) Waham-waham menetap jenis lainnya yang
menurutbudayasetempatdianggap tidak wajar dan sesuatu
yangmustahil,misalnya periahl keyakinan agama atau politiktertentu,
ataukekuatan atau kemampuan diatas manusiabiasa misalnyamampu
17
mengendalikan cuaca,atauberkomukasi dengan makhluk asing dari dunia
lain.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas.
• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanivestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,tidak
18
berbuat sesuatu,sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.
Tipe-tipe Skizofrenia
Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, sebagai tambahan ;
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberiperintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming),atau bunyi
tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat sexsual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi
jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control) dipengaruhi (delusion of
influence), atau passivity (delusion of passivity)dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.8,10
Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
• Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
19
• Keprinadian premorbid menunjukkan ciri khas ; pemalu dan senang
menyendiri Solitary) namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis.
• Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk
memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memeang benar
bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggungjawab dan tak dapat diramalkan,
serta mannerisme, ada kecenderungan hampa tujuan dan hampa
perasaan
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate),
sering sring disertai cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri
(self-satified) senyum sendiri(Self-absorbedsmiling), atau sikap
tinggi hati (lofty Mannner) tertawa menyeringai (grimaces),
mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau(pranks) keluhan
hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated-
phrases)
- Proses pikir mengalami disorganiasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta agngguan proses pikir
umumnya menonjol.Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi
biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and
hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang
bertujuan(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa
tujuan (aimless) dan tanpa maksud (emptyof purpose). Adanya suatu
yang preokupasi dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.8,10
20
Skizofrenia Katatonik
Pedoman diagnostik
• Memenuhi kriteria Umum Diagnosis skizofrenia
• Satu lebih dari perilaku berilkut ini harus mendominasi gambarana
klinisnya;
a. Stuport (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan
dan dalam lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan
atau mutisme (tidak berbicara)
b. Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan
yang tidak dipengaruhi oleh stimulki eksternal
c. Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara suka rela mengambil
dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau
aneh)
d. Negativisme (tempak jelas berlawanana yang tidak bermotif
terhadap semua perintah atau upaya untuk mengerakkan, atau
pergerakkan kearah yang berlawanan)
e. Rigiditas (mempertahankan possisi tubuh yang kaku untuk
melawan untuk melawan upaya menggerakan dirinya)
f. Fleksibilitas cerea / waxy flexibxibility (mempertahankan anggota
gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibemtuk dari luar) dan
g. Gejala-gejala lainseperti “command automatism” (kepatuhan secar
otomatis terhadap perintah dan pengulangan kata-kata serta
kalimat-kalimat.
• Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manivestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosa skizofrenia mungkin harus ditunda
sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala
lainnya. Penting untuk di perhatikan bahwa gejala-gejala katatonik
untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit
otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat
juga dapat terjadi pada gangguan afektif.8,10
21
Skizofrenia Tak Terinci
Pedoman Diagnostik
• Memenuhi Kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
• Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,
hebefrenik, atau katatonik.
• Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-
skizofrenia.8,10
Depresi Pasca-Skizofrenia
• Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:
a. Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum
skizofrenia selama 12 bulan terakhir
b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya), dan
c. Gejala-gejala deprsif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif dan telah ada dalam kurun
waktu paling sedikit 2 minggu
• Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis
menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia masih jelas dan
menonjol, diagnosisi dalam tetap menjadi salah satu dari subtipe
skizofrenia yang sesuai.8,10
Skizofrenia Residual
• Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua:
a. Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya
perlambatan psikikomotorik, aktivitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam
kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk
22
seperti dalam expresi muka, kontak mata, modulasi suara, posisis
tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk
b. Sedikitnya ada riwayat atau episode psikotik yang jelas dimasa
lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana
intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan
halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul
sindrom ”negatif” dari skizofrenia.
d. Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain,
depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan
disabilitas negatif tersebut.8,10
Skizofrenia Simplek
Pedoman diagnostik
• Diagosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan
dan progresif dari”
a. Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa
didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi dari dari
episode psikotik, dan
b. Diserta dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang
termakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berebuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial
• Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe
skizofrenia lainnya.8,10
Penatalaksanaan Skizofrenia
Psikososial
Psikoedukasi
23
Bagi pasien:
- Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;
- melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya, pendidikan, dan
pekerjaan à sejauh memungkinkan;
- Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan pengobatan;
- Penting: minum obat secara teratur;
- Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan yang diambil
berkaitan dengan pengobatannya;
- Penting: menjaga kesehatan àdengan diet sehat, melakukan
aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan perawatan diri.10
Bagi keluarga pasien:
- Pentingnya melibatkan orang dengan psikosis dalam aktivitas
keluarga dan sosial lainnya.
- Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan kritik yang
terus menerus atau keras atau bersikap kasar terhadap anggota
keluarga yang mengalami gangguan psikosis.
- Orang dengan gangguan kejiwaan sering didiskriminasi meskipun
seharusnya mereka menikmati hak asasi manusia yang sama
dengan semua orang
- Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
- untuk pulih, atau
- untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja
yang penuh stres.
- Secara umum, lebih baik seseorang tinggal bersama keluarga atau
anggota masyarakat di lingkungan yang mendukung di luar
lingkup rumah sakit.
Fasilitasi rehabilitasi di komunitas
Upaya untuk mengembalikan kondisi fisik, mental dan sosial pasien
pada keadaan semula.Di rumah sakit jiwa dilakukan : Olah raga,
24
peternakan, kesenian, bernyanyi, drama, melukis, menggambar,
kerajinan tangan, rekreasi, pertanian, pertukangan, dll.10
Follow-up
- Orang dengan psikosis diminta untuk datang kontrol secara teratur.
- Follow-upawal sebaiknya sesering mungkin, bahkan setiap hari,
sampai gejala akutnya mulai berespons dengan pengobatan.
o Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol satu kali
sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat direkomendasikan
sesuai dengan kebutuhan klinis, faktor-faktor yang mungkin
laksana seperti ketersediaan staf, jarak dari klinik, dll.
- Pelihara harapan dan optimisme yang relistis selama terapi.
- Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala, efek samping obat
dan kesetiaan terhadap pengobatan.
o Ketidaksetiaan terhadap pengobatan umum terjadi dan
pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam periode tersebut.
- Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
- Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di setiap kunjungan
follow-up.10
Farmakoterapi
Terapi dengan penggunaan obat antipsikosis dapat meredakan gejala-
gejala skizofrenia. Obat yang digunakan adalah chlorpromazine
(thorazine) dan fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua obat tersebut
termasuk kelompok obat phenothiazines, reserpine (serpasil), dan
haloperidol (haldol).Obat ini disebut obat penenang utama.Obat tersebut
dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan
tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat tinggi (orang tersebut
dapat dengan mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi penderita
skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak
relevan (Durand, 2007).10
25
Tabel 2.3 :Obat Antipsikotik di Layanan Primer.10
* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tik, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan
kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan
otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
26
Jika efek samping ekstrapiramidal (seperti parkinsonism atau
distonia) terjadi:
• Turunkan dosis antipsikotik, dan
• Pertimbangkan untuk mengganti ke antipsikotik lain (contoh
mengganti dari haloperidol ke klorpromazine).
• Pertimbangkan pemberian antikolinergik untuk penggunaan jangka
pendek jika strategi tersebut gagal atau efek samping ekstrapiramidal
akut, hebat, atau mengakibatkan disabilitas.
• Medikasi Antikolinergik:
Triheksifenidil (Benzhexol) digunakan dengan dosis 4 – 12 mg per
hari.Efek samping meliputi sedasi, kebingungan/konfusi, dan
gangguan memori, terutama pada usia lanjut.10
BAB III
27
METODE PENELITIAN
28
Variabel dalam penelitian ini adalah :
Karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dan pekerjaan
Tingkat pengetahuan tentang kesehatan jiwa
29
Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian disajikan
dalam bentuk table dan grafik.
X
P= ×100 %
n
Keterangan
P = Persentase
X = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah seluruh item soal
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
31
d. Sebelah Timur : Puskesmas Tualang
5 Kesmas
Penyuluh Kesehatan 1 orang 1 orang
32
Sanitarian 3 orang 3 orang
Administrator Kesehatan 1 orang 1 orang
13 Non Kesehatan
Administrasi/TU - 4 orang 4 orang
Supir Ambulance 1 orang 2 orang
1 orang
Satpam - 1 orang
1 orang
Cleaning service 1 orang 2 orang
1 orang
TukangMasak 1 orang 1 orang
-
33
gangguan jiwa, 4 orang sudah pernah berobat namun masih memiliki gejala,
sedangkan 11 orang lainnya masih dalam pengobatan.
Laki-laki Perempuan
40%
60%
34
<30
30-40
>40
1 SD 0 0
2 SMP 2 7,5
3 SMA 21 77,78
4 Sarjana/Diploma 4 14,81
Total 27 100
SD
SMP
SMA
Sarjana/Diploma
35
Diagram 4.3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pekerjaan
Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Bekerja 18 66,67
2 Tidak Bekerja 9 33,33
Total 27 100
33% Diagram
4.4 :
Bekerja
Tidak Bekerja
Distribusi
Frekuensi
67%
36
Cukup 10 37,03 5 18,51
Kurang 3 11,12 0 0
Total 27 100 27 100
25
20
15
baik
cukup
10 kurang
0
Sebelum Sesudah
Penyuluhan Penyuluhan
37
51,85%. Sedangkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa
setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 22 orang (81,49%) pada
kategori baik dan 5 orang (18,51%) pada kategori cukup serta tidak
terdapatnya katagori kurang pada kuisioner setelah penyuluhan. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya perubahan tingkat pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan jiwa setelah diberikan penyuluhan.Tingkat pengetahuan
masyarakat mengalami peningkatan menjadi lebih baik setelah diberikan
penyuluhan.
38
BAB V
PEMBAHASAN
39
adalah sebanyak 22 orang (81,49%) pada kategori baik dan 5 orang (18,51%) pada
kategori cukup serta tidak terdapatnya katagori kurang pada kuisioner setelah
penyuluhan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan tentang
kesehatan jiwa terhadap tingkat pengetahuan masyarakat, karena setelah diberikan
penyuluhan terdapat peningkatan tingkat pengetahuan masyarakat dalam kategori
baik.Dan tidak terdapat masyarakat yang berada pada kategori kurang setelah
dilakukan penyuluhan namun secara rerata nilai pada kuesioner didapatkan
peningkatan.
Adanya peningkatan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
selaras dengan tujuan penelitian ini. Terdapatnya peningkatan tingkat pengetahuan ini
diharapkan agar masyarakat dapat melakukan upaya-upaya dalam pencegahan dan
deteksi ini tentang kesehatan jiwa.
40
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyuluhan tentang kesehatan jiwa pada masyarakat diperlukan untuk dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tersebut sehingga dapat melakukan
upaya pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan jiwa serta
menghilangkan intimidasi dan stigmatisasi masyarakat terhadap
ODGJ/ODMK.
2. Berdasarkan karakteristik responden, umur responden terbanyak diatas 40
tahun dengan jumlah 20 orang (74,07%) dan yang paling sedikit berumur 30-
40 tahun sebanyak 7 orang (25,93%), tingkat pendidikan responden pada
umumnya tamatan SMA yaitu 21 orang (77,73%) dan sebanyak 18 orang
(66,67%) penduduk Desa Perawang Barat bekerja.
3. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang posyandu kesehatan jiwa sebelum
diberikan penyuluhan adalah sebanyak 14 orang (51,85%) berada pada
kategori baik, 10 orang (37,03%) pada kategori cukup dan sebanyak 3 orang
(11,12%) pada kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya
tingkat pengetahuan masyarakat sebelum penyuluhan berada pada kategori
baik yaitu 51,85%. Sedangkan Tingkat pengetahuan kader tentang posyandu
kesehatan jiwa setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 22 orang
(81,49%) pada kategori baik dan 5 orang (18,51%) pada kategori cukup serta
tidak terdapatnya katagori kurang pada kuisioner setelah penyuluhan.
6.2 Saran.
1. Diharapkan bagi masyarakat yang telah mendapatkan penyuluhan bisa
menyebarluaskan program lanjutan tentang kesehatan jiwa.
41
2. Diharapkan petugas puskesmas promosi kesehatan dan pemegang program
Kesehatan Jiwa Puskesmas Perawang dapat memberikan penyuluhan secara
berkala kepada masyarakat Perawang dalam upaya pencegahan peningkatan
angka ODGJ/ODMK.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Lampiran 1. Lembar Pelayanan Kesehatan Primer (PKMP) (F.1-F.6)
F.1. UpayaPromosiKesehatandanPemberdayaanMasyarakat
LAPORAN KEGIATAN
Tujuan Kegiatan :Jenis kegiatan ini dilakukan penyuluhan kepada siswi SMA
agar mengetahui anemia pada remaja wanita serta dapat
memahami bagaimana mengatasi bila menemukan seseorang
dengan keluhan yang menjurus kearah anemia. Selain itu
kegiatan ini berupa memberikan tablet penambah darah bagi
siswa SMA sebagai bentuk pencegahan dari anemia tersebut.
Jumlah Peserta : 570 orang siswi yang terdiri dari kelas X, XI, XII
44
F.2. Upaya Kesehatan Lingkungan
LAPORAN KEGIATAN
Jumlah : 30 KK
45
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
LAPORAN KEGIATAN
NamaPasien : An. M
Umur : 5 tahun
46
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
LAPORAN KEGIATAN
Tema Kegiatan : Melakukan pelayanan kesehatan pada pasien usia subur untuk
KB pil 3 bulan
Umur : 32 tahun
47
F.4.Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
LAPORAN KEGIATAN
Tujuan Kegiatan :
Umur : 52 tahun
48
F.4.Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
LAPORAN KEGIATAN
Umur : 40 tahun
49
F.5. Upaya Surveilance, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
LAPORAN KEGIATAN
Umur : 15 tahun
50
F.5. Upaya Surveilance, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
LAPORAN KEGIATAN
Umur : 8 tahun
Diagnosis : Skabies
51
F.6. Upaya Pengobatan Dasar
LAPORAN KEGIATAN
52
F.6. Upaya Pengobatan Dasar
LAPORAN KEGIATAN
53
Lampiran 2. Lembar Persetujuan responden dan kuisioner penelitian
Karakteristik Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :
54
5. bagaimana seseorang dikatakan stres ?
a. Apabila terjadi gangguan keseimbangan fisik
b. Apabila terjadi gangguan keseimbangan jiwa, bila menjalani kehidupan
akan selalu menghadapi masalah
c. Apabila terjadi gangguan keseimbangan jiwa
d. Apabila terjadi gangguan keseimbangan emosional
8. Apa yang tidak termasuk gambaran gejala seseorang dengan gangguan depresi
?
a. Suasana depresif / murung
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Mudah lelah dan menurunnya aktivitas
d. Merasa bersemangat dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
10. Apa dampak bahaya peyalah gunaan obat / zat (narkoba) menurut anda ?
a. Narkoba dapat menyerang fisik
b. Narkoba dapat menyerang fisik, psikologis, dan social ekonomi
c. Narkoba dapat menyerang psikologis
d. Narkoba dapat menyerang social ekonomi
55
56