Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap
sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun
gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya
serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat menghambat
pembangunan karena mereka tidak produktif.1
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki
sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya. 1
Tingginya kasus gangguan kejiwaan di seluruh dunia menjadi perhatian khusus
para pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan kesehatan mental.
Pada tahun 2014, WHO menetapkan Living with Schizophrenia sebagai tema hari
kesehatan mental sedunia yang diperingati tiap tanggal 12 Oktober. Tema ini
dipilih karena Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling lazim terjadi
dan memiliki prevalensi global cukup tinggi, yaitu 0.7-1% dari total populasi
seluruh dunia. Referensi lain menyebutkan rentang 0.5-2% dari total populasi
global sebagai prevalensi Skizofrenia di dunia.2
WFMH (World Federation of Mental Health) sebagai bagian dari WHO,
menyatakan bahwa kasus skizofrenia tidak dapat lagi dilihat secara individual,
namun harus diintervensi dalam skala makro/sistem.Skizofrenia, gangguan
psikotik, dan gangguan neurotic umumnya terjadi karena tekanan yang berasal
dari keluarga ataupun masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan praktis mengenai
gangguan jiwa berat tersebut selayaknya juga dipahami oleh masyarakat.2
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan angka prevalensi
gangguan jiwa berat di Indonesia 1.7 permil, artinya ada sekitar 1.7 kasus
gangguan jiwa berat di antara 1000 orang penduduk Indonesia. Gangguan jiwa

1
berat adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan terganggunya kemampuan
menilai realitas dan tilikan diri (insight) yang buruk.Gejala yang menyertai
gangguan ini antara lain berupa halusinasi, waham, gangguan proses piker dan
kemampuan berpikir, dan tingkah laku aneh seperti katatonik.Skizofrenia dan
gangguan psikotik adalah contoh dari gangguan jiwa berat yang lazim terjadi di
masyarakat. Orang yang mengalami gejala psikotik disebut dengan Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ).2
Prevalensi gangguan jiwa berat tertinggi terdapat di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) dan Aceh, dengan angka 2.7 kasus per 1000 penduduk.Angka
ini bahkan lebih tinggi 1 permil dari pada prevalensi kasus gangguan jiwa berat
nasional.Ada banyak faktor yang menyebabkan tingginya kasus gangguan jiwa
berat di kedua provinsi tersebut. Untuk Aceh, kasus gangguan jiwa mayoritas
disebabkan oleh trauma pasca bencana dan trauma pasca konflik bersenjata.
Sementara untuk DIY, mayoritas gangguan jiwa berat disebabkan oleh factor
kesulitan ekonomi.2
Pada kategori gangguan mental emosional penduduk berusia di atas 15
tahun, DIY berada pada peringkat ketiga setelah Sulawesi Tengah (11.6%) dan
Sulawesi Selatan serta Jawa Barat (9.3%), dengan prevalensi kasus 8.1%.
Gangguan mental emosional adalah kondisi yang mengindikasikan perubahan
psikologis pada seseorang.Gangguan mental emosional dapat dialami oleh semua
orang pada kondisi distress psikologis, namun tetap dapat pulih seperti
semula.Individu yang mengalami masalah mental emosional disebut Orang
Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).Apabila tidak mendapatkan intervensi dari
professional kesehatan mental, orang dengan gangguan mental emosional dapat
mengalami gangguan yang lebih serius.Sebanyak 14,3% (>57.000) dari penduduk
yang mengalami gangguan jiwa berat, mengatakan pernah dipasung. Pemasungan
pada ODGJ merupakan salah satu dampak ekstrim dari kesenjangan pengobatan
terhadap gangguan jiwa.2
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa dalam
pasal 1 ayat 4 menyebutkan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah setiap kegiatan

2
untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu,
keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.3
Adapun tantangan dalam pelayanan kesehatan jiwa di Provinsi Riau ialah
terbatasnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Dimana hanya
terdapat 1 buah Rumah Sakit Jiwa, 3 buah Rumah Sakit Umum yang memiliki
pelayanan kesehatan jiwa, serta tidak ada Puskesmas yang memiliki fasilitas
pelayanan kesehatan jiwa. Sementara itu tenaga kesehatan professional kesehatan
jiwa sendiri juga tidak mencukupi fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Terdaftar
sebanyak 11 orang psikiater dan 8 orang perawat spesialis jiwa di Provinsi Riau.4
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti judul penelitian ini karena
adanya semangat dan dukungan dari Kepala Desa Perawang Barat ketika
dilakukan rapat bersama untuk dilakukannya penelitian di Desa Perawang Barat
tersebut serta terdapatnya beberapa kasus dengan ganggguan kesehatan jiwa pada
pendataan puskesmas ketika berkunjung dan berobat ke Puskesmas Kecamatan
Tualang.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat
dalam bentuk sosialisasi kesehatan jiwa di Desa Perawang Barat.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan jiwa dalam
bentuk penyuluhan sosialisasi kesehatan jiwa bagi masyarakat
b. Membantu menciptakan pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat
terhadap kesehatan fisik, intelektual dan emosional di lingkungan
masyarakat

3
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat, kemudahan pengobatan pasien
gangguan jiwa dan sosialisasi pasien gangguan jiwa dengan masyarakat
sekitar yang difasilitasi oleh posyandu kesehatan jiwa, puskesmas serta RS
yang terkait ODGJ/ODMK
d. Meningkatkan peran serta pemerintah dalam melindungi penderita
gangguan jiwa yang terlantar agar mereka mendapatkan suatu kepastian
hukum yang mutlak dan perlindungan hak asasi manusia.

1.3 Manfaat Penelitian


A. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
menambahwawasan pengetahuan di bidang kesehatan khususnya
tentangkesehatan jiwa.
B. Bagi Peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam melakukan penelitian danmenerapkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan.
C. Bagi Institusi
1. Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
tentangkesehatan jiwa yang dapat digunakan untukmeningkatkan
pengetahuan masyarakat tentangkesehatan jiwa
2. Puskesmas
Membantu program kerja Puskesmas Perawang Kecamatan Tualang
dalam upaya menurunkan angka ODGJ/ODMK di Desa Perawang Barat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kesehatan dan Kesehatan Jiwa


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Atas
dasar definisi tersebut di atas, maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan
yang utuh (holistik). Dari unsur "badan" (organobiologik), "jiwa" (psiko-
edukatif) dan “sosial” (sosio-kultural), yang tidak dititik beratkan pada
“penyakit” tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dan "kesejahteraan" dan
“produktivitas sosial ekonomi”. Dan definisi tersebut juga tersirat bahwa
"Kesehatan Jiwa" merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari
"Kesehatan" dan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup
manusia yang utuh.2,3
Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan
"Kesehatan Jiwa" adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran
sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:
"Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu
berjalan selaras dengan keadaan orang lain". Makna kesehatan jiwa mempunyai
sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam
kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan
merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial
individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.1,3

2.2 Ciri-ciri Sehat Jiwa


Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta:
a. Mampu menghadapi situasi

5
b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari
d. Mempunyai harga diri yang wajar
e. Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidakpula
merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta:
a. Mampu mencintai orang lain
b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
d. Merasa bagian dari suatu kelompok
e. Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
"mengakali" dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta:
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Mampu mengambil keputusan
c. Mampu menerima tanggungjawab
d. Mampu merancang masa depan
e. Puas dengan pekerjaannya.4
Untuk mencapai jiwa yang sehat diperlukan usaha dan waktu
untukmengembangkan dan membinanya.Jiwa yang sehat dikembangkan sejak
masa bayi hingga dewasa, dalam berbagai tahapan perkembangan.Pengaruh
lingkungan terutama keluarga sangat penting dalam membina jiwa yang sehat.
Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri
yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara
berpikir, cara berperan, dan cara bertindak.5
Penilaian diri seseorang positif apabila seseorang cenderung:
a. Menemukan kepuasan dalam hidup
b. Membina hubungan yang erat dan sehat
c. Menetapkan tujuan dan mencapainya
d. Menghadapi maju mundurnya kehidupan

6
e. Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah
Penilaian diri seseorang negatif apabila seseorang cenderung:
a. Merasa hidup ini sulit dikendalikan
b. Merasa stres
c. Menghindari tantangan hidup
d. Memikirkan kegagalan
Beberapa upaya untuk membangun penilaian diri:
1. Seseorang harus jujur terhadap diri sendiri.
2. Berupaya mengenali diri sendiri dan belajar menerima semua kekurangan
dan kelebihannya.
3. Bersedia memperbaiki diri sendiri untuk mengatasi kekurangannya
4. Menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya dengan tidak membandingkan
diri sendiri dengan orang lain
5. Selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik sesuai dengan kemampuan,
tetapi tidak boleh terlalu memaksakan diri sendiri.5

Apabila seseorang mengalami perubahan maka akan terjadi reaksi baik


secara jasmani maupun kejiwaan yang disebut dengan stres. Stres dapat terjadi
pada setiap orang dan pada setiap waktu, karena stress merupakan bagian dari
kehidupan manusia yang tidak dapat dihindarkan.Pada umumnya orang
menyadari adanya stres, namun ada juga yang tidak menyadari bahwa dirinya
mengalami stres.Reaksi seseorang terhadap stres dapat bersifat positif maupun
dapat bersifat negatif.Reaksi yang bersifat negatif atau merugikan, jika terjadi
keluhan atau gangguan pada orang tersebut.Reaksi bersifat positif, jika
menimbulkan dampak yang menjadi pendorong agar orang berusaha. Stres yang
bersifat negatif/merugikan dapat terjadi apabila stres terlalu berat atau
berlangsung cukup lama.6
Faktor yang menyebabkan stres disebut sebagai stresor. Ada beberapa
macam penyebab stres:

7
a. Stresor fisik/jasmani, antara lain: suhu dingin/panas, suara bising, rasa
sakit, kelelahan fisik, polusi udara, tempat tinggal tak memadai dan
sebagainya.
b. Stresor psikologik, antara lain: rasa takut, kesepian, patah hati, marah,
jengkel, cemburu, iri hati
c. Stresor sosial-budaya, antara lain: hubungan sosial, kesulitan pekerjaan,
menganggur, pensiun, PHK, perpisahan, perceraian, keterasingan, konflik
rumah tangga.6

Stres dapat berpengaruh terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan seseorang:6


 Reaksi yang bersifat jasmani dapat berupa: Jantung berdebar-debar, otot
tegang, sakit kepala, sakit perut/diare, lelah, gangguan makan, eksim.
 Reaksi yang bersifat kejiwaan dapat berupa:Sukar konsentrasi, sukar tidur,
cenderung menyalahkan orang lain, cemas, menarik diri, menyerang,
mudah tersinggung.
 Pada tahap yang berat stres dapat menimbulkan: penyakit fisik (misal
tekanan darah tinggi, asma berat, serangan jantung dan sebagainya)

Stres tidak dapat dicegah akan tetapi dapat dikendalikan, berikut ini
terdapat 12 langkah pengendalian stres:6
1. Merencanakan masa depan dengan lebih baik: belajar hidup tertib dan
teratur dan menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2. Menghindari membuat beberapa perubahan besar dalam saat yang
bersamaan: Misalnya pindah rumah, pindah pekerjaan dan sebagainya.
Memberiwaktu untuk menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan yang
baru sebelum melangkah lebih lanjut.
3. Menerima diri sendiri sebagaimana adanya
4. Menerima lingkungan sebagaimana adanya
5. Berbuat sesuai kemampuan dan minat
6. Membuat keputusan yang bijaksana

8
7. Berpikir positif
8. Membicarakan persoalan yang dihadapi dengan orang lain yangdapat
dipercaya
9. Memelihara kesehatan diri sendiri
10. Membina persahabatan dengan orang lain
11. Meluangkan waktu untuk diri sendiri: jika merasa tegang dan letih perlu
istirahat atau rekreasi
12. Melakukan relaksasi: melalukan releksasi selama 10-15 menit setiap hari
untuk mengendorkan ketegangan otot yang diakibatkan oleh stres.6

2.3 Gangguan Kesehatan Jiwa yang Sering Dijumpai di Masyarakat


2.3.1 Gangguan Suasana Perasaan (Depresi)
 Definisi
Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai
dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang
dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National Institute of Mental Health,
2010).
Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai
dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap
sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan
energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010).7
 Gejala Depresi dan Derajat Penegakan Diagnosis
Gejala Utama :
• Perasaan depresif
• Hilangnya minat dan semangat
• Mudah lelah dan tenaga hilang
Gejala Lain :
• Konsentrasi dan perhatian menurun
• Harga diri dan kepercayaan diri menurun

9
• Perasaan bersalah dan tidak berguna
• Pesimis terhadap masa depan
• Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri
• Gangguan tidur
• Gangguan nafsu makan.7,8
Tabel 2.1: Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 (Soejono dkk, 2007).7,8
Tingkat Gejala Gejala lain Fungsi Keterangan
Depresi Utama
Ringan 2 2 Baik -
Sedang 2 3-4 Terganggu Nampak
distress
Berat 3 >4 Sangat Sangat distress
Terganggu

 Penatalaksaan
 Psikoterapi
1. Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time limited
yang berfokus pada penanganan struktur mental seorang pasien (C. Daley,
2001).
2. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi yang digunakan pada pasien dengan
gangguan depresi dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir
dalam berinteraksi denga lingkungan sekitar dan orang-orang sekitar. Terapi
perilaku dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, sekitar 12 minggu
(Reus, V.I., 2004).
3. Terapi Interpersonal
Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi hubungan
interpersonal seorang individu, yang dapat memicu terjadinya gangguan mood
(Barnett & Gotlib, 1998: Coyne, 1976). Terapi ini berfungsi untuk
mengetahui stressor pada pasien yang mengalami gangguan, dan para terapis
dan pasien saling bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal
tersebut (Barlow, 1995).7,8

10
 Farmakoterapi
1. Tricyclic Antidepressants
Obat ini membantu mengurangi gejala-gejala depresi dengan
mekanisme mencegah reuptake dari norephinefrin dan serotonin di sinaps
atau dengan cara megubah reseptor-reseptor dari neurotransmitter
norephinefrin dan seroonin. Obat ini sangat efektif, terutama dalam mengobati
gejala-gejala akut dari depresi sekitar 60% pada individu yang mengalami
depresi.Tricyclic antidepressants yang sering digunakan adalah
amitryiptilene, imipramine dan desipramine (Reus V.I., 2004).5,7,8

2. Selective Serotonine Reuptake Inhibitors and Related Drugs


Obat ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan Tricyclic
Antidepressants, tetapi SSRI mempunyai efek yang lebih langsung dalam
mempengaruhi kadar serotonin. Pertama SSRI lebih cepat mengobati
gangguan depresi mayor dibandingkan dengan obat lainnya. Pasien-pasien
yang menggunakan obat ini akan mendapatkan efek yang signifikan dalam
penyembuhan dengan obat ini. Kedua, SSRI juga mempunyai efek samping
yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan lainnya.Ketiga, obat ini
tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih aman digunakan dibandingkan
dengan obat-obatan lainnya. Dan yang keempat SSRI juga efektif dalam
pengobatan gangguan depresi mayor yang disertai dengan gangguan lainnya
seperti: gangguan panik, binge eating, gejala-gejala premenstrual. SSRI yang
sering digunakan adalah fluoxetine, sertraline, citalopram, fluvoxamine (Reus,
V.I., 2004).5,7,8

2.3.2 Gangguan Cemas (Anxietas)


 Definisi

11
Cemas (anxietas) merupakan suatu perasaan yang tidak nyaman,
khawatir, disertai dengan gejala-gejala otonom seperti sakit kepala, perspirasi,
palpitasi, rasa tidak enak perut, atau kegelisahan motorik yang dapat dialami
seseorang apabila menghadapi stimulus lingkungan atau stres sehari-hari.7,8

 Etiologi
Kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial, baik internal maupun
ekternal.
 Faktor internal à genetik, hiperaktivitas sistem noradrenergik, penyakit
medis (contoh: hipertiroid, stroke, tumor intrakranial), kepribadian
(dependen, anankastik, cemas menghindar), pengalaman buruk masa lalu
 Faktor eksternal seperti stresor kehidupan dan penggunaan obat
terlarang/alkohol. Banyak obat (contoh: agonis adrenergik, kortikosteroid,
antihipertensi, bronkodilator) dapat menyebabkan palpitasi atau tremor
dan gelisah.7,8
 Gejala dan Tanda Gangguan Cemas (Anxietas)
Tabel 2.2:Gejala dan Tanda Gangguan Cemas (Anxietas).7,8
Komponen Psikologik Komponen Fisik
1. Kognitif: Berkeringat
- berfokus pada apa yang menjadi Gemetar
perhatiannya, lapang persepsi Jantung berdebar
menyempit, tidak mampu menerima Nafas pendek
rangsang luar Nadi dan tekanan darah naik
Mulut kering
2. Perilaku dan emosi: Diare/konstipasi
Mual/rasa tidak enak di lambung
- Khawatir, cemas, panik Nyeri perut/dada
- Tegang, perasaan tidak aman Kepala terasa ringan
- Bicara berlebihan dan cepat Pusing
- Gerakan tersentak-sentak Rasa tercekik
- Takut hilang kendali, takut mati, takut Ketegangan otot
menjadi gila Rasa baal/mati rasa, rasa kesemutan
- Rasa akan pingsan Sulit tidur

 Klasifikasi
 Gangguan Cemas Menyeluruh

12
Gejala-gejala multipel:
 Ketegangan mental berupa kecemasan dan rasa khawatir, sulit
berkonsentrasi
 Ketegangan fisik/motorik antara lain gelisah, gemetar, tidak dapat relaks,
ketegangan otot, sakit kepala
 Overaktivitas otonom: palpitasi, berkeringat, sesak nafas, kepala terasa
ringan, keluhan epigastrik, mulut kering, pusing.
Gejala anxietas sebagai gejala primer à berlangsung hampir setiap hari
untuk minimal beberapa minggu, tidak terbatas pada kondisi tertentu.
Seringkali berkaitan dengan adanya stres lingkungan yang kronis.7,8
 Panik
 Serangan anxietas berat/ketakutan yang tidak dapat dijelaskan, berulang,
timbul mendadak,menghebat dengan cepat dan sering hanya berlangsung
beberapa menit saja.
 Sering disertai gejala fisik: palpitasi, sesak atau nyeri dada, nafas pendek,
berkeringat, perasaan seperti tercekik, pusing, perasaan tidak nyata, takut
hilang kendali, takut akan mati atau menjadi gila.
 Untuk diagnosis, harus ditemukan beberapa kali serangan anxietas berat
dalam 1 bulan; pada keadaan-keadaan yang sebenarnya secara objektif
tidak ada bahaya, tidak terbatas pada situasi tertentu, dengan keadaan yang
relatif bebas dari gejala anxietas dalam periode antara serangan-serangan
panik. 7,8
 Gangguan Somatisasi
Memerlukan kriteria semua hal berikut:
 Banyak keluhan fisik yang bermacam-macam, berulang, tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik (tidak ditemukan adanya
kelainan fisik), dan telah berlangsung sedikitnya selama 2 tahun.
 Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya

13
 Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.
 Reaksi Stres Akut
 Stressor akut berat fisik/mental à gejala timbul segera setelah kejadian.
 gejala depresi,anxietas,marah, kecewa, overaktif atau menarik diri.
 Bila dialihkan dari lingkup stressornya à gejala menghilang dengn cepat
(dalam beberapa jam), bila stressor berkelanjutan (tak dapat dialihkan)
à gejala baru mereda setelah 24-48 jam, paling lama 3 hari.
 Gangguan Stres Pasca trauma
 Timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik yang luar
biasa berat seperti gempa besar, tsunami dll. (masa laten beberapa
minggu - bulan).
 Harus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian
traumatik secara berulang-ulang (flashback).
 Gejala lain: bengong , emosi tumpul, menjauhi orang, tidak responsif
terhadap lingkungan, anhedonia, takut, panik, agresif, bangkitan
otonomik berlebihan, anxietas, depresi, insomnia, ide bunuh diri.
 Gangguan Anxietas Fobik
 Agorafobia : banyak orang, bepergian keluar rumah, bepergian sendiri
 Fobia sosial : pada situasi sosial tertentu (tampil depan umum, seperti:
berpidato, dll)
 Fobia khas (terisolasi) : terbatas pada adanya objek atau situasi tertentu
(fobia binatang tertentu, fobia tempat tinggi, fobia tempat tertutup, fobia
darah, dll)
 Gangguan Obsesif Kompulsif
 Pikiran obsesif: gagasan, bayangan pikiran atau impuls timbul dalam
pikiran individu secara berulang-ulang, dirasakan mengganggu, dicoba
menghilangkan tanpa hasil, terjadi secara involunter, tidak dikehendaki,
dikenali sebagai pikirannya sendiri.

14
 Tindakan/ritual kompulsif: perilaku stereotip, diulang berkali-kali,
tidak mengenakkan, tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat,
berulangkali menantangnya.
 Terdapat gejala otonomik dari anxietas atau terdapat perasaan tertekan
dan ketegangan tanpa gejala otonomik.7,8

 Penatalaksanaan
 Terapi suportif
Adalah upaya mendorong dan memberisemangat kepada pasien
sehinggatimbul percaya dirinya.Termasuk bila bersikap empathy
untukmendengar dan memperhatikan keluhanpasien.
 Terapi Relaksasi
Dalam keadaan panik atau cemas, maka bernafas akan lebih cepat. Belajar
mengendalikan pernafasan dengan bernafas lambat akan membantu seseorang
merasa lebih tenang dan rileks yakni dengan cara :

1. Bernafas dalam, lambat, tenang dari perut


2. Duduklah dengan nyaman dan punggumg tegak
3. Tarik nafas melalui hidung dan hitung sampai 3 dengan perlahan
4. Tahan nafas hingga hitungan 3 dengan perlahan
5. Hembuskan nafas melalui mulut dan hitung hingga 3 dengan perlahan,
lepaskan sebanyak mungkin udara saat mengontraksi otot perut
6. Tarik nafas kembali, ualangi dari awal hinggga merasa rileks
7. Berlatih 2 x 5-10 menit setiap hari walaupun tidak sedang cemas, berlatih
hingga terbiasa mengendalikan cemas dan merasa nyaman.
 Terapi Farmakologi
 Antidepresan memiliki efek sebagai anti anxietas, terdapat bukti yang baik
bahwa antidepresan terutama trisiklik dosis rendah cukup efektif.

15
 Dosis dapat dinaikkan secara bertahap apabila tidak ada perubahan yang
signifikan setelah 2-3 minggu: fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari atau sertralin
1 x 25-50 mg/hari atau amitriptilin 1 x 12,5-50 mg/hari.
o Catatan: amitriptilin tidak boleh diberikan pada pasien dengan
penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati untuk pasien lansia
karena efek hipotensi ortostastik (dimulai dengan dosis minimal
efektif).
 Pasien yang mendapatkan fluoksetin/ sertralin dengan gejala kecemasan
yang lebih dominan dan/atau dengan gejala insomnia dapat diberikan
kombinasi dengan antianxietas benzodiazepin.
 Obat-obatan antianxietas jenis benzodiazepin antara lain:
diazepam 1-2 x 2-5 mg atau lorazepam 1-2 x 0,5-1 mg atau klobazam 1-2
x 5-10 mg.
 Setelah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin dapat mulai di tappering-off
perlahan (kurang dari 25% dosis sebelumnya tiap 2 minggu), sementara
antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum di tappering-off.
 Efek samping benzodiazepin termasuk sedasi dan efek pada kognitif dan
psikomotor. Penggunaan jangka panjang à masalah ketergantungan dan
lepas obat. Hati-hati potensi penyalahgunaan pada benzodiazepin.9

2.3.3 Skizofrenia
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belumdiketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.8,9

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang


fundamentaldankarateristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yangtidak
wajar (inappropriate) ortumpul (blunted)kesadaran yangjernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanyatetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitf tertentu dapatberkembang kemudian.

16
 Gejala dan Tanda Skizofrenia
Harus ada sedikitnya satu gejala berkut ini yang amat jelasdan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itukurang tajam atau kurang jelas.
a) “Thougth echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergemadalam kepalanya(tidakkeras), dan isi pikiran ulangan , walaupun
isinyasama, namun kualitasnya berbeda; atau
“Thougth insertion or withdrawal” = isi pikiranyang asing dari luarmasuk
kedalam pikirannyainsertion ) atau isi pikirannya diambila keluaroleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrwal) dan
“thougth broadcasting” = isi pikirannya tersiarkeluar sehingga orang
lainatau umum mengetahuinya.
b) “Delusion of control” = waham tentangdirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan dariluar, atau
“Delusion of influence” = waham tentang dirinyadipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
“Delusion of passivity” = waham tentang dirinyatidak berdaya dan pasrah
terhadap kekuatan dariluar, ( tentang dirinya = secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh /anggota gerak atau pikiran,tindakan atau pengindraan
khusus)
“delusion percepsion” = pengalaman indrawi yangtak wajar yang
bermakna sangat khas bagi dirnya,biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi auditorik, suara halusinasi yang berkomentar
secaraterusmenerimaterhadap perilaku pasien,atau mendiskusikan
perihalpasiendiantara mereka sendiri (diantara
berbagaisuarayangberbicara), jenis suara halusianasi lain yang berasa dari
salah satubagian tubuh
d) Waham-waham menetap jenis lainnya yang
menurutbudayasetempatdianggap tidak wajar dan sesuatu
yangmustahil,misalnya periahl keyakinan agama atau politiktertentu,
ataukekuatan atau kemampuan diatas manusiabiasa misalnyamampu

17
mengendalikan cuaca,atauberkomukasi dengan makhluk asing dari dunia
lain.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas.

e) Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja apabiladisertai baik


oleh wahamyang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yangjelas, ataupundisertaioleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus

f) Aruspikiran yang terputus (break) atau yangmengalami


sisipan(interpelation), yang berakibat inkoherensi atau pembicara
yangtidak relevan, atau neologisme
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah(excitement) posisi tubuh
tertentu (Posturing) atau flexsibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor
h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
respon yang emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan
oleh depresi atau medikasi neuroleptika.8,10

• Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).

• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanivestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,tidak

18
berbuat sesuatu,sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.

 Tipe-tipe Skizofrenia

 Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, sebagai tambahan ;
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberiperintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming),atau bunyi
tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat sexsual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi
jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control) dipengaruhi (delusion of
influence), atau passivity (delusion of passivity)dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.8,10

 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
• Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)

19
• Keprinadian premorbid menunjukkan ciri khas ; pemalu dan senang
menyendiri Solitary) namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis.
• Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk
memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memeang benar
bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggungjawab dan tak dapat diramalkan,
serta mannerisme, ada kecenderungan hampa tujuan dan hampa
perasaan
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate),
sering sring disertai cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri
(self-satified) senyum sendiri(Self-absorbedsmiling), atau sikap
tinggi hati (lofty Mannner) tertawa menyeringai (grimaces),
mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau(pranks) keluhan
hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated-
phrases)
- Proses pikir mengalami disorganiasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
 Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta agngguan proses pikir
umumnya menonjol.Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi
biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and
hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang
bertujuan(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa
tujuan (aimless) dan tanpa maksud (emptyof purpose). Adanya suatu
yang preokupasi dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.8,10

20
 Skizofrenia Katatonik
Pedoman diagnostik
• Memenuhi kriteria Umum Diagnosis skizofrenia
• Satu lebih dari perilaku berilkut ini harus mendominasi gambarana
klinisnya;
a. Stuport (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan
dan dalam lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan
atau mutisme (tidak berbicara)
b. Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan
yang tidak dipengaruhi oleh stimulki eksternal
c. Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara suka rela mengambil
dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau
aneh)
d. Negativisme (tempak jelas berlawanana yang tidak bermotif
terhadap semua perintah atau upaya untuk mengerakkan, atau
pergerakkan kearah yang berlawanan)
e. Rigiditas (mempertahankan possisi tubuh yang kaku untuk
melawan untuk melawan upaya menggerakan dirinya)
f. Fleksibilitas cerea / waxy flexibxibility (mempertahankan anggota
gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibemtuk dari luar) dan
g. Gejala-gejala lainseperti “command automatism” (kepatuhan secar
otomatis terhadap perintah dan pengulangan kata-kata serta
kalimat-kalimat.
• Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manivestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosa skizofrenia mungkin harus ditunda
sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala
lainnya. Penting untuk di perhatikan bahwa gejala-gejala katatonik
untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit
otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat
juga dapat terjadi pada gangguan afektif.8,10

21
 Skizofrenia Tak Terinci
Pedoman Diagnostik
• Memenuhi Kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
• Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,
hebefrenik, atau katatonik.
• Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-
skizofrenia.8,10

 Depresi Pasca-Skizofrenia
• Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:
a. Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum
skizofrenia selama 12 bulan terakhir
b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya), dan
c. Gejala-gejala deprsif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif dan telah ada dalam kurun
waktu paling sedikit 2 minggu
• Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis
menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia masih jelas dan
menonjol, diagnosisi dalam tetap menjadi salah satu dari subtipe
skizofrenia yang sesuai.8,10

 Skizofrenia Residual
• Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua:
a. Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya
perlambatan psikikomotorik, aktivitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam
kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk

22
seperti dalam expresi muka, kontak mata, modulasi suara, posisis
tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk
b. Sedikitnya ada riwayat atau episode psikotik yang jelas dimasa
lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana
intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan
halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul
sindrom ”negatif” dari skizofrenia.
d. Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain,
depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan
disabilitas negatif tersebut.8,10

 Skizofrenia Simplek
Pedoman diagnostik
• Diagosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan
dan progresif dari”
a. Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa
didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi dari dari
episode psikotik, dan
b. Diserta dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang
termakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berebuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial
• Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe
skizofrenia lainnya.8,10

 Penatalaksanaan Skizofrenia
 Psikososial
 Psikoedukasi

23
Bagi pasien:
- Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;
- melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya, pendidikan, dan
pekerjaan à sejauh memungkinkan;
- Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan pengobatan;
- Penting: minum obat secara teratur;
- Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan yang diambil
berkaitan dengan pengobatannya;
- Penting: menjaga kesehatan àdengan diet sehat, melakukan
aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan perawatan diri.10
Bagi keluarga pasien:
- Pentingnya melibatkan orang dengan psikosis dalam aktivitas
keluarga dan sosial lainnya.
- Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan kritik yang
terus menerus atau keras atau bersikap kasar terhadap anggota
keluarga yang mengalami gangguan psikosis.
- Orang dengan gangguan kejiwaan sering didiskriminasi meskipun
seharusnya mereka menikmati hak asasi manusia yang sama
dengan semua orang
- Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
- untuk pulih, atau
- untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja
yang penuh stres.
- Secara umum, lebih baik seseorang tinggal bersama keluarga atau
anggota masyarakat di lingkungan yang mendukung di luar
lingkup rumah sakit.
 Fasilitasi rehabilitasi di komunitas
Upaya untuk mengembalikan kondisi fisik, mental dan sosial pasien
pada keadaan semula.Di rumah sakit jiwa dilakukan : Olah raga,

24
peternakan, kesenian, bernyanyi, drama, melukis, menggambar,
kerajinan tangan, rekreasi, pertanian, pertukangan, dll.10
 Follow-up
- Orang dengan psikosis diminta untuk datang kontrol secara teratur.
- Follow-upawal sebaiknya sesering mungkin, bahkan setiap hari,
sampai gejala akutnya mulai berespons dengan pengobatan.
o Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol satu kali
sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat direkomendasikan
sesuai dengan kebutuhan klinis, faktor-faktor yang mungkin
laksana seperti ketersediaan staf, jarak dari klinik, dll.
- Pelihara harapan dan optimisme yang relistis selama terapi.
- Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala, efek samping obat
dan kesetiaan terhadap pengobatan.
o Ketidaksetiaan terhadap pengobatan umum terjadi dan
pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam periode tersebut.
- Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
- Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di setiap kunjungan
follow-up.10
 Farmakoterapi
Terapi dengan penggunaan obat antipsikosis dapat meredakan gejala-
gejala skizofrenia. Obat yang digunakan adalah chlorpromazine
(thorazine) dan fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua obat tersebut
termasuk kelompok obat phenothiazines, reserpine (serpasil), dan
haloperidol (haldol).Obat ini disebut obat penenang utama.Obat tersebut
dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan
tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat tinggi (orang tersebut
dapat dengan mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi penderita
skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak
relevan (Durand, 2007).10

25
Tabel 2.3 :Obat Antipsikotik di Layanan Primer.10

* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tik, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan
kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan
otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.

Tabel 2.4 :Obat Antipsikotik Injeksi.10

26
Jika efek samping ekstrapiramidal (seperti parkinsonism atau
distonia) terjadi:
• Turunkan dosis antipsikotik, dan
• Pertimbangkan untuk mengganti ke antipsikotik lain (contoh
mengganti dari haloperidol ke klorpromazine).
• Pertimbangkan pemberian antikolinergik untuk penggunaan jangka
pendek jika strategi tersebut gagal atau efek samping ekstrapiramidal
akut, hebat, atau mengakibatkan disabilitas.
• Medikasi Antikolinergik:
Triheksifenidil (Benzhexol) digunakan dengan dosis 4 – 12 mg per
hari.Efek samping meliputi sedasi, kebingungan/konfusi, dan
gangguan memori, terutama pada usia lanjut.10

BAB III

27
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif mengenai
gambaran tingkat pengetahuan masyarakat Desa Perawang Barat Kecamatan
Tualang Kabupaten Siak

3.2 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilakukan di Aula Kantor Desa Perawang Barat
Kecamatan Tualang Kabupaten Siak pada tanggal 19 April 2018.

3.3 Sampel Penelitian


Sampel pada penelitian ini adalah semua masyarakat hadir ke Aula
Kantor Desa Perawang Barat Kecamatan Tualang Kabupaten Siak sebanyak
33 orang, dari 33 orang penduduk yang mengisi kuisioner, hanya 27 orang
yang mengisi kuisioner sebelum dan sesudah penyuluhan sedangkan 6 orang
lainnya hanya mengisi kuisioner sesudah penyuluhan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa yang diperoleh melalui
kuesioner yang diberikan kepada responden sebelum dan sesudah penyuluhan.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar pernyataan
persetujuaan dan kuesioner.Kuesioner terdiri atas 10 pertanyaan opsional,
berisikan pertanyaan mengenai informasi dasar tentang kesehatan jiwa.
Responden diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan setelah diadakannya
penyuluhan kesehatan jiwa.
3.6 Variabel Penelitian

28
Variabel dalam penelitian ini adalah :
 Karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dan pekerjaan
 Tingkat pengetahuan tentang kesehatan jiwa

3.7 Definisi Operasional


Pada penelitian ini yang dimaksud dengan:
1. Penyuluhan kesehatan jiwa adalah suatu usaha penyebarluasan informasi
tentang kesehatan jiwa kepada masyarakat dengan menggunakan metode
ceramah dan presentasi.
2. Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa adalah kemampuan
masyarakat untuk menjawab kuesioner tentang hal-hal yang berkaitan
kesehatan jiwa.

3.8 Metode Pengolahan dan Analisis Data


3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi langkah-langkah berikut :11
1. Penyuntingan (Editing)
Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah memeriksa
seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden dengan
memperhatikan kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang
diajukan.
2. Pengkodean (Coding)
Setelah penyuntingan diselesaikan, kegiatan selanjutnya dilakukan
member kode dalam hubungan dengan pengolahan data.
Untuk pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa :
 Untuk jawaban benar diberi skor 1
 Untuk jawaban salah diberi skor 0
3. Tabulasi (Tabulating)

29
Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian disajikan
dalam bentuk table dan grafik.

3.8.2 Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variable dari
hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel. Selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat tentang posyandu kesehatan jiwa, ditunjukkan dengan persentase
melalui perhitungan dengan keterangan sebagai berikut:11
a) Pengetahuan baik : 75%-100%
b) Pengetahuan cukup : 55%-74%
c) Pengetahuan kurang : <55%

Adapun rumus untuk mengetahui skor persentase :

X
P= ×100 %
n

Keterangan
P = Persentase
X = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah seluruh item soal

30
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Komunitas Umum


Kecamatan Tualang merupakan salah satu Kecamatan terpadat di wilayah
Kabupaten Siak, Provinsi Riau.Puskesmas Perawang berada di Kecamatan
Tualang Kab.Siak yang memiliki 1 Kelurahan dan 4 Desa. Puskesmas Perawang
dibangun pada tahun 1993, dioperasikan pada tahun 1994, tepatnya pada tanggal
1 Juni 1994, oleh karena jumlah penduduk semakin bertambah maka tahun 2007
Puskesmas Perawang dipecah menjadi Puskesmas, dan yang satu lagi bernama
Puskesmas Tualang yang memiliki 4 Desa.12

4.2 Data Geografis


UPTD Puskesmas Perawang memiliki pelayanan:12
a. Rawat Inap
b. Rawat Jalan
c. Unit Gawat Darurat
Yang beralamatkan di Km 6 Desa Perawang Barat

Luas wilayah kerja 153,78 km2 yang terdiridari :


a. Kelurahan Perawang dengan luas 20 Km2
b. Desa Perawang Barat dengan luas 45,18 Km2
c. Desa Pinang Sebatang Timur dengan luas 38,16 Km2
d. Desa Pinang Sebatang Barat dengan luas 21,46 Km2
e. Desa Maredan Barat dengan luas 28,98 Km2

Batas wilayah kerja Puskesmas Perawang Kecamatan Tualang:


a. Sebelah Utara : Puskesmas Muara Kelantan
b. Sebelah Selatan : Puskesmas Rumbai Pesisir (Kota Pekanbaru)
c. Sebelah Barat : Puskesmas Minas

31
d. Sebelah Timur : Puskesmas Tualang

4.3 Data Demografis


Menurut laporan kependudukan Kecamatan Tualang Wilayah Kerja
Puskesmas Perawang tahun 2015, dimana jumlah penduduk Perawang : 89.275
jiwa yang terdiridari 1 Kelurahan dan 4 Desa.12
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Perawang antara lain :12
a. Kelurahan Perawang jumlah penduduk 49.396 jiwa
b. Desa Perawang Barat jumlah penduduk 23.575 jiwa
c. Desa Maredan Barat jumlah penduduk 3.827 jiwa
d. Desa Pinang Sebatang Barat jumlah penduduk 3.704 jiwa
e. Desa Pinang Sebatang Timur jumlah penduduk 8.773 jiwa
Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk adalah SMP Sederajat
danmata pencaharian sebagian besar pendudukadalah wiraswasta.

4.4 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Perawang


Sumber daya kesehatan yang ada di puskesmas perawang dapat dilihat
pada tabel 4.1.12
Tabel 4.1 : Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Perawang
No Nama Jabatan Rawat Inap Rawat Jumlah
Jalan

1 Dokter Umum 2 orang 3 orang 5 orang

2 Dokter gigi 3 orang 3 orang

3 Keperawatan 1 orang 1 orang 2 orang

Keperawatan & Perawat gigi 18 orang 11 orang 29 orang

4 Kefarmasian (Asisten Apoteker) 1 orang 3 orang 4 orang

5 Kesmas
Penyuluh Kesehatan 1 orang 1 orang

32
Sanitarian 3 orang 3 orang
Administrator Kesehatan 1 orang 1 orang

6 Gizi 1 orang 4 orang 5 orang

7 KetenagaanKesehatanLainnya 1 orang 1 orang

8 Rekammedis 1 orang 1 orang

9 Fisioterapi 1 orang 1 orang

10 Pekarya 1 orang 1 orang

11 Bidan 8 orang 6 orang 14 orang

12 AnalisKesehatan 2 orang 2 orang

13 Non Kesehatan
Administrasi/TU - 4 orang 4 orang
Supir Ambulance 1 orang 2 orang
1 orang
Satpam - 1 orang
1 orang
Cleaning service 1 orang 2 orang
1 orang
TukangMasak 1 orang 1 orang
-

4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Perawang


Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja
Puskesmas Perawang Kecamatan Tualang antara lain: 4 Puskesmas Pembantu, 3
Polindes, 1 Polindes Persiapan, 48 Posyandu, 1 Poskesdes dan jumlah kader yang
aktif sebanyak 144 orang.12

4.6 Data ODGJ/ODMK di Perawang Barat


Data ODGJ di Desa Perawang Barat yang didapat oleh Puskesmas
Perawang hingga bulan April 2018 didapatkan sebanyak 15 orang penduduk
Perawang Barat mengalami gangguan jiwa, dengan 9 orang berjenis kelamin
wanita dan 6 orang berjenis kelamin laki-laki. Dari 15 orang yang mengalami

33
gangguan jiwa, 4 orang sudah pernah berobat namun masih memiliki gejala,
sedangkan 11 orang lainnya masih dalam pengobatan.

Laki-laki Perempuan

40%

60%

Diagram 4.1 : Data ODGJ di Perawang Barat

4.7 Data Hasil Kegiatan


4.7.1 Karakteristik Responden
 Umur
Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 <30 0 0
2 30-40 7 25,93
3 >40 20 74,07
Total 27 100

34
<30
30-40
>40

Diagram 4.2 : Distribusi Masyarakat yang Hadir Menurut Umur


 Pendidikan
Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase
(%)

1 SD 0 0

2 SMP 2 7,5

3 SMA 21 77,78

4 Sarjana/Diploma 4 14,81

Total 27 100

SD
SMP
SMA
Sarjana/Diploma

35
Diagram 4.3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

 Pekerjaan
Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Bekerja 18 66,67
2 Tidak Bekerja 9 33,33
Total 27 100

33% Diagram
4.4 :
Bekerja
Tidak Bekerja
Distribusi
Frekuensi
67%

Responden Berdasarkan Pekerjaan

4.7.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Sebelum dan Setelah


Penyuluhan
Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat
pengetahuan tentang Kesehatan Jiwa sebelum dan sesudah penyuluhan dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanTingkat
Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Kesehatan Jiwa


Kategori Sebelum Persentase Setelah Persentase
penyuluhan (%) penyuluhan (%)
Baik 14 51,85 22 81,49

36
Cukup 10 37,03 5 18,51
Kurang 3 11,12 0 0
Total 27 100 27 100
25

20

15
baik
cukup
10 kurang

0
Sebelum Sesudah
Penyuluhan Penyuluhan

Grafik 4.1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Dari 41 orang penduduk Desa Perawang Barat yang hadir, hanya 33


orang yang mengisi kuisioner. Dan dari 33 orang penduduk yang mengisi
kuisioner, hanya 27 orang yang mengisi kuisioner sebelum dan sesudah
penyuluhan sedangkan 6 orang lainnya hanya mengisi kuisioner sesudah
penyuluhan.
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa adanya perubahan tingkat
pengetahuan masyarakat tentang posyandu kesehatan jiwa sebelum dan
setelah diberikan penyuluhan. Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa,
tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa sebelum diberikan
penyuluhan adalah sebanyak 14 orang (51,85%) berada pada kategori baik, 10
orang (37,03%) pada kategori cukup dan sebanyak 3 orang (11,12%) pada
kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya tingkat
pengetahuan masyarakat sebelum penyuluhan berada pada kategori baik yaitu

37
51,85%. Sedangkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa
setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 22 orang (81,49%) pada
kategori baik dan 5 orang (18,51%) pada kategori cukup serta tidak
terdapatnya katagori kurang pada kuisioner setelah penyuluhan. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya perubahan tingkat pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan jiwa setelah diberikan penyuluhan.Tingkat pengetahuan
masyarakat mengalami peningkatan menjadi lebih baik setelah diberikan
penyuluhan.

38
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden yang mengikuti penelitian ini


sebanyak 27 orang.Sebagian besar mereka berusia >40tahun, tingkat pendidikan
terakhir SMA dan rata-rata bekerja. Karakteristik responden yang mencakup umur,
pekerjaan dan pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan proses
perubahan perilaku. Umur responden yang rata-rata masih dalam usia produktif
memungkinkan mereka masih mampu untuk menangkap informasi yang diberikan.
Begitu juga dengan karakteristik pekerjaan, responden yang mayoritas sebagai ibu
rumah tangga sangat mendukung dalam menyediakan waktu untuk mendengarkan
penyuluhan dan membaca buku saku yang diberikan.Tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi pengetahuan.Semakin tinggi pendidikan sesorang maka semakin
tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki.
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan jiwa sebelum diberikan penyuluhan adalah sebanyak 14 orang (51,85%)
berada pada kategori baik, 10 orang (37,03%) pada kategori cukup dan sebanyak 3
orang (11,12%) pada kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya
tingkat pengetahuan masyarakat sebelum penyuluhan berada pada kategori baik yaitu
51,85%.
Hal inidapat dijadikan acuan bahwa pemberian edukasi berupa penyuluhan
kesehatan jiwa sangat diperlukan, untuk meningkatkan informasi bagi masyarakat itu
sendiri. Perlu ditekankan dalam setiap penyuluhan bahwa ODGJ/ODMK bukanlah
orang yang harus ditakuti dan dijauhi, tetapi ODGJ/ODMK adalah orang yang harus
diberikan motivasi bagi kesembuhan mereka.
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan jiwa, pengisian kuesioner kembali
dilakukan. Berdasarkan hasil kuesioner setelah penyuluhan menunjukkan bahwa,
tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa setelah diberikan penyuluhan

39
adalah sebanyak 22 orang (81,49%) pada kategori baik dan 5 orang (18,51%) pada
kategori cukup serta tidak terdapatnya katagori kurang pada kuisioner setelah
penyuluhan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan tentang
kesehatan jiwa terhadap tingkat pengetahuan masyarakat, karena setelah diberikan
penyuluhan terdapat peningkatan tingkat pengetahuan masyarakat dalam kategori
baik.Dan tidak terdapat masyarakat yang berada pada kategori kurang setelah
dilakukan penyuluhan namun secara rerata nilai pada kuesioner didapatkan
peningkatan.
Adanya peningkatan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
selaras dengan tujuan penelitian ini. Terdapatnya peningkatan tingkat pengetahuan ini
diharapkan agar masyarakat dapat melakukan upaya-upaya dalam pencegahan dan
deteksi ini tentang kesehatan jiwa.

40
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyuluhan tentang kesehatan jiwa pada masyarakat diperlukan untuk dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tersebut sehingga dapat melakukan
upaya pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan jiwa serta
menghilangkan intimidasi dan stigmatisasi masyarakat terhadap
ODGJ/ODMK.
2. Berdasarkan karakteristik responden, umur responden terbanyak diatas 40
tahun dengan jumlah 20 orang (74,07%) dan yang paling sedikit berumur 30-
40 tahun sebanyak 7 orang (25,93%), tingkat pendidikan responden pada
umumnya tamatan SMA yaitu 21 orang (77,73%) dan sebanyak 18 orang
(66,67%) penduduk Desa Perawang Barat bekerja.
3. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang posyandu kesehatan jiwa sebelum
diberikan penyuluhan adalah sebanyak 14 orang (51,85%) berada pada
kategori baik, 10 orang (37,03%) pada kategori cukup dan sebanyak 3 orang
(11,12%) pada kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya
tingkat pengetahuan masyarakat sebelum penyuluhan berada pada kategori
baik yaitu 51,85%. Sedangkan Tingkat pengetahuan kader tentang posyandu
kesehatan jiwa setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 22 orang
(81,49%) pada kategori baik dan 5 orang (18,51%) pada kategori cukup serta
tidak terdapatnya katagori kurang pada kuisioner setelah penyuluhan.

6.2 Saran.
1. Diharapkan bagi masyarakat yang telah mendapatkan penyuluhan bisa
menyebarluaskan program lanjutan tentang kesehatan jiwa.

41
2. Diharapkan petugas puskesmas promosi kesehatan dan pemegang program
Kesehatan Jiwa Puskesmas Perawang dapat memberikan penyuluhan secara
berkala kepada masyarakat Perawang dalam upaya pencegahan peningkatan
angka ODGJ/ODMK.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Republik Indonesia No 3 Tahun 1966 Tentang KesehatanJiwa


2. Kurniawan Y, Sulistryarini I. Komunitas SEHATI (Sehat Jiwa dan Hati) sebagai
intervensi kesehatan mental berbasis masyarakat. Semarang, 2016
3. Undang-undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
4. Undang-undang Republik Indonesia No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
5. Mengenal Jiwa yang Sehat dan Cara Mencapainya. Oktober, 2016. Available
from http://dinkes.inhukab.go.id/?p=4134
6. Sukadiyanto. Stres dan Cara Menguranginya. Cakrawala Pendidikan, Yogyakarta.
2010
7. Kaplan, Harold I, dkk. 2010. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi
2. Jakarta : EGC
8. Maslim, Rusdi. 2013. Buku saku diagnosis gangguan jiwa PPDGJ III dan DSM-5.
Jakarta : FK Unika Atma Jaya.
9. Dinkes Prov Riau. Kebijakan dan Program Prioritas Kesehatan Jiwa. Pekanbaru,
2016
10. Pelatihan mhGAP Intervention Guide. 2017.
11. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
12. Puskesmas Perawang. Profil Puskesmas Perawang. Perawang. 2015.

43
Lampiran 1. Lembar Pelayanan Kesehatan Primer (PKMP) (F.1-F.6)

F.1. UpayaPromosiKesehatandanPemberdayaanMasyarakat

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr. Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

Nama Pendamping : dr. Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : Puskesmas Perawang

Tema Kegiatan : Penyuluhan anemia pada remaja wanita siswi SMA

Tujuan Kegiatan :Jenis kegiatan ini dilakukan penyuluhan kepada siswi SMA
agar mengetahui anemia pada remaja wanita serta dapat
memahami bagaimana mengatasi bila menemukan seseorang
dengan keluhan yang menjurus kearah anemia. Selain itu
kegiatan ini berupa memberikan tablet penambah darah bagi
siswa SMA sebagai bentuk pencegahan dari anemia tersebut.

Hari/Tanggal : Rabu, 21 Februari 2018

Waktu : 09.00 WIB - selesai

Tempat : SMA negri 03 Bunut

Jumlah Peserta : 570 orang siswi yang terdiri dari kelas X, XI, XII

44
F.2. Upaya Kesehatan Lingkungan

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr. Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

Nama Pendamping : dr. Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : Puskesmas Perawang

Tema Kegiatan : Keluarga Sehat (KS)

Tujuan Kegiatan : Tujuan survey keluarga sehat untuk mewujudkan keluarga


sehat didalam masyarakat dengan beberapa indicator kesehatan
gizi ibu dan anak, indicator dalam berprilaku sehat, serta
mewujudkan program hidup bersih dan sehat (PHBS) serta
mendata keluarga yang menderita penyakit tidak menular
(Hipertensi, diabetes mellitus, dst) dan penyakit menular
seperti TBC dan gangguan kesehatan jiwa.

Hari/Tanggal : Selasa, 27 Februari 2018

Waktu : 09.00 WIB - selesai

Tempat : Km.04 Perawang Jl. A.R Hakim

Jumlah : 30 KK

45
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr. Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

Nama Pendamping : dr. Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : Puskesmas Perawang

Tema Kegiatan : Melakukan pelayanan kesehatan pasien commond cold

Tujuan Kegiatan : Melakukan penatalaksanaan commond cold yang bersifat


suportif dan simptomatis, terdiri dari pemberian antipiretik,
eskpektoran, antihistamin, pemberian suplemen vitamin C,
edukasi pemberian makanan bergizi.

Hari/Tanggal : Senin, 05 Maret 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Poli KIA

NamaPasien : An. M

Umur : 5 tahun

JenisKelamin : Laki -Laki

Diagnosis : Commond Cold

46
F.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr. Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

Nama Pendamping : dr. Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : Puskesmas Perawang

Tema Kegiatan : Melakukan pelayanan kesehatan pada pasien usia subur untuk
KB pil 3 bulan

Tujuan Kegiatan : Melakukan penatalaksanaan dengan pemberian pil KB 3


bulan dan edukasi untuk tetap menjaga pola makan karena efek
samping pemakaian pil KB yang berupa hormone yang dapat
meningkatkan berat badan.

Hari/Tanggal :Senin, 12 Maret 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Poli KIA

Nama Pasien : Ny. S

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Diagnosis : KB Pil 3 bulan

47
F.4.Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr. Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

Nama Pendamping : dr. Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : Puskesmas Perawang

Tema Kegiatan : Edukasi gizi pada pasien DM

Tujuan Kegiatan :

1. Mencegah terjadinya dislipidemia


2. Melakukan pemberian obat DM agar kadar glukosa darah
normal dengan menyeimbangkan asupan makanan,
pemberian obat penurun glukosa oral dan edukasi aktifitas
fisik.
3. Mencegah terjadinya komplikasi
4. Mencapai berat badan yang diinginkan
5. Meningkatkan derajat kesehatan menyeluruh melalui gizi
optimal.

Hari/Tanggal : Kamis, 15 Maret 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Aula Kantor Desa Maredan Barat

Nama Pasien : Ny. E

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Diagnosis : DM tipe II tidak terkontrol

48
F.4.Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr.Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

Nama Pendamping : dr. Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : Puskesmas Perawang

Tema Kegiatan : Edukasi gizi pada pasien Hipertensi

Tujuan Kegiatan : Mencapai tekanan darah normal dengan pengaturan menu


bagi penderita hipertensi, dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:

1. Diet rendah garam


2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
3. Diet tinggi serat

Hari/Tanggal : Rabu, 28 Maret 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Poli Umum

Nama Pasien : Ny. N

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Diagnosis : Hipertensi grade II

49
F.5. Upaya Surveilance, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr. Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

Nama Pendamping : dr. Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : Puskesmas Perawang

Tema Kegiatan : Edukasi pencegahan penularan pada pasien varicella zooster.

Tujuan Kegiatan : Mencegah penularan penyakit varicella zooster dengan cara:

1. Istirahat yang cukup, sebaiknya diisolasi untuk


menghindari resiko penularan
2. Menjaga kebersihan tubuh, hindari alat-alat mandi,
pakaian, selimut, serta alat-alat lainnya bersama-sama
dengan orang lain.
3. Mengedukasi untuk tidak keluar rumah sampai
sekurang-kurangnya lima hari setelah ruam sembuh
atau semua lepuh sudah kering.

Hari/Tanggal : Jum’at, 06 April 2018

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Poli Umum

Nama Pasien : Tn. F

Umur : 15 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Diagnosis : Varicella Zooster

50
F.5. Upaya Surveilance, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr. Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

Nama Pendamping : dr. Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : Puskesmas Perawang

Tema Kegiatan : Edukasi pencegahan penularan pada pasien skabies

Tujuan Kegiatan : Mencegah penularan scabies dengan cara yaitu:

1. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, handuk, selimut


dengan merebus di air mendidih telebih dahulu setelah
itu baru di cuci.
2. Menjemur bantal dibawah terik matahari.
3. Mengedukasi agar cahaya matahari dapat masuk ke
kamar dan ventilasi udara kamar lancar.
4. Membiasakan cuci tangan dengan teratur menggunakan
air dan sabun
5. Hindari kontak langsung dengan penderita scabies.
6. Menjaga pola hidup bersih dan sehat.

Hari/Tanggal : Jum’at, 13 April 2018

Waktu : 09.45 WIB

Tempat : Poli umum

Nama Pasien : An. F

Umur : 8 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Diagnosis : Skabies

51
F.6. Upaya Pengobatan Dasar

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr.Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

Nama Pendamping : dr. Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : Puskesmas Perawang

Tema Kegiatan : Pelayanan di Poli Umum

Tujuan Kegiatan : Memberikan pelayanan kedokteran umum berupa anamnesa,


pemeriksaan fisik serta pemberian pengobatan dan edukasi
kepada pasien atau masyarakat agar tidak terjadi penularan dan
komplikasi penyakit, serta meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan.

Hari/Tanggal : Jum’at, 20 April 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Poli Umum

Jumlah Pasien : 50 orang

52
F.6. Upaya Pengobatan Dasar

LAPORAN KEGIATAN

Nama Peserta : dr. Siti Rahma Dewi Tanda tangan:

NamaPendamping : dr.Formatiur Tanda tangan:

Nama Wahana : PuskesmasPerawang

Tema Kegiatan :Pelayanan di Poli Lansia

Tujuan Kegiatan : Memberikan pelayanan kedokteran umum berupa anamnesa,


pemeriksaan fisik serta pemberian pengobatan dan edukasi
kepada pasien atau masyarakat agar tidak terjadi penularan
dan komplikasi penyakit, serta meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan.

Hari/Tanggal : Senin, 11 Mei 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Poli Lansia

Jumlah Pasien : 15 orang

53
Lampiran 2. Lembar Persetujuan responden dan kuisioner penelitian

Kuisioner Sosialisasi Kesehatan Jiwa di Desa Perawang Barat Tahun 2018

Karakteristik Responden

Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :

Komponen yang Dinilai (pre dan post)


1. Apakah sehat menurut anda ?
a. Kesejahteraan yang sempurna bagi fisik
b. Kesejahteraan yang sempurna bagi mental
c. Kesejahteraan yang sempurna bagi social
d. Kesejahteraan yang sempurna bagi fisik, mental dan social

2. Apakah pengertian jiwa menurut anda ?


a. sesuatu yang tak dapat dilihat, diraba dan didengar hanya dapat dirasa
b. sesuatu yang dapat dilihat
c. sesuatu yang tak dapat diraba
d. sesuatu yang tak dapat didengar

3. Apa yang dimaksud kesehatan jiwa ?


a. Kondisi yang harmonis terhadap fisik
b. Kondisi yang harmonis terhadap emosional
c. Kondisi yang harmonis terhadap fisik, intelektual dan emosional sehingga
dapat hidup secara produktif
d. Kondisi yang harmonis terhadap intelektual

4. Apakah indikator seseorang sehat jiwanya ?


a. Perkembangan jiwanya baik, mempunyai daya tahan terhadap stress,
mampu beradaptasi dengan lingkungan, keluarga harmonis
b. Mempunyai daya tahan terhadap stress
c. Mampu beradaptasi dengan lingkungan
d. keluarga harmonis

54
5. bagaimana seseorang dikatakan stres ?
a. Apabila terjadi gangguan keseimbangan fisik
b. Apabila terjadi gangguan keseimbangan jiwa, bila menjalani kehidupan
akan selalu menghadapi masalah
c. Apabila terjadi gangguan keseimbangan jiwa
d. Apabila terjadi gangguan keseimbangan emosional

6. Mana dibawah ini yang tidak termasuk penyebab stress ?


a. Perceraian
b. Hutang piutang
c. Mendapat rezeki yang tak terduga
d. Kerugian usaha dan kebangkrutan

7. Bagaimana sikap kita menghadapi stres ??


a. Stres dipendam dalam hati
b. Stres harus dikuasai
c. Stres jangan dipendam, stres harus dikuasai, dimenej, dan dikendalikan
d. Stres jangan dikuasai dan dikendalikan

8. Apa yang tidak termasuk gambaran gejala seseorang dengan gangguan depresi
?
a. Suasana depresif / murung
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Mudah lelah dan menurunnya aktivitas
d. Merasa bersemangat dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari

9. Fobia termasuk gangguan apakah menurut anda ?


a. Gangguan cemas
b. Gangguan depresi
c. Gangguan kepribadian diri
d. Gangguan depresi dan kepribadian diri

10. Apa dampak bahaya peyalah gunaan obat / zat (narkoba) menurut anda ?
a. Narkoba dapat menyerang fisik
b. Narkoba dapat menyerang fisik, psikologis, dan social ekonomi
c. Narkoba dapat menyerang psikologis
d. Narkoba dapat menyerang social ekonomi

55
56

Anda mungkin juga menyukai