Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akibat epidemi tembakau masih menjadi bahaya serius bagi derajat
kesehatan masyarakat Dunia. WHO menunjukkan data tembakau dan hasil
olahannya diantaranya produk rokok, mengakibatkan kematian hampir
sekitar 6 juta orang setiap tahunnya, jika hal ini terus terjadi diperkirakan
kematian akan meningkat menjadi 8 juta orang pada tahun 2030 (WHO,
2014). Menurut World Health Organization (WHO) data perokok dunia,
Indonesia mencapai sekitar 60 juta orang pada tahun 2011 menempatkan
urutan ketiga terbanyak jumlah perokok, setelah China dan India. Prevalensi
merokok penduduk laki-laki ialah sebesar 67% atau sekitar 2/3 dari total
penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas, sedangkan prevalensi pada
perempuan sebesar 2,7 % (WHO, 2012).
Masalah rokok saat ini menjadi perhatian serius berbagai negara di
dunia, karena dampak yang ditimbulkan dari asap rokok sangat berbahaya
bagi kesehatan. Selain itu masalah kebiasaan merokok di tempat umum
sangat mengganggu kenyamanan dan mempengaruhi kesehatan bagi orang-
orang yang ada disekitarnya. Hal ini disebabkan karena rokok yang terbakar
menghasilkan asap sampingan sebanyak 2 kali lipat lebih banyak dari pada
asap utama serta mengandung kadar bahan-bahan berbahaya yang juga lebih
tinggi.
Terlalu banyak dampak buruk yang diakibatkan dari kebiasaan
merokok, tidak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga berdampak
pada masalah ekonomi. Baik itu dampak ekonomi dari biaya konsumsi
pembelian rokok ataupun dampak ekonomi yang disebabkan oleh biaya
pengobatan kesehatan karena penyakit akibat merokok (Jaya, 2009).
WHO menghubungkan hampir 6 juta kematian per tahun diakibatkan
oleh tembakau, angka ini diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 8 juta

1
kematian per tahun pada tahun 2030. Kebanyakan orang mulai merokok
sebelum usia 18 tahun (WHO, 2009).
Bertambahnya perokok usia belia meningkat dari tahun ke tahun. Uji
Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan
menunjukkan prevalensi merokok pada anak yang berusia 10 hingga 18
tahun mencapai 9,1%. Jika populasi pada kelompok usia itu sekitar 40,6
juta jiwa, maka sudah ada sekitar 3,9 juta anak yang merokok (Riskesdas,
2018).
Indonesia menempati peringkat satu dunia untuk jumlah perokok pria
di atas usia 15 tahun. Berdasarkan data terbaru dari The Tobacco Atlas tahun
2015. Riset kesehatan dasar menyebutkan bahwa penduduk Indonesia
berumur 10-14 tahun menjadi perokok. Perokok usia dini mengalami
peningkatan 100%, pada tahun 1995 sebesar 8,9% dan angka tersebut terus
meningkat pada tahun 2013 menjadi 18% kemudian pada tahun 2018
meningkat menjadi 24%. (Riskesdas, 2018)
Kebiasaan merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi
penurunan dari 2007 ke 2018, cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun
2007 menjadi 47,3 persen tahun 2018. 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen
perempuan masih menghisap rokok tahun 2018. Diketahui 1,4 persen
perokok umur 10-14 tahun, 9,9 persen perokok pada kelompok tidak
mempunyai pekerjaan, dan 32,3 persen pada kelompok kuintil indeks
kepemilikan terendah.
Rata-rata rokok yang dihisap perhari masyarakat umur ≥10 tahun di
Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Jumlah rata rata batang
rokok dihisap ditemukan di Bangka Belitung (18 batang). Propinsi Riau
sendiri rerata batang rokok yang dihisap perhari tergolong tinggi yaitu 16
batang. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun
sebesar 33,4 persen, pada laki-laki lebih banyak di bandingkan perokok
perempuan (47,5% banding 1,1%). Berdasarkan pengelompokan pekerjaan,
petani/nelayan/buruh adalah perokok aktif setiap hari yang
mempunyai proporsi terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan

2
lainnya. Proporsi perokok setiap hari terlihat cenderung menurun pada
kuintil indeks kepemilikan yang lebih tinggi. Proporsi penduduk umur ≥15
tahun yang merokok serta mengkonsumsi tembakau cenderung meningkat
dalam Riskesdas (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%), Riskesdas 2013 (36,3%)
dan Riskesdas 2018 (48,2%).
Sedangkan Proporsi perokok di Riau yaitu 47,1 %, dengan proporsi
perokok setiap hari pada usia 15-19 tahun yaitu 8,5% dan perokok kadang-
kadang sebesar 5,8%. Kota Pekanbaru memiliki proporsi perokok dengan
kebiasaan merokok setiap hari (≥10 tahun) berjumlah 19,4% dan perokok
kadang-kadang 5,1% (Riskesdas, 2018).
Kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia masih menimbulkan
perdebatan yang panjang, mulai dari hak asasi seorang perokok, fatwa
haram merokok di tempat umum sampai dengan dampak anti rokok
terhadap perekonomian dan tenaga kerja di Indonesia. Salah satu upaya
untuk mendukung kebijakan dalam pengendalian tembakau diperlukan
pemberdayaan masyarakat atau program yang bisa melindungi perokok
pasif. Kegiatan itu adalah dengan membentuk suatu kawasan yang bebas
dari asap rokok atau disebut Kawasan Tanpa Rokok yaitu ruangan atau area
yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau mempromosikan produk
tembakau. KTR ditetapkan pada, antara lain fasilitas pelayanan kesehatan,
tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang
ditetapkan (Permenkes No. 188, 2011).
Ada beberapa upaya yang dilakukan secara parsial oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah maupun lembaga lain seperti Muhammadiyah dan
IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat) untuk menekan jumlah
perokok. Muhammadiyah misalnya, organisasi ini melakukan terobosan
dengan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok disemua fasilitas dan forum
Muhammadiyah. Dikarenakan berbagai hambatan dan penerapan yang
relative baru, maka implementasi hal ini belum sepenuhnya berjalan. Akhir-

3
akhir ini, Kawasan Tanpa Rokok juga mulai digalakkan diberbagai kampus
dan perkantoran di Indonesia (TSCS, 2011).
Sampai sekarang belum ada penurunan yang signifikan dalam jumlah
perokok maupun jumlah orang yang terpapar asap rokok. WHO
merekomendasikan bahwa lingkungan bebas asap rokok 100% adalah satu
satunya cara efektif untuk mengurang paparan asap rokok orang lain di
dalam ruangan (TSCS, 2011).
Berdasarkan survey awal di Puskesmas terdapat pegawai yang masih
kedapatan merokok di lingkungan Puskesmas, masih adanya masyarakat
atau pengunjung yang masih merokok. Dalam toilet juga ditemukan
puntung Rokok. Dari pengunjung 5 orang yang ditanyakan tentang Kawasan
tanpa rokok hanya 1 yang mengerti tentang Kawasan tanpa rokok. Hal ini
yang membuat penulis ingin meneliti “Penerapan Kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok di UPTD Puskesmas Bagan Siapi-Api Tahun 2019”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “ Bagaimana penerapan kebijakan Kawasan tanpa Rokok di UPTD
Puskesmas Bagan Siapi-Api tahun 2019”
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana Sumber Daya (Informasi, Sarana Prasarana) tentang
kebijakan Kawasan tanpa rokok di UPTD Puskesmas Bagan Siapi-Api
tahun 2019?
2. Bagaimana Komunikasi (kejelasan konsitensi) tentang kebijakan
Kawasan tanpa rokok di UPTD Puskesmas Bagan Siapi-Api tahun
2019?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana penerapan kebijakan Kawasan tanpa
rokok di UPTD Puskesmas Bagan Siapi-Api Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus

4
a. Untuk mengetahui sumber daya (informasi, sarana prasarana) dalam
kebijakan Kawasan tanpa rokok di UPTD Puskesmas Bagan Siapi-
Api tahun 2019
b. Untuk mengetahui komunikasi (kejelasan, konsistensi) dalam
kebijakan Kawasan tanpa rokok di UPTD Puskesmas Bagan Siapi-
Api tahun 2019

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis bermanfaat untuk menambah pengetahuan, pengalaman
serta wawasan mengenai kebijakan Kawasan tanpa rokok di UPTD
Puskesmas Bagan Siapi-Api.
2. Bagi ilmu kesehatan masyarakat dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
bahan informasi tentang KTR (Kawasan Tanpa Rokok).
F. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak
terjadi pembahasan yang meluas atau menyimpang, maka perlu kiranya
dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang
akan dibahas dalam penulisan proposal penelitian ini yaitu hanya pada
lingkup kebijakan Kawasan tanpa rokok di UPTD Puskesmas Bagan Siapi-
Api.

Anda mungkin juga menyukai