Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :

NAMA : HAMRIANI

NIM : D3KP1800535

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKES WIRAHUSADA YOGYAKARTA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan hyperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,lemak dan penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular,makrovaskular,dan neuropati. ( Yuliana elin 2010).

Klasiflkasi diabetes mellitus

a. klaiikasi klinis:

1). DM ( diabetes melitus )

Tipe I: IDDM

Disebabkan oleh dekstruksi sel beta pulau Langerhans akibat prsoses autoimun

Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi iinsulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
a) Tipe II dengan obesitas
b) Tipe II tanpa obesitas

2). Gangsuan toleransi giukosa

Klasiiikasi Resiko statistic :

a. Sebelumnya pemah mcnderita kclainan toleransi glokusa

b. Bcrpotensi mendcrita kelainan glukosa. Anatomi tisiologi.

2. Anatomi fisiologi

Pangkreas mempakan sckumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm , lebar 5 cm.


mulai dan' duodenum sampai kc limpa dan betatnya rata-rata 60-90 gram terbentang pada
vertebra lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pangkreas merupakan kelenjar endokrim terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan
maupun manusia. Bagian depan ( kepalah ) kelenjar pangkreas terletak pada lekukan yang di
bentuk oleh duodenum dan bagian pylorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagin
utama dari organ ini merentang kearah limpa dengan bagian ekornya menyenth atau terletak
pada alat ini. Dan' segi perkembangan embn'ologis, kelenjar pangkreas terbentuk dan' epitel
yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.

Pangkreas terdiri dari dua jaringan utama,yaitu :

a. sini sekresi getah pencemaan ke dalam duodenum ).

b. Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar,tetapi menyekresi insan


glucagon langsung ke darah.

Pulau-pulau Langerhans yang menjadi system endokrinologi dari pangkreas tersebar di


seluruh pangkreas dengan berat badan hanya 1-3 % dari berat total pangkreas. Pulau
Langerhans terbentuk ovoid dengan besar masing-masing yang terbesar300 cm, terbanyak
adalah yang besarnya 100-225m. jumlah semua pulau Langerhans di pangkreas diperkirakan
antara 1-2 juta.

Pulau langerhans manusia mengandung 3 jenis sel utama:


1. Sel-sel A (alpha) jumlahnya sekitar 20-40% memproduksi glikagon yang menjadi faktor
hiperglikemik, suatu hormone yang anti insulin.
2. Sel-sel B ( beta) jumahnya sekitar 60-80% membuat insulin.
3. Sel-sel D ( deltha) jumlahnya sekitar 5-15% membuat somastostatin. Masing-masing sel-
sel tersebut dapat dibedakan berdasarkan struktur dan fisik pucat dan banyak
mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM.

Sel betha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta normal dimana sel beta tidak menunjukkan
reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi. Insulin merupakan protein
kecil dengan molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai
polipeptida yang tidak sama yaitu rantai A dan B kedua rantai ini dihubungkan oleh dua
jembtan (perangkai) yang terdiri dari disulfide, rantai Aterdiri dari 21 asam amino dan rantai B
terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada ph 4-7 dengan titik isolektrik pada 5,3
sebelum insulin dapat berfungsi ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam
membrane sel. Insulin sintetis sel beta pangkreas dari proinsulin dan disimpan menjadi butiran
berselaput yang berasal dari kompleks golgi. Pengatura sekresi insulin dipengaruhi efek umpan
balik kadar glukosa darah pada pangkreas. Bila kasar glukosa darah meningkat diatas
100mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa darah normal atau
rendah produk insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam
amino, asam lemak, dan hormone gastrointestinal merangsang sekresi insulin akan menurun.
3.Patofisiologi.

Pada diabetes melitus Tipe H jumlah insulin normal malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang reseptor insulin ini dapat di
ibaratkan sebagai lubang kuncinya ( insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor)
kurang maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (
glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama
dengan pada DM Tipe I. Perbedaanya adalah DM Tipe II disamping kadar glukosa tinggi juga
normal. Keadaan ini di sebut resistensi insulin ( suyono 2009).

4.Etiologi.

a.DM Tipe I

Diabetes yang tergantng insulin di tandai dengan penghancuran sel-sel beta pangkreas yang
di sebabkan oleh :

1. Faktor genetic penderita tidak di warisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic kc arah terjadinya diabetes Tipe I.

2. Faktor imonologi ( autoimun)

3. Faktor Lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan ekstruksi si beta.

b. DM Tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes Tipe II : usia, obesitas, riwayat dan
keluarga.

Hasil Pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi menjadi 3 yaitu (Sudoyo
am 2010) :

1. <140mg/dL ( normal)

2. 140-<200mg/dL ( toleransi glukosa terganggu)

3. >200mg/DL( Diabetes).
5. Manisfestasi Klinis.

Manisfestasi klinis DM dikaitkan dengan konsenkuensi metabolic diflsiensi insulin

a) kadar glukosa puasa tidak normal

b) hiperglikemia berat berakibat glucosuria yang akan menj adi dieresis osmotic yang
meningkat pengeluaran urin ( poliura) dan timbul rasa haus ( Polidipsia)

c) rasa lapar yang semakin besar ( polifagia) BB berkurang

d) Lelah dan mengantuk

e) Gejalah lain yang di keluhkan adalah kesemutan,gatal, mata, kabur,impotensi, peruritas


vulva.

Kriteria diagnosis DM: ( Aru dkk 2011)

1. Gejalah klasik DM+ Glukosa plasma sewaktu >200mg/dL (11,1mmol/L)

2. Glukosa Plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu.

3. Geja1ah klasik DM + GLukosa plasma>126mgldL( 7,0mmo/L) puasa diatikan pasien


tidak mendapatkan kalori tambahan sedikitnya 8 jam

4. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > ZOOmg/Dl ( 11,1mm01/L) TTGO di lakukan
dengan mengunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram Elukosa anhidrus
dilarutkan kedalam air.

Cara pclaksanaan TTGO (WHO 2009).

1. tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa ( dengan tiga karbohldrat
yang cukup.

2. berpuasa. Paling sedikit 8 jam ( mulai malam hari ) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap di bolehkan

3. di periksa konsentrasi glukosa darah puasa.

4. di berikan glukosa 75 gram ( orang dewasa) atau 1,75 gun Ikg BB (Anak-anak )
dilarutkan dalamair 250ml dan minum dalam waktu 5 menit
5. berpuasa kembali sammpai pengambilan sempel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutkan glukosa selesai.

6. periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa

7. selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

6. KOMPIKASI DIABETES MELITUS


1. Komplikasi diabetes melitus akut
a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi dimana terjadinya penurunan kadar gula darah yang
drastis akibat terlalu banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak mengkonsumsi obat
penuru gula darah, atau terlambat makan. Gejalanya meliputi penglihatan kabur,detak
jantung cepat,sakit kepala,gemetar, keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah
yang terlalu rendah bisa menyebabkan pingsan, kejang, bahkan koma.

b. Ketosiadosis diabetik (KAD)

Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan kadar gula
darah yang terlalu tinggi.

c. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)

Kondisi n juga merupakan salah satu kegawatan medis pada penyaakit kencing anis,
dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi akibat adanya lonjakan kadar
gula darah yang sangat tingg dalaam waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan
haus yang berat, kejang, lemas, dan gangguan kesadaran hingga koma.

2.Komplikasi Diabetes Melitus Kronis


a. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)

Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini disebut retinopati
diabetik, yang berpotensi menyebabkan kebutaan. Pembulu darah dimata yang rusak
karena diabetes juga meningkatkan risiko gangguan penglihatan, seperti katarak, dan
glaukoma.

b. Keruskan ginjal (nefropati diabetik)

Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa berujung kematian jika tidak
ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal, penderita harus melakukan cuci
darah rutin ataupun transplatasi ginjal.
c. Kerusakan saraf (neuropat diabetik)

Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan saraf di
tubuh, terutama kaki. Rusaknya saraf akan menyebabkan gangguan sensorik, yang
gejalanya berupa kesemutan, mati rasa, atau nyeri.

d. Masalah kaki dan kulit

Komplikasi DM yang juga unum terjadi adalah masalah pada kulit dan luka pada
kaki yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah dan saraf, serta aliran darah
ke kaki yang sangat terbatas. Gula darah yang tinggi sngat mempermudah bakteri
untuk berkembaang biak. Terlebih adanya penurunan kemampuan tbuh untuk
menyembuhkan diri, sebagai akibat dari diabetes.

e. Penyakit kardiovaskuler

Komplikasi DM yang menyerang jantung dan pembuluh darah meliputi penyakit


jantung, stroke, seraangan jantung, dan penyempitan asteri (aterosklerosis)

7. Pemeriksaan Penunjang.

a. Kadar glukosa darah

Table kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring.

Kadar glukosa darah sewaktu mg/dl Kadar glukosa darah puasa mg/dl

Kadar glukosa darah DM belum pasti Kadar glukosa darah DM. Belum pasti

Sewaktu - DM Puasa. DM

Plasma Vena >200. 100-200 Plasma Vena. >120. 90-110

Darah kapiler >200. 80-100 Darah kapiler. >110. 90-110

b. Kriteria diagnostik WHO untuk Diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

1. Glukosa plasma sewaktu >200mg/dl (11,1mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140mg/dl (7,8mmol/L)


3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2jam post orandial (PP)>200mg/dl)

c. Tes Laboratorium.

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik,tes pemantauan terapi
dan tes untuk mendeteksikomplikasi.

c. Tes saring

 GDP, GDS

 Tes glukosa urin :

1. Tes konvesioanal ( metode reduksi / benedict)

2. Tes carik celup( metode glucose oxidase Ihexokinase).

e. Tes diagnostic

Tes-tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS,GD2PP( Glukosa darah 2 jam post
prandial ), Glukosa jam ke 2 TTGO.

f. Tes Monitoring terapi

Tes-tes monitoring terapi DM adalah ;

1. GDP :Plasma vena, darah kapiler.

2. GD2 PP : Plasma vena

3. A1c : daraah vena, darah kapiler.

g. Tes untuk mendeteksi komplikasi

1. Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :

2. mikroalbuminuria : urin

3. ureum, kreatinin, asam urat.

4. kolesterol total : plasma venna ( puasa)


5. kolesterol LDL : Plasma vena ( puasa)

8. Penatalaksanaan

Perkumpulan Endokrinologi indonesia (PERKENI) mengatakan setidaknya ada 4 pilar sukses


pengobatan diabetes melitus.
1. PILAR 1- Pengetahuan tentan diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) ada 2 tipe, yaitu diabetes melitus akibat bawaan (tipe 1) dan
diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi akibat pola gaya hidup dan
perilaku, terutama pola makan dan aktivitas yang kurang. Pola makan yang tinggi gula
menyebabkan seseorang dapat mengidap diabetes melitus tipe 2.

2. PILAR 2- Pola Makan seimbang


pola makan yang seimbang menjadi kunci kesuksesan pengelolaan diabetes melitus. Pada
saat pertama kali didiagnosis diabetes pum, dokter biasanya tidak langsung memberikan
terapi obat. Pengaturan makan dan aktivitas fisik dilakukan selama 2-4 minggu. Bila 2 hal
ini belum cukup mengendalikan glukosa darah, barulah dokter memberikan terapi obat.
Berikut tata cara pola makan seimbang bagi penderita diabetes yang direkomendasiakn
PERKENI:
 Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Jadwal makan tetap 3
kali sehari untuk mencukupi nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Kalau diperlukan, dapat
diberika makanan selingan buah sebagai snack sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari
 Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Asupan lemak yang
melebihi 30% tidak dianjurkan. Asupan kolestrol yang direkomendasikan adalah
<200mg/hari.
 Protein yang dianjurkan adalah 10-20% total asupa energi dalam sehari.
Namaun,protein dapat dibatasi jumlahnya pada penderita diabetes yang sudah
mengalami komplikasi gagal ginjal. Hal ini bertujan agar protein yang dimakan tidak
mebebani ginjal. Sumber protein yang baik adalah berasal dari tumbuhan seperti
kacang-kacangan juga produk laut seperti ikan, udan dan kerang.

3. PILAR 3- Aktif bergerak


a. Aktivitas fisik sehari-hari
Dengan membiasakan pola hidup sehat,kadar glukosa darahpun dapat terkontrol.
Misalnya, membatasi penggunaan kendaraan bermotor dan memiih berjalan kaki.
Begitupun ketika dikantor atau pertokoan hindari penggunaan lift dan naik tangga.
b. Aktivitas rekreasi
Aktivitas rekreasi adalah aktivitas dengan intensitas sedang-tinggi yang dilakukan pada
waktu liburan, biasanya berupa olahraga.
c. Hindari aktivitas sedentari
Aktivitas sedentari adalah aktivitas yang memerlukan energi sedikit. Dalam arti sempit
adalah kegiatan bermalas-malasan. Jadi hindari kagiatan seperti ini contohnya menonton
televisi, menggunakan internet dalam waktu lama, dan main game komputer.
4. PILAR 4-Patuhi pengobatan anda
Kadangkala diet dan aktivitas jasmai belum cukup mengendalikan kadar glukosa darah.
Oleh sebab itu, dokter biasanya meresepkan sejumlah obat tertentu untuk menurunkan
kadar glukosa darah agar normal. Patuhi jadwal dan tata car minum obat. Bila mendapat
suntikan insulin, Anda juga wajib mematuhinya. Pelajari tentang efek penggunaan obat
dapat membantu apabila terjadi kegawat-daruratan diabetes yang mengancam nyawa.

Insulin pada DM Tipe II di perlukan pada keadaan :

a. penurunan bcrat badan yang cepat.

b. hiperglikemia berat yang di semi kctosis

c. ketoasidosis diabetic (KAD) atau hiperklikemia hyperosmolar non ketokit


(HONK).

d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat.

e. gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

f. stress berat ( infeksi sistemik, operasi besar,IMA, Stroke)

g. dengan DM /Diabetes melits gestasional yang tidak terkendali dengan


perencanaan makan.

h. gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

i. kontraindikasi dan atau alergi terhadap terhadap OHO

9. Discharge Planning.

a. lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal

b. kurangin konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat.

c. jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan
menyebabkan fluktuasi ( ketidakstabilan ) kadar zula darah.

d. pelajari mencegah terjadinya infeksi: Kebersihan kaki, hindari perluaan

e. perbanyak konsumsi makan tinggi lemak dan yang mengandung serat, seperti sayuran
dan sereal.

f. hindari konsumsi makan tinggi lemak dan yang mengandung banyak

kolestrol,LDL, antara lain: daging merah,produ susu, kuning telur,mentega


saus salad, makanan pencuci lemak lainya.

B. ASUHAN KEPERAWATAN ( Elin 2009)

1. pengakjian Saat mengkaji data teutang masalah hyperglikemik pada pasien DM tipe 2
Perawat harus mengunakan metode pengkajian inpeksi, palpasi, Auskultrasi, memeriksa
basil leb juga sorta mengukur berat badan, asupan cairan, keluaran cairan dun
pemeriksaan GDS rutin.

a. lakukan pengukajian untuk pemantauan glukosa darah yang tidak adekuat

b. kaji penurunan berat badan pasien

c. kaji kurangnya kepatuhan pada rencana menejemen diabetes.

2. Diagnosa yang mungkin muncul

a. ketidakstabilan kadar glukosa darah yang berhubungan dengan DM( diabetes melitus)
tipe 2.

b. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual -munta.

c. Ketidak patuhan pada rencana penyembuhan berhubungan dengan meneiemen diabetes


Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan NIC:


glukosa darah yang keperawatan 3x24 jam klien dapat
berhubungan dengan DM menunjukkan peningkatan dengan a. Monitoring tanda dan
gejala fisik dan
kriteria hasil: psikologi karena
adanya pemindahan
No Kriteria Awal Target
(anoreksia, cemas,
hasil
depresi, peningkatan
1 Penigkatan 2 5
kebutuhan)
tekanan
b. Bantu individu agar
darah
dapat mengontrol stress
2 Sakit kepala 1 5
yang berlebihan
berat
c. Evaluasi lagi tentang
3. Perubahan 2 5 dampak terjadinya
dalam stress pada pasien
asupan d. Kolaborasi dengan
makanan dokter untuk
4. Peningkatan 1 3 keperawatan
merokok selanjutnya.
5. Gangguan 1 5 NIC:
tidur a. Monitor tekanan
6. Sering 3 4 darah,nadi,suhu dan
buang urine status pernafasan
Ket: dengan tepat.
1 : berat b. Observasi
2 : besar kemungkinan
3 : sedang penyebab terjadinya
4 : ringan perubahan tanda-tanda
5 : tidak ada vital
c. Berikan saran
konsisten dan dapat
diterima tentang
bahaya merokok
d. Monitor pola tidur
pasien dan jumlah jam
tidur
e. Bantu pasien untuk
menghilangkan stress
sebelum tidur
f. Identifkasi obat yang
akan di kmsumsi
pasien.

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC:


kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual- setelah melakukan tindakan a. Monitor
keperawatan selama 3x24 jam kecenderungan
muntah klien menunjukkan terjadinya penurunan
peningkatan dengan kriteria berat badan.
hasil: b. Monitor kalori dan
No Kriteria hasil A T asupan makanan
1. Asupan gizi 1 4 c. Anjurkan pasien
2. Asupan 1 4 terkait dengan kondisi
makanan penyakitnya
3. Asupan lemak, 1 4 d. Atur diet yang di
protein, perlukan yaitu dengan
karbohidrat, dan menyediakan makanan
kalori protein, lemak, dan
4. Rasio berat 1 4 karbohidrat yang
badan/tinggi seimbang.
badan e. Ajarkan pengguna
5. Mengenali 1 4 tehnik non
pencetus mual farmakologi untuk
muntah mual munta
6. Menggunakan 1 4 f. Mendorong pengguna
obat antiemetik teknik non
seperti yang di farmakologi bersama
rekomendasikan dengan tindakan
Ket: pengendalian mual
1 : berat muntah.
2 : sedang g. Monitor efek
4 : sedikit ringan manajemen muntah
secara menyeluruh
h. Beri supplement
nutrisi untuk
mempertahankan berat
badan.
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Kepatuhan pada rencana Setelah dilakukan tindakan NIC:


penyembuhan berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan manajemen stress. pasien sudah dapat a. Monitor kadar glukosa
darah sesuai indikasi
menunjukkan peningkatan b. Monitor tanda dan
dengan kriteria hasil sebagai gejala hiperglikemik
berikut: c. Monitor AGD,
elektrolit dan kadar
No Kriteria hasil A T bethaidroksiburat
1. Menerima 2 5 sesuai yang tersedia
diagnosis d. Monitor TTV pasien
2. Melakukan 2 5 e. Identifikasi
tindakan kemungkinan
pengobatan penyebab
3. Menjalani aturan 2 5 hyperglikemik
pengobatan f. Berikan insulin sesuai
sesuai resep resep
4. Melakukan 2 5 g. Instruksiskan pasien
prosedur benar dan keluarga mengenai
mengurangi pencegahan
kadar glukosa pengenalan tanda-tanda
darah hyperglikemik
5. Menggunakan 2 5 h. Instruksikan pada
catatan harian pasien dan keluarga
terkait dengan mengenai manajemen
kadar glukosa diabetes selama
darah yang periode sakit, termasuk
tinggi. dengan pemberian
6. Menggunakan 2 5 insulin/obat oral
prosedur yang i. Konsultasi dengan
tepat untuk dokter tanda dan gejala
pengelolahan dari hyperglikemi yang
insulin menetap atau
7. Mempertahankan 2 5 memburuk.
berat badan.
Ket:
2 : jarang menunjukkan
5 : seccara konsisten
menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA

Erlin 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :ECG

Suyono 2009. Fungsi sistem tubuh manusia. Jakarta: Widhya Medika

Yuliana elin 2010. ISO Farmakoterapi Edisi 6. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai