Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 4

1. Emiliana Nur Rohmah (4001419011)


2. Ernessa Indah Rotua Sirait (4313419027)
3. Itamara Indah Idamawarti (5302419016)
4. Hazra Ulva (4313419009)
5. Vilia Cristi Ayuningsih (4201419014)
6. Anya Amana Lailani (4101419170)
7. Dela Aprilia Damayanti (4401419061)

KOMENTAR TENTANG PERILAKU MASYARAKAT YANG


TERDAPAT DALAM VIDEO BERKAITAN DENGAN MANAJEMEN
RESIKO TERPADU (IRM) YANG DIKEMBANGKAN OLEH PMI
BERKAITAN DENGAN PILAR 1 DAN 3 KONSERVASI

Video 1 ( Berdamai dengan Sungai)


Berdasarkan video pertama kami sangat setuju dengan tindakan yang
dilakukan oleh tim (PMI) Palang Merah Indonesia Cabang Surakarta yang
merekrut masyarakat sekitar untuk bergabung dalam tim Siaga Bencana Berbasis
Masyarakat (Sibat) salah satunya di wilayah Kelurahan Sewu. Surakarta termasuk
kawasan dataran rendah yang berpotensi memiliki dampak bencana banjir.
Bencana banjir juga makin berpotensi dengan banyaknya sungai yang melintas di
tengah kota. Salah satu wilayah dengan kerawanan tinggi terkena banjir adalah
kampung sewu. Di tempat ini terjadi banjir setidaknya dua kali setiap tahunnya.
Dari komunitas inilah penyebaran berita tentang bencana banjir disampaikan
sehingga masyarakat lebih dapat mempersiapkan akan datangnya bencana dan
meminimalisir kerugaian, selain itu juga pemanfaatan media sosial ini untuk
menangkal berita hoax yang muncul di masyarakat. Perilaku seperti ini berkaitan
dengan pilar 1 konservasi yaitu nilai dan karakter. Keperdulian terhadap sesama
merupakan nilai yang harus di tanamkan kepada setiap individu dan harus melekat
pada karakter anak bangsa.
Berkaitan dengan pilar 3 konservasi yaitu sumber daya alam dan
lingkungan tim SIBAT menjadi tauladan Keperdulian terhadap lingkungan dan
sesama serta keperdulian terhadap alam merupakan nilai yang harus tertanam
pada diri setiap individu. Sebagai tindakan antisipasi komunitas SIBAT menanam
tanaman akar wangi disekitar bantaran sungai bengawan solo, Akar-akar tanaman
ini mampu menahan partikel-partikel tanah sehingga dapat mencegah erosi. Selain
itu tim SIBAT Sewu juga melakukan pembuatan 1000 lubang biopori di seluruh
wilayah kelurahan Sewu. Pembuatan lubang biopori bertujuan untuk resapan air
hujan dan sekaligus bisa menjadi tempat pembuatan kompos dari sampah rumah
tangga. SIBAT juga membagikan 5000 bibit tanaman bunga atau sayur dalam
polybag kepada ibu- ibu PKK. Kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan peran
masyarakat dalam menanam dan merawat tanaman tersebut, sehingga hal ini
tentunya dapat menghemat pengeluaran ibu-ibu untuk berbelanja sayur dan
tentunya sayur yang ditanam mutunya terjamin.
Video 2 (Bersama Kita Tangguh)
Dari video yang sudah kami lihat dan kami telaah. Nusa Tenggara Timur
kaya akan keindahannya, yang berupa barisan bukit dan hamparan pantai. Namun
dibalik keindahannya terdapat juga ancaman bencana alam yang akan terjadi.
Oleh karena itu perlu adanya persiapan untuk mencegahnya. Kami sangatlah
setuju dengan pemerintah daerah yang menerima PMI (Palang Merah Indonesia)
yang bekerjasama dengan Net Nederlandse rode kruis dan Partner For Resilienc
yang mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang Tangguh guna
mempersiapkan ketahanan bencana alam. Meskipun begitu tetap perlu adanya
pendekatan kepada masyarakat, pendekatan yang unik dengan memadukan 3 hal
utama. Adaptasi Perubahan Iklim, Manajemen Ekosistem dan Restorasi, dan
Pengurangan Risiko Bencana.
Apabila kita kaitkan dengan pilar 1 konservasi yaitu Keanekaragaman
Hayati. Dalam video tersebut adalah Pembudidayaan sorgum sebagai sumber
ketahanan pangan. Pemeliharaan daerah pesisir dengan cara mitigasi penanaman
nyamplung, tanaman mangrove, dan jenis tanaman pantai lainnya. Penghidupan
berkelanjutan yaitu penanaman bahan makanan guna mencukupi kebutuhan hidup
yaitu pangan. Tim relawan yang membantu masyarakat dalam setiap kegiatan
guna memberikan pengetahuan dan dapat diterapkan dalam kehidupan. Relawan
adalah sebuah panggilan untuk membantu sesama dan mengabdi untuk kegiatan
kemanusiaan tanpa pamrih.
Pilar yang ketiga yaitu Pengelolaan Limbah. Di daerah NTT para relawan
PMI juga memberikan pelatihan pemanfaatan limbah menjadi barang pakai atau
karya. Melalui kegiatan komunitas. Pemanfaatan barang bekas menjadi karya seni
dan dapat mengurangi sampah yang ada di lingkungan daerah tersebut. Serta
menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi bencana alam. Selain para relawan,
terdapat juga Tim Siaga Berbasis Masyarakat ( Tim SIBAT). Tim SIBAT menjadi
ujung tombak dan pergerakan motivasi untuk menanggulangi risiko bencana alam.
Video 3 (Cermin Masyarakat Tangguh dan Berdaya)
Dari video 3 yang kami lihat dan kami telaah, beberapa desa di Kabupaten
Demak kehilangan ratusan tambak pada tahun 1990. Dengan hilangnya tambak-
tambak itu, banyak bencana yang mengintai desa tersebut. Bencana yang paling
bahaya yaitu abrasi dan air pasang. Abrasi sangat mengganggu kehidupan
masyarakat karena abrasi menyebabkan terkikisnya tanah dan juga menyebabkan
perekonomian masyarakat terganggu. Oleh karena itu dilakukan penanaman
tumbuhan mangrove. Tumbuhan mangrove yang ditanam bermanfaat untuk
mengurangi abrasi dan juga memicu adanya biota laut seperti kepiting, udang,
kerang, ikan, dan lain-lain. Budidaya merupakan lahan untuk mencari nafkah di
desa tersebut.
Jika kita kaitkan dengan pilar pertama konservasi yaitu nilai dan karakter,
dalam video tersebut disebutkan bahwa penanaman tumbuhan mangrove
dampaknya tidak hanya menahan abrasi tetapi juga membantu perekonomian
masyarakat karena banyak biota laut yang menjadikan akar tumbuhan mangrove
sebagai tempat tinggal, contohnya seperti kepiting. SIBAT dan masyarakat
berinisiatif untuk membudidayakan kepiting tersebut di kerambah agar dapat
dijual dan uang yang didapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
SIBAT mempunyai tujuan untuk mencerdaskan masyarakat desa dengan ilmu-
ilmu yang mereka miliki. SIBAT juga menjadi contoh atau panutan bagi
masyarakat karena mereka mempunya loyalitas yang tinggi, kejujuran, dan
komitmen dalam bekerja.
Jika kita kaitkan dengan pilar ketiga konservasi yaitu sumber daya alam
dan lingkungan, dalam video tersebut PMI Kabupaten Demak berkolaborasi
dengan American Red Cross untuk membuat green belt dengan cara menanam
tumbuhan mangrove sepanjang pesisir pantai untuk menahan abrasi. Selain
mencegah abrasi, tumbuhan mangrove juga berguna dalam pelestarian biota laut
karena banyak biota laut yang hidup diantara akar-akar tumbuhan mangrove.
Karena penanaman tumbuhan mangrove ini memiliki banyak manfaat, SIBAT
mendorong pengurus desa agar segera mengeluarkan peraturan tentang
pemeliharaan tumbuhan mangrove agar tidak dibabat habis oleh oknum yang
tidak bertanggung jawab.
Video 4 (Kota Tangguh)
Dari vidio tersebut kami sangat setuju dengan adanya program kota
tangguh. Posisi indonesia ditengah cincin api pasifik memang mendatangkan
risiko bencana alam. Tidak ada kota yang brbas dari bencana, baik bencana banjir,
longsor,kekeringan, letusan gunung berapi,gemoa bumi, tsunami hingga
likuefaksi. Terutama zona yang rawan bencana harus bebas dari bangunan dan
pemukiman.

Jika dikaitkan dengan tiga pilar konservasi yaitu nilai dan karakter, dalam
vidio tersebut dikawasan tropis banyak menyimpan kekayaan alam. Namun
potensinya kuat akan bencana, setiap bencana akibanya kerugian yg sangat besar.
Kami setuju dalam hal inilah membuat program kota tangguh tujuannya adalah
mempertemukan pihak yg sama untuk mempersiapkan masyarakat indonesia
dalam menghadapi bencana. Akan tetapi progaram kota tangguh ini akan terwujud
jika ada kontribusi baik dari masyarakat.

Jika dikaitkan dengan pilar kedua yaitu seni dan budaya dengan dibuat
program kualisi kota tangguh yg artinya kerja sama dilakukan oleh PMI seperti
pemerintah daerah, masyarakat baik individual atau berkelompok. Kualisi ini
terdapat didua kota yaitu semarang dan ternate, disemarang dengan kerentanan
bencana banjir, tanah longsor, sedangkan diternate bencana seperti letusan gunung
berapi. Dalam hal ini akan melakukan pencegahan yang bisa diatasi dari kota
semarang seperti pemasangan alat peringata dini, pengiraan tanda rute evaliasi,
pengiraan keadaan posko dan renovasi dikelurahan wonosari dan perbaikan rute
didaerah kelurahan kalipancur. Pada pencegahan yg dilakukan di ternate yaitu
pertolonga pertama, pengenalan dan sosialisali pemanfaatan pengelolaan sampah
disekolah. Dengan ini kita dapat menjaga atau melestarikan kearifan lokal daerah
yang rwan bencana tersebut.

Dan jika dikaitkan dengan pilar ketiga yaitu sumber daya alam dan
lingkungan. Masyarakat dapat bekerja sama yg baik, bertindak inovatif dan
kreatif supaya lingkungan tetap tersedia, terjaga, terawat oleh apa yang dilakukan
masyarakat. Disini dapat dilihat dari kesadaran masyarakat dalam menyikapi
bencana alam ini.

Video 5 (Membangun Desa Tangguh Bencana)

Kami setuju dengan adanya pelaksanaan pembuatan desa tangguh


bencana, seperti pada video tersebut masalah yang kerap terjadi adalah bencana
alam berupa banjir yang juga menyebabkan terjadinya tanah longsor. Pembuatan
desa tangguh bencana diharapkan mampu mengatasi permasalahan ini, karena
bencana alam yang datang menyebabkan kerugian bagi masyarakat. Terlihat pada
video bahwa area di sekitar tempat terjadinya banjir digunakan masyarakat untuk
bercocok tanam, tentu saja jika banjir datang maka warga sekitar akan mengalami
kerugian. Banjir ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu curah hujan yang tinggi
dan penebangan pohon yang tidak terkendali. PMI pun memberikan solusi dengan
mengadakan penanaman pohon aren di sekitar daerah rawan banjir tersebut,
dengan alasan pohon aren tidak orang untuk melakukan pencurian dan akar pohon
aren yang banyak dan luas dapat membantu tanah menahan aliran air pada saat
hujan.
Jika dikaitkan dengan pilar pertama konservasi Universitas Negeri
Semarang yaitu nilai dan karakter di dalam video tersebut dijelaskan bahwa selain
mencegah banjir, penanaman pohon aren juga memberikan nilai ekonomis bagi
masyarakat sekitar karena buahnya dapat diperjualbelikan dan akan memberikan
keuntungan bagi masyarakat. Kemudian untuk nilai karakter dikatakan bahwa
PMI merekrut volunter untuk melakukan kegiatan penanaman pohon aren ini
yaitu dengan mengajak warga sekitar untuk berpartisipasi dan dibentuk yang
namanya CBAT (Community Based Action Team). Hal ini dilakukan dengan
tujuan mengembangkan kapasitas masyarakat dan melakukan konservasi alam.
Untuk mengedukasi dan mensosialisasikan kegiatan ini kepada masyarakat PMI
memberikan bekal tentang first aid skill.
Kemudian jika dikaitkan dengan pilar ketiga yaitu Sumber Daya Alam
(SDA) dan lingkungan kami mengaitkan hal itu dengan fungsi penanaman pohon
aren untuk mencegah banjir dan tujuan kegiatan untuk membangun desa tangguh
bencana. Selain itu, penggunaan pupuk organik untuk merawat pohon aren juga
merupakan upaya untuk melestarikan lingkungan dan mengoptimalkan sumber
daya yang tersedia seperti daun-daun kering yang biasanya dianggap sebagai
sampah diubah menjadi pupuk yang bermanfaat.
Video 6 (Menanam Pohon Harapan)
Kami setuju dengan adanya pelaksanaan penanaman pohon harapan,
seperti yang ditampilkan dalam video penanaman pohon harapan yang berupa
penanaman pohon mangrove yang diharapkan dapat mencegah ataupun
mengurangi dampak dari bencana alam berupa abrasi. Jika dikaitkan dengan pilar
pertama konservasi Universitas Negeri Semarang yaitu nilai dan karakter di dalam
video tersebut di jelaskan bahwa selain untuk mencegah abrasi dan pemulihan
ekosistem, penanaman pohon mangrove ini juga menjadi nilai ekonomis bagi
penduduk sekitar karena pohon mangrove ini dapat di perjual belikan dan
uangnya sebagai pemasukan uang kas. Kemudian untuk nilai karakter sendiri di
dalam video juga di sebutkan bahwasanya terdapat Center For Mangrove
Education (CFME) yang didirikan sebagai sarana pendidikan mangrove
dikalangan umum baik itu pelajar, masyarakat, pemerintah, maupun sektor
lainnya. Menurut kami, pendidikan tentang mangrove baik di kalangan pelajar
maupun masyarakat ini sesuai dengan pilar konservasi yaitu karakter, kegiatan ini
sebagai pembentukan karakter penjagaan serta pelestarian lingkungan yang
memang sebaiknya ditanamankan dalam usia dini. Kemudian, sebagai pilar ke-
tiga konservasi Universitas Negeri Semarang yaitu Sumber Daya Alam (SDA)
dan lingkungan kelompok kami mengaitkan hal itu dengan fungi penanaman
pohon mangrove ini sendiri yaitu sebagai pencegahan abrasi serta sebagai
pelestarian dan perbaikan ekosistem di sekitarnya. Menurut kami jika abrasi tidak
di cegah lama kelamaan daratan akan semakin hilang atau terkikis. Maka dati itu
kita perlu menjaga dan melestarikan alam sekitar, seperti yang ada di dalam video
bahwasanya kita tidak hanya menanam begitu saja tetapi juga merawat tamannya
dengan cara pengecekan, pemilihan tumbuhan yang hidup dan mati, serta pada
pohon mangrove dapat juga dilakukan penegakan tanaman yang mungkin roboh
terkena angin dan air hujan.

Video 7 (Harmoni Bencana: Manfaat Rumput Vetiver dalam Mitigasi


Bencana)
Dari video 7 yang sudah kami lihat, kami setuju dengan adanya
penanaman tanaman vetiver atau yang dikenal dengan akar wangi. Dalam video
terlihat jika tanaman vetiver memiliki akar yang kuat dan dapat menahan longsor
dan banjir, sehingga dengan adanya penanaman tanaman tersebut dapat digunakan
untuk mencegah terjadinya longsor. Bencana longsor merupakan bencana yang
terjadi tiap tahun khususnya saat musim penghujan, sehingga penting untuk
menanam tanaman vetiver agar mengurangi terjadinya bencana longsor yang
terjadi tiap tahun.
Jika dikaitkan dengan pilar pertama konservasi Universitas Negeri
Semarang yaitu nilai dan karakter, tindakan menanam tanaman akar wangi dapat
menumbuhkan nilai karakter bagi semua orang yang melakukannya, salah satunya
yaitu nilai karakter kepedulian, yaitu kepedulian terhadap alam dan orang lain.
Telah kita ketahui bahwa longsor merupakan bencana alam yang berbahaya dan
dapat merenggut banyak jiwa, oleh karena itu dengan tindakan menanam tanaman
akar wangi merupakan bentuk kepedulian kita untuk mencegah terjadinya longsor.
Selain nilai karakter peduli, tindakan menanam tanaman akar wangi tersebut juga
dapat menumbuhkan nilai karakter inspiratif, dimana bagi orang yang melakukan
penanaman tersebut memberikan kesadaran bai orang lain lewat tindakannya
untuk peduli dalam mengatasi kemungkinan terjadinya longsor dengan
menggalakkan tindakan menanam tanaman akar wangi.
Kemudian jika dikaitkan dengan pilar ketiga konsrvasi Universitas Negeri
Semarang yaitu sumber daya alam dan lingkungan, hal tersebut terlihat jelas
dalam pelestarian dan penanaman tanaman akar wangi atau tanaman vetiver yang
dapat menahan longsor dan banjir. Dengan pelestarian dan penanaman tanaman
akar wangi tersebut merupakan sebuah tindakan agar lingkungan tetap terawat,
terjaga, dan terhindar dari bencana khususnya bencana tanah longsor.

Anda mungkin juga menyukai