Kasus Malpraktek Kelompok 7
Kasus Malpraktek Kelompok 7
Disusun oleh :
KEDIRI
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Pasal 13
a. Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di Rumah Sakit
wajib memiliki Surat Izin Praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
b. Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib
memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.
d. Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan
sebagaimana `dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak:
a. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
b. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
c. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
d. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
e. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
f. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun
di luar Rumah Sakit;
g. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
h. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
i. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana;
Pasal 37
a. Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit harus
mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.
b. Ketentuan mengenai persetujuan tindakan kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
Rumah Sakit.
D. Solusi
Dengan melihat faktor-faktor penyebab dan juga segala macam sanksi
hokum serta segala macam pelanggaran kode etik atas kasus yang kami
ambil dalam hal ini kesalahan pemberian atau pemasangan gas setelah
operasi pembedahan tulang di atas maka pencegahan terjadinya malpraktek
harus dilakukan dengan melakukan perbaikan sistem, mulai dari pendidikan
hingga ke tata-laksana praktek kedokteran.
Pendidikan etik kedokteran dianjurkan dimulai lebih dini sejak tahun
pertama pendidikan kedokteran, dengan lebih ke arah pembuatan keputusan
etik, memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam
berbagai situasi-kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics), sehingga cara
berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari
pembuatan keputusan medis sehari-hari dan juga perlu terus ada pelatihan
dan pengenalan akan segala macam alat ataupun obat yang harus dipakai
dalam pelaksanaan profesi kedokteran ataupun semua tenaga pelayanan
kesehatan agar kesalahan dalam diagnosis atau kesalahan dalam pemberian
obat dapat diminimalisir . Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik
belum tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila
teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang dengan situasi
ideal dalam pendidikan.
Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat
dibendung dengan memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap
etis dan profesional dokter. Diyakini bahwa hal ini adalah bagian tersulit
dari upaya sistemik pencegahan malpraktek, oleh karena diperlukan
kemauan politis yang besar dan serempak dari masyarakat profesi
kedokteran untuk mau bergerak ke arah tersebut. Perubahan besar harus
dilakukan.
Undang-undang Praktik Kedokteran diharapkan menjadi wahana yang
dapat membawa kita ke arah tersebut, sepanjang penerapannya dilakukan
dengan benar. Standar pendidikan ditetapkan guna mencapai standar
kompetensi, kemudian dilakukan registrasi secara nasional dan pemberian
lisensi bagi mereka yang akan berpraktek. Konsil harus berani dan tegas
dalam melaksanakan peraturan, sehingga akuntabilitas progesi kedokteran
benar-benar dapat ditegakkan. Standar perilaku harus ditetapkan sebagai
suatu aturan yang lebih konkrit dan dapat ditegakkan daripada sekedar kode
etik. Demikian pula standar pelayanan harus diterbitkan untuk mengatur
hal-hal pokok dalam praktek, sedangkan ketentuan rinci agar diatur dalam
pedoman-pedoman. Keseluruhannya akan memberikan rambu-rambu bagi
praktek kedokteran, menjadi aturan disiplin profesi kedokteran, yang harus
diterapkan, dipantau dan ditegakkan oleh Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI). Profesional yang “kotor” dibersihkan dan
mereka yang “busuk” dibuang dari masyarakat profesi.
Ketentuan yang mendukung good clinical governance harus dibuat
dan ditegakkan. Dalam hal ini peran rmah sakit sangat diperlukan. Rumah
sakit harus mampu mencegah praktek kedokteran tanpa kewenangan atau di
luar kewenangan, mampu “memaksa” para profesional bekerja sesuai
dengan standar profesinya, serta mampu memberikan “suasana” dan budaya
yang kondusif bagi suburnya praktek kedokteran yang berdasarkan bukti
hokum dank ode etik yang berlaku.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malpraktek dalam bidang orthopedy adalah suatu tindakan kelalaian
yang dilakukan oleh dokter atau petugas pelayanan kesehatan yang bertugas
melakukan segala macam tindakan pembedahan khususnya pembedahan
pada tulang. Dimana dalam kasus ini si pasien yang pada awalnya hanya
mengalami masalah pada tulangnya pada akhirnya harus menghembuskan
nafasnya untuk terakhir kalinya hanya karena kesalahan pemberian gas
setelah operasi.
Kelalaian fatal ini bisa dikatakan terjadi karena kurangnya ketelitian
dari dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam pemberian pelayanan
kesehatan terhadap pasien. Kelalaian ini juga bisa disebabkan karena
manejemen rumah sakit yang kurang tertata baik, pendidikan yang dimiliki
petugas yang mungkin masih minim serta banyak lagi faktor yang lainnya.
Karena tindakan tersebut tidak hanya melangar hukum, kode etik
kedokteran dan juga standar berperilaku dalam suatu agama tetapi bahkan
sampai menghilangkan nyawa seseorang maka perlu ada jalan keluarnya
yakni dengan cara; pembenahan majemen rumah sakit, meningkatkan
ketelitian dalam menjalankan profesi kedokteran serta memperdalam segala
macam pengetahuan tentang berbagai macam tindakan pelayanan kesehatan.
B. Saran
Bagi semua oranng yang bertugas sebagai pelayan kesehatan dan juga
bagi penulis serta siapa saja yang nantinya akan menjadi seorang pelayan
yang bergerak di bidang kesehatan, hendaknya bisa menggunakan waktu
yang masih ada semaksimal mungkin untuk mempelajari semua hal yang
berkaitan dangan tugas kita nantinya, agar segala macam tindakan
pelanggaran ataupun kelalaian dapat diminimalisir atau kalau bisa
dihilangkan.