Di susun oleh :
Kelas 3B
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri
(Ruhyanudin, 2007 ).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi
sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa
muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa
bermanfaat ( Gleadle, 2005 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke,
aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan
angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka
yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang
dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam
jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama
buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika
angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering
buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,
muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
E. PATHWAYS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun
HIPERTENSI
Retensi
natrium
Oedem
Gangguan
keseimbangan
volume cairan
Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
F. PENATALAKSANAAN
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis
seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)
2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor mata), gerakan
fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ; Nathea, 2008)
adalah sebagai berikut:
Tn. A berusia 68 tahun datang ke posyandu dengan keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu,
saat ini penyakit yang di rasakan oleh klien adalah hipertensi TD: 160/90 mmHg, N: 87 x/menit ,
S : 36,7 oC, RR: 20 x/menit, BB: 45 kg klien bisa makan, BAB&BAK, berpindah, pergi ke
toilet, berpakaian dan mandi secara mandiri tanpa bantuan, klien tidak mengalami sukar tidur
klien merasa gelisah dan khawatir akan penyakitnya dan klien mengatakan tidak pernah murung
karena selalu di temani oleh istri dan cucunya. Klien mengalami penurunan daya ingat sehingga
ketika ditanya tanggal berapa hari ini, hari apa sekarang, siapa presiden sekarang dan siapa
presiden sebelumnya klien tidak bisa menjawab . Skor MMSE yang di dapat adalah 21 dan skor
Barthel indeks klien adalah 130.
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Tn”A”
Umur : 68 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Desa Rerot, Bagek Polak, Labuapi
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Keluarga yang dapat dihubungi : Ny”A”
Riwayat pekerjaan kelurga : Buruh Batu
2. RIWAYAT KESEHATAN
2.1 Keluhan Utama : Pusing
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat melakukan pengkajian klien datang ke posyandu dengan keluhn sakit
kepala sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa
kaku kuduk, sakitny dating sewaktu-waktu, klien tampak memegang kepalanya,
sebelumnya klien pernah berobat ke dukun tetapi tidak ada perubahan, klien juga
mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur, klien bertanya-tanya tentang
penyakitnya, dan saat ini penyakit yang di rasakan oleh klien adalah hipertensi.
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri sendi dan gatal-gatal 3 bulan terakhir
ini,
3. STATUS FISIOLOGIS
3.1 Postur tulang belakang : postur tulang belakang klien saat berjalan tegap.
3.2 Tanda-tanda vital klien
TD : 160/90 mmHg
N : 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR : 20 x/menit
BB : 45 kg
3.3 Pengkajian Head to Toe
a. Kepala
Normocephalus, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka, tidak
ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.
b. Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak menggunakan kaca mata, tidak
ada nyeri dan tidak ada benjolan.
c. Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada secret
pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.
d. Mulut dan Tenggorokan
Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada peradangan,
gigi tampak kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak ompong, sudah hilang tiga,
mengalami kesulitan saat mengunyah dan tidak ada kesulitan saat menelan.
e. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan,
tidak nyeri tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak ada benjolan,
pendengaran masih bagus
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan vena
jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat (kaku kuduk).
g. Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
i. Genetalia
Tidak terkaji
j. Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4
k. Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan pada kulit.
4. PENGKAJIAN PERKEMBANGAN UNTUK LANSIA
4.1 Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari tempat duduk
baik kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
Setelah berdiri klien berhenti sejenak lalu berjalan, saat duduk klien tampak duduk secara
perlahan, pandangan mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian
belakang, saat mengambil sesuatu klien tampak perlahan-lahan dan terkadang dibantu,
klien merasakan nyeri pinggang saat membungkukkan badan.
4.2 Komponen gaya berjalan dan gerakan
Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu seperti tongkat,
melangkah secara hati-hati dan perlahan, jalan tampak sempoyongan.
5. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya baik, selalu berkumpul dengan
anak-anaknya karena ke empat anaknya tinggal bersama, klien juga mengatakan
terkadang berinterakasi dengan tetangga sekitar rumahnya.Komunikasi dengan tetangga
sekitar masih bagus dan baik, emosi terkadang tidak stabil jika banyak pikiran, klien
kooperatif saat diajak bicara dan memberikan umpan balik dari sesuatu yang sedang
dibicarakan.
6. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN
Katz Indeks
1. Mandi √
2. Berpakaian √
3. Ke Kamar Kecil √
4. Berpindah Tempat √
5. BAK/BAB √
6. Makan/Minum √
Keterangan : klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain.
Barthel Indeks
130 : Mandiri
60 : Ketergantungan total
Pertanyaan :
JUMLAH Benar : 6
Salah : 4
Interpretasi :
Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan hasil 7 benar
dan 3 salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual Tn”A” kerusakan ringan.
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1)
Total nilai 30 18
Interpretasi hasil :
Dari hasilMMSE (Mini Mental Status Exam)di dapatkan hasil 21 ini menunjukkan
bahwah Tn”A” mengalami gangguan kognitif sedang.
Klien mengatakan tidak pernah merasa sedih dan selalu merasa ceria, klien tidak
pernah berkecil hati tentang masa depan karena klien merasa senang tinggal bersama
cucu dan istrinya, klien tidak pernah merasa gagal dalam membimbing anak-anaknya
karena berhasil dalam menjadi kepala keluarga, klien juga merasa puas dengan
keadaannya yang sekarang, klien mengatakan cepat lelah apabila melakukn aktivitas
yang berlebihan.
DO:
Peningkatan
- Klien tampak sering tekanan vaskuler serebral
memegangi kepalanya
- Lien tampak lemah
- Skala nyeri 5 (0-10)
sedang.
- TTV
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
BB: 45 kg
a. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskuler serebral di
tandai dengan klien Mengeluh pusing kepala dan leher bagian belakang terasa berat dan
sakit/nyeri, pusing dirasakan terutama saat berjalan, skla nyeri 5, Klien tampak sering
memegangi kepalanya, penglihatan kabur, TTV : TD :60/90 mmHg, N:87 x/menit,
S: 36,7 oC, RR: 20 x/menit, BB: 45 kg.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi mengenai penyakit dan
terapi di tandai dengan klien mengatakan kurang tahu tentang penyakit hipertensinya,
klien tampak sering bertanya tentang penyakitnya TTV : TD:60/90 mmHg, N:87 x/menit,
S: 36,7 oC, RR: 20 x/menit, BB: 45 kg.
c. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
4. Untuk
menghindari
inssiden kecelakaan
atau terjatuhnya
4. Bantu pasien dalam karena klien pusing.
ambulasi sesuai
kebutuhan. 5. Mengurangi atau
menghilangkan
sakit kepala.
5. Menambah
pengetahuan klien
sehingga klien bisa
5. Berikan pendidikan mencegah dan
kesehatan tentang cara mengatasi
mencegah dan mengatasi hipertensi.
hipertensi.
6. Untuk
menghindari
peningkatan
tekanan darah.
6. Anjurkan klien untuk
tidak mengonsumsi
makanan dan minuman
yang dapat meningkatkan
tekanan darah. 7. Mengetahui
sejauh mana klien
7. Evaluasi tingkat mengetahui dan
pengetahuan klien. memahami tentang
penyakitnya
Hari/Tgl No
Implementasi Respon hasil Paraf
/Jam Dx
4. Memberikan
penjelasan cara untuk 5. Obat sudah diberikan
meminimalkan aktivitas ke pasien dan
vasokontriksi seperti menjelaskan cara
mengejan saat BAB, penggunaan obat dan efek
batuk panjang dan samping obat, klien
membungkuk tampak mengerti dengan
. penjelasan perawat.
5. Memberikan terapi
obat sesuai indikasi :
captopril 12,5 mg 1x1.
selasa 2 1. Menjelaskan 1. Klien tapak
pengertian hipertensi mendengar pnjelasan
11-03-14 kepada pasien perwat
2. Menjelaskan kepada 2. Klien tampak
16.30
klien tentang pentingnya mendengarkan dan
menjaga lingkungan memperhatikan saat
yang tenang. diberikan penjelasan oleh
perawat, dank lien
3. Berdiskusi atau mengerti.
memberitahu klien 3. Klien mengerti dengan
tentang obat-obatan penjelasan yang diberikan
nama obat yang oleh perawat dank lien
diberikan captopril 12,5 mengatakan akan
mg diminum 1x1 setelah meminum obatnya secara
makan, teratur.
E. EVALUASI
No
Hari/Tgl/jam Catatan Perkembangan Paraf
Dx
Sabtu 1 S:
15-03-2014 - Klien mengatakan sudah tidak
11.00 pusing lagi
O:
- Keadaan umum klien baik
- Klien tampak rileks
- Tanda-tanda vital klien dalam batas
normal
- TTV : TD : 140/80 mmHg,
N : 84x/menit,
S : 36,5oC,
RR : 20x/menit.
A:
- Masalah keperawatan gangguan
nyaman nyeri dapat teratasi
P : intervensi dihentikan
I:
- Anjurkan klien untuk tetap
mempertahankan kesehatannya
- Anjurkn klien untuk diet rendah
garam
- Anjukan klien untuk istirahat cukup
S:
- klien mengatakan sudah tau apa itu
hipertensi, dan penyebab terjadinya
hipertensi
O:
- keadaan umum klien baik
- klien tampak mengerti, menyebutkan
penyebab yang memperberat hipertensi
- klien tampak mau mengikuti saran
perawat
- TTV dalam batas normal
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/mnt
S : 36,7 oC
RR : 20x/mnt
2
A:
- masalah keperawatan kurang
pengetahuan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
I:
- Kaji tingkat pengetahuan klien
- Berikan penyuluhan mengenai
penyakitnya
- Evaluasi tingkat pengetahuan setiap
selesai member penyuluhan.
S:
3 - Klien mengatakan makan makanan
yang sama dengan keluarganya
- Klien mengatakan tidak bia makan
tampa garam
O:
- Keadaan umum klien baik
- Tidak ada tanda-tanda edema
A:
- maslah keperawatan resiko kelebihan
volume cairan dapat teratasi
P:
- intervensi di hentikan
I:
- anjurkan klien untuk batasi asupan
cairn jika terjadi oedema
- anjurkan klien untuk membatasi
konsumsi rendah garam
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas
glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas
fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan,
disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih
dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat
dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan
insulin terutama pada post reseptor.
Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam
dua besar :
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dan lain-lain.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus. Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan
keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk
mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil,
dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan
oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah
bagian dari proses penuaan itu sendiri.
C. KLASIFIKASI
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1. Mudah terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan harus dengan insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus
5. Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7. Didapatkan antibodi sel islet
8. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
D. PATOFISIOLOGI
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh
aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
DM Tipe 1 DMTipe 2
Defisiensi insulin
Kekurangan volume
cairan
Nyeri Akut
E. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang
ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi
polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan
saraf.
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni :
penatalaksanaan secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan
secara medis adalah sebagai berikut:
a) Obat Hipoglikemik oral
1. Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan
ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas,
karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang
berlebihan. Obat – obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
- Glibenklamida (5mg/tablet).
- Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
- Glikasida (80 mg/tablet).
- Glikuidon (30 mg/tablet).
2. Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada
pasien dengan kelebihan berat badan.
3. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan,
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien
dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b) Insulin
1. Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah
Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan
obat – obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi
dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana
sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita
hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2. Jenis Insulin
a) Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.
b) Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c) Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
d) Sedangkan untuk penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut:
- Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan.
Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih
dari 50 % pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya
mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68
% karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein. Karena itu diet yang tepat
untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak menjadi
berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi
karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi
serat.
- Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat
insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat
badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM
melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan
olahraga yang berat – berat.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
a. Komplikasi akut
- Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang
berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk
sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh
infeksi ( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah
retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah
baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan
dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan
ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis
yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-
Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan
hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic
yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
4) Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi
bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan
ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia,
dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki
mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan
makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik
oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin
eksogen atau hipoglikemik oral.
4. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2. Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
1. Timbang berat badan sesuai indikasi.
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
2. Tentukan program diet, pola makan, dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan klien.
R/ Mengidentifikasikan kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
3. Auskultrasi bising usus, catat nyeri abdomen atau perut kembung, mual,
muntah dan pertahankan keadaan puasa sesuai inndikasi.
R/ Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit menurunkan
motilitas atau fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik).
4. Berikan makanan cair yang mengandung nutrisi dan elektrolit. Selanjutnya
memberikan makanan yang lebih padat.
R/ Pemberian makanan melalui oral lebih baik diberikan pada klien sadar dan
fungsi gastrointestinal baik.
5. Identifikasi makanan yang disukai.
R/ Kerja sama dalam perencanaan makanan.
6. Libatkan keluarga dalam perencanaan makan.
R/ Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.
14. Kolaborasi :
2. Berikan terapi cairan sesuai indikasi :
Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respon klien secara individual.
15. Albumin, plasma, atau dekstran.
R/ Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan jika mengancam jiwa atau
tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha rehidrasi yang
telah dilakukan.
16. Pasang kateter urine.
R/ Memberikan pengukuran yang tepat terhadap pengeluaran urine terutama
jika neuropati otonom menimbulkan retensi atau inkontinensia.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi komplikasi.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukan peningkatan integritas kulit
2. Menghindari cidera kulit
Intervensi :
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,turgor,vaskuler,perhatikan
kemerahan.
R/ Menandakan aliran sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan infeksi
2. Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan pada tonjolan tulang
R/ Menurunkan tekanan pada edema dan menurunkan iskemia
3. Pertahankan alas kering dan bebas lipatan
R/ Menurunkan iritasi dermal
4. Beri perawatan kulit seperti penggunaan lotion
R/ Menghilangkan kekeringan pada kulit dan robekan pada kulit
5. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
R/ Mencegah terjadinya infeksi
6. Anjurkan pasien untuk menjaga agar kuku tetap pendek
R/ Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh karena garukan
7. Motivasi klien untuk makan makanan TKTP
R/ Makanan TKTP dapat membantu penyembuhan jaringan kulit yang rusak
4. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1. Klien dapat mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit
yang mempengaruhi toleransi aktivitas.
3. Klien dapat mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
4. Klien dapat menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1. Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
R/ Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun klien sangat lemah.
2. Diskusikan penyebab keletihan seperti nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur,
peningkatan upaya yang diperlukan untuk ADL.
R/ Dengan mengetahui penyebab keletihan, dapat menyusun jadwal aktivitas.
3. Bantu mengidentivikasi pola energi dan buat rentang keletihan. Skala 0-10 (0
= tidak lelah, 10 = sangat kelelahan)
R/ Mengidentifikasi waktu puncak energi dan kelelahan membantu dalam
merencanakan akivitas untuk memaksimalkan konserfasi energi dan
produktivitas.
4. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa
diganggu.
R/ Mencegah kelelahan yang berlebih.
5. Pantau nadi , frekuensi nafas, serta tekanan darah sebelum dan seudah
melakukan aktivitas.
R/ Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
6. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kebutuhan.
R/ Memungkinkan kepercayaan diri/ harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi.
7. Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan gejala yang menunjukkan
peningkatan aktivitas penyakit dan mengurangi aktivitas, seperti demam,
penurunan berat badan, keletihan makin memburuk.
R/ Membantu dalam mengantisipasi terjadinya keletihan yang berlebihan.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda
infeksi
Kriteria hasil :
1. Tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesia.
2. Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan sperti demam, kemerahan,
adanya pus pada luka, sputum purulen, urine warna keruh atau berkabut.
R/ Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan
keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
R/ Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
R/ Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi meddia terbaik dalam
pertumbuhan kuman.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah
tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dan tetap kencang.
R/ Sirkulasi perifer bisa terganggu dan menempatkan pasien pada peningkatan
risiko terjadinya kerusakan pada kulit.
5. Berikan tisue dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau untuk
penampungan sputum atau secret yang lainnya.
R/ Mengurangi penyebaran infeksi.
6. Kolaborasi
a. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi.
R/ Untuk mengidentifikasi adanya organisme sehingga dapat memilih atau
memberikan terapi antibiotik yang terbaik.
7. Berikan obat antibiotik yang sesuai
R/ Penanganan awal dapat mambantu mencegah timbulnya sepsis.
KASUS DM
Tn.S berusia 70 tahun,datang ke posbindu dengan keluhan kedua kakinya terasa kesemutan
namun tidak mati rasa keluhan ini di rasakan sejak 3 bulan yang lalu.klien juga mengatakan
bahwa ia mempunyai riwayat penyakit DM dan kolestrol tinggi sejak 5 tahun yang lalu.klien
mengatakan sudah minum obat untuk DM dan kolestrol namun tidak rutin.Tn.S juga mengatakan
masih suka makan gorengan,makanan bersantan,dan minum yang manis.TD : 130/80 mmHg
,Nadi : 82 x/menit , respirasi : 23 x/menit, suhu : 36,5 °C.
Tn.S tinggal di rumah bersama dengan istrinya.selama ini Tn.S aktif dalam hal pemenuhan
ADL,fungsi intelektualnya masih bagus.
Tn.S bisa makan minum,BAB & BAK,berpindah,pergi ke toilet,perpakaian dan mandi secara
mandiri tanpa bantuan.klien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur,Klien mengatakan
tidak merasa gelisah dan khawatir dan klien mengatakan tidak pernah mengurung diri, klien
selalu ditemani oleh istri dan cucunya.
Ketika pengkajian SPMSQ klien menjawab semua pertanyaan, kecuali predisen saat ini,presiden
sebelum nya,dan pengurangan bilangan klien tidak bisa menjawab. Skor MMSE yang di dapat
adalah 22 dan skor barthel indeks klien adalah 130.
G. RIWAYAT REKREASI
Klien mengatakan tidak pernah berpergian jauh. Sehari-hari klien menghabiskan waktu di
dalam rumah, klien mengisi waktu luang dengan membaca majalah.
Barthel Indeks
No Kriteria Skor Keterangan
1. Makan 10 Frekuensi 3 x sehari
No Kriteria Skor Keterangan
5 : bantuan Jumlah 1 piring/sekali
10 : mandiri makan
Jenis nasi, sayur, lauk
2. Minum 10 Frekuensi 5 x sehari
5 : bantuan Jumlah ± 1000 cc
10 : mandiri Jenis air putih
3. Berpindah dari kursi roda 15
ke tempat tidur/sebaliknya
10 : bantuan
15 : mandiri
4. Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi 1 x
menyisir rambut, gosok gigi) sehari pada sore hari
0 : bantuan
5 : mandiri
5. Keluar masuk toilet 10
(mencuci pakaian, menyeka
tubuh dan menyiram)
5 : bantuan
10 : mandiri
6. Mandi 15
5 : bantuan
15 : mandiri
7. Jalan di permukaan datar 5
0 : bantuan
5 : mandiri
8. Naik turun tangga 10
5 : bantuan
10 : mandiri
9. Mengenakan pakaian 10
5 : bantuan
10 : mandiri
10. Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi 2 hari sekali
5 : bantuan Konsistensi lunak
10 : mandiri
11. Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi 5-7 x/hari
5 : bantuan Warna kuning
10 : mandiri
12. Olahraga/latihan 10 Klien berolahraga jalan
5 : bantuan kaki setiap pagi hari.
10 : mandiri
13. Rekreasi/pemanfaatan 10 Frekuensi setiap hari
waktu luang dengan membaca
5 : bantuan majalah.
No Kriteria Skor Keterangan
10 : mandiri
Keterangan :
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total
SKOR NORTON
Aspek yang Dikaji Score
Kondisi fisik umum :
Baik 4
Kesadaran
Komposmentis 4
Akivitas
Ambulan 4
Mobilitas
Bergerak bebas 4
Inkontinensia
Tidak ada 4
Total Score 20
Kategori skor :
16-20 : Kecil sekali/tak terjadi
12-15 :Kemungkinan kecil terjadi
<12 : Kemungkinan besar terjadi
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan Skala Norton, Tn. S memperoleh total
skor 20 yang berarti Tn. S dalam kategori resiko dekubitus kecil sekali/tak terjadi.
Interpretasi Hasil :
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Interpretasi/kesimpulan :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner SPMSQ, Tn. S
menjawab 7 pertanyaan dengan benar dan menjawab 3 pertanyaan dengan salah. Berdasarkan
hasil pemeriksaan, Tn. S termasuk dalam kategori kerusakan intelektual ringan.
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam)
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
□ Tahun : 2017 (benar)
□ Musim : Hujan (benar)
□ Tanggal : 23 (benar)
□ Hari: Senin (benar)
□ Bulan : Januari(benar)
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang
□ Kabupaten Semarang (benar)
□ Kecamatan Ungaran (benar)
□ Kelurahan Candi (benar)
□ Dusun Siroto (benar)
□ RW 02 (benar)
2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa)
1 detik untuk mengatakan masing-
masing obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi
(untuk disebutkan)
□ Obyek 1 : Rumah Sakit (benar)
□ Obyek 2 : Kantor (benar)
□ Obyek 3 : Puskesmas (benar)
3 Perhatian dan 5 1 Minta klien untuk memulai dari
kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali
100 - 7 = 93
93 - 7 = 87
Interpretasi hasil :
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, Tn.S memperoleh total skor
sebanyak 22, Tn. S termasuk dalam kategori kerusakan aspek fungsi mental ringan
O. PROGRAM TERAPI
No Nama obat Dosis
1 Metformin 500 mg 3 x 1
2 Simvastatin 10 mg 1x1
P. ANALISA DATA
Hari/ Tgl/ Data Etiologi Problem
Jam
Senin DS : Hiperglikemi (DM) Ketidak-
23/01/17 Klien mengeluh kedua efektifan
13.00 kakinya terasa perfusi
kesemutan namun tidak jaringan
mati rasa. perifer
Klien mengatakan (00204)
sudah lama mengalami Komplikasi
keluhan kesemutan sepe vaskuler
rti yang dirasakan saat
ini yaitu sejak 3
bulan yang lalu. Mikro vaskuler
DO :
CRT 4 detik.
Turgor kulit kering, Neuropati
akral dingin
Parestesia
Senin DS : Hiperglikemi (DM) Keletihan
23/01/17 Klien mengatakan (00090)
13.05 sejak 3 bulan yang lalu
mempunyai keluhan
cepat merasa lelah saat
beraktivitas.
DO : Glukosa intrasel
Indeks
menurun
KATZ Klien Tn.
S termasuk dalam Proses pembentukan
kategori mandiri dalam ATP/energi
makan, kontinensia terganggu
(BAB dan BAK),
menggunakan pakaian,
mandi, pergi ke toilet
dan berpindah.
TD : 130/80 mmHg Kelesuan fisiologis
Nadi : 82 x/menit
RR : 23 x/menit Keletihan
Senin DS: Hiperglikemi (DM) Resiko
23/01/17 - Klien Cedera
13.10 mengatakan fungsi (00035)
penglihatannya sudah
berkurang, sudah tidak
mampu lagi melihat
jarak jauh dengan jelas, Komplikasi
dan menggunakan alat vaskuler
bantu kaca mata untuk
membaca.
- Klien mengeluh Mikro vaskuler
kakinya kesemutan tapi
tidak mati rasa.
- Klien mengatakan Retinopati
jarang memakai alas
kaki.
Penglihatan tidak
DO :
jelas
- Lingkungan tempat
tinggal Tn. S bersih,
Gangguan sensasi
jalan rata namun agak
licin karena berlumut,
tidak ada sampah
berserakan, kamar tidur
klien tampak rapi, lantai
rumah dari keramik,
lantai kamar mandi
agak licin dan tidak ada
pegangan dinding,
penerangan di rumah
Tn. S cukup terang
pada siang karena
terdapat jendela dan
ventilasi yang dibuka
setiap pagi dan pada
malam hari lampu
penerangan cukup
terang namun
penerangan di kamar
mandi agak redup.
- Klien mampu bergerak
dengan bebas.
- Ada tremor.
- Barthel Indeks Tn. S
memperoleh total skor
130 yang berarti Tn. S
dalam kategori mandiri.
Senin DS : Ketidak-
23/01/17 - Klien mengatakan Kurangnya efektifan
13.10 masih suka informasi tentang manajemen
makan gorengan dan penyakit kesehatan
makanan bersantan dan (00078)
minum yang manis.
- Klien mengatakan Kurang pengetahuan
mengetahui menderita tentang program
penyakit DM dan terapeutik
kolesterol tinggi sejak 5
tahun yang lalu. Selama
5 tahun klien tidak rutin
minum obat untuk DM
dan kolesterol, klien
juga tidak mengatur
pola makannya, klien
masih mengkonsumsi
banyak gula dan
makanan berminyak.
DO :
- GDS = 251 mg/dl,
kolesterol = 386 mg/dl.
- Terdapat parestesia dan
retinopati diabetik.
- SPMSQ : Tn. S
termasuk dalam
kategori kerusakan
intelektual ringan.
- MMSE : Tn. S
termasuk dalam
kategori kerusakan
aspek fungsi mental
ringan.
- Skala Depresi : Tn. S
dapat dikategorikan
dalam
kategori kemungkinan
depresi.
S. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Ttd
. Keperawatan Hasil Keperawatan
1. Senin Ketidakefektifan Domain II : Domain II :
23/01/17 perfusi jaringan Kesehatan Fisiologi Fisiologis
13.15 berhubungan Kelas : Jantung Kompleks
dengan diabetes Paru Kelas :
melitus (00204). Outcomes : Perfusi Manajemen
Jaringan Perifer Perfusi Jaringan
(0407) Intervensi :
Indikator : Pencegahan
Pengisian kapiler Sirkulasi (4070)
jari (4 - 5) a. Lakukan
Suhu kulit ujung penilaian
kaki dan tangan sirkulasi perifer
(3 - 4) (nadi perifer)
Parestesia (3 - 4) secara
komprehensif.
b. Monitor panas,
kemerahan, nyeri,
parestesia pada
ekstremitas.
c. Ajarkan klien
cara perawatan
kaki dan kuku.
d. Ajarkan senam
kaki diabetik.
e. Anjurkan klien
menggunakan
pelembab pada
kulit kaki yang
kering.
2. Senin Keletihan Domain I : Fungsi Domain I :
23/01/17 berhubungan Kesehatan Fisiologis Dasar
13.20 dengan kelesuan Kelas : Kelas :
fisiologis (00090). Pemeliharaan Manajemen
Energi Aktivitas dan
Outcomes : Tingkat Latihan
Kelelahan (0007) Outcomes :
Indikator : Manajemen
Kelelahan (3 - 4) Energi (0180)
Kelesuan (3 - 4) Diskusikan
Tingkat stres (3 - 4) dengan klien jenis
dan banyaknya
aktivitas yang
bisa dilakukan.
b. Anjurkan klien
menjaga asupan
nutrisi adekuat.
Monitor sistem
kardiorespirasi
klien (TD, nadi,
RR).
d. Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
mengurangi
ketegangan otot.
Anjurkan tidur
siang.
3. Senin Resiko cedera Domain IV : Domain IV :
23/01/17 berhubungan Pengetahuan Keamanan
13.25 dengan gangguan tentang Kesehatan Kelas :
sensasi (00035). & Perilaku Manajemen
Kelas : Risiko
Pengetahuan Outcomes :
tentang Kesehatan Pencegahan
Outcomes : Jatuh (6490)
Pengetahuan a. Anjurkan
Pencegahan Jatuh keluarga klien
(1828) menyediakan
Indikator : pencahayaan
Alas kaki yang tepat yang cukup
(2 - 4) terang.
b. Penggunaan b. Anjurkan klien
pencahayaan menggunakan
lingkungan yang alas kaki yang
benar (2 - 4) aman.
Strategi untuk c. Anjurkan klien
menjaga permukaan menghindari
lantai tetap aman (2 - permukaan lantai
4) yang licin.
d. Kondisi kronis yangd. Ajarkan klien
meningkatkan risiko untuk
jatuh (2 - 4) memodifikasi
gaya berjalan
(terutama
kecepatan dan
pergerakan).
4. Senin Ketidakefektifan Domain IV : Domain III :
23/01/17 manajemen Pengetahuan Perilaku
13.25 kesehatan tentang Kesehatan Kelas :
berhubungan & Perilaku Pendidikan
dengan kurang Kelas : Manajemen Pasien
pengetahuan Kesehatan Outcomes :
tentang program Outcomes : Pengajaran :
terapeutik Manajemen Diri : Proses Penyakit
(00078). Diabetes (1619) (5602)
Indikator : Kaji tingkat
a. Melakukan tindakan pengetahuan
pencegahan dengan klien tentang
perawatan kaki (1 - proses penyakit.
4) b. Berikan
b. Menjalani aturan penyuluhan
pengobatan sesuai tentang penyakit
resep (2 - 4) klien (Diabetes
Memantau glukosa Mellitus).
darah (3 - 5) Jelaskan tentang
d. Mengikuti diet yang program terapi.
direkomendasikan (2 d. Diskusikan
- 4) tentang
Berpartisipasi dalam perubahan gaya
olahraga yang hidup.
direkomendasikan (1 Ajarkan teknik
– 4) relaksasi otot
Melakukan progresif.
kebiasaan hidup
secara rutin (2 - 4)
T. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Tanggal Implementasi Respon TTD
DX
1. Selasa 1. Mengajarkan senam kaki S : Tn. S mengatakan sudah
24/01/17 diabetik. memahami langkah-langkah
09.30 senam kaki diabetik dan akan
rutin mempraktekkan senam.
O : Tn. S mampu mempraktekkan
senam kaki diabetik.
1. Selasa 2. Mengajarkan klien cara S : Tn. S mengatakan sudah
24/01/17 perawatan kaki dan kuku. memahami cara merawat kaki
10.00 dan kuku, dan akan
mempraktekkannya.
O : Tn. S mampu menyebutkan
kembali cara merawat kaki dan
kuku.
U. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD
Keperawatan
Rabu Ketidakefektifan S:
25/01/17 perfusi jaringan Tn. S mengatakan sudah memahami
12.00 berhubungan dengan langkah-langkah senam kaki diabetik dan
diabetes melitus sudah rutin mempraktekkan senam.
(00204). Tn. S mengatakan sudah memahami
cara merawat kaki dan kuku, dan sudah
mempraktekkannya.
Tn. S mengatakan akan menggunakan
lotion pada kulit kakinya.
Tn. S mengatakan kesemutan sudah
berkurang dan sudah berlatih senam
kaki.
O:
Tn. S mampu mempraktekkan senam
kaki diabetik.
Tn. S mampu menyebutkan kembali
cara merawat kaki dan kuku.
Tn. S mengoleskan lotion pada kulit
kaki dan kulit yang kering.
Tidak ada kemerahan pada ekstremitas.
CRT 3 detik.
A : Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan teratasi.
P:
Motivasi klien untuk mempertahankan
senam kaki secara rutin.
Motivasi klien untuk rutin melakukan
perawatan kaki dan kuku secara rutin.
Rabu Keletihan berhubungan S :
25/01/17 dengan kelesuan Tn. S mengatakan aktivitas yang bisa
12.15 fisiologis (00090). dilakukan hanya kebutuhan dasar seperti
ke kamar mandi dan makan, dan mengisi
waktu luang dengan membaca majalah.
Tn. S mengatakan otot-ototnya terasa
lemas setelah dilatih ROM.
Tn. S mengatakan mempertahankan
asupan nutrisi dan tidur siang jika bisa.
O:
Tn. S mampu memilih dan membatasi
aktivitas fisiknya
Tn. S mampu mengikuti gerakan ROM
dengan benar.
Tn. S tampak segar.
TD = 130/80 mmHg, Nadi = 85 x/menit,
RR = 22 x/menit
A : Masalah keletihan teratasi.
P:
Motivasi klien untuk mempertahankan
jenis aktivitas yang bisa dilakukan.
Monitor sistem kardiorespirasi klien.
Jumat Resiko cedera S:
27/01/17 berhubungan dengan Tn. S mengatakan sudah mengganti
11.15 gangguan sensasi lampu rumah dengan yang lebih terang
(00035). dan sudah berhati-hati saat berjalan.
O:
Penerangan rumah Tn. S sudah cukup
terang.
Gaya berjalan Tn. S pelan dan berhati-
hati.
Tn. S memakai alas kaki yang nyaman
dan aman.
TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80 x/menit,
RR = 20 x/menit, tidak tampak adanya
kemerahan pada ekstremitas.
A : Masalah resiko cedera teratasi.
P:
Motivasi klien untuk mempertahankan
gaya berjalan yang pelan dan berhati-
hati.
Jumat Ketidakefektifan S:
27/01/17 manajemen kesehatan Tn. S mengatakan sudah memahami
11.15 berhubungan dengan tentang lima pilar Diabetes Mellitus dan
kurang pengetahuan akan mempraktekkan kelima pilar
tentang program tersebut.
terapeutik (00078). Tn. S mengatakan otot tubuhnya terasa
rileks setelah diajarkan teknik relaksasi.
O:
Tn. S mampu menyebutkan lima pilar
DM : obat, diet, edukasi, latihan fisik dan
monitor kadar gula darah.
Tn. S mampu mengikuti teknik relaksasi
otot progresif seperti yang diajarkan.
A : Masalah ketidakefektifan manajemen
kesehatan teratasi.
P:
Monitor perubahan gaya hidup klien.
A. Pertanyaan Hipertensi :
B.Jawaban :
1. Klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari
orang lain
2. Positif karena klien merasa gelisah dan khawatir terhadap penyakit yang di deritanya
3. Salah 4 ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual Tn”A” adalah kerusakan ringan
4. Hasil 21 ini menunjukkan bahwah Tn”A” mengalami gangguan kognitif sedang
5. Skor 130 = Mandiri
D. Jawaban :