Anda di halaman 1dari 5

Yang perlu kita ketahui bahwa anak yang mengalami skizofrenia sangat

membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar terutama orang tua. Anak yang
mengalami skizofrenia memiliki hubungan sosial yang kurang baik. Disinilah peran
orang tua yang bertugas untuk membantu anak untuk menghadapi bagaimana
lingkungan sosial dan beradaptasi dengan lingkugan sosial. Sebab orang tua memiliki
peran untu membimbing anak pada dunia luar dan situasi yang baru. Sehingga dari
interaksi tersebut dapat dilihat hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak.

Stigma dari masyarakat mengenai anak skizofrenia menjadi penyakit


tambahan yang tidak hanya di rasakan oleh penyandang, namun juga dirasakan oleh
orang tua mereka (Vera, 2010). Stigma ini yang membuat anak dikucilkan dan di
sepelekan dari lingkungan sosial. Minimnya pemahaman orang tua terkait dengan
gangguan skizofrenia yang membuat orang tua cenderung menyerah sepenuhnya
dalam penanganan dan perawataan anak kepada petugas medis ( Sandra dkk, 2009 )

Keterlibatan dalam proses pengasuhan terutama dalam penyebuhan anak


dengan skizofrenia tidak hanya dari pihak rumah sakit. Proses penyebuhan sangat di
pengaruhi oleh keterlibatan orang tua, khususnya dalam pemberian dukungan. Bagi
keluarga penderita yang memiliki ekonomi menengah ke bawah dan memiliki
pengetahuan yang rendah mengenai skizofrenia lebih memilih untuk memasung
anggota keluarga yang menderita skizofrenia karena tidak sanggup untuk berobat ke
rumah sakit.

Adanya kepercayaan tinggi akan hal mistis membuat para penderita


skizofrenia dianggap terkutuk, kerasukan makhluk gaib, akibat diguna-guna atau
akibat masalah spiritual. Penderita skizofrenia dianggap berbahaya bagi
lingkungannya, pemasunggan dianggap sebagai solusi untuk mengendalikan gejala
kerasukan, atau mengurangi ulah penderita skizofrenia. Gangguan skizofrenia yang
menetap pada anak semangkin lama dapat menurunkan kualitas hidup. Salah satu
faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas hidup penyandang skizofrenia adalah
terjadinya kekambuhan karena kurangnya peran serta dukungan sosial yang diberikan
orang tua dalam penangganan terhadap penyandang skizofrenia (Rubbyana, 2012).

Keluarga sebagai sosial support system juga dapat dikatakan sebagai sarana
terdekat bagi seseorang yang membutuhkan dukungan sosial. Dukungan sosial dalam
keluarga dapat menurunkan tingkat kerentangan stress dan juga meningkatkan
kemampuan bagi penderita skizofrenia untuk bisa menghadapi dan mengatasi masalah
yang menimbulkan stress ( Chow, 2011)

Perasaan hangat, dicintai oleh orang tua, dan percaya diri ini yang akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
seorang manusia, meski telah menyandang skizofrenia sekalipun. Kualitas hidup
berpengaruh terhadap keberfungsian anak dalam menjalankan aktifitas- aktifitas
dikehidupan sosianya ( Sandra dkk, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah perkembangan


(usia), tingkat pendidikan (pengetahuan, latar belakang pendidikan , pengalaman masa
lalu, cara berfikir), emosi (stressor), spiritual (keyakinan, hubungan keluarga, teman)
(Setiadi, 2008)

Dukungan keluarga dan beban keluarga mempengaruhi kekambuhan penderita


skizofrenia. Beban tersebut yakni beban finansial dalam biaya perawatan, beban
mental menghadapi perilaku pasien dan beban sosial terutama menghadapi stigma
dari masyarakat tentang anggota keluarganya yang mengakami gangguan jiwa.
Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting yang dibutuhkan oleh anak penderita
skizofrenia. Dengan adanya dukungan sosial yang kuat dari keluarga maka akan
menimbulkan rasa percaya diri dan motivasi dari sipenderita skizofrenia untuk bisa
sembuh dan pulih. Besarnya peran keluarga dalam penyembuhan anak skizofrenia ini
maka diperlukan adanya sikap yang tepat dalam menagganinya. Menurut Teorrey
(Dalam Arief, 2006), sikap-sikap yang tepat disingkatnya dengan SAFE (Sense of
humor, Accepting the illness, Family balance, Expectations which are realistic).
penerimaan merupakan salah satu sikap yang harus diberikan oleh keluarga, khusunya
orang tua pada anak yang menderita skizofrenia.

Contoh utama untuk menganalisis faktor lingkungan yang berkontribusi etiologi


skizofrenia selama tiga dekade telah hipotesis perkembangan saraf. Panduan ini
perhatian ke arah faktor risiko yang diakui untuk skizofrenia Mempengaruhi awal
perkembangan saraf pada saat kehamilan. Inimeliputi keibuan menekankan, nutrisi
defisiensi, infeksi ibu, intrauterin retardasi pertumbuhan, dan komplikasikehamilan
dan kelahiran. Namun, sosial ekonomi penyebab,masa kecil kesulitan, dan 1 st and2
nd latar belakang imigran generasi memiliki juga dikaitkan dengan skizofrenia.
Stresor sosial, misalnya diskriminasi atau kesulitan ekonomi, dapat mencondongkan
individu dalam arahdari berkhayal atau paranoid berpikir [6]

Ekspresi emosional adalah salah satu elemen dalam dukungan keluarga yang
termasuk dalam dukungan emosional. Dukungan emosional adalah dukungan yang
memberi pasien perasaan nyamanan, perasaan dicintai, perasaan didukung, empati,
percaya, peduli sehingga pasien merasa berharga dan diterima. Jika ini terpenuhi, itu
dapat membuat keluarga berfungsi dalam mendukung pemulihan pasien. Fungsional
pengasuh dan keluarga yang mampu membentuk keseimbangan akan dapat
meningkatkan kesehatan mental keluarga mereka dan sambil meningkatkan ketahanan
mental keluarga mereka dari gangguan penyakit mental dan emosional ketidakstabilan
anggota mereka (Rasmun 2004)

Dukungan keluarga melibatkan ekspresi emosional. Keluarga dengan ekspresi


emosional yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, kasar, opresif dan menuduh)
menyebabkan pasien kambuh (Prihandini et al, 2012

Laporan organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) pada 2010


tentang Global Burden Disease menyebut, kini telah terjadi perubahan jenis penyakit
yang menimbulkan beban bagi negara secara global. Sebelumnya, WHO menyebut
kasus kematian ibu dan anak paling besar membebani negara, tetapi kini bergeser ke
penyakit kronis, termasuk penyakit jiwa berat, misalnya skizofrenia. Penderita
gangguan psikis dengan diagnosis skizofrenia tahun 2010 kurang lebih 24 juta jiwa di
seluruh dunia. Dari jumlah 24 juta jiwa tersebut 1.928.663 juta jiwa tercatat berada di
Indonesia, dengan kasus skizofrenia. Dalam laporan tersebut terdapat dalam
pengkajian data di Indonesia dengan kasus skizofrenia mencapai 2,5% dari total
penduduk Indonesia.

Keluarga beranggapan bahwa penyakit ini akan dialami oleh penderita seumur
hidupnya. Walaupun petugas kesehatan telah menjelaskan bahwa ada harapan untuk
sembuh seperti semula bagi penderita skizofrenia, jika penderita mendapatkan
dukungan dari keluarganya. Oleh karena bznyaknya contoh atau bukti yang dilihat,
kehidupan skizofrenia di wilayah kerja pukesmas sebakung jaya tidak ada yang
sembuh, bahkan masih parah sakitnya hingga ajal menjemput. Dalam hal ini petugas
kesehatan harus lebih meningkatnya kinerjanya dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada penderita gangguan jiwa khususnya dalam memberikan
monseling kepada keluarga untuk merawat anggota yang mengalami gangguan jiwa.
22,23

Ketidakmampuan keluarga penderita dalam memodifikasi lingkungan, baik fisik,


sosial, psikologi yang menyebabkan penderita semakin parah dari hari ke hari.
Keluarga penderita tidak mengetahui rentang pentingnya interaksi yang baik antara
anggota keluarga, dan saling memahami dan mengerti satu sama lain sehingga
komunikasi antara keluarga terasa aman, nyaman dan ketika ada masalah keluarga
menjadi tempat yang baik untuk bercerita dan menjadi pendengar yang baik serta
memberikan solusi dari masalah yang dihadapi. 24

Penyebab penderita mengalami skizofrenia ialah karena psikologis dan sosial, adanya
trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta
interaksi yang patogenik dalam keluarga. Sementara itu, faktor yang paling utama dari
penyebab penderita mengalami skizofrenia yaitu interaksi antara anggota keluarga,
sehingga ketika salah satu anggota keluarga mempunyai masalah tidak ada yang
memahami dan tidak bercerita tentang masalah yang dialami, akibatnya menimbulkan
kurangnya rasa percaya antara sesama anggota keluarga, membuat beban dalam
pikiran menumpuk sehingga solusi untuk penyelesaian masalah tidak ada maka
terjadilah depresi berat, rasa malu, rasa salah dan akhir- nya perilaku penderita
berubah tidak seperti biasa, suka menyendiri, berbicara sendiri, teriak dan melakukan
hal-hal yang tidak normal lainnya.15,16

Seseorang dengan Skizofrenia dengan ketidakmampuannya melakukan fungsi sosial


tentunya sangat memerlukan adanya dukungan untuk menjadi individu yang lebih
kuat dan menghargai diri sendiri sehingga dapat mencapai taraf kesembuhan yang
lebih baik dan meningkatkan keberfungsian sosialnya. Tanpa dukungan keluarga
pasien akan sulit sembuh, mengalami perburukan dan sulit untuk bersosialisasi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan antara Dukungan Keluarga
dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan di Rumah
Sakit.

Anda mungkin juga menyukai