Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Hotel

1. Pengertian Hotel

Hotel didefinisikan sebagai suatu pelayanan yang diberikan dengan ketentuan

pelanggan mampu membayar dengan biaya yang sudah ditentukan oleh pemilik

atau pengelola perusahan dengan menyediakan makanan, minuman, fasilitas

kamar dan fasilitas lainnya. Hotel merupakan suatu bentuk usaha yang

memberikan pelayanan kepada tamu secara fisik, psikis, maupun kenyamanan.

(Agusnawar, 2000 : 1).

Sulistiyono (2006) mendefinisikan hotel sebagai usaha di bidang pariwisata

yang mengakomodasi fasilitas seperti kamar, makanan dan minuman, dan

pelayanan lainnya misalnya fasilitas olahraga, laundry, dan lain-lain. Maka dapat

disimpulkan hotel sebagai penyedia fasilitas yang memenuhi syarat dan dikelola

secara komersil

2. Klasifikasi Hotel

Peraturan tentang usaha dan klasifikasi hotel menurut Direktorat Jendral

Pariwisata yaitu:

a. Ukuran hotel dan jumlah pengunjung.

b. Lokasi hotel dan fasilitas yang dimiliki.

c. Peralatan hotel yang yang dimiliki.

d. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh karyawan.


Berdasarkan peratutran di atas maka hotel memiliki kalsifikasi (Sulastiono,

2007:4).

3. Penggolongan Hotel

Kuantitas dan kualitas hotel yang ditetapkan merujuk pada kebijaksanaan

yaitu yang berupa standar klasifikasi hotel. Surat Keputusan Mentri Perhubungan

menggolongkan hotel sesuai tingkat hunian, fungsi, letak, dan susunan

organisasinya.

a. Residential Hotel, yaitu hotel yang menyediakan tempat tinggal kepada tamu

dalam jangka waktu yang lama. Residential Hotel biasanya terletak di pusat

kota dan berfungsi sebagai penginapan bagi orang yang belum memiliki

tempat tinggal.

b. Transietal Hotel, yaitu tempat menginap sementara atau dalam jangka waktu

pendek. Transiental Hotel biasanya terletak di pinggiran kota.

c. Resort Hotel, yaitu tempat menginap bagi wisatawan yang mengadakan

liburan. Hotel ini biasanya terletak di tempat wisata dan terletak di wilayah

yang memiliki pemandangan yang indah.

Surat Keputusan Mentri Perhubungan menggolongkan hotel sesuai atas

tuntutan tamu dibedakan atas:

a. Bussiness hotel, yaitu hotel yang dihuni untuk tamu dengan keperluan bisnis.

b. Tourist hotel, yaitu hotel yang dihuni oleh tamu yang sedang berlibur.

c. Sport hotel, yaitu hotel yang dihuni oleh tamu yang akan melakukan kegitan

olahraga
d. Research hotel, yaitu hotel yang dihuni oleh tamu dengan kepentingan riset

atau penelitian.

Keputusan Dirjen Pariwisata membagi penggolongan hotel menjadi dua

bagian yaitu :

a. Resort hotel (pantai/gunung), yaitu hotel yang memberikan pelayanan bagi

para wisatawan. Hotel ini berlokasi di tempat wisata dan memiliki

pemandangan yang indah baik di gunung maupun pantai.

b. City hotel (hotel kota), yaitu hotel yang memberikan pelayanan bagi tamu

yang memiliki kepentingan bisnis. Hotel ini umumnya terletak di pusat kota.

Hotel yang digolongkan dan diakomodasi tidak dapat dibagi secara mutlakdan

memungkinkan terjadinya overlapping.

4. Tujuan dan Fungsi Hotel

Hotel memiliki tujuan untuk menyewakan fasilitas pelayanan guna

mendapatkan keuntungan dari tamu menyewa fasilitas pada hotel tersebut.

Sedangkan fungsi utama hotel untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau tamu

yang tinggal dan menetap dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu

panjang. Kebutuhan yang sering disewakan adalah tempat untuk tidur, makan, dan

hiburan lainnya. Seiring dengan kemajuan hotel bukan saja memiliki tujuan

sebagai tempat untuk menginap dan tempat hiburan melainkan untuk tempat

melaksanakan rapat, seminar dan lain-lain.

Hotel juga merupakan asset yang penting dalam hal pembangunan suatu

negara antara lain :


a. Meningkatkan industri.

b. Produk hotel yang banyak diproduksi oleh rmasyarakat.

c. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

d. Membantu usaha pendidikan dan latihan.

e. Meningkatnya pendapatan daerah

f. Devisa negara meningkat.

g. Terbinanya hubungan yang baik antar negara.

5. Organisasi Ruang Hotel

Hotel memiliki fungsi yaitu fungsi pelayanan penginapan, makan dan minum

oleh karena itu setiap hotel memiliki susunan organisasi ruang yang sama. Walter

Rutes and Richard Penner 1985, hal 257, membedakan organisasi ruang hotel

menurut fungsinya, terdiri dari:

a. Menurut fungsi

1) Public Space, merupakan ruangangan umum termasuk lobby, front office

dan function room.

2) Consession and rentable space, merupakan kelompok ruang yang

terpisah dari kegitan hotel dan tetap menjalalankan pelayanan untuk

keperluan tamu

3) Food and Beverage Store Space, kelompok ruang yang hanya melayani

bagian makan dan minum. Misalnya restaurant, coffee shop, bar, kitchen

dan gudang.
4) General service space, kelompok ruang penerimaan (receiving) storage

empoyee’s room, employee dining room, laundry, linen room, house

keeping dan maintenance.

5) Guest Room Service, kelompok yang terdiri dari atas ruang tidur bagi

tamu yang menginap, dilengkapi fasilitas untuk ruang tidur, toilet,

koridor, lift dan perlengkapan lainnya.

6) Recreation and Sport Space, kelompok fasilitas untuk memenuhi

kebutuhan rekreasi olahraga yang biasanya diproritaskan untuk para

tamu.

Skema 2.1 Organisasi hotel menurut fungsinya

b. Menurut sifat

1) Public Room, kelompok ruang untuk keperluan umum seperti lobby

utama, front office, restaurant, recreation, and sport centre, function

room, dan rentable room.

2) Bed Room, kelompok ruang tidur para tamu yang dilengkapi dengan

dengan fasilitas dan perlengkapannya.


3) Service room, kelompok ruangan yang menjalankan fungsi pelayanan,

yaitu :kitchen, laundry, linen, general store, house keeping dan

maintenance.

Skema 2.2 Organisasi ruang hotel menurut sifatnya

B. Tinjauan Teori Revenue Managemen Hotel

1. Definisi Revenue Managemen Hotel

Isu yang bersifat vital merupakan definisi Revenue management. Industri

perhotelan juga memiliki kendala mendapatkan pendapatan dalam jumlah

optimal. Persaingan industry perhotelan memerlukan Revenue management sangat

sebagai hal yang kreatif dalam menyusun strategi pemasaran baru untuk

beradaptasi seiring perubahan global. Pemanfaatan internet dapat menjadi tolak

ukur sebuah intervensi untu mencapai keuntungan. Hotel harus tetap memberikan

focus perhatian pada elemen bahkan saat pendapatan hotel telah optimal.

Secara umum revenue management adalah sebuah analisis untuk memprediksi

perilaku konsumen tingkat mikro serta memaksimalkan ketersediaan produk dan

harga untuk meningkatkan pendapatan.


Berdasarkan definisi di atas, revenue management adalah hal yang sangat

bervariasi dan tergantung dengan preferensi tiap sector pendapatan.

2. Tujuan Revenue Managemen Hotel

Tujuan utama dari revenue management adalah suatu proses pejualan yang

bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal. Peningkatan pendapatan

hotel meliputi pemahaman atas persepsi konsumen tentang produk yang

ditawarkan, dan menggunakannya untuk meningkatkan popularitas.

3. Strategi Revenue Managemen Hotel

Strategi dalam mengimplementasikan revenue management antara lain:

a. Harga

Praktik standar revenue management adalah menaikkan atau

menurunkan harga. Penetapan harga penjualan sesuai dengan nilai-nilai yang

yang diinginkan oleh konsumen merupakan tujuan umum dari indikator harga

pada revenue managemen. Nilai-nilai strategi penentuan harga ditinjau dari

kondisi permintaan pasar dalam kondisi tertentu. Implementasi perubahan harga

harus memperhatikan efek yang akan terjadi. Misalnya dengan menaikkan harga

dengan pendapatan hotel yang lebih tinggi mengkibatkan turunnya jumlah

pemesanan hotel.

b. Yield

Yiel memiliki pengertian yang mirip dengan revenue managemen. Untuk dapat

membedakan keduanya dapat dilihat dari aspek teknis dari keduanya. Revenue

management merupakan gambaran umum yang meliputi perkiraan dan analisis


secara mendalam. Sedangkan, yield management lebih berfokus pada optimasi

dari pengelolaan pendapatan pada setiap kamar yang dijual. Yield

management  adalah proses penjualan kamar dengan harga spesial untuk tamu

yang menginap selama tiga hari, atau menjual salah satu tipe kamar saja di OTA.

c. Kegiatan pemasaran

Variabel yang ketiga adalah kegiatan pemasaran hotel. Dengan perkiraan

terhadap acara atau periode tertentu maka akan membuat kegiatan pemasaran

menjadi lebih efektif. Kegiatan pemasaran dapat membantu untuk menstabilkan

pendapatan hotel ketika terjadi ketidakpastian atau penurunan pada perkiraan.

Revenue management bukan hanya tentang mengalokasikan secara tepat

sejumlah uang dengan tujuan yang tepat, Namun hal ini juga berkaitan dengan

pemenuhan rencana pemasaran secara tepat sasaran untuk mengoptimalkan

pendapatan dan mencapai titik tertinggi dari pendapatan hotel yang dapat tercapai.

Optimasi revenue managemen merupakan langkah selanjutnya dari Pengelolaan

pendapatan..

Pajrok (2014, hal. 55 - 56) mengemukakan, secara ilmu manajemen keuangan,

setiap departemen memiliki suatu pertanggung jawaban / peran sebagai alat kontrol

yang akan membantu dalam meningkatkan kinerja keseluruhan bisnis. Peran tiap

departemen ini dikelompokan ke dalam 3 bagian, yaitu: - Cost Centres : Kinerja

diukur berdasarkan biaya tanpa mempertimbangkan hasil yang akan dicapai. Tetapi

dalam biaya yang digunakan akan dikontrol dari anggaran yang ditetapkan. - Profit

Centres : Pada bagian ini, kemampuan dalam pengambilan keputusan sangat


dibutuhkan dalam mengolah input serta perencanaan output yang ingin dicapai,

sehingga dapat memaksimalkan keuntungan yang akan dihasilkan. - Investment

Centres : Bertanggung jawab terhadap biaya serta pendapatan dari investasi berupa

aset – aset. Pembagian peran ini dikelompokan oleh Pajrok (2014, hal. 56 - 58) ke

dalam suatu tingkatan hirarki dalam sebuah manajemen hotel (Gambar 2.3), yang

disesuaikan dengan Uniform System of Accounts for the Lodging Industry (USALI)

untuk membantu mempertegas tanggung jawab di masing – masing departemen

secara langsung maupun tidak langsung. Pembagian ini dapat membantu manajer

dalam mengatur kinerja secara aktual terhadap anggaran, serta meningkatkan

koordinasi terhadap proses kerja secara internal.

Gambar 2.3 Model of the hotel structure as an Investment center

Pajrok (2014, hal. 57 - 58) menjelaskan selain pembagian peran dalam

tanggung jawab bagi tiap departemen dalam hotel, diperlukan juga pemahaman dalam
pelaporan operasional hotel (Gambar 2.4), Laporan ini berdasarkan standar akutansi

biaya, USALI membedakan biaya tetap serta biaya variabel.

Gambar 2.4 Pelaporan Operasional Hotel

4. Dampak Covid-19 Terhadap Sektor Pariwisata Perhotelan

Virus Corona (COVID-19) yang tengah menjadi permasalahan kesehatan

global untuk saat ini menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap semua

sektor kehidupan diseluruh dunia. Mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, sosial,

pariwisata dan sebagainya. Hal ini terjadi karna COVID-19 menimbulkan rasa

ketakutan akan bahaya dan resikonya yang berdasarkan berita dan fakta yang

tersebar saat ini yaitu dapat berujung pada kematian. Akibatnya timbul rasa

kekhwatiran masyarakat untuk menjalankan segala aktifitasnya yang memiliki

kemungkinan akan tertular virus COVID-19 ini.


Adapun sektor pariwisata merupakan salah satu yang terdampak sangat besar

dari kasus wabah virus corona ini. Pariwisata yang pada awalnya kian mengalami

pertumbuhan yang begitu pesat saat ini seakan melemah dan mengalami

penurunan yang sangat drastis. Penurunan yang terjadi dalam sektor pariwisata

untuk saat ini tidak akan bisa ditanggulangi sampai kasus COVID-19 ini

menemukan titik terang penyelesaiannya. Adapun percobaan yang diberlakukan

oleh pemerintah Indonesia dalam mempertahankan sektor pariwisata dari dampak

negatif COVID-19 dengan pemberian insentif terhadap industri pariwisata dan

pemberian diskon kepada wisatawan nyatanya tidak akan berdampak apa-apa

untuk saat ini.

Kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah diatas disusul dengan

pernyataan yang disampaikan oleh salah satu Pakar Pariwisata dari Universitas

Andalas, Sari Lenggogeni melalui wawancara dengan Republika.co.id, yang

disusun oleh Yolanda (Selasa, 25 Februari 2020), beliau (Sari Lenggogeni)

mengatakan bahwa pemberian insentif yang diberlakukan itu tidak akan

memberikan dampak signifikan bagi kunjungan ke destinasi pariwisata. Pada

situasi dan kondisi saat ini daya tarik wisatawan baik asing maupun lokal sangat

menurun akibat kekhawatiran virus corona tersebut. Hal itu sudah terlihat dari

banyaknya para wisatawan yang membatalkan agenda wisatanya ke berbagai

destinasi di Indonesia. Jadi tidak akan banyak membantu sampai virus ini mereda.

Menurut Sari Lenggogeni rasa kekhawatiran dan ketakutan wisatawan

terhadap penularan virus corona membentuk persepsi dan sikap wisatawan dalam
memutuskan niat/rencana perjalanannya. Lenggogeni et al. (2019), menyatakan

bahwa keputusan tentang niat/rencana perjalanan ini awalnya terbentuk karena

adanya persepsi resiko perjalanan yang dipertimbangkan oleh wisatawan. Resiko

kesehatan merupakan salah satu aspek persepsi resiko perjalanan yang menjadi

prioritas pertimbangan wisatawan dalam kondisi yang terjadi saat sekarang ini,

bahkan resiko kesehatan kini dianggap sebagai perihal yang tidak dapat ditoleransi

dan menjadi dasar keputusan yang mutlak untuk penundaan dan pembatalan niat

perjalanannya.

Resiko kesehatan yang dianggap sangat rentan terjadi saat ini khususnya

penularan virus corona menyebabkan wisatawan menunda/membatalkan rencana

perjalanannya dan lebih memilih untuk mengurangi aktifitas diluar ruangan dan

berdiam diri dirumah. Kini terlihat sangat jelas bahwa COVID-19 secara nyata

telah mampu melumpuhkan sektor pariwisata yang tengah berkembang saat ini

dan juga tidak menutup kemungkinan akan mengancam stabilitas ekonomi dan

sosial negara secara global jika kasus ini tak kunjung terselesaikan.

Jika penyebaran virus corona tidak ditanggulangi secara serius maka

ditakutkan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk kedepannya. Maka dari

itu diperlukan peran nyata dari pemerintah dan segenap jajarannya untuk secara

cepat, tepat dan maksimal mencari dan menemukan solusi dalam upaya

pencegahan dan penanganan kasus penyebaran virus corona ini. Namun tidak

cukup hanya dengan peran pemerintah dengan segenap jajarannya saja, kesadaran

daripada masyakarat untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pribadi dan


keluarga juga harus ditingkatkan guna mencegah penularan virus corona tersebut.

Dengan kata lain dibutuhkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat untuk

secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan COVID-19 yang tengah

terjadi.

C. Kerangka Konsep

Industri
Faktor-faktor Strategi
Penyebaran pariwisata
Strategi Revenue:
Covid-19 a
Revenue - Harga
Industri - Yield
perhotelan - Kegiatan pemasaran

D. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat Strategi Revenue Management Hotel Dalam Menghadapi

Dampak Corona.

Ha : Terdapat Strategi Revenue Management Hotel Dalam Menghadapi Dampak


Corona.

Anda mungkin juga menyukai