KELOMPOK 7
SHANNA ALYSIA AZIZ G1A114011
ILHAM TAUFAN G1A114022
MUHAMAD RIFALDI G1A114023
TOMMY AKASIA LAKSANA P G1A114028
NURUL SETIANI G1A114009
PARLIA LOPA SARI G1A113119
BELLA MERISA LIONA G1A113120
DESWITRI GINTASARI G1A113125
NOPRA PERMATA SARI G1A113126
ASA SHAFIRA ANANDA G1A113130
KHALIDA KHAIRUNNISA G1A114006
Dosen Pembimbing :
2017
Skenario
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD bersama istrinya dengan keluhan diare
bercampur darah dan lender sejak 3 hari yang lalu. Keluhan ini disertai pusing, mual, muntah,
dank ram otot perut. Sehari sebelumnya, pasien banyak mengonsumsi makanan laut ( ikan dan
kepiting ). Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan 90/60 mmHg, denyut jantung 120
x/menit, frekuensi nafas 22 x/menit, suhu 37,5oC. pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan
nyeri tekan perut (+), bising usus meningkat, datar dan lemah. Dokter IGD selanjutnya
melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis serta tatalaksana yang adekuat
pada pasien sehingga komplikasi lanjutan dapat dicegah.
1
Klarifikasi Istilah
1. Diare : defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair dengan frekuensi >3x/hari
2. Kram : kontraksi berkepanjangan dari otot dalam merespon perubahan metabolism
Identifikasi Masalah
1. Apa makna klinis diare bercampur darah dan lendir sejak 3 hari yang lalu?
2. Jelaskan mengenai diare!
3. Apa makna klinis pusing, mual, muntah dan kraam otot perut?
4. Apa hubungan banyak mengkonsumsi makanan laut dengan keluhan?
5. Apa interpretasi dari pemeriksaan tanda vital Tn.X?
6. Apa makna klinis hasil pemeriksaan fisik abdomen Tn.X?
7. Bagaimana alur diagnosis keluhan Tn.X?
8. Apa diagnosis banding penyakit TnX?
9. Bagaimana tatalaksana keluhan Tn.X?
10. Apa saja komplikasi keluhan Tn.X?
11. Bagaimana prognosis Tn.X?
12. Apa saja pemeriksaan penunjang terhadap Tn.X?
13. Jelaskan mengenai keracunan makanan!
2
Brainstorming
1. Apa makna klinis diare bercampur darah dan lendir sejak 3 hari yang lalu?
Darah = adanya luka atau ulkus pada saluran cerna bagian bawah
Lendir = diare sekretorik
3 hari yang lalu = diare akut
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut.
3. Apa makna klinis pusing, mual, muntah dan kraam otot perut?
Pusing = tekanan darah rendah sehingga perfusi oksigen ke otak menurun
Mual dan muntah = mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing
Kram otot = dikarenakan ketidakseimbangan elektrolit
3
Suhu : febris
4
11. Bagaimana prognosis Tn.X?
Prognosis ditentukan oleh berat-ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan dini yang
tepat.
5
Analisis Masalah
1. Apa makna klinis diare bercampur darah dan lender sejak 3 hari yang lalu?1,2
Makna klinis diare selama tiga hari berarti ini termasuk kategori diare akut, yakni
<14 hari. Sedangkan makna darah dan lendir untuk menentukan jenis diare akut nya
seperti penjelasan dibawah ini.
Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut
berdasarkan proses patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas
mekanisme Inflamatory, Non inflammatory, dan Penetrating. Inflamatory diarrhea akibat
proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan manifestasi sindroma Disentri dengan
diare yang disertai lendir dan darah (disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis
yang menyertai adalah keluhan abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual,
muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin
secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, secara mikroskopis didapati
leukosit polimorfonuklear. Mikroorganisme penyebab seperti, E.histolytica, Shigella,
Entero Invasive E.coli (EIEC),V.parahaemolitycus, C.difficile, dan C.jejuni.
Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian
proksimal, Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare cair
dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang disebut dengan Watery diarrhea.
Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda
dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan
pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mikroorganisme
penyebab seperti, V.cholerae, Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Salmonella.
Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit ini disebut
juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam disertai diare. Pada
pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear. Mikrooragnisme penyebab
biasanya S.thypi, S.parathypi A,B, S.enteritidis, S.cholerasuis, Y.enterocolitidea, dan
C.fetus.
6
Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut
Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit
yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3
tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam
disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.
Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare
akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
7
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
2. Faktor lingkungan
8
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang
dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi
terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak.
Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
2. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan
berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare
tersebut.
Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah
ini:
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
dilakukan puasa makan/minum.
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4,
Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada
defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
9
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu
dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik
dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan
seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare
akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare
sekretorik.
8. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan
usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri
non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut.
Manifestasi klinis
10
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi
komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa
berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang
paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan
kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma
dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi
hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang atau dehidrasi berat.
3. Apa makna klinis pusing, mual, muntah dank ram otot perut pada pasien tersebut?
6,7,8
Banyak kondisi yang menyebabkan pusing karena banyak bagian tubuh diperlukan untuk
menjaga keseimbangan termasuk telinga bagian dalam, mata, otot, kerangka, dan sistem
saraf1
11
Hasil efek samping dari obat resep, termasuk obat penghambat pompa proton (PPI)
dan Coumadin (warfarin) yang menyebabkan pusing / pingsan.
Konsumsi makanan laut dapat menyebabkan beberapa kemungkinan penyakit jika tidak di
masak dengan matang, kemungkinan lain juga dapat menimbulkan reaksi dalam tubuh jika
memiliki alergi tertentu terhadap makan makanan laut (seafood)
Keracunan makanan terjadi ketika bakteri atau patogen jenis tertentu yang membawa
penyakit mengontaminasi makanan, dapat menyebabkan penyakit keracunan makanan yang
sering disebut dengan ”keracunan makanan
12
Keracunan makanan akan menyebabtkan beberapa penyakit seperti diare akut. Penyebab
diare akut dapat berupa infeksi ataupun noninfeksi. Pada beberapa kasus, keduanya sama-sama
berperan. Penyebab nonin- feksi dapat berupa obat-obatan, alergi makanan, penyakit primer
gastrointestinal seperti, inflammatory bowel disease, atau berbagai penyakit sistemik seperti,
tirotoksikosis dan sindrom karsinoid. Penyebab infeksi dapat berupa bakteri, virus, ataupun
parasit.
Anamnesis
13
Dalam menganamnesis pasien diare akut perlu ditanyakan mengenai onset, lama
gejala, frekuensi, serta kuantitas dan karakteristik feses. Feses dapat mengandung darah
dan E. his- tolytica. Adanya feses yang berdarah mengarahkan kemungkinan infeksi oleh
patogen invasif dan yang melepaskan sitotoksin; infeksi EHEC bila tidak terdapat
leukosit pada feses; serta bukan infeksi virus atau bakteri yang melepaskan
enterotoksin. Muntah sering terjadi pada diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau
14
Riwayat makanan yang dikonsumsi juga dapat mengarahkan diagnosis. Konsumsi
produk makanan yang tidak dipasteurisasi, daging atau ikan mentah/setengah matang,
atau sayur mayur dihubungkan dengan patogen tertentu.
Penting juga untuk menanyakan mengenai antibiotik yang baru saja digunakan (sebagai
petunjuk adanya infeksi C. difficile), obat-obat lain, dan riwayat penyakit sebelumnya
secara lengkap (untuk meng- identifikasi pejamu yang immunocompromise atau
kemungkinan infeksi nosokomial).
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu dinilai keadaan umum, kesadaran, berat badan,
temperatur, frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan darah, turgor kulit, kelopak mata, serta
mukosa lidah. Selain itu, perlu dicari tanda-tanda dehidrasi dan kontraksi volume
ekstraseluler, seperti denyut nadi >90 kali/menit dan lemah, hipotensi postural/ortostatik,
lidah kering, kelopak mata cekung, serta kulit yang dingin dan lembab. Tanda-tanda
peritonitis juga perlu dicari karena merupakan petunjuk adanya infeksi oleh patogen
enterik invasif.
15
itu, misalnya berlebihan atau
keracunan ikan, mungkin
jamur, singkong; berdarah
3)terdapat 6) Demam dengan
kuman/parasit menggigil
dalam makanan, 7) Nyeri otot
misalnya.
histolisia,
Salmonella, dan
lain-lain;
4)terdapat toxin
kuman dan
makanan, misalnya
Cl. botulinum,
Staphylococcus
toxic, keracunan
tempe.
16
ulkusnya
5)Keadaan umum
pasien biasanya baik,
tanpa atau sedikit
demam ringan
(subfebris).
KolitisUlser 1) Faktor 1) Biasanyanons 1) Pemeriksaandarah: anemia,
atif familial pesifik, leukositosis,
2) Faktorinfek 2) bisaterjadidist kelainanelektrolit
si ensi abdomen 2) Kulturfeses: Eschericia coli
3) Faktorimun 3) Hipotensi,
ologik demam,
4) Faktorpsiko takikardibilab
logik erat
5) Faktorlingk 4)
ungan
Shigelosis ShigellaSp 1) Diare 1) Pemeriksaantinja
(DisentriShi 2) adanya lendir 2) Sigmoideskopi
gella) dan darah
dalam tinja
3) perut terasa
sakit dan
tenesmus.
17
intravena. Cairan oral a.1.a pedialit, oralit dll Cairan infus a.l. ringer laktat dll. Cairan
diberikan 50 – 200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhandan status dehidrasi.
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Ringan bila pasien mengalami
kekurangan caira 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien mengalami kekurangan cairan
5-8% dari berat badan. Berat bila pasien mengalami kekurangan cairan 8-10% dari berat
badan.
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akab diberikan yaitu sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan :
1. BJ plasma dengan rumus
BJ plasma−1,025
Kebutuhan cairan x Berat badan x 4 ml
0,001
2. Metode Pierece berdasarkan rumus
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x Berat badan (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat badan (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x Berat badan (kg)
3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis
skor
Kebutuhan cairan= x 10 % x kgBB x 1 liter
15
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral
(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok
diberikan cairan per intravena. Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral
melalui selang nasogastrik atau intravena.
Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infus
pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan atau sedang padapasien masih dapat
diberikan cairan per oral atau nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau
oral/saluran cerna atas yang tidak dapat dipakai. Pemberian per oral diberiakan larutan
oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium
Bikarbonat dan 1,5 g KCl setiap liter. Contoh oralit generik, renalyte, pharolit
dll.pembagian cairan dehidrasi terbagi atas:
18
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial) : jumlah total kebutuhan cairan menurut
rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar
tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikut/ jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan berdasarkan
kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila
tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui
tinja dan Insensible water loss (IWL).
Obat anti-diare
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. a). Yang paling efektif yaitu derivat
opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamide paling
disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat
merupakan obat lain yang dapat digunakan terapi kontraindikasi pada pasien HIV karena
dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat anti motilitas penggunaannya haris hati-
hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti
mikroba, karena dapat memperlambat penyembuhan penyakit. b). Obat yang mengeraskan
tinja : atapulgite4x 2 tab/hari, amectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampe
diare berhenti. c). Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase : Hidrasec 3 x 1 tab/hari.
Obat antimikroba
Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease karena
virus atau bakteri non invasive, pengobatan empiric tidak dianjurkan pada semua pasien.
Pengobatan empikir diindikasikan pada pasien-pasien diduga mengalami infeksi bakteri
invasive, diare turis (traveler’s diarrhea) atau immunosupresif.
20
Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena mengkonsumsi makanan
yang mengandung bahan berbahaya/toksik atau yang terkontaminasi. Kontaminasi bisa oleh
bakteri, virus, parasit, jamur, toksin.
Menurut Depkes RI tahun 2004 Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis penyakit
atau gangguan kesehatan lainnya akibat mengkontaminasi makanan. Makanan yang menjadi
penyebab keracunan biasanya telah tercemar oleh unsur- unsur fisika, mikroba ataupun kimia
dalam dosis yang membahayakan. Kondisi tersebut dikarenakan pengelolaan makanan yang
tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah hygiene sanitasi
makanan.
1. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah mengandung racun, seperti
jamur beracun, ketela hijau, gadung atau umbi racun
2. Infeksi mikroba (bacterial food infection), yaitu disebabkan bakteri pada saluran pencernaan
makanan yang masuk kedalam tubuh atau tertelannya mikroba dalam jumlah besar, yang
kemudian hidup dan berkembang biak, seperti salmonellosis streptococcus Universitas Sumatera
Utara
3. Racun/toxin mikroba (bactrical food poisoning), yaitu racun atau toxin yang dihasilkan oleh
mikroba dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah yang membahayakan
seperti racun botulism tang disebabkan oleh colostridium pseudomonas cocovenenas. Terdapat
pada tempe bongkrek.
4. Kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk dalam tubuh dalam jumlah yang
membahayakan seperti, arsen, cadmium, pestisida dengan gejala depresi pernafasan sampai
coma dan dapat meninggal.
5. Alergi, yaitu tahan allergen di dalam makanan yang menimbulkan reaksi sensitive kepada
orang-orang rentan, seperti histamine pada udang, tongkol dan bamboo masak dan sebagainya.
21
Penyakit terjadinya inkubasi
kontaminasi
Clostridium Makanan kaleng 12-36 jam Gangguan pencernaan Jangan
botulinum produk rumah akut yang diikuti oleh mengkonsumsi
(Botulism) tangga dengan pusing-pusing dan makanan kaleng yang
kandungan asam muntah-muntah, bisa terlihat rusak atau
yang rendah, juga diare, lelah, berbau tidak sedap,
makanan kaleng pusing dan sakit bocor, berlubang,
komersiil yang kepala. berkarat, atau penyok
dikemas dengan
kurang layak,
ikan yang
dikemas
kalengan atau
yang di-
fermentasikan.
Salmonella Telur mentah 6 – 72 jam Diare (seringkali Masak hingga matang
(Salmonellosis) atau setengah (biasanya disertai darah), kram, makanan seperti telur,
matang, daging 12–36 jam) nyeri perut, serta unggas, dan daging
dan unggas demam yang muncul cincang; cucilah buah
setengah 2 – 5 hari setelah dan sayuran mentah
matang, buah mengkonsumsi sebelum dikupas,
dan sayuran makanan yang dipotong, atau
mentah yang terkontaminasi dimakan langsung;
terkontaminasi hindari
(seperti mengkonsumsi
kecambah dan produk olahan susu
melon), susu yang belum
yang tidak dipasteurisasi serta
dipasteurisasi makanan mentah;
serta produk bersihkan permukaan
olahan susu dapur dan hindari
22
lainnya seperti terjadinya
mentega dan kontaminasi silang
keju dengan tidak
menggunakan wadah
yang sama untuk
menyimpan makanan
mentah dan matang.
Campylobacteriosis Unggas atau 2–5 hari Diare (seringkali Masaklah makanan
daging lainnya disertai darah), nyeri sampai matang karena
yang mentah dan perut, demam, sakit spesies
setengah kepala, mual, dan/atau Campylobacter dapat
matang, produk muntah dibunuh melalui
susu yang belum panas; hindari
dipasteurisasi, kontaminasi silang
air yang tidak dengan menggunakan
sehat atau bahan talenan berbeda untuk
yang memotong makanan
terkontaminasi mentah dan matang;
jangan minum susu
mentah; dan sering
mencuci tangan
Infeksi vibrio para Terutama 2-48 jam, Sakit perut bagian Tempat pengelolaan
haemolyticus konsumsi ikan biasanya bawah, diare berdarah makanan/rumah
dan produk 12 jam dan berlendir, pusing, tangga: pengolahan
perikanan muntah-muntah, makanan laut dengan
matang yang demam ringan, pemanasan sampai
mengalami menggigil, sakit matang; pendinginan
kontaminasi- kepala, recoveri makanan laut sampai
silang dengan dalam 2-5 hari beku; pencegahan
ikan mentah. kontaminasi-silang
produk makanan laut
yang mentah dengan
23
makanan lain atau
permukaan peralatan
untuk penyiapan
makanan
Shigellosis Kebanyakan 1–2 hari Diare (encer atau Cucilah tangan
kejadian luar disertai darah), dengan air hangat dan
biasa akibat dari demam, kram perut sabun sebelum
makanan memasak dan sesudah
khususnya salad, dari kamar mandi,
makanan yang mengganti popok,
disiapkan dan atau berhubungan
dimasak oleh dengan orang yang
pemasak dengan terinfeksi
tingkat
kebersihan
perorangan
rendah
Listeriosis Makanan siap 3-21 hari Demam, nyeri otot, Masaklah semua
santap yang terkadang gejala bahan pangan hingga
didinginkan gastrointestinal matang, panaskan
seperti sosis, seperti mual atau makanan yang telah
susu yang belum diare; gejala seperti dimasak pada suhu
dipasteurisasi, sakit kepala, leher 74° celsius, pisahkan
serta produk kaku, linglung, hilang daging mentah dari
susu lainnya keseimbangan, hingga makanan yang telah
seperti susu dan gemetar dimasak atau
keju, daging makanan siap santap,
mentah atau jagalah kebersihan
yang dimasak kulkas dan area dapur
setengah
matang, unggas,
dan ikan
24
Staphylococcal Salad daging 2–8 jam Mual, muntah, kram Cucilah tangan
food poisoning ham, ikan tuna, perut, dan diare; dengan air dan sabun;
(Staphylococcus telur, ayam, terkadang disertai jangan menyiapkan
aureus) kentang, dan sakit kepala dan atau menyajikan
makaroni; roti demam makanan jika ada luka
lapis; susu atau atau infeksi kulit pada
keju yang tangan atau
terkontaminasi; pergelangan; pastikan
olahan roti makanan berada di
seperti pai krim luar zona bahaya
dengan mendinginkan
sesegera mungkin
DAFTAR PUSTAKA
25
2. Suthisarnsuntorn U. Bacteria Causing Diarrheal Diseases & Food Poisoning, DTM&H
Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.
3. Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta : Balai
Penerbit IDAI.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana
Diare pada Balita. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
5. Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413.
6. Debara L. Tucci, MD, MS, MBA.Dizziness and Vertigo (Online). 2016. (Diakses pada 1
November 2017). Diunduh dari: http://www.merckmanuals.com/professional/ear-nose-
and-throat-disorders/approach-to-the-patient-with-ear-problems/dizziness-and-vertigo
7. William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR. Nausea: Symptoms & Signs (Online). 2017.
(Diakses pada: 1 November 2017). Diunduh dari:
Medicinenet.com/nausea/symptoms.htm.
8. Kasper, D.L., et al., eds. Harrison's Principles of Internal Medicine, 19th Ed. United
States: McGraw-Hill Education, 2015.
9. Siti Setiawati, dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid II. Interna Publishing. Jakarta :
2014
10. Tjandrawinata, R., Raymond dr.. scientific journal of pharmaceutical development and
medical application. Medicinus. Vol. 22, No.3, Edition September - November 2009 .
11. Joyann A Kroser, MD, FACP, FACG, AGAF.
Shigellosis.Diaksesdarihttps://emedicine.medscape.com/article/pada 31 Oktober 2017
pukul 17.00
12. Vinod K Dhawan, MD, FACP, FRCPC, FIDSA.
Amebiasis.Diaksesdarihttps://emedicine.medscape.com/article/pada 31 Oktober 2017
pukul 17.05
13. Marc D Basson, MD, PhD, MBA, FACS. Ulcerative
Colitis.Diaksesdarihttps://emedicine.medscape.com/article/pada 31 Oktober 2017 pukul
17.10
26
14. Roberto M Gamarra, MD. Food
Poisoning.Diaksesdarihttps://emedicine.medscape.com/article/pada 31 Oktober 2017
pukul 17.11
15. Marcellus SK, Daldiyono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Bab 92 Diare Akut.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
2006
16. http://www.ichrc.org/155-keracunan-makanan (diakses pada tanggal 31 oktober 2017)
17. http://www.WHO/indonesia/publications/foodborne_illnesses-id_03272015.pdf (diakses
pada tanggal 31 oktober 2017)
18. Departemen kesehatan RI.2004. Higiene sanitasi makanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
27