Anda di halaman 1dari 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

TONSILITIS FALIKULARIS

A. PENGERTIAN
Tonsillitis falikularis adalah tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi
eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut dectritus.

1. ETIOLOGI
Menurut Iskandar N (1993) Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus:
a. Streptococcus B hemoliticus grup A
b. Streptococcus viridens
c. Streptococcus pyogenes
d. Staphylococcus
e. Pneumococcus
f. Virus

2. PATOFISIOLOGI
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak
kuning yang disebut decritus. Decritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel
yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan decritus disebut tonsillitis lakunaris, bila
bercak decritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakularis.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membrane semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh decritus, proses
ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula.

B. PENGKAJIAN
Gejala umum yang dikeluhkan pasien, suhu subfebril, nyeri tenggorok, nyeri kepala, tidak
nafsu makan, badan lemah dan nadi lambat.
Gela lokal berupa:
1. Nyeri tenggorok
2. Disfagia
3. Mual dan muntah
4. Tonsil membengkak ditutupi bercak putih

C. DIAGNOSA KEPERAWATN
1. Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan terapi menelan diharapkan tidak ada masalah
dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan menelan dapat diatasi.

Intervensi:
a. Pantau gerakan lidah klien saat menelan
b. Hindari penggunaan sedotan minuman
c. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan meniapkan menelan
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama
makan/minum obat

2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri diharapkan tidak ada masalah
dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang.
Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
b. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi/latihan nafas dalam
c. Berikan analgesic yang sesuai
d. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
e. Anjurkan pasien untuk istirahat

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi diharapkan tidak ada masalah
nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi.

Intervensi:
a. Berikan makanan yang terpilah
b. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
c. Berikan makanan tapi sering
d. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentukmenarik

4. Hipertermi berhungan dengan proses penyakit

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment diharapkan tidak ada masalah
dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun.
Intervensi:
a. Monitor suhu sesering mungkin
b. Monitor warna dan suhu kulit
c. Monitor tekanan darah, nadi dan pernafasan
d. Monitor intake dan output
e. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

Anda mungkin juga menyukai