Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Manajemen
a. Pengertian Manajemen
Manjemen berasal dai kata manage to man yang bearti mengatur sedangkan man
adalah manusia, bila digabungkan, manajemen bearti mengatur manusia.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (dalam karyoto:2016) Manjemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber – sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut T. Hani Handoko, “Manajemen mencakup fungsi – fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, dan pengawasan.”
b. Fungsi Manajemen
Menurut Amirullah Hari Budiono menyatakan bahwa manager paling tidak harus
melaksanakan empat fungsi yaitu :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah fungsi untuk merencanakan tujuan yang ingin di capai organisasi.
Secara operasional tujuan organisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan profit
dan tujuan nonprofit. Organisasi bertujuan profit harus menentukan besarnya
produksi, target penjualan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah fungsi untuk megelompokan pekerjaan. Kegiatan – kegiatan
organisasi kecil untuk mencapai tujuan tentu dapat diurus oleh satu orang atu dengan
bantuan beberapa orang terdekat seperti anggota keluarga atau saudara. Namun tidak
demikian bagi organisasi besar yang memiliki banyak pekerjaan untuk diselesaikam.
Pekerjaan – pekerjaan organisasi besar haru dikelompokan agar lebih mudah
diselesaikan dan banyak pekerja akan dibutuhkan untuk mengisi kelompok –
kelompok tersebut.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah fungsi untuk memengaruhi para pekerja agar ereka bersemangat
dalam bekerja atau berkegiatan, dan mampu memberikan hasil yang maksimal.
Fungsi pengarahan perlu diterapkan dalam organisasi karena tidak semua pekerja
bersemangat untuk menjalankan kegiatan organisasi.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi untuk mencegah terjadinya kesalahan kesalahan dalam
kegiatan. Kesalahan – kesalahan, seperti salah cara kerja atau salah menggunakan
waktu, pasti akan muncul karena suatu kegiatan ditangani oleh banyak pekerja.
Kesalahan – kesalahan itu tentu akan memengaruhi hasil yang dicapai. Apabila
banyak produk yang dihasilkan cacat, seperti cacat jumlah, kualitas, dan kuantitas,
organisasi pati kecewa, langkahnya untuk mencapai tujuan
5. Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan usaha – usaha mendapatkan dana perusahaan dengan
biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara
efisien. Salah satu tujuan manajemen keuangan perusahaan adalah meningkatkan
kemakmuran para pemegang saham, semakin tingginya harga saham merupakan cerminan
keputusan dalam berinvestasi.
Fungsi manajemen keuangan ada tiga yaitu keputusan investasi yang merupakan
masalah bagaimana mengalokasikan dana kedalam bentuk keuangan, keputusan pendanaan
yang sering disebut kebijakan struktur modal, keputusan dividen yang merupakan bagian
keuntungan yang akan di bayarkan perusahaan kepada pemilik saham.
Tujuan mutama manajemen keuangan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang
saham, bukan pengukuran akuntasi seperti laba netto atau laba per lembar saham (EPS)
(Brigham dan Houston)
6. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan dalam suatu periode
akuntansi yag menggambarkan keadaan dari sebuah perusahaan (Hery, 2017). Laporan
keuangan yang berkualitas bermanfaat bagi pengambilan keputusan oleh para pemangku
kepentingan dengan cara mengevaluasi kinerja perusahaan melalui laporan keuangan
tersebut.
Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai degan
prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan lain dalam posisi keuangan (Hery, 2014). Informasi mengenai besarnya laba yang
diperoleh perusahaan merupakan bagian penting dari laporan keuangan, sehingga informasi
yang ada didalam laporan keuangan seharusnya memiliki kemampuan untuk dapat
memprediksi laba masa mendatang. Menurut PSAK No. 1 (2012) : “Laporan keuangan
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Laporan keuangan sepatutnya dapat memenuhi keperluan para pengguna terutama berkaitan
dengan validitas informasi tersebut. Informasi yang diberikan seharusnya informasi yang
dapat dipercaya.
b. Rasio keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut Jamnes C Van Home (dalam Kasmir) merupakan
indeks yang menghubungka dua angka akuntasni dan diperoleh dengan membagi satu
angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan da menganalisis kinerja suatu perusahaan.
Rasio keuangan di gunakan dengan cara membandingkan angka yang terdapat
pada laporan keuangan sehingga dapat menghasilkan kondisi kesehatan suatu perusahaan.
Menurut Pirmatua Sirait (2017:37) Secara umum rasio keuangan difokuskan
terhadap tiga hal berikut :
1. Rasio cakupan (a coverage ratio), yaitu pengukuran kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan utang jangka pendek (liquidity) dan keamanan terhadap utnag jangka
panjang (safety/solvability.
2. Rasio hasil (a return rasio), yaitu pengukuran kemampuan perusahaan menggunakna
sumber dlaya yang ada dengan efektif, sehingga sesuai dengan sasaran atau tujuan
perusahaan.
3. Rasio penggantian (a turnover ratio), yaitu pengukuran kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba atau pengganti seluruh yang telah dikorbanan termasuk harapan
c. Jenis-jenis rasio
Jenis rasio keuangan yang sering digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan yang biasa digunakan adalah (Hery : 2018)
a. Rasio Likuiditas
Merupakam rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dlam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Rasio likuiditas ini biasanya
digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan mampu menlunasi hutangnya.
Rasio likuiditas terdiri dari :
1. Rasio lancar (current ratio), merupakan rasio untuk mengkur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan
menggunakan aset lancar yang tersedia
2. Rasio cepat (quick ratio), merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jauh tempp dengan
menggunakan aset lancar tanpa memperhitungka n persediaan barang dagang dan
aset lancar lainnya
3. Rasio kas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang
kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek.
b. Rasio Solvabilitas
Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibnya.
Rasio solvabilitas terdiri dari :
1. Rasio Utang (Debt yo Asset Ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset.
2. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity ratio), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total utang denga total ekuitas
3. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas (long term debt to equity), merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara utang jangka panjang
dengan total ekuitas
4. Rasio Kelipatan bunga yang di hasilkan (times interest earned ratio), merupakan rasio
yang menunjukan kemampiam perusahaan dalam membayar bunga.
5. Rasio laba operasional terhadap kewajiban (operating income to liabilitie ratio),
merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh
kewajiban yang diukur dari jumlah laba operasional.
c. Rasio aktivitas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tigkat efisiensi atas pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki perusahaan atau untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari.
Rasio aktivitas terdiri dari :
1. Perputaran piutang usaha (accounts Receivable turn over), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang usaha atau berapa kali
dana yang tertanam dalam piutang dalam piutang usaha akan berputar dalam satu
periode.
2. Perputaran persediaan (inventory turn over), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaa akan berputar dalam satu
periode.
3. Perputaran modal kerja (working capital turn over), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur keefektifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki perusahaan dalam
menghaslkan pejualan
4. Perputaran aset tetap ( fixed assets turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan
penjualan.
5. Perputaran total aset (total asset turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukut berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkam dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam total aset.
d. Rasio profitabilitas
Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio profitabilitas terdiri dari
1. Hasil pengembalian atas aset (return on asset), merupakan rasio yang mnunjukan hasil
(return) atas penggunaan aset perusahaan dalam menciptakan laba bersih.
2. Hasil pengembalian atas ekuitas (retur on Equity), merupakan rasio yang menunjukan
hasil (return) atas penggunaan ekuitas perusahaan dalam menciptakan laba bersih
3. Margin laba kotor (gross profit margin), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persenntase laba kotor atas penjualan bersih
4. Margin laba bersih (Net profit margin), merupakam rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih
5. Laba per lembar saham biasa (Earning per share), merupakan rasio untuk mengukur
keberhasilan manajemen perusahaan dalam meerikan keuntungan bagi pemegang saham
biasa.
6. Rasio harga terhadap laba ( Price Earning Ratio), merupakam rasio yang menunjukan
hasil perbandingan antara harga pasar per lembar saham dengan laba per lembar saham.
Dari rasio diatas hanya beberapa yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu
rasio Leverage dan rasio Profitabilitas.
8. Leverage
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang (Kasmir, 2016 dalam Hery,
2017) artinya, seberapa beban hutang yang harus ditanggung perusahaan dibandingkan
dengan asetnya. Dalam arti luas dikatakan bahwa ratio leverage digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
Leverage merupakan suatu alat yang penting dalam pengukuran efektivitas
penggunaan utang perusahaan. Konsep leverage ini penting bagi investor dalam membuat
pertimbangan penilaian saham karena para investor umumnya cenderung menghindari
resiko (Prasetyorini, 2013 dalam Hery 2017).
Resiko yang timbul dalam peggunaan Financial Leverage disebut dengan financial
risk, yaitu risiko tambahan yang dibebankan kepada pemegang saham sebagai hasil
penggunaan utang oleh perusahaan. Semakin besar leverage suatu perusahaan menunjukan
risiko investasi semakin besar pula. Tujuan dan manfaat rasio Solvabilitas/Leverage (Hery,
2017) :
1. Untuk mengetahui posisi total kewajiban perusahaan kepada kreditor, khususnya jika
dibandikan dengan jumlah aset atau modal yang dimiliki oleh perusahaan
2. Untuk mengetahui posisi kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap jumlah
modal yang dimiliki perusahaan
3. Untuk mengetahui kemampuan aset perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban,
termasuk kewajiban yang bersifat tetap seperti pembayaran angsuran pokok pinjaman
beserta bunganya secara berkala.
4. Untuk menilai seberapa besarnya aset perusahaan yang dibiayai oleh modal
5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang untuk pembiayaan aset perusahaan
6. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap aset yang dijadikan sebagai jaminan modal
bagi pemilik atau pemegang saham.
7. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai
jaminan utang
8. Untuk menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan (yang diukur
dari jumlah laba operasional) dalam melunasi seluruh kewajiban. (Hery, 2017)
Menurut Sutrisno (2000:224) Suatu ukuran rasio Leverage dapat menggunakan pada
beberapa jenis rasio laverage diantaranya :
1. Debt to Total Asset Ratio
2. Debt to Equity Ratio
3. Time Interest Earned Ratio
4. Fixed Charge Coverage Ratio
5. Debt Service Ratio
Kali ini penulis menggunakan analisa rasio Leverage yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan
Debt to Total Aset Ratio (DAR). Dalam melakukan analisis fundamental yang harus dilakukan
oleh investor adalah menganalisis hutang. Analisis hutang tersebut dapat diukur dengan rasio
DER dan DAR. DER digunakan untuk membandingkan total hutang perusahaan dengan total
ekuitas atau dana dari pemegang saham. Semakin rendah rasio DER menunjukan keuangan
perusahaan yang semakin kuat, yaitu dimana total dana pemegang saham lebih besar dibanding
dengan jumlah utang. Adapun untuk mengukur rasio DER dengan menggunakan rumus berikut :
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang x 100 %
Total Ekuitas
Selain rasio DER, dalam analisi utang kita dapat menghitung DAR yaitu membagi total
utang dengan total aktiva. Semakin tinggi angka Debt to Asset ratio maka semakin beresiko pula
kinerja perusahaan tersebut. Adapun untuk mengukur rasio DAR yaitu :
Debt to Asset Ratio (DAR) = Total Hutang x 100%
Total Aktiva
9. Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari aktivitas normal bisnisnya. Rasio profitabilitas dikenal juga
sebagai rasio rentabilitas. Disamping bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, profitabilitas juga bertujuan untuk mengukur tingkat
efektifitas manajemen dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, yaitu
yang berasal dari kegiatan penjualan, penggunaan aset maupun penggunaan modal. Rasio yang
mengukur profitabilitas antara lain sebagai berikut (Sutrisno, 2000) :
a. Profit Margin
b. Gross Profit Margin
c. Net Profit Margin
d. Return on Asset
e. Return on Equity
f. Return on Investment
g. Earning Per Share
Kali ini peneliti akan menggunakan rasio Earning per Share (EPS) sebagai alat ukur
profitabilitas dalam penelitian ini. EPS atau yang dikenal sebagai laba per lembar saham yang
merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham
pemilik (Sutrisno,2000). Adapun rumus untuk mengkur laba per lembar saham sebagai berikut :
11. Saham
a. Pengertian saham
Saham adalah instrument pasar modal berupa surat berharga yang menunjukan
bagian kepemilikan suatu perusahaan yang berwujud selembar kertas.
Menurut Pandji Anogara dan Piji Pakarti (2006:54) saham merupakan tanda
penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas. Dengan memiliki saham suatu
perusahaan, makan manfaat yang diperoleh diantaranya, berikut ini :
a. Deviden, bagian dari keuntngan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham.
b. Capital gain, adalah keuntungan yang diperop=lej dari selisih jual dengan harga
belinya.
c. Manfaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak
suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
b. Jenis saham
1. Saham biasa
Merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa
mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh
keuntungan. Saham biasa paling banyak digunakan untuk menarik dana dari
masyarakat.
2. Saham preferen
Menurut Ridwan S.Sundjaja dan Inge Barlian (2003;436) saham preferen
merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham
biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi
juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
Menurut Andy Porman Tambunan (2007:3) faktor utama yang membuat harga
saham preferen naik adalah suku bunga deposito perbankan. Jika suku bunga
deposito sedang menurun, investor akan memburu instrument investasi lain yang
lebih menjanjikan, seperti saham preferen perusahaan yang bereputasi baik, yang
memberikan dividen diatas suku bunga deposito perbankan.
c. Kategori saham
Kategori saham menurut Andy Porman Tambunan (2007:23) sebagai berikut.
1. Blue Chip Stocks
Blue chip adalah saham perusahaan – perusahaan besar yang telah terbuki memiliki
reputasi baik dan secara historis memiliki catatan pertumbuhan keuntungan (profit
growth) dari tahun ke tahun, serta konsisten memberikan dividen kepada pemegang
saham.
2. Growth Stocks
Sebuah perusahaan yang menunjukan pertumbuhan pendapatan dan laba yang lebih
tinggi dari rata – rata industrinya disebut growth company (perusahaan bertumbuh)
3. Defensive Stocks
Harga saham jenis ini pada umumnya tidak terpengaruh oleh fluktuasi iklim
perekonomian.
4. Cylical Stocks
Cylical Stocks merupakan kebalikan dari defensive stocks. Perusahaan yang
memiliki saham jenis ini umumnya menikmati kemakmuran hanya pada musim –
musim tertentu. Misalnya, perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah
akan menghasilkan penjualan pesar menjelang tahun ajaran baru.
5. Income Stocks
Saham jenis ini memberikan pendapatan berupa dividen yang cukup tinggi dan
rutin bagi pemegang sahamnya
6. Speculative Stocks
Saham jenis ini tidak mampu secara konsisten menghasilkan laba, namun memiliki
prospek yang baik di masa mendatang.
7. Junk Stocks
Saham ini umumnya tidak memiliki manajemen yang baik dan sering kali
mengalamikerugian. Utangnya banyak dan tidak memiliki produk/jasa yang
berprospek cerah.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi harga saham telah banyak dilakukan, dimana
hal tersebut dikaitkan dengan Leverage dan Profitabilitas terhadap harga saham. Berikut ini
adalah rekapitulasi hasil penelitian sebelumnya megenai faktor – faktor yang mempengaruhi
harga saham, diperlihatkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1
Rekapitulasi Hasil Penelitian Terdahulu