Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No.

2344/Kp/Diknakes/VII/1987 dan keputusan Medikbud No.

12/DIKTI/Kep/1990, struktur PKL dan magang dialokasikan pada

semester VI (enam) bersama karya tulis ilmiah dan ujian akhir program.

Kegiatan PKL dilakukan berdasarkan surat keputusan Menkes RI

No. 884/SJ/Diknakes/VII/1986, tanggal 18 Juli 1986 tentang pelaksanaan

praktek kerja lapangan pendidikan tenaga kesehatan di unit pelayanan

kesehatan.

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk

pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar bagi

mahasiswa melalui kegiatan kerja secara langsung di dunia kerja untuk

mencapai tingkat keahlian tertentu dengan bertujuan memberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktekkan yang diperoleh

pada setiap tahap pendidikan, disertai dengan sikap professional di

bidang laboratorium. Mengingat pentingnya hasil dari kegiatan. Praktek

Kerja Lapangan (PKL) ini, dipandang perlu untuk dibuatnya laporan

dalam rangka melatih mahasiswa agar mampu mengakomodasikan

seluruh kegiatan yang dilakukan dalam bentuk laporan yang baik dan

1
2

objektif, sehingga diharapkan dengan adanya laporan ini keadaan lahan

praktek mahasiswa dapat direferensikan.

Untuk meningkatkan proses belajar mengajar bagi mahasiswa

tingkat akhir jurusan analis kesehatan Poltekes Kemenkes Ternate,

dipandang perlu untuk diberikan pengetahuan dan wawasan agar

memiliki penguasaan pengetahuan (kognitif) serta ketrampilan

(psikomotor) yang dapat dipraktekkan secara utuh dilapangan.

1.2 Tujuan PKL

1.2.1 Tujuan umum

Praktek kerja lapangan adalah wadah bagi mahasiswa

untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang didapatkan dikampus

selama ini dan sebagai perkenalan dengan dunia kerja secara

nyata.

1.2.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus pada praktek kerja lapangan ini yaitu:

a. Mengenal macam-macam dan sifat-sifat mikroorganisme yang

berhubungan dengan kesehatan.

b. Melakukan diagnostik laboratorium terhadap parasit penyebab

infeksi pada manusia.

c. Melakukan pemeriksaan mikroorganisme dalam laboratorium

klinik secara makroskopis, mikroskopik, isolasi dan tes serologi

atau imunologi.
3

d. Melakukan pemeriksaan secara analisis kimia klinik dan

hematologi.

e. Melakukan pemantapan mutu laboratorium secara internal

dalam bidang kimia klinik, hematologi, imunologi dan

mikrobiologi.

1.3 Manfaat PKL

Adanya PKL ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat, yaitu :

a. Bagi mahasiswa

Memberikan pengalaman praktik kerja pada dunia kerja yang

sesungguhnya, melatih kedisiplinan, tanggung jawab serta

berwawasan ilmu terutama di bagian teknologi laboratorium, dapat

belajar berinteraksi dan mengembangkan diri sebagai persiapan terjun

ke dunia kerja, serta memberikan pelatihan untuk

mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan sekaligus

menggali pengetahuan yang berkaitan dengan pemeriksaan

laboratorium di dunia kerja.

b. Bagi Institusi

Menjadi tolak ukur pencapaian kinerja program studi khususnya

untuk evaluasi hasil pembelajaran oleh instansi tempat PKL serta

wadah kerjasama dengan instansi tempat PKL.


4

c. Bagi Rumah sakit

Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan

kebijakan program kerja di masa yang akan datang berdasarkan hasil

pengkajian dan analisis yang dilakukan mahasiswa selama PKL.


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM LABORATORIUM

2.1.1 Pengertian Laboratorium

Menurut Permenpan No. 3 tahun 2010 Laboratorium

adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan,

berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau

bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian,

kalibrasi, dan produksi dalam skala terbatas, dengan

menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode

keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Laboratorium dibedakan sesuai bidang keilmuan yang

dipelajari, misalnya laboratorium kimia yang berkecimpung

dalam bidang ilmu kimia. Laboratorium kimia terbagi lebih

spesifik lagi seperti laboratorium kimia fisika, laboratorium kimia

organik, laboratorium kimia anorganik, laboratorium kimia

analitik, laboratorium biokimia, laboratorium kimia instrumen,

dan sebaginya.

Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang

melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap

5
6

bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari

manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,

kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada

kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat 5.

2.1.2 Tipe Laboratorium

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.3 tahun

2010 menyatakan bahwa tipe laboratorium terbagi dalam 4

kategori, yaitu

1. Laboratorium Tipe I adalah laboratorium ilmu dasar yang

terdapat di sekolah pada jenjang pendidikan menengah, atau

unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan

dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan

kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan

kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan siswa.

2. Laboratorium Tipe II  adalah laboratorium ilmu dasar yang

terdapat di perguruan tinggi tingkat persiapan (semester I, II),

atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan

pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang

peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah

bahan kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan

mahasiswa.
7

3. Laboratorium Tipe III  adalah laboratorium bidang keilmuan

terdapat di jurusan atau program studi, atau unit pelaksana

teknis yang menyelenggarakan pendidikan atau pelatihan

dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan

bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan khusus

untuk melayani kegiatan pendidikan, dan penelitian

mahasiswa dan dosen.

4. Laboratorium Tipe IV adalah laboratorium terpadu yang

terdapat di pusat studi fakultas atau universitas, atau unit

pelaksana teknis yang menyelenggarakan pendidikan

dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan

kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola adalah bahan

kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa

dan dosen.

2.1.3 Jenis-jenis laboratorium kesehatan

Laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang

upaya pelayanan kesahatan, khususnya bagi kepentingan

preventif dan curatif, bahkan promotif dan rehabilitatif.


8

Menurut Indah, 2012. Laboratorium kesehatan terdiri dari

1. Laboratorium Kesehatan Masyarakat

Fungsi laboratorium kesehatan diantaranya adalah

pemeriksaan terhadap parameter air, makanan, minuman

dan udara.

a. Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Kualitas air adalah suatu ukuran

kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan

biologisnya. Kualitas air juga menunjukan ukuran kondisi

air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Air

yang digunakan untuk kehidupan yang ideal seharusnya

jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau dan

tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi

tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat

merugikan secara ekonomis

b. Makanan atau minuman merupakan salah satu bahan

pokok mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan

dan perkembangan makhluk hidup.Dengan kata lain,

bahwa makanan maupun minuman yang dikonsumsi

harus aman, bermutu, bergizi, serta tidak mengandung

bahan-bahan tambahan pangan yang dilarang oleh

pemerintah seperti formalin, boraks, rhodamin B, dll


9

c. Udara adalah salah satu komponen yang sangat penting

dan dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui tingkat polusi yang terdapat

pada suatu lingkungan dengan jumlah pencemaran udara

yang tinggi

2. Laboratorium Klinik

Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan

yang melakukan pelayanan pemeriksaan di bidang

hematologi, mikrobiologi, kimia klinik, parasitologi, imunologi

atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan

kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya

diagnosis penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan

Dalam suatu laboratorium klinik untuk mendapatkan hasil

yang akurat dan tepat harus mengacu kepada GLP (Good

laboratory Practice) yaitu melalui tahapan sebagai berikut:

1. Pra Analitik.

Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap

persiapan awal, dimana tahap ini sangat menentukan

kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan

mempengaruhi proses kerja berikutnya. Dalam tahap pra

analitik meliputi persiapan pasien, persiapan sampel,

cara dan waktu pengambilan sampel, perlakuan


10

terhadap proses persiapan sampel sampai sampel

selesai dikerjakan.

2. Analitik

Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian

sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan.

3. Pasca Analitik.

Pasca analitik adalah  tahap akhir pemeriksaan

yang dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil

pemeriksaan yang dikeluarkan benar-benar valid atau

benar.

2.2 TINJAUAN UMUM PHLEBOTOMI

Plhebotomy merupakan suatu pekerjaan wajib atau mutlak bagi

tenaga TLM

2.2.1 Pengertian Phlebotomy

Plebotomi berasal dari kata yunani yaitu Phleb dan

Tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan Tomia berarti

mengiris/memotong, sedangkan phlebotomis adalah seorang

tenaga medis yang telah mendapat latihan untuk mengeluarkan

dan menampung spesimen darah dari pembuluh darah vena

dan kapiler7.
11

2.2.2 Pengambilan Darah Vena

Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang yang

menyalurkan darah dari bagian tubuh ke dalam jantung dan

bersifat elastis. Pada umumnya darah vena banyak mengandung

gas CO2. Lokasi pengambilan darah vena terdapat tiga bagian di

pergelangan tangan yaitu vena median cubital, cepalica dan

basilica 7.

1. Vena Median Cubital adalah vena yang paling besar, pilihan

pertama pada saat penusukan, terjangkar dengan baik, paling

sedikit sakit pada saat penusukan dan kecil kemungkinan

memarnya

2. Vena cepalica adalah pilihan kedua pada saat penusukan dan

lebih sakit ketika ditusuk dibandingkan dengan Mediana

Cubital.

3. Vena basilica adalah pilihan ketiga pada saat penusukan,

biasanya mudah teraba, tetapi tidak terjangkar dengan baik,

terletak dekat arteri brachial dan saraf median dan paling

terasa sakit pada saat dilakukan penusukan.

Vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan,

maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah

pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan


12

sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih

kecil.6

Terdapat dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu

cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan

menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum

dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer). 6.

Menurut Kusuma Wijaya (2011). Lokasi yang tidak

diperbolehkan diambil darah adalah :

a. Lengan pada sisi mastectomi

b. Daerah edema

c. Hematoma

d. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan

e. Daerah bekas luka

f. Daerah intra-vena lines pengambilan darah di daerah ini dapat

menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat

meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

2.2.3 Pengambilan darah kapiler

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah

skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah

dengan tusukan kulit 6.


13

Menurut Kusuma Wijaya, (2011). pengambilan darah

kapiler dilakukan pada :

a. Ujung jari tangan (fingerstick ) atau anak daun telinga.

b. Untuk anak kecil dan bayi diambil ditumit (heelstick) pada 1/3

bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.

c. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya

gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat),

vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis

setempat.

d. Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang

memerlukan sampel dengan volume kecil, misalnya untuk

pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit

(mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).

2.3 PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

2.3.1 Definisi Hematologi

Hematologi berasal dari bahasa yunani, yaitu haima atau

"darah"), adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang

darah, organ pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta

kelainan-kelainan yang terdapat dalam darah 6.

2.3.2 Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan hematologi terdiri dari pemeriksaan eritrosit,

leukosit,trombosit, hemoglobin, hematokrit, laju endap darah,


14

indeks eritrosit, dan pemeriksaan yang berhubungan dengan

hemostasis 7.

1. Eritrosit atau sel darah merah adalah sel yang terbanyak dalam

pembuluh darah. Jumlahnya pada orang dewasa normal

berkisar antara 4,5–5,5 juta sel/ul. Eritrosit mempunyai bentuk

bikonkaf , yang memberi gambaran seperti cincin pada sediaan

hapus darah tepi. Fungsi utama eritrosit adalah untuk

mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan

mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru.umur eritrosit

yaitu 120 hari 7.

2. Leukosit atau sel darah putih merupakan bagian sel-sel darah

yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda benda

asing termasuk mikroorganisme penyebab infeksi dan dapat

memperbaiki atau mencegah terjadinya kerusakan terutama

kerusakan vaskuler atau pembuluh darah. Sel darah putih

memiliki inti (nukleus). Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara

lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid), dan

ukurannya lebih besar daripada sel darah merah. Jumlahnya

leukosit dalam tubuh yaitu 4000-11.000 /µl 7.

Ada 2 tipe utama sel leukosit yaitu

a. Sel granulosit (basofil, eosinofil dan neutrofil)

b. Sel agranulosit (limfosit dan monosit)


15

3. Trombosit merupakan bagian sel-sel darah yang berfungsi

dalam proses pembekuan darah. Jumlah pada orang dewasa

150.000 – 450.000 sel/μl darah7.

4. Hemoglobin adalah suatu molekul protein yang terdapat dalam

eritrosit yang berfungsi sebagai transportasi oksigen dan karbon

dioksida. Nilai normal Hb yaitu pria (14-16 g/dl) dan wanita (12-

14 g/dl)7.

5. Hematokrit merupakan jumlah volume eritrosit dalam darah yang

dimapatkan. Nilai normal hematokrit yaitu pria (40-48 %) dan

perempuan (32-37 %).

6. Laju endap darah atau juga biasa disebut Erithrocyte

Sedimentation Rate (ESR) adalah ukuran kecepatan endap

eritrosit. Nilai normal LED yaitu pria (0-10 mm/jam) dan

perempuan (0-20 mm/jam) 7.

7. Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin

eritrosit. Indeks eritrosit biasanya digunakan untuk membantu

mendiagnosis penyebab anemia. Istilah lain untuk indeks

eritrosit adalah indeks kospouskuler 7.

Indeks eritrosit terdiri dari 3 yaitu :

a. MCV (mean cospuscular volume) adalah ukuran atau volume

rata-rata eritosit yang dinyatakan dalam fentoliter (fL).Nilai

rujukan: 82 – 92 fl.
16

b. MCH (mean cospuscular hemoglobin) adalah jumlah rata-rata

hemoglobin dalam eritrosit yang dinyatakan dalam

hemoglobin per eritrosit yang disebut dengan pikogram (pg).

Nilai rujukan: 27 – 31 pg

c. MCHC (Mean Cospuscular Hemoglobin Concentration) adalah

perhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin didalam

eritrosit, dinyatakan dengan persen (%).Nilai rujukan: 32 - 37

%.

2.3.3 Hematology Analyzer

Hematology Analyzer adalah alat untuk mengukur sampel

berupa darah. Alat ini juga digunakan untuk memeriksa darah

lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin, hitung sel eritrosit, sel

leukosit, sel trombosit, hematoktrit, indeks eritrosit dan jenis

leukosit dengan cara menghitung dan mengukur sel darah secara

otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau berkas cahaya

terhadap sel-sel yang di lewatkan 7.

2.4 PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK

Laboratorium kimia klinik merupakan laboratorium yang melakukan

pemeriksaan dengan menggunakan serum atau plasma dengan

parameter pemeriksaan meliputi glukosa darah, kolesterol, asam urat, dan

elektrolit, dll 9.
17

Laboratorium kimia klinik merupakan laboratorium yang melakukan

pemeriksaan kimia darah berfungsi untuk mengetahui fungsi beberapa

organ tubuh. Pemeriksaan ini meliputi :

1. Glukosa darah

Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang

mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Glukosa (kadar gula

darah), suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang

digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa

merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam

tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat,

galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein

dan proteoglikan. Gula dalam darah berfungsi untuk dibakar agar

mendapatkan kalori atau energi 9.

Pemeriksaan gula darah dibagi menjadi tiga yaitu

a. Gula Darah Sewaktu (GDS) merupakan jenis pemeriksaan gula

darah yang dilakukan kapanpun tanpa memperhatikan waktu

maupun kondisi seseorang. Nilai normalnya 70-180 mg/dl

b. Gula Darah Puasa (GDP) merupakan pemeriksaan gula darah

yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar respon insulin

dalam menyeimbangkan gula darah dengan persyaratan harus


18

berpuasa selam 8-10 jam sebelum melakukan pemeriksaan. Nilai

normalnya 70-180 mg/dl

c. Gula Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) merupakan pemeriksaan

gula darah setelah 2 jam makan gunanya untuk menilai seberapa

besar fungsi pangkreas untuk menetralisir gula darah. Nilai normal

70-140 mg/dl9.

2. Kreatinin

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan hampir

konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama.

Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan

sekresi, konentra sinya relatif sama dalam plasma hari ke hari, kadar

yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan

fungsi ginjal 9.

Kadar kreatinin berbeda setiap orang, umumnya pada orang

yang berotot kekar memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi daripada

yang tidak berotot. Nilai normal kadar kreatinin pada wanita adalah

0,5–0,9 mg/dL, sedangkan pada laki-laki adalah 0,6–1,1 mg/dL 9.

Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum

mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50 %,

demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat

mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal sebesar 75 % 9.


19

Faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah,

diantaranya adalah perubahan massa otot dan aktifitas fisik yang

berkebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah 9.

3. Ureum

Ureum adalah suatu zat yang merupakan sisa metabolisme

protein melalui pertukaran protein yaitu penguraian dan resisten

semua protein sel yang berlangsung terus menerus. Hampir seluruh

ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino).

Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel.

Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada

keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea

diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan

keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea 10.

Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal

dari makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak

mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal.

Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena

mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi

volume plasma. namun, bila kadarnya sangat rendah bisa

mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan

bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal 10.


20

4. Asam Urat

Asam urat adalah asam yang terbentuk kristal–kristal yang

merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan

nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat

pada inti sel–sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat di tubuh kita

dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari

tanaman (sayuran, buah, kacang–kacangan) ataupun hewan (daging,

jeroan, ikan sarden)10.

Pada umumnya para pria lebih banyak terserang asam urat,

dan kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan

peningkatan usia, sedangkan pada wanita prosentasenya lebih kecil,

dimana peningkatannya juga cenderung berjalan sejak dimulainya

masa menopause. Ini karena wanita mempunyai hormon estrogen

yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urin. Sementara

pada pria, asam uratnya le!bih tinggi karena tidak memiliki hormon

estrogen10.

Pemeriksaan asam urat dapat dilakukan dengan menggunakan

serum atau plasma heparin, maupun urin. Spesimen berupa serum

atau plasma heparin diambil dari 3–4 ml darah yang berasal dari

pembuluh vena, kemudian dimasukkan dalam tabung tertutup. Kadar

asam urat dalam serum atau plasma dapat diukur dengan

metodekolorimetri menggunakan fotometer. Serum yang akan


21

digunakan harus disentrifuge terlebih dahulu untuk mencegah

terjadinya hemolisis. Nilai rujukan yang digunakan dalam analisis

kuantitatif asam urat, yaitu untuk laki – laki 3,5 – 7,0 mg/dl, perempuan

2,5 – 6,0 mg/dl, saat dalam kondisi panik > 12 mg/dl, dan untuk anak –

anak 2,5 – 5,5 mg/dl, serta lansia 3,5 – 8,0 mg/dl 10.

5. AST dan ALT

Alanine Transaminase (ALT) adalah enzim yang dapat dijumpai

di dalam serum darah dan berbagai jaringan tubuh, namun seringkali

dikaitkan dengan kinerja organ hati. ALT merupakan katalisator pada

siklus alanine. 4

Peningkatan rasio serum ALT dan AST dalam rentang antara

batas atas normal dan lima kali nilai batas atas, dapat merupakan

pertanda serius gejala gangguan hati. Aspartate Transaminase (AST)

sering dikaitkan dengan kinerja organ hati, seperti enzim ALT. AST

tidak hanya ada pada organ hati, selain itu AST terdapat di jantung. 4

Pada kerusakan hati akut, jumlah enzim transaminase alanina

(ALT) dan transaminase aspartat (AST) meningkat dalam darah. Pada

hasil test fungsi hati dapat dilihat kadar ALT dan AST yang

menunjukkan kondisi fungsi hati pada saat dilakukan pengetesan.

Kadar ALT dan AST normal adalah untuk ALT 7-35 IU/L dan AST 8-33

IU/L.4
22

6. Kolesterol

Kolesterol adalah lemak yang terdapat dalam aliran darah atau

berada dalam sel tubuh, yang sebenarnya dibutuhkan untuk

pembentukan dinding sel dan sebagai bahan baku beberapa hormon,

namun apabila kadar kolesterol dalam darah berlebihan akan

mengakibatkan penyakit jantung koroner dan stroke. Kolesterol secara

alami bisa dibentuk oleh tubuh sendiri, selebihnya didapat dari

makanan hewani, seperti daging, unggas, ikan, margarin, keju, dan

susu. Makanan yang berasal dari nabati, seperti buah, sayur, dan

beberapa biji-bijian, tidak mengandung kolesterol. 4

Kolesterol sendiri tidak larut dalam darah. untuk itu perlu

berikatan dengan pengangkutnya yaitu lipoprotein, yaitu low-density

lipoprotein (LDL) atau high-density lipoprotein(HDL). Kolesterol yang

normal harus di bawah 200 mg/dl. Apabila diatas 240 mg/dl, maka

berisiko tinggi terkena serangan jantung atau stroke. Mengukur kadar

kolesterol dengan metode “CHOD-PAP”.

Jalur metabolisme eksogen dan endogen berhubungan

dengan metabolisme kolesterol LDL dan trigliserid, sedang jalur

RCTP hanya mengenai metabolisme kolesterol HDL. Metabolisme

lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur utama yaitu jalur metabolisme

eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur “Reverse Kholesterol

Transport” 4.
23

7. Trigliserida

Trigliserida adalah bentuk lemak lain yang bisa berasal dari

makanan atau dibentuk sendiri oleh tubuh. Punya trigliserida yang

tinggi sering diikuti juga oleh kolesterol total dan LDL yang tinggi, serta

kolesterol HDL yang rendah. Orang yang sakit jantung, diabetes, atau

obesitas, biasanya mempunyai kadar trigliserida yang tinggi.

Trigliserida dalam darah yang normal harus di bawah 150 mg/dl.

Beberapa orang mempunyai trigliserida yang tinggi lantaran penyakit

lain atau keturunan. Bila memang ada faktor keturunan, maka anda

harus mengubah gaya hidup, mulai diet rendah lemak, olahraga

teratur, turunkan berat badan, tidak merokok, juga tidak minum

alkohol, bahkan dianjurkan mengurangi konsumsi karbohidrat

(misalnya nasi, mie, atau roti) sampai kurang dari 50 % dari jumlah

kalori total10.

8. Elektrolit

Elektrolit adalah unsur-unsur yang berperan sebagai ion dalam

larutan dan memiliki kapasitas untuk konduksi listrik.Elektrolit terdiri

dari:

a. Natrium merupakan kation terbanyak dalam cairan ekstrasel,

mencapai 60 mEq /kgbb dan sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam

cairan intrasel 4,8 mEq dengan nilai normal 135-145 mEq/L.


24

b. Kalium merupakan konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L

dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%) dengan

nilai normal 3,5-5,0 mEq/L.

c. Klorida merupakananion utama dalam cairan ekstrasel.

Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai

diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam-basa

dengan nilai normal 80-100 mEq/L.10

2.5 PEMERIKSAAN URINALISA

Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal

yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam

darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga hemostatis cairan

tubuh 3.

Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urin.

Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan dan bau urin

diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara

strip reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan

mikroskopik urin sedimen urin dilakukan untuk mendeteksi eritrosit,

leukosit, epitel, kristal dan bakteri 3.


25

Menurut Dinda Amalia, 2012. Pemeriksaan urin rutin terdiri atas

beberapa pemeriksaan, antara lain:

1. Jumlah urine

Mengukur jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan

adanya gangguan faal ginjal, kelainan dalam kesetimbangan cairan

tubuh.

2. Bau urine

Bau urin yang normal disebabkan untuk sebagian oleh asam-

asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari yang

normal seperti makanan, obat-obatan, bau amoniak dan bau busuk .

3. Derajat keasaman

Penetapan reaksi atau pH tidak banyak berarti dalam

pemeriksaan penyaring, akan tetapi ada gangguan keseimbangan

asam basa penetapan itu dapat memberi kesan tentang keadaan

dalam tubuh, apalagi jika disertai penetapan jumlah asam yang di

eksresikan dalam waktu tertentu ion NH 4. pH urin pada orang normal

adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas

7,0 dinamakan basa (alkali). Selain pada keadaan tersebut

pemeriksaan pH urin segar dapat memberi petunjuk kearah etiologi

pada infeksi saluran kencing: infeksi oleh E. Coli biasanya

menghasilkan urin asam. Reaksi atau pH urin dapat ditentukan

dengan semudah-mudahnya memakai kertas indikator.


26

4. Berat jenis

Penetapan berat jenis biasanya cukup dengan menggunakan

urinometer. Apabila sering melakukan penetapan berat jenis dengan

contoh urin yang volumnya kecil, sebaiknya memaki refraktormeter.

5. Kejernihan

Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna. Nyatakan

dengan melihat dari salah satu yakni ; jernih, agak keruh, keruh atau

sangat keruh.

6. Warna

Warna urin dapat dinyatakan dengan melihatnya, seperti: tidak

berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning bercapur merah, merah

bercampur kuning, merah, coklat kuning bercampur hijau, putih serupa

susu.

7. Protein urin

Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin.

Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin

berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau

kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang

ada, maka menggunakan urin yang jernih menjadi syarat penting pada

test-test terhadap protein.


27

8. Glukosa

Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk

dalam pemeriksaan penyaring. Glukosa dapat dilakukan dengan cara

yang berbeda-beda asanya. Cara yang tidak spesifik menggunakan

sifat glukosa sebagai zat pereduksi pada test-test semacam itu

terdapat sutau zat dalam reagens yang berubah sifat dan warnanya

jika direduksi oleh glukosa.

2.6 PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI

Imunoserologi adalah ilmu yang mempelajari tentang reaksi

antigen dan antibodi dalam serum. Pemeriksaan imunologi terdiri dari

pemeriksaan widal, golongan darah, HIV, HbsAg, dan narkoba 2.

d. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan yang dilakukan pada

spesimen serum untuk mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap

bakteri Salmonella sp.

e. Pemeriksaan Golongan darah merupakan pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengetahui golongan darah pasien berdasarkan

penentuan jenis antigen pada permukaan sel darah merah.

f. Pemeriksaan HIV merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi ada

atau tidaknya antibodi terhadap virus HIV yang diproduksi oleh

sistem kekebalan tubuh dalam merespon antigen.

g. Pemeriksaan HbsAg merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi ada

atau tidaknya antigen hepatitis B dalam serum pasien.


28

h. Pemeriksaan Narkoba merupakan pemeriksaan yang dilakukan

untuk mengidentifikasi zat-zat narkotika dan psikotropika seperti

THC, AMP, MET, BZO, MOR, COC dalam urine pasien.

2.7 PEMERIKSAAN PARASITOLOGI

Laboratorium parasitologi adalah salah satu sarana yang

digunakan untuk penelitian dan pemeriksaan berbagai jenis parasit

seperti amoeba, protozoa, jamur, cacing dan lain-lain yang diperiksa

dibawa mikroskop. Pemeriksaan yang sering dilakukan dalam bidang

laboratorium parasitologi yaitu pemeriksaan malaria, pemeriksaan

Mikrofilaria, dan pemeriksaan feses untuk infeksi cacing.

2.7.1 Pemeriksaan Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk Anopheles betina yang kemudian menyerang sel-

sel darah merah 1.

Menurut Ariyanto (2008). penyebab penyakit malaria

adalah parasit plasmodium yang terdapat pada nyamuk

Anopheles. Setidaknya ada empat tipe plasmodium yang dapat

menginfeksi manusia, yaitu :

1. Plasmodium Falciparum

Menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana

berat), sebagai penyebab malaria akut yang menyebabkan


29

kematian di seluruh dunia dengan angka sekitar 90% dari total

kematian akibat penyakit malaria di seluruh dunia. Masa

inkubasi pada penularan secara alamiah plasmodium

falciparum adalah 12 hari.

2. Plasmodium vivax

Menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan),

plasmodium vivax paling sering ditemukan dalam kasus

penyakit malaria di seluruh dunia. Masa inkubasi pada

penularan secara alamiah plasmodium vivax adalah 13-17

hari

3. Plasmodium ovale

Jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena

umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.

Masa inkubasi pada penularan secara alamiah plasmodium

ovale adalah 13-17 hari.

4. Plasmodium malaria

Penyebab malaria quartana dan Masa inkubasi pada

penularan secara alamiah plasmodium malariae adalah 28-30

hari .
30

2.7.2 Pemeriksaan mikrofilaria

Pemeriksaan mikrofilaria merupakan pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya cacing filaria yang

terdapat dalam sampel darah pasien. Spesies cacing penyebab

filariasis yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia

timori

2.7.3 Pemeriksaan feses untuk infeksi cacing

Pemeriksaan feses untuk infeksi cacing merupakan pemeriksaan

untuk melihat adanya infeksi cacingan pada pasien serta untuk

mengetahui keadaan patologinya.

2.8 Pemeriksaan Mikrobiologi

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang

berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang melainkan dengan bantuan mikroskop. Organisme yang

sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-kadang

disebut sebagai mikroba, ataupun jasad renik (Anonymous. 2008).

Pemeriksaan yang sering dilakukan dalam bidang laboratorium

mikrobiologi yaitu pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis.

2.8.1 Pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis.

Pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis. merupakan

pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

bakteri Mycobacterium tuberculosis.


31

BAB III

KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Ruangan Registrasi (Loket)

3.1.1 Pra Analitik

1. Pasien atau keluarga pasien yang masuk kedalam laboratorium

harus memasuki ruangan registrasi (loket) sebelum melakukan

pemeriksaan

2. Petugas analis kesehatan harus melayani dengan ramah dan

senyum

3. Petugas analis kesehatan harus melakukan komunikasi yang

baik mengenai konfirmasi identitas pasien dari pengantar dokter

4. Selanjutnya dipersilahkan pasien agar menunggu untuk

pengambilan sampel

5. Jika pasien memiliki BPJS, maka dibuatkan klen BPJS,

sedangkan untuk pasien umum akan di arahkan ke kasir untuk

penyelesaian administrasi.

3.1.2 Analitik

1. Petugas analis harus mengisi data dibuku register berdasarkan

jenis pemeriksaan yang diminta dari pengantar dokter, misalnya

buku register kimia klinik dan hematologi

31
32

2. Menulis identitas pasien misalnya nama pasien, umur pasien,

asal dari IGD atau poli dan jenis pemeriksaan yang diminta

3. Apabila formulir identitas dan sampel dari ruangan yang

dibawah ke laboratorium, maka konfirmasi identitas pada

formulir lalu diberi identitas sesuai formulir dan diberi label pada

tabung yang berisi sampel

4. Formulir pengantar dokter yang telah ditulis kemudian diberikan

keruangan pengambilan sampel untuk dilakukan pengambilan

darah pasien

5. Setelah sampel darah yang telah diperoleh kemudian diberikan

sampel ke ruangan (hematologi atau kimia analisa)

3.1.3 Pasca Analitik

1. Ketika hasil pemeriksaan telah keluar dan diserahkan oleh

petugas dari ruangan kimia analisa, hematologi, bakteriologi

hasil berdasarkan print out dan secara manual dicatat kembali

ke buku register ruangan.

2. Sedangkan hasil dalam bentuk print out dicatat di kertas

pemeriksaan laboratorium dan diserahkan kepada dokter

patologi klinik untuk melakukan validasi hasil

3. Setelah dilakukan validasi hasil oleh dokter, hasil tersebut

diserahkan kepada pasien


33

3.2 Pengambilan sampel

Di Laboratorium Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan.

Pengambilan sampel dilakukan yaitu pada pengambilan darah vena,

darah kapiler dan urin. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan

permintaan pemeriksaan oleh dokter.

3.2.1 Pengambilan Sampel Darah Vena

1. Tujuan : Untuk mendapatkan sampel darah vena pasien

2. Prinsip : Pembendungan dilakukan agar pembuluh darah

tampak jelas dan dnegan mudah dapat ditusuk

sehingga didapatkan sampel darah.

3. Prosedur kerja

A. Pra analitik

1) Persiapan alat

a) Dispo syringe 3cc

b) Karet pembendung ( tourniquet )

c) Tabung vakum EDTA

2) Persiapan bahan

a) Kapas alkohol 70%

b) Kapas kering

c) Label
34

B. Analitik

Cara kerja

1) Dicuci tangan menggunakan antiseptik dengan enam

langkah cuci tangan yang benar

2) Dipakai perlengkapan alat pelindung diri seperti

handscoon, dan masker

3) Dibaca surat pengantar dokter untuk pemeriksaan

4) Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk

pengambilan darah/ sampel

5) Diperkenalkan diri dan menjelaskan kepada pasien

atas tindakan yang dilakukan

6) Dikonfirmasi identitas pasien dan menjelaskan kepada

pasien seperti nama, tanggal lahir.

7) Diluruskan tangan pasien dan minta pasien untuk

mengepalkan tangannya dan dilihat vena yang akan

ditusuk

8) Dipasangkan tourniquet pada lengan atas pasien

9) Dibersihkan area yang akan ditusuk dengan kapal

alkohol
35

10) Dimasukan jarum ke vena yang akan ditusuk dengan

posisi lubang jarum mengahdap keatas

11) Dilepaskan tourniquet setelah darah mengalir dan

masuk kedalam dispo

12) Ditarik darahnya sampai batas volume yang diinginkan

13) Dilepaskan secara perlahan jarum dari vena

14) Ditekan area vena yang ditusuk dengan kapas kering

hingga darah tidak keluar lagi

15) Dibuang kembali jarum pada limbah infeksius yang

telah disediakan serta dibersihkan area meja

16) Diucapkan terima kasih kepada pasien bahwa

pengambilan darah telah selesai

17) Diberitahu kepada pasien agar menunggu hasil

pemeriksaan

18) Dilepaskan sarung tangan dan dibuang pada limbah

infeksius.

19) Dicuci tangan dengan benar antiseptik dengan 6

langkah cara cuci tangan yang benar

C. Pasca analitik

Interpretasi Hasil :

1) Berhasil : Mendapatkan sampel darah vena

2) Tidak berhasil : Tidak mendapatkan sampel darah vena


36

3.2.2 Pengambilan Sampling Darah Kapiler

1. Tujuan : Untuk mendapatkan sampel darah kapiler pada

pasien

2. Prinsip : Darah dapat diambil, jika posisi lanset tepat

mengenai kapiler.

3. Prosedur kerja

A. Pra Analitik

1) Persiapan alat

a) Lanset

b) Penblood

2) Persiapan bahan

a) Sampel darah kapiler

b) Kapas alkohol 70%

c) kapas kering

3) Persiapan pasien

a) Dilakukan pendekatan dengan pasien secara

tenang dan ramah

b) Dilakukan pendataan identitas pasien pada

lembar pemeriksaan
37

c) Diverifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau

konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat

tertentu, tidak puasa, dan sebagainya.

d) Diusahakan pasien dalam keadaan nyaman

B. Analitik

1) Digunakan alat pelindung diri (APD) yang baik dan

benar.

2) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

3) Desinfeksi kulit dengan kapas alkohol (ujung jari manis

atau jari tengah) dan biarkan kering

4) Tusuk ujung jari dengan lancet secara tegak lurus

5) Usap darah yang baru keluar dengan kapas kering,

darah yang keluar berikutnya digunakan untuk

pemeriksaan

6) Tekan bekas tusukan dengan kapas kering.

C. Pasca Analitik

Interpretasi Hasil:

1) Berhasil : Mendapatkan sampel darah kapiler

2) Tidak berhasil : Tidak mendapatkan sampel darah

kapiler
38

3.2.3 Pengambilan Sampel Urine

1. Tujuan        : Untuk mendapatkan sampel urine pasien

2. Prinsip : Urine ditampung dengan benar akan dilakukan

pemeriksaan sesuai permintaan

3. Prosedur kerja

A. Pra-Analitik

1) Persiapan Pasien

a) Pasien ditanyakan identitas secara ramah

b) Pasien diberikan wadah penampung urine yang

telah diberi label

c) Pasien diberikan penjelasan tentang tata cara

pengambilan sampel urine yang benar.

2) Persiapan Alat

Wadah penampung

3) Persiapan Bahan

a) Tissue

b) Label

c) Sampel urine

B. Analitik

1) Digunakan alat pelindung diri (APD) yang baik dan

benar.
39

2) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

3) Dituliskan identitas penderita pada wadah tersebut

4) Dibersihkan daerah kelamin dengan air yang mengalir

dari arah depan ke belakang

5) Dimulailah berkemih.

6) Dibuang urine yang pertama keluar, kemudian

ditampung urine selanjutnya kedalam wadah steril

sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah

terisi. 

7) Di tutup kembali wadah urine dengan rapat dan

bersihkan dinding luar wadah dari urine yang

tertumpah.

C. Pasca-Analitik

Berhasil mendapatkan urine dengan volume yang

sesuai kebutuhan pemeriksaan serta mendapatkan urine

yang steril.

3.3 Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Darah Lengkap

1. Tujuan :Untuk Mengetahui cara Pemeriksaan Darah Lengkap

dengan menggunakan alat Hematology Analyzer

2. Prinsip : Alat Hematology Analyzer menggunakan metode

restansi impedance gunanya untuk menghitung sel-sel


40

darah sebelum sampel diencerkan dengan larutan yang

memiliki konduktifitas dan osmositas tertentu.

Kemudian sel darah dialirkan melalui celah yang

disebut oriface yang dialirkan melalui elektroda yang

dapat mengenali jenis-jenis sel serta dapat menghitung

jumlah selnya.

3. Prosedur pemeriksaan

A. Pra Analitik

Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus

Persiapan Alat dan Bahan :

a) Tabung Vakum EDTA (tutup Ungu)

b) Dispo 3 cc

c) Kapas Alkohol

d) Kapas Kering

e) Plester

f) Torniquit

g) Rak Tabung

h) Alat Hematology Analyzer Mindray BC-1800


41

Persiapan Sampel :

Sampel darah vena yang telah di ambil menggunakan

Disposiblesyringe 3 cc dipindahkan kedalam tabung yang berisi

EDTA (tutup ungu) kemudian Homogenkan.

B. Analitik

Cara kerja :

1) Dihubungkan kabel power ke stabilizer (stavol)

2) Dihidupkan alat dengan menekan tombol ON

3) Secara otomatis alat melakukan self chet (warming up)

4) Tekan tombol “main”

5) Ditekan tombol id dan masukan identitas pasien lalu tekan

enter

6) Dihomogenkan sampel

7) Dimasukan sampel darah melalui tabung yang terdapat

pada alat

8) Dibiarkan alat berkerja secara otomatis

9) Hasil akan keluar dalam bentuk print out

C. Pasca Analitik
i) Nilai Rujukan Darah Lengkap Untuk Alat Hematology

Analyzer Mindray BC-1800


42

Tabel 3.1 Nilai Range :

Complete Blood Cell Nilai Range Rujukan


WBC 4 – x 103/µL
Lymph# 0,4 – 4,4 x 103/µL
Mid# 0,1 – 0,9 x 103/µL
Gran# 4,2 – 8,5 x 103/µL
Lymph% 11,0 – 49,0 %
Mid% 0,5 – 9,0 %
Gran% 42,0 – 85,0 %
HBG 12,0 – 16,0 g/dL
RBC 3,5 - 5,5 x 106/µL
HCT 36 – 56%
MCV 80,0 – 100,0 fl
MCH 27 – 32 pg
MCHC 32 – 36 g/dl
RDW – CV 10 – 16 %
RDW – SD 35 – 56 fl
PLT 150 – 450 x 103/µL
MPV 5,0 – 10,0 fl
PDW 12,0 – 18,0
PCT 0,108 – 0,282 %

3.4 Pemeriksaan Parasitologi

Pemeriksaan Malaria
43

1. Tujuan : Untuk mengidentifikasi spesies dan stadium

plasmodium malaria secara mikroskopis.

2. Prinsip : Presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan

larutan metylen blue dan eosin yang dilarutkan di dalam

metanol pewarnaan giemsa digunakan untuk

membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel

darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit.

3. Prosedur pemeriksaan :

A. Pra Analitik

1. Persiapan alat

a. Mikroskop

b. Lanset

c. Autoclik

d. Objek glass

e. Rak pewarnaan

f. Pipet tetes

2. Persiapan bahan

a. Larutan giemsa 3%

b. Metanol

c. Oil emersi

d. Sampel darah perifer


44

B. Analitik

1. Pembuatan apusan darah tebal

a. Diteteskan 3 tetes darah kapiler (6 µl) diatas

objek glass

b. Dibuat lingkaran dengan menggunakan objek

glass lain

c. Diwarnai dengan pewarnaan giemsa 3%

d. Dilakukan pembacaan hasil dibawah

mikroskop dengan pembesaran 100×

1. Pembuatan apusan darah tipis

a. Diteteskan 1 tetes darah kapiler (2 µl) diatas

objek glass

b. Dibuat apusan seperti berbentuk lidah dengan

menggunakan objek glass lain

c. Diwarnai dengan pewarnaan giemsa 3%

d. Dilakukan pembacaan hasil dibawah

mikroskop dengan pembesaran 100×

C. Pasca Analitik

Interpretasi hasil:

Positif : Jika di temukan parasit malaria

Negatif : Jika tidak di temukan parasit malaria


45

3.5 Pemeriksaan Kimia Klinik

Pemeriksaan kimia darah

1. Tujuan : Untuk memantau perjalanan penyakit dan sebagai

penunjang bagi klinisi.

2. Prinsip :

a. Glukosa

Glukosa dioksidasi oleh enzim glukosa oksidase (GOD)

membentuk asam glutamat dan hydrogen peroksida. Hidrogen

peroksida bereaksi dengan phenol dan 4-aminoantyphirin dengan

bantuan enzim peroksida menghasilkan quinoneimine yang

berwarna merah .

b. Ureum

Ureum dihidrolisa dengan adanya urease menjadi ammonia dan

CO2. Amonia yang dihasilkan dengan 2-oxoglutarate dan NADH

dengan adanya GLDH membentuk glutamate dan NADH.

c. Kreatinin

Kreatinin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis membentuk

warna kemerahan (Reaksi Jaffe). Warna merah yang terbentuk

berbanding lurus dengan kratinin dalam darah.


46

d. Kolesterol

Kolesterol ditentukan setelah hidrolisa enzimatik dan oksidasi.

Indikator quinoneimine terbentuk dari hidrogen peroksida dan 4-

aminoantyphirin dengan adanya phenol dan peroksida.

e. Asam urat

Dioksidasi oleh uricase menjadi allatoin dan H 2O2 dengan adanya

peroksidase menghasilkan chromogen berwarna yang di ukur

pada panjang gelombang 520 nm yang sebanding dengan kadar

asam urat dalam sampel.

3. Prosedur pemeriksaan :

A. Pra Analitik

1. Persiapan Alat dan Bahan

a) Centrifuge

b) Alat Kenzo 240 TX

c) Kuvet

d) Mikropipet

e) Tip biru

f) Tip kuning

g) Stopwatch

h) Rak Tabung

i) Sampel Serum Pasien


47

B. Analitik

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dilakukan pengambilan darah vena pada pasien

3. Dicentrifuge Sampel darah dengan kecepatan 4000 rpm

selama 10 menit

4. Dipisahkan serum dengan sel-sel darah

5. Dimasukkan serum kedalam kuvet

6. Dipilih Jenis Pemeriksaan

7. Dimasukkan sampel kedalam alat Kenzo 240 TX

8. Dibaca hasilya.

C. Pasca Analitik

Interpretasi Hasil :

GDS : < 160 mg/dl

GDP : 60-120 mg/dl

Asam Urat : (P) = < 6, (L) = < 7 mg/dl

Cholesterol : < 200 mg/dl

Creatinin : 0,6-1,3 mg/dl

Albumin :10 – 50 mg/dl


48

3.5 Pemeriksaan Urinalisa

3.5.1 Pemeriksaan Sedimen Urin

1. Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya unsur sedimen

dalam sampel urin

2. Prinsip : Endapan urin yang diperoleh setelah dipusingkan

diperiksa dibawah mikroskop dan diamati serta

dihitung unsur sel dan torak.

3. Prosedur pemeriksaan

A. Pra analitik

Persiapan alat dan bahan

1) Mikroskop

2) Cover glass

3) Pipet tetes

4) Objek glass

5) Centrifuge

6) Sampel urin

B. Analitik

Cara kerja :

1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2) Dimasukan urin kedalam tabungreaksi kira-kira ¾

tabung.
49

3) Disentrifuge urin dengan tabung penyeimbang selama

1 menit 4000 rpm.

4) Diambil tabung reaksi dan urin dibuang.

5) Dipipet sisa endapan urin dan diteteskan pada objek

glass.

6) Ditutup dengan deck glass dan diamati menggunakan

mikroskop dengan pembesaran 10X objektif dan

diperjelas dengan pembesaran 40X objektif.

C. Pasca analitik

Tabel 3.2. Interpretasi hasil

Dilaporkan Normal + ++ +++ ++++


Eritrosit/LPK 2-3 4-8 8-30 > 30 Penuh
Leukosit/LPK 2-3 4-20 20-50 > 50 Penuh
Silinder/Krista
0-2 3-5 5-10 10-30 >30
l/LPL

3.5.2 Pemeriksaan urin lengkap


50

1. Tujuan : Untuk mengetahui cara kerja urin lengkap

2. Metode : Carik Celup

3. Prinsip :

a. Keton

Asam aseto asetat dan asetan bereaksi dengan Na

prusida dan glisin dalam suasana alkalis suatu kompleks

warna ungu.

b. Glukosa

D-Glukosa diksida menjadi D-Glikonoklaton dengan

adanya peroksidase akan mengoksidase indicator menjadi

warna hijau.

c. Bilirubin

Carik celup yang mengandung garam diaznium dengan

asam yang bereaksi dengan bilirubin dalam urin

menyebabkan perubahan warna merah menjadi ungu.

d. Berat jenis

Adanya kation dalam urin menyebabkan pelepasan proton

oleh complexing agant dan akan terjadi perubahan warna

pada indicator.

e. pH
51

Carik celup mengandung indicator methyl red dan

bromthymol blue, kombinasi indikator memungkinkan

perubahan warna yang jelas dan jingga menjadi hijau

kemudian biru pada daerah pH 5-9.\

f. Protein

Dalam suatu system buffer yang mempertahankan pH

constant, carik celup yang mengandung indicator warna

dapat bereaksi dengan albumin sehingga warna kuning

menjadi hijau.

g. Urobilinogen

Berdasarkan reaksi antara urobilinogen dengan reagen

erlich, intesitas warna yang terjadi dari jingga sampai

merah tua, warna yang timbul sesuai dengan pentingnya

kadar urobilinogen dalam urin.

h. Nitrit

Nitrit dalam urin bereaksi dengan indicator warna

menghasilkan zat warna.

4. Prosedur pemeriksaan

A. Pra analitik

Alat dan bahan

a. Alat Urine Analyzer

b. Wadah specimen urin


52

c. Wadah carik celup sebagai standar

d. Strip carik celup

e. Sampel urin

B. Analitik

Cara kerja :

1) Disiapkan alat dan bahan.

2) Ditampung urin pada wadah urin

3) Diambil strip carik celup dan basahi seluruh permukaan

reagen carik dengan urin.

4) Diletakan strip urin pada alat Urine Analyzer

5) Diamkan sampel hingga muncul hasil pada strip

6) Dilakukan pembacaan

C. Pasca analitik :

Nilai rujukan :

1. Warna : Kuning muda

2. Bau : Amoniak

3. Konsentrasi : Jernih

4. pH : 5,0 – 6,5

5. Berat jenis : 1,010 - 1,030

6. Protein : Negatif

7. Glukosa : Negatif

8. Urobilin : Negatif
53

9. Bilirubin : Negatif

10. Nitrit : Negatif

11. Keton : Negatif

12. Blood : Negatif

13. Leukosit esterase : Negatif

3.6 Pemeriksaan Imunoserologi

3.6.1 Pemeriksaan Widal

1. Tujuan : Untuk mengetahui adanya antibodi terhadap bakteri

Salmonella sp dalam serum pasien.

2. Prinsip : Antibodi yang terdapat dalam serum akan berikatan

dengan antigen pada reagen widal akan

membentuk aglutinasi

3. Prosedur pemeriksaan

A. Pra Analitik

Persiapan Alat dan Bahan :

1) Slide widal

2) Batang pengaduk

3) Mikropipet

4) Tip kuning

5) Sampel serum reagen widal

B. Analitik
54

Cara Kerja :

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dipipet 20 µL sampel serum pada slide widal

3) Ditambahkan reagen widal pada slide widal yang telah

berisi serum sebanyak 1 tetes

4) Dihomogenkan dan diamati ada atau tidaknya

aglutinasi pada slide widal

C. Pasca analitik

Interpretasi hasil :

Positif : Terjadi aglutinasi

Negatif : Tidak terjadi aglutinasi

3.6.2 Pemeriksaan HbsAg

1. Tujuan : Untuk mendeteksi adanya Ag HBsAg pada serum

2. Prinsip : HbsAg dalam sampel akan berikatan dengan anti-

HBs membentuk kompleksyang akan bergerak melalui

membran area tes yang telah dilapisi oleh anti-HBs,

kemudian terjadi reaksi membentuk garis berwarna

merah.

3. Prosedur pemeriksaan
55

A. Pra Analitik

Persiapan Alat dan Bahan:

a. Strip HbsAg

b. Mikropipet

c. Tip kuning

d. Sampel Serum pasien

B. Analitik

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dicelupkan strip HBsag kedalam serum pasien

c. Dibiarkan hingga 20 Menit

d. Dilakukan pembacaan hasil

C. Pasca Analitik

Interpretasi Hasil:

Positif : Terdapat 2 garis merah pada area (C) dan (T)

Negatif : Terdapat 1 garis merah pada area (C)

Invalid : Terdapat 1 garis merah pada area (C) atau tidak

terbentuk garis merah pada area (C) dan (T)

3.6.3 Pemeriksaan Golongan Darah

1. Tujuan : Untuk mengetahui golongan darah pasien

2. Prinsip : Antigen + Antibodi = Aglutinasi

3. Prosedur Kerja Golongan Darah


56

A. Pra-Analitik

1) Persiapan Alat dan Bahan

a. Lanset

b. Pen blood

c. Kartu golongan darah

d. Kapas alkohol

e. Tissue

f. Reagen golongan darah (Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan

Anti-D)

B. Analitik

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Didesinfeksi ujung jarin pasien dengan menggunakan

kapas alkohol 70%

3. Ditusuk jari yang telah didesinfeksi dengan

menggunakan pen blood yang didalamnya telah terisi

lanset, dihapus tetesan darah pertama dengan tissue.

4. Darah yang selanjutnya keluar diteteskan pada empat

lingkaran di kartu golongan darah.

5. Ditambahkan 1 tetes reagen golongan darah disamping

darah sesuai kode yang terdapat di bawah lingkaran

yaitu reagen anti-A, reagen Anti-B, reagen anti-AB, dan

reagen anti-D.
57

6. Dihomogenkan dengan menggunakan ujung lanset

7. Kartu golongan darah dihomogenkan dengan gerakkan

melingkar atau rotator selama 2 menit

8. Amatilah aglutinasi yang akan terjadi

C. Pasca-Analitik

Tabel 3.3. Interpretasi hasil golongan darah

Golongan Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D

darah
A Rhesus +/- + - + +/-
B Rhesus +/- - + + +/-
AB Rhesus + + + +/-

+/-
O Rhesus - - - +/-

+/-
Keterangan :

(+) = Terjadi Aglutinasi

(-) = Tidak terjadi aglutinasi

3.7 Pemeriksaan Mikrobiologi

3.7.1 Pemeriksaan Mycobacterium Tuberculosis

1. Persiapan sampel

a. Dahak sewaktu : penderita datang berobat dengan

keluhan apa saja ke klinik.


58

b. Dahak pagi : diambil pagi hari setelah bangun

tidur.

c. Dahak sewaktu : diambil sewaktu penderita

mengantar dahak pagi.

2. Tujuan

Untuk mengetahui dan mengamati kuman BTA pada

jaringan kulit penderitra lepra dan pada sputum penderita

TBC.

3. Prinsip :

Dinding sel bakteri tahan asam yang terdiri atas

lapisan peptidoglikan dan senyawa lipida yang mempunyai

sifat mudah menyerap sehingga bila diwarnai dengan carbol

fuchsin maka dinding sel tersebut akan meresap zat warna

dengan baik bila dipanaskan. Selanjutnya asam mycolat yang

terdapat di pori-pori dinding sel akan berikatan dengan

fuchsin sehingga warna merah sulit dilunturkan dengan asam

alkohol. Sedangkan zat warna methylen blue merupakan

counter stain sebagai warna dasar. Salah satu bahan yang

digunakan untuk mendiagnosa adalah dahak atau sputum.

4. Prosedur Kerja Golongan Darah


59

A. Pra-Analitik

1. Persiapan Alat dan Bahan

a. Lidi

b. Objek glass/ preparat

c. Bunsen

d. Mikroskop

e. Pinset

f. Rak pengecatan

g. Kertas saring

h. Dahak

i. Carbol Fuchsin 0,3 %

j. Asam Alkohol 3 % 

k. Methylen blue 0,3 %

B. Analitik

a. Mengambil lidi sampel dahak pada bagian purulen.

b. Menyebarkan secara spiral kecil-kecil dahak pada

permukaan kaca sediaan dengan ukuran 2x3 cm.

c. Menjepit sediaan kaca menggunakan pinset dan

fiksasi 2-3 kali melewati api bunsen.

d. Memastikan apusan menghadap ke atas.

e. Meletakkan sediaan dengan bagian apusan

menghadap ke atas pada rak pengecatan dengan


60

jarak 1 jari antara satu sediaan dengan sediaan

lainnya.

f. Teteskan sediaan dengan carbol fuchsin 0,3 %

sampai menutupi seluruh permukaan sediaan.

g. Panaskan dengan api di bagian bawah sediaan

sampai timbul uap (tidak sampai mendidih).

h. Mendiamkannya selama 5 menit.

i. Membilas sediaan dengan air mengalir secara

hati-hati.

j. Menggenangi sediaan dengan asam alkohol 3 %

sampai semua warna merah fuchsin luntur.

k. Membilas sediaan dengan air mengalir secara

hati-hati.

l. Menggenangi sediaan dengan methylen blue 0,3

% selama 10-20 detik.

m. Membilas sediaan dengan air mengalir secara

hati-hati.

n. Mengeringkan sediaan pada rak pengering.

o. Memeriksa sediaan dengan menggunakan

mikroskop dengan perbesaran objektif 1000x.

C. Pasca Analitik

Menggunakan skala IUATLD :


61

1. Negatif     : tidak ditemukan BTA minimal dalam

100 lapang pandang

2. Scanty      : 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang

(menuliskan jumlah BTA yang ditemukan)

3. 1+ : 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang

4. 2+ : 1-10 BTA setiap 1 lapang pandang

(memeriksa minimal 50 lapang pandang).

5. 3+ : ≥ 10 BTA dalam 1 lapang pandang

(memeriksa minimal 20 lapang pandang).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat PKL

4.1.1 Profil RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate


62

Rumah Sakit Umum Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate

merupakan pelayanan rujukan yang memegang peran penting

dalam upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan demi

menunjang kualitas sumber daya manusia berdaya guna dan

berhasil guna bagi peningkatan pembangunan kesehatan di

Provinsi Maluku Utara.

RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie memiliki sarana dan

prasarana yang terdiri dari bangunan fisik 7.081 m 2 dan luas lahan

24.000 m2, dengan batasan-batasan sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Maliaro

2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Toboko

3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Jati

4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Maliaro

Barat.

Pelayanan instalasi dilaboratorium klinik RSUD Dr. H.

Chasan Boesoirie Ternate pada tahun 2014 meliputi pemeriksaan

haemoglobin yang sederhana 1.683 pemeriksaan, sedang 3.027

pemeriksaan dan canggih 15.932 pemeriksaan. Pemeriksaan

Kimia darah dengan pemeriksaan canggih sebanyak 31.176

pemeriksaan, gula darah dengan pemeriksaan canggih sebanyak


192
10.784 pemeriksaan.Serologi dengan pemeriksaan sederhana
63

2.510, sedang 796, dan canggih 820 pemeriksaan.Pemeriksaan

bakteriologi yang sederhana sebanyak 1.673, dan sedang

sebanyak 302 pemeriksaan.Urine sederhana 1.526 pemeriksaan

dan sedang 281 pemeriksaan.Pemeriksaan tinja yang sederhana

sebanyak 52 pemeriksaan dan sedang sebanyak 5

pemeriksaan.Pemeriksaan parasitologi sederhana 1.867 dan

sedang sebanyak 7.419 pemeriksaan.

4.1.2 Visi dan Misi

1) Visi dan Misi RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie

1. Visi RSUD Ternate:

Mewujudkan pelayanan yang paripurna dan bersahabat

2. Misi RSUD Ternate:

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualits

secara Profesional dan terjangkau oleh semua lapisan

masyarakat

b. Meningkatkan Kualitas SDM

c. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

d. Mengupayakan kemandirian Rumah Sakit

2) Visi dan Misi Laboratorium RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie

1. Visi
64

Mewujudkan pelayanan patologi klinik yang paripurna

dan bersahabat yang pengembangannya sesuai kebijakan

rumah sakit dengan terus meningkatkan kualitas dan menjadi

laboratorium pilihan masyarakat Maluku Utara

2. Misi

a. Memberikan pelayanan laboratorium klinik yang

paripurna, bermutu, dan terjangkau

b. Mengikuti perkembangan pendidikSan, penelitian, dan

pelayanan laboratorium klinik demi meningkatkan SDM

c. Menjadi mitra yang terpercaya dalam pelayanan

laboratorium

d. Menjadikan laboratorium sebagai sentra diagnostic

dalam mengupayakan kemandirian rumah sakit

d.2Hasil Rekapitulasi Pemeriksaan

1. Tabel 1. Rekapitulasi Pemeriksaan Selama 2 Minggu

JENIS PEMERIKSAAN TOTAL

Pengambilan Sampel 93

Pemeriksaan Hematologi Lengkap 260

Pemeriksaan CTBT 64

Pemeriksaan LED 9
65

Pemeriksaan DDR 11

Pemeriksaan Kimia Klinik 89

Pemeriksaan HBsAg 127

Pemeriksaan HIV 3

Pemeriksaan Widal 7

Pemeriksaan Na, Cl, K 29

Pemeriksaan Urine Lengkap 37

Pemeriksaan Feses Lengkap 16

Pemeriksaan Narkoba 201

Pemeriksaan BTA 20

Pemeriksaan GDS 30

Total 995

d.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium

Patologi Klinik RSUD Dr. H. Chasan Boesoerie Ternate di mulai pada

tangga 08 - 20 April 2019. Pada hari pertama sampai hari terakhir,

mahasiswa telah ditugaskan oleh Clinical Instructure (CI) untuk

melakukan kegiatan pemeriksaan diantaranya:


66

1) Bakteriologi (Pemeriksaan Basil Tahan Asam atau BTA)

2) Parasitologi (Pemeriksaan malaria, identifikasi telur cacing, kista

protozoa)

3) Kimia klinik (Pemeriksaan kimia lengkap : GDP, 2JPP, GDS, CHOL,

TG, HDL,LDL,AU,CR,UREUM,PROT,ALB,GLOB dan elektrolit

darah : Na, K, Cl)

4) Imun-Hematologi (Pemeriksaan Golongan Darah)

5) Hematologi (Darah Lengkap : Pemeriksaan CBC atau Complete

Blood Count) dan Laju Endap Darah (LED)

6) Imunoserologi (Pemeriksaan widal, HIV, HbsAg, HCV, dan NAPZA

atau narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya)

7) Urinalisis (Pemeriksaan urinalisis metode dipstik dan sedimen urine)

Dari hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di

Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. H. Chasan Boesoerie Ternate,

terdapat beberapa masalah yang harus di tinjau, diantaranya seperti

pemeriksaan masa perdarahan (BleedingTime, BT) petugas

laboratorium tidak menggunakan lancet melainkan menggunakan

needle atau jarum spuit untuk masing-masing pasien yang melakukan

pemeriksaan BT sekaligus didampingi dengan pemeriksaan darah

lainnya. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa dengan menggunakan

satu jarum (needle) untuk satu pasien sekalipun dengan berbagai jenis
67

pemeriksaan darah, karena jarum yang digunakan tetap hanya untuk

pasien tersebut.

Pada pemeriksaan masa pembekuan darah (Clotting Time,CT)

petugas laboratorium hanya menggunakan 1 (satu) tabung untuk

melihat waktu pembekuan darahnya, sedangkan menurut Standar

Operasional Prosedur (SOP) untuk pemeriksaan CT diharuskan

menggunakan 4 (empat) tabung. Hal ini dikarenakan untuk

meminimalisirkan volume darah yang diambil dari pasien dan jumlah

tabung yang digunakan serta untuk mempercepat hasil pemeriksaan.

Pada pemeriksaan CBC (Complete Blood Cell) petugas

laboratorium menggunakan darah vena dengan volume yang tidak

sesuai dengan volume EDTA dalam tabung vakum. Sedangkan menurut

Standar Operasional Prosedur (SOP) volume darah yang digunakan

harus sebanding dengan volume EDTA dalam tabung yaitu 0,003 ml

EDTA dengan 3 ml darah. Hal ini dikarenakan petugas laboratorium

terlalu cepat membuka tabung dari holder atau jarum yang telah

tergeser dari vena.

Pada pemisahan serum untuk pemeriksaan kimia darah

petugas laboratorium tidak mendiamkan darah pada tabung kimia

selama satu jam dan langsung dicentrifuge setelah darah datang, juga

langsung menghomogenkan darah yang belum terpisah dari serum


68

setelah proses centrifuge dan mencentrifuge ulang. Sedangkan menurut

Standar Operasional Prosedur (SOP) darah dalam tabung kimia harus

didiamkan terlebih dahulu selama satu jam dan sel-sel darah yang

belum terpisah dengan serum dicampurkan dengan mikropipet secara

perlahan kemudian dicentrifuge kembali. Hal ini dikarenakan petugas

laboratorium menghemat waktu dan terbiasa mencampur langsung

darah dengan cara menghomogenkan.

Pada pengambilan sampel darah kapiler, sebagian besar kami

yang melakukan pengambilan darah. Untuk pengambilan darah vena,

hanya vena yang terlihat jelas yang kami dipercayai untuk dilakukan

pengambilan darah. Sebab dikhawatirkan terjadi kegagalan dalam

pengambilan darah dan akan membuat pasien kesakitan karena ditusuk

dua kali. Sedangkan vena yang tidak terlihat jelas dilakukan oleh

petugas yang ada dilaboratorium.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh berdasarkan Praktik Kerja

Lapangan (PKL) yang dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik RSUD

Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate yaitu, Laboratorium Patologi Klinik


69

RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate merupakan sarana kesehatan

yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap

bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari

manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi

kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan

perorangan dan kesehatan masyarkat. Serta, merupakan salah satu

rumah sakit yang melayani pasien penderita kanker setelah melakukan

kemoterapi. Disetiap Laboratorium untuk mendapatkan hasil yang akurat

harus mengacu kepada GLP (Good laboratory Procedure) yaitu melalui

tahapan Pra-Analitik, Analitik dan Pasca Analitik. Pemeriksaan yang

dilakukan diantaranya:

1. Bakteriologi (Pemeriksaan Basil Tahan Asam atau BTA)

2. Parasitologi (Pemeriksaan malaria, identifikasi telur cacing, kista

protozoa)

3. Kimia klinik (Pemeriksaan kimia lengkap : GDP, 2JPP, GDS, CHOL,

TG, HDL, LDL, AU, CR, UREUM, PROT, ALB, GLOB dan elektrolit

darah : Na, K, Cl) 212

4. Hematologi (Darah Lengkap : Pemeriksaan CBC atau Complete

Blood Count), Laju Endap Darah (LED), Pemeriksaan Clotting Time

(CT) dan Pemeriksaan Bleeding Time (BT)

5. Imunoserologi (Pemeriksaan widal, HIV, HbsAg, dan pemeriksaan

Golongan Darah)
70

6. Urinealisis (Pemeriksaan urinealisis metode dipstik dan sedimen urine

dan NAPZA atau narkotika, psikotropika dan zat aditif)

5.2 Saran

5.2.1 Instansi Pendidikkan

Diharapkan pihak institusi dapat memberikan waktu PKL

(Praktik Kerja Lapangan) lebih lama di Laboratorium Patologi Klinik

RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate, sehingga kami dapat

lebih banyak mendapat pengalaman dalam berinteraksi dengan

masyarakat (pasien), dan lebih mengenal kegiatan laboratorium

kesehatan.

5.2.2 Lahan Praktik (Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. H. Chasan

Boesoirie Ternate)

Diharapkan agar pihak Laboratorium Patologi Klinik RSUD

Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate dapat memperhatikan cara

pemeriksaan agar sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

(SOP) agar hasil yang dkeuarkan dapat dipertanggung jawabkan,

seperti pememberikan pengadaan terhadap kebutuhan untuk

pemeriksaan laboratorium seperti bahan kontrol yang sangat

berperan penting dalam menunjang kualitas hasil pemeriksaan

sehari-hari (pada alat otomatis/semi otomatis).


71

Anda mungkin juga menyukai