DELFIYANA, S.Kep
C03119124
MENGETAHUI :
PRESEPTOR
Ns. Rona Febriyona , M.Kep TTD :
AKADEMIK
1. TANGGAL : ………………
TANGGAL 2. TEPAT WAKTU
PENGUMPULAN
3. TERLAMBAT
SARAN PRESEPTOR
AKADEMIK
A. PENGKAJIAN
a. Nama
b. Alamat
c. Telepon
d. Tempat dan tanggal lahir
e. Ras/kelompok entries
f. Jenis kelamin
g. Agama
h. Tanggal wawancara
i. Informan
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani
karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya,
namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan,
tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi
sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara
langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi.
Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara
waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika saat ini
kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan
tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk
mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga
dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai
penyakitnya.
a. Menyeluruh/umum
b. Integument
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Leher
j. Dada
k. Respirasi
l. Kardiovaskuler
m. Gastrointestinal
n. Genitourinaria
o. Ginekologik
p. Muskuluskeletal
q. Neurologik
r. Endokrin
Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada riwayat
imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada
anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah
konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga
yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam
menghadapi imunisasi.
Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai anggota
keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami
tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan
diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika
keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan
untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum begitu
memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan
kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi anak
dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat
dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi
meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil, seperti
terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah
ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar
dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka
keadaan anaknya dapat diperkirakan.
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara normal, dan
bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat,
apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps,
partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh
kembang anak.
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah sebagai berikut:
1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup
pakaian dalam saja.
2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin,
masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa
dipegangi.
1) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas tubuh bayi
(tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
2) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya
lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang.
Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan
anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi untuk usia
kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia
kurang dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
1) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita pengukur
(meteran).
2) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel
pada meja (posisi ekstensi).
3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus
dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi
tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada
bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda
tersebut dengan pita pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah sebagai
berikut :
1) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan
bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan
menempel pada alat pengukur.
2) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi
horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi dan terendah dari
kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala
besar (macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran
kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan
perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala :
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya perlu diketahui :
1) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian
kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut
dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan,
sehingga ukurannya lebih stabil.
2) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan pita pengukur).
Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
3) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur.
4) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status anak.
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun petugas perlu
mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui
secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut,
genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji.
Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara
pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara
khusus pada bagian ini.
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku Pedoman Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini
dapat diketahui mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam
keadaan normal, meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku
Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang lainnya,
seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila anak berada di
klinik.
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan
balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
Diagnosa Intervensi
N.D Luaran
Keperawata Keperawatan
x Keperawatan
n
1. Gangguan Keterampilan/perilak Obsevasi
Tumbuh u sesuai usia -Identifikasi pencapaian tugas perkembangan
Kembang meningkat. anak
Kemampuan -Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis
melakukan yang di tunjukkan bayi(mis,lapar,tidak
perawatan diri nyaman)
meningkat. Terapeutik
Respon sosial kontak -prtahankan sentuhan seminimal mungkin
mata meningkat. pada bayi premature
Kemarahan Regrasi -berikan sentuhan yang bersifat gentel dan
menurun. tidak ragu-ragu
Afek pola tidor -minimalkan nyeri
membaik -minimalkan kebisingan ruangan
-pertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan optimal
-motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
-sediakan aktifitas yang memotivasi anak
berinteraksi dengan anak lainnya
-fasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
-dukung anak mengespresikan diri melalui
penghargaan positif atau umpan balik atas
usahanya
-pertahankan kenyamanan anak
-fasilitasi anak melatih keterampilan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri(mis
makan,sikat gigi,cuci tangan,bernyanyi
bersama anak lagu-lagu yang di sukai
-bacakan cerita/dogeng
-dukung partisipasi anak di
sekolah,ekstrakulikuler dan aktifitas
komunitas.
Edukasi
-jelaskan orang tua dan atau pengasuh tentang
milestone perkembangan anak dan perilaku
dan perilaku anak
-anjurkan orang tua menyentuh dan
menggendong lainnya
-anjurkan orang tua berinteraksi dengan
anaknya
-ajarkan anak keterampilan berinteraksi
-ajarkan anak tehnik asertif
Kolaborasi
-rujuk untuk konseling
2. Risiko Keterampilan sesuai Observasi
Gangguan usia meningkat -identifikasi kebutuhan khusus anak dan
Perkembanga Kemampuan kemampuan adaptasi anak terapeutik
n melakukan -fasilitasi hubungan anak dengan teman
perawatan diri sebaya
meningkat -dukung anak berinteraksi dengan anak lain
Respon sosial -dukung anak mengekspresikan anak secara
meningkat positif
Kontak mata -dukung anak dalam bermimpi atau berfantasi
meningkat sewajarnya
Kemerahan menurun -dukung partisipasi anak di
Regresi menurun sekolah,ekstrakulikuler dan aktifitas komutias
Afek membaik -berikan maian sesuai dengan usia anak
Pola tidur membaik -bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang di
sukai anak
-bacakan cerita/dongeng untuk anak
-diskusikan bersama remaja tujuan dan
harapannya
-sediakan kesempatan dan alat-alat untuk
menggambar,melukis,dan mewarnai
-sediakan maianan berupa puzzle dan maze
Edukasi
-jelaskan nama-nama benda objek yang ada
di lingkungan sekitar
-ajarkan pengasuh milestones perkembangan
dan perilaku yang di bentuk
-ajarkan sikap koperatif,bukan kompetisi di
antara anak
-ajarkan anak cara meminta bantuan dari anak
lainnya,jika perlu
-ajarkan anak tehnik aseptif pada anak dan
remaja
-demonstrasikan kegiatan yang meningkatkan
perkembangan pada pengasuh
Kolaborasi
-rujuk untuk konseling jika perlu
3. Risiko Berat badan sesuai Observasi
Gangguan usia meningkat -Identifikasi target populasi skrining
Pertumbuhan Panjang/tinggi badan kesehatan terapeutik
sesuai usia -lakukan informed consent
meningkat Lingkar -skrining kesehatan
kepala meningkat -sediakan akses layanan skrining(mis.waktu
Kecepatan dan tempat)
pertambahan berat -jadwalkan waktu skrining kesehatan
badan meningkat -gunakan instrumen skrining yang falid dan
Kecepatan akurat
pertambahan -sediakan lingkungan selama prosedur
panjang/tinggi badan skrining kesehatan
meningkat -lakukan anamnesis riwayat kesehatan,faktor
Indeks masa tubuh resiko,dan pengobatan,jika perlu
meningkat -lakukan pemriksaan sesuai indikasi
Asupan nutrisi Edukasi
meningkat -jelaskan tujuan dan prosedur skrining
kesehatan
-informasikan hasil skrining kesehatan
Kolaborasi
-rujuk untuk pemeriksaan diagnostic
lanjut(mis.papsmear,mamografi,prostat,ekg,ji
ka perlu
DAFTAR PUSTAKA
Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC
Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta.
Salemba Medika.
Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.