Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT ILMU

ISLAMISASI SAINS

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh

Tengku Indi Fathia Putri ( F.1810442 )

Latifatul Qomariyah ( F. 1810995 )

Dhia Istiqomah (F.1811145 )

Siti Annisa N W (F.1810702 )

Siti Zakiyyatul Fahiroh (F.1810599 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah- Nya
kepada kami, shalawat serta salam tak lupa kami hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabat- Nya.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan berupa materil maupun non- moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis ucapkan rasa terima kasih sebesar- besarnya kepada pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak, untuk itupun penulis menyadari bahwa makalah yang penulis
susun masih banyak kelemahan serta kekurangan - kekurangan baik dari segi teknis maupun
non- teknis.

Sebagai usaha semaksimal mungkin setiap penulis berkeyakinan ini tidak akan mencakup
seluruh aspek- aspek sejarah hidup perjuangan beliau. Hal ini disebabkan terbatasnya
pengetahuan penulis, dan penulis mengakui betapapun telah penulis usahakan sedemikian dan
tentu masih banyak juga kekurangan atau kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, dan sebelumnya penulis ucapkan terima kasih.

Hormat,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan..........................................................................................3
B. Sejarah Ide Islamisasi Ilmu Pengetahuan.........................................................................................6
C. Tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan...............................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setelah Abad 15 M umat Islam mengalami kemunduran yang sangat parah
ditandai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah sebagai simbol kejayaan umat Islam.
Kemudian diikuti dengan semangat bangsa Eropa yang dengan Renaisance nya
membawa keharuman bangsa tersebut menuju puncak keemasan yang pernah di raih
umat Islam sebelumnya. Dari titik kesadaran yang diraih bangsa Eropa tersebut mampu
menemukan berbagai inovasi dalam teknologi industri konsumtif; mesin, listrik,
teknologi pemintalan dan lain lain. Setelah waktu berjalan penemuan inovasi ini tidak
diimbangi raw material yang dimiliki bangsa Eropa sehingga memunculkan revolusi
industri, yang mengakibatkan krisis kemanusiaan; Misalnya pengangguran, perbudakan,
pemberontakan sebagai akibat kaum Borjuist yang sudah tidak memerlukan lagi tenaga
manusia.

Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai macam dampaknya


terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya, disatu sisi dia mampu membantu dan
meringankan beban manusia, namun di sisi lain dia juga mempunyai andil dalam
menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan, bahkan eksistensi itu sendiri. Ilmu barat yang
bercorak sekuler dibangun di atas filsafat materialistisme, naturalisme dan
eksistensialisme melahirkan ilmu pengetahuan yang jauh dari nilai-nilai spritual, moral
dan etika. Oleh karena itu Islamisasi ilmu pengetahuan dalam pandangan para pemikir
Islam merupakan suatu hal yang mesti dan harus dirumuskan.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mencari kebenaran antara kitab suci
dan ilmu pengetahuan yaitu pendekatan kesesuaian dan pendekatan konflik. Yaitu
pendekatan kesesuain antara kitab suci dan ilmu pengetahuan, atau pendekatan konflik
dimana mencari ketidak samaan antara kitab suci dan ilmu pengetahuan, namun dengan
pendekatan apapun al-Qurán sepanjang anda berpikir logis dan setelah penjelasan logis
diberikan pada anda tak seorang dapat membuktikan satu ayat pun dalam kitab suci al-
Qurán untuk dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan modern.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2. Bagaimana perkembangan ide Islamisasi Ilmu Pengetahuan ?
3. Apa tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengertian dari Islamisasi Ilmu Pengetahuan
2. Agar mengetahui perkembangan ide Islamisasi Ilmu Pengetahuan
3. Agar mengetahui tujuan dari Islamisasi Ilmu Pengetahuan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan


Ketika mendengar istilah Islamisasi Ilmu pengetahuan, ada sebuah kesan bahwa
ada sebagian ilmu yang tidak Islam sehingga perlu untuk diIslamkan. Dan untuk
mengIslamkannya maka diberikanlah kepada ilmu-ilmu tersebut dengan label "Islam"
sehingga kemudian muncullah istilah-istilah ekonomi Islam, kimia Islam, fisika Islam
dan sebagainya. Bahkan ada sebagian orang yang ceroboh menganggap Islamisasi
sebagai suatu proses yang berkaitan dengan objek-objek eksternal, kemudiannya
mengaitkannya dengan komputer, kereta api, mobil bahkan bom Islam. Pada tingkat yang
lebih tinggi lagi, ada yang terbelengu oleh pandangan dualistis, memberikan perhatian
yang sedikit sekali pada pengembangan yang telah dilakukan oleh para cendikiawan dan
pemikir muslim, mereka lebih tertarik melakukan pengembangan institusi-institusi,
seolah-olah institusi-institusi tersebut dapat didirikan dengan baik tanpa para
cendikiawan dan pemikir yang mumpuni di dalamnya.
Pengertian Islamisasi ilmu pengetahuan ini secara jelas diterangkan oleh al-Attas,
yaitu: Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional
(yang bertentangan dengan Islam) dan dari belengu paham sekuler terhadap pemikiran
dan bahasa Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cenderung sekuler
dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknya
cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya, dan berbuat tidak adil
terhadapnya. Islamisasi adalah suatu proses menuju bentuk asalnya yang tidak sekuat
proses evolusi dan devolusi.
Ini artinya dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, umat Islam akan terbebaskan dari
belengu hal-hal yang bertentangan dengan Islam, sehingga timbul keharmonian dan
kedamaian dalam dirinya, sesuai dengan fitrahnya.
Untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, menurut al-Attas, perlu
melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama ialah melakukan proses
pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan
peradaban Barat, dan kedua, memasukan elemen-elemen Islam dan konsep-konsep kunci
ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan. Jelasnya, "ilmu

3
hendaknya diserapkan dengan unsur-unsur dan konsep utama Islam setelah unsur-unsur
dan konsep pokok dikeluarkan dari setiap ranting.
Al-Attas menolak pandangan bahwa Islamisasi ilmu bisa tercapai dengan
melabelisasi sains dan prinsip Islam atas ilmu sekuler. Usaha yang demikian hanya akan
memperburuk keadaan dan tidak ada manfaatnya selama "virus"nya masih berada dalam
tubuh ilmu itu sendiri sehingga ilmu yang dihasilkan pun jadi mengambang, Islam bukan
dan sekulerpun juga bukan. Padahal tujuan dari Islamisasi itu sendiri adalah untuk
melindungi umat Islam dari ilmu yang sudah tercemar yang menyesatkan dan
menimbulkan kekeliruan. Islamisasi ilmu dimaksudkan untuk mengembangkan
kepribadian muslim yang sebenarnya sehingga menambah keimanannya kepada Allah,
dan dengan Islamisasi tersebut akan terlahirlah keamanan, kebaikan, keadilan dan
kekuatan iman.
Menurut al-Faruqi, Islamisasi adalah usaha "untuk mendefinisikan kembali,
menyusun ulang data, memikirkan kembali argumen dan rasionalisasi yang berkaitan
dengan data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, memproyeksikan kembali
tujuan-tujuan dan melakukan semua itu sedemikian rupa sehingga disiplin-disiplin ini
memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat bagi cause (cita-cita)." Dan untuk
menuangkan kembali keseluruhan khazanah pengetahuan umat manusia menurut
wawasan Islam, bukanlah tugas yang ringan yang harus dihadapi oleh intelektual-
intelektual dan pemimipin-pemimpin Islam saat ini. Karena itulah, untuk melandingkan
gagasannya tentang Islamisasi ilmu, al-Faruqi meletakan "prinsip tauhid" sebagai
kerangka pemikiran, metodologi dan cara hidup Islam. Prinsip tauhid ini dikembangkan
oleh al-Faruqi menjadi lima macam kesatuan, yaitu: (1) Kesatuan Tuhan, (2) Kesatuan
ciptaan, (3) Kesatuan kebenaran dan Pengetahuan, (4) Kesatuan kehidupan, dan (5)
Kesatuan kemanusiaan.
Secara umum, Islamisasi ilmu tersebut dimaksudkan untuk memberikan respon
positif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern yang sekularistik dan Islam yang
"terlalu" religius, dalam model pengetahuan baru yang utuh dan integral tanpa pemisahan
di antaranya. Sebagai panduan untuk usaha tersebut, al-Faruqi menggariskan satu
kerangka kerja dengan lima tujuan dalam rangka Islamisasi ilmu, tujuan yang dimaksud
adalah:
a) Penguasaan disiplin ilmu modern.
b) Penguasaan khazanah arisan Islam.
c) Membangun relevansi Islam dengan masing-masing disiplin ilmu modern.
d) Memadukan nilai-nilai dan khazanah warisan Islam secara kreatif dengan
ilmu-ilmu modern.
e) Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai
pemenuhan pola rencana Allah.

Untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, al-Faruqi menyusun 12 langkah


yang harus ditempuh terlebih dahulu. Langkah-langkah tersebut adalah:

4
a) Penguasaan disiplin ilmu modern: prinsip, metodologi, masalah, tema dan
perkembangannya
b) Survei disiplin ilmu
c) Penguasaan khazanah Islam: ontologi
d) Penguasaan khazanah ilmiah Islam: analisis
e) Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu.
f) Penilaian secara kritis terhadap disiplin keilmuan modern dan tingkat
perkembangannya di masa kini
g) Penilaian secara kritis terhadap khazanah Islam dan tingkat
perkembangannya dewasa ini
h) Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam
i) Survei permasalahan yang dihadapi manusia
j) Analisis dan sintesis kreatif
k) Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam
l) Penyebarluasan ilmu yang sudah diIslamkan.

Dalam beberapa hal, antara al-Attas dengan al-Faruqi mempunyai kesamaan


pandangan, seperti pada tataran epistemologi mereka sepakat bahwa ilmu tidak bebas
nilai (value free) tetapi terikat (value bound) dengan nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya. Mereka juga sependapat bahwa ilmu mempunyai tujuan yang sama yang
konsepsinya disandarkan pada prinsip metafisika, ontologi, epistemologi dan aksiologi
dengan tauhid sebagai kuncinya. Mereka juga meyakini bahwa Allah adalah sumber
dari segala ilmu dan mereka sependapat bahwa akar permasalahan yang dihadapi umat
Islam saat ini terletak pada sistem pendidikan yang ada, khususnya masalah yang
terdapat dalam ilmu kontemporer. Dalam pandangan mereka, ilmu kontemporer atau
sains modern telah keluar dari jalur yang seharusnya. Sains modern telah menjadi
"virus" yang menyebarkan penyakit yang berbahaya bagi keimanan umat Islam
sehingga unsur-unsur buruk yang ada di dalamnya harus dihapus, dianalisa, dan
ditafsirkan ulang sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam.

Walaupun cukup banyak persamaan yang terdapat di antara keduanya, dalam


beberapa hal, secara prinsip, mereka berbeda. Untuk mensukseskan proyek Islamisasi,
al-Attas lebih menekankan kepada subjek daripada ilmu, yaitu manusia, dengan
melakukan pembersihan jiwa dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji, sehingga
dalam proses Islamisasi ilmu tersebut dengan sendirinya akan terjadi transformasi
pribadi serta memiliki akal dan rohani yang telah menjadi Islam secara kaffah.
Sedangkan al-Faruqi lebih menekankan pada objek Islamisasi yaitu disiplin ilmu itu
sendiri. Hal ini mungkin saja menimbulkan masalah, khususnya ketika berusaha untuk
merelevansikan Islam terhadap sains modern, karena bisa saja yang terjadi hanyalah
proses labelisasi atau ayatisasi semata.

5
Terdapat juga perbedaan yang cukup mencolok mengenai ruang lingkup yang
perlu diIslamkan. Dalam hal ini, al-Attas membatasi hanya pada ilmu-ilmu pengetahuan
kontemporer atau masa kini sedangkan al-Faruqi meyakini bahwa khazanah keilmuan
Islam masa lalu juga perlu untuk diIslamkan kembali sebagaimana yang telah dia
canangkan di dalam kerangka kerjanya. Dan satu hal lagi, dalam metodologi bagi proses
Islamisasi ilmu, al-Attas berpandangan bahwa definisi Islamisasi itu sendiri telah
memberi panduan kepada metode pelaksanaannya di mana proses ini melibatkan dua
langkah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan bagi al-Faruqi, hal itu
belumlah cukup sehingga ia merumuskan suatu kaedah untuk Islamisasi ilmu
pengetahuan berdasarkan prinsip-prinsip pertamanya yang melibatkan 12 langkah.

Selain kedua tokoh di atas, ada beberapa pengembangan definisi dari Islamisasi
ilmu pengetahuan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Osman Bakar,
Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebuah program yang berupaya memecahkan
masalah-masalah yang timbul karena perjumpaan antara Islam dengan sains modern
sebelumnya. Progam ini menekankan pada keselarasan antara Islam dan sains modern
tentang sejauhmana sains dapat bermanfaat bagi umat Islam. Dan M. Zainuddin
menyimpulkan bahwa Islamisasi pengetahuan pada dasarnya adalah upaya pembebasan
pengetahuan dari asumsi-asumsi Barat terhadap realitas dan kemudian
menggantikannya dengan worldviewnya sendiri (Islam).

B. Sejarah Ide Islamisasi Ilmu Pengetahuan


Menurut Wan Mohd Nor Wan Daud, proses Islamisasi ilmu pengetahuan pada
dasarnya telah berlangsung sejak permulaan Islam hingga zaman kita sekarang ini. Ayat-
ayat terawal yang diwahyukan kepada nabi secara jelas menegaskan semangat Islamisasi
ilmu pengetahuan kontemporer, yaitu ketika Allah menekankan bahwa Dia adalah
sumber dan asal ilmu manusia. Ide yang disampaikan al-Qur'an tersebut membawa suatu
perubahan radikal dari pemahaman umum bangsa Arab pra-Islam, yang menganggap
suku dan tradisi kesukuan serta pengalaman empiris, sebagai sumber ilmu pengetahuan
dan kebijaksanaan.
Pada sekitar abad ke-8 masehi, pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah,
proses Islamisasi ilmu ini berlanjut secara besar-besaran, yaitu dengan dilakukannya
penterjemahan terhadap karya-karya dari Persia dan Yunani yang kemudian diberikan
pemaknaan ulang disesuaikan dengan konsep Agama Islam. Salah satu karya besar
tentang usaha Islamisasi ilmu adalah hadirnya karya Imam al-Ghazali, Tahafut al-
Falasifah, yang menonjolkan 20 ide yang asing dalam pandangan Islam yang diambil
oleh pemikir Islam dari falsafah Yunani, beberapa di antara ide tersebut bertentangan
dengan ajaran Islam yang kemudian dibahas oleh al-Ghazali disesuaikan dengan konsep
aqidah Islam. Hal yang sedemikian tersebut, walaupun tidak menggunakan pelabelan
Islamisasi, tapi aktivitas yang sudah mereka lakukan semisal dengan makna Islamisasi.

6
Selain itu, pada tahun 30-an, Muhammad Iqbal menegaskan akan perlunya
melakukan proses Islamisasi terhadap ilmu pengetahuan. Beliau menyadari bahwa ilmu
yang dikembangkankan oleh Barat telah bersifat ateistik, sehingga bisa menggoyahkan
aqidah umat, sehingga beliau menyarankan umat Islam agar "mengonversikan ilmu
pengetahuan modern". Akan tetapi, Iqbal tidak melakukan tindak lanjut atas ide yang
dilontarkannya tersebut. Tidak ada identifikasi secara jelas problem epistimologis
mendasar dari ilmu pengetahuan modern Barat yang sekuler itu, dan juga tidak
mengemukakan saran-saran atau program konseptual atau metodologis untuk
megonversikan ilmu pengetahuan tersebut menjadi ilmu pengetahuan yang sejalan
dengan Islam. Sehingga, sampai saat itu, belum ada penjelasan yang sistematik secara
konseptual mengenai Islamisasi ilmu pengetahuan.
Ide Islamisasi ilmu pengetahuan ini dimunculkan kembali oleh Syed Hossein
Nasr, pemikir muslim Amerika kelahiran Iran, tahun 60-an. Beliau menyadari akan
adanya bahaya sekularisme dan modernisme yang mengancam dunia Islam, karena itulah
beliau meletakkan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek teori dan praktikal melalui
karyanya Science and Civilization in Islam dan Islamic Science. Nasr bahkan mengklaim
bahwa ide-ide Islamisasi yang muncul kemudian merupakan kelanjutan dari ide yang
pernah dilontarkannya.
Gagasan tersebut kemudian dikembangkan oleh Syed M. Naquib al-Attas sebagai
proyek "Islamisasi" yang mulai diperkenalkannya pada Konferensi dunia mengenai
Pendidikan Islam yang Pertama di Makkah pada tahun 1977. Al-Attas dianggap sebagai
orang yang pertama kali mengupas dan menegaskan tentang perlunya Islamisasi
pendidikan, Islamisasi sains, dan Islamisasi ilmu. Dalam pertemuan itu beliau
menyampaikan makalah yang berjudul "Preliminary Thoughts on the Nature of
Knowledge and the Definition and Aims of Education". Ide ini kemudian disempurnakan
dalam bukunya, Islam and Secularism (1978) dan The concepts of Education in Islam A
Framework for an Islamic Philosophy of Education (1980). Persidangan inilah yang
kemudian dianggap sebagai pembangkit proses Islamisasi selanjutnya.
Selain itu, secara konsisten dari setiap yang dibicarakannya, al-Attas menekankan
akan tantangan besar yang dihadapi zaman pada saat ini, yaitu ilmu pengetahuan yang
telah kehilangan tujuannya. Menurut al-Attas, "Ilmu Pengetahuan" yang ada saat ini
adalah produk dari kebingungan skeptisme yang meletakkan keraguan dan spekulasi
sederajat dengan metodologi "ilmiah" dan menjadikannya sebagai alat epistemologi yang
valid dalam mencari kebenaran. Selain itu, ilmu pengetahuan masa kini dan modern,
secara keseluruhan dibangun, ditafsirkan, dan diproyeksikan melalui pandangan dunia,
visi intelektual, dan persepsi psikologis dari kebudayaan dan peradaban Barat. Jika
pemahaman ini merasuk ke dalam pikiran elite terdidik umat Islam, maka akan sangat
berperan timbulnya sebuah fenomena berbahaya yang diidentifikasikan oleh al-Attas
sebagai "deIslamisasi pikiran pikiran umat Islam". Oleh karena itulah, sebagai bentuk
keprihatinannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ia mengajukan gagasan

7
tentang “Islamisasi Ilmu Pengetahuan Masa Kini” serta memberikan formulasi awal yang
sistematis yang merupakan prestasi inovatif dalam pemikiran Islam modern.
Gagasan awal dan saran-saran konkrit yang diajukan al-Attas ini, tak pelak lagi,
mengundang pelbagai reaksi dan salah satunya adalah Ismail Raji al-Faruqi dengan
agenda Islamisasi Ilmu Pengetahuannya. Dan hingga saat ini gagasan Islamisasi ilmu
menjadi misi dan tujuan terpenting (raison d’etre) bagi beberapa institusi Islam seperti
International Institute of Islamic Thought (IIIT) , Washington DC., International Islamic
University Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur, Akademi Islam di Cambridge dan
International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur.

C. Tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan


Dengan adanya Islamisasi ilmu pengetahuan diharapkan nantinya akan
dihasilkan sebuah sains Islam yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadis, di mana
sains Islam tersebut berbeda dengan sains Barat yang telah berkembang saat ini. Adapun
perbandingan antara sains Barat dan sains Islam, yaitu :

No Sains Barat Sains Islam


1 Percaya pada rasionalitas Percaya pada wahyu
2 Sains untuk sains Sains adalah sarana untuk
mendapatkan keridhoan
Allah
3 Satu – satunya metode atau cara untuk Banyak metode
mengetahui realitas berlandaskan akal dan
wahyu baik secara objektif
dan subjektif
4 Netralitas emosional sebagai prasyarat kunci Komitmen emosional sangat
menggapai rasionalitas penting untuk mengangkat
usaha-usaha sains spiritual
maupun sosial
5 Tidak memihak, ilmuwan hanya peduli pada Pemihakan pada kebenaran,
produl pengetahuan baru dan akibat-akibat ilmuan harus peduli
penggunaannya terhadap hasil-hasil dan
akibat-akibat penemuannya
secara moral sebagai bentuk
ibadah
6 Tidak adanya bias, validitas suatu sains hanya Adanya subjektivitas,
tergantung pada bukti penerapannya (objektif) validitas sains tergantung
bukan ilmuwan yang menjalankannya pada bukti penerapan juga
(subjektif) pada tujuan dan pandangan
ilmuwan yang
menjalankannya
7 Penggantungan pendapat, sains hanya dibuat Menguji pendapat, sains
atas dasar bukti yang meyakinkan dibuat atas dasar bukti yang

8
tidak meyakinkan
8 Reduksionisme, cara yang dominan untuk Sintesis, cara yang dominan
mencapai kemajuan sains untuk meningkatkan
kemajuan sains
9 Fragmentasi, pembagian sains ke dalam Holistik, pembagian sains
disiplin dan subdisiplin-subdisiplin ke dalam lapisan yang lebih
kecil yaitu pemahaman
interdisipliner dan holistik
10 Universalisme, walaupun universal namun Universalisme, buah sains
buah sains hanya bagi mereka yang mampu bagi seluruh umat manusia
membelinya dan tidak diperjualbelikan
11 Induvidualisme, ilmuwan harus menjaga jarak Orientasi masyarakat,
dengan permasalahan sosial, politik dan ilmuwan memiliki hak dan
ideologis kewajiban adanya
interdependensi dengan
masyarakat
12 Netralitas, sains adalah netral Orientai nilai, sains adalah
sarat nilai berupa baik atau
buruk juga halal atau haram
13 Loyalitas kelompok, hasil pengetahuan baru Loyalitas pada Tuhan dan
adalah aktifitas terpenting dan perlu dijunjung makhluk-Nya, hasil
tinggi pengetahuan baru adalah
cara memahami ayat-ayat
Tuhan dan harus diarahkan
untuk meningkatkan
kualitas ciptaan-Nya
14 Kebebasan absolute, tidak ada pengekangan Manajemen sains adalah
atau penguasaan penelitian sains sumber yang tidak terhingga
nilainya, sains dikelola dan
direncanakan dengan baik
dan harus dipaksa oleh nilai
etika dan moral
15 Tujuan membenarkan sarana, setiap sarana Tujuan tidak membenarkan
dibenarkan demi penelitian sains sarana, tujuan sarana
diperbolehkan dalam batas-
batas etika dan moralitas

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Islamisasi ilmu pengetahuan ini secara jelas diterangkan oleh al-Attas,
yaitu: Pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional
(yang bertentangan dengan Islam) dan dari belengu paham sekuler terhadap pemikiran
dan bahasa Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cenderung sekuler
dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab manusia dalam wujud fisiknya
cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya, dan berbuat tidak adil
terhadapnya. Islamisasi adalah suatu proses menuju bentuk asalnya yang tidak sekuat
proses evolusi dan devolusi.
Untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, menurut al-Attas, perlu
melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama, ialah melakukan proses
pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan
peradaban Barat, dan kedua, memasukan elemen-elemen Islam dan konsep-konsep kunci
ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Armas, Adnin, Westernisasi dan Islamisasi Ilmu, dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan
Peradaban Islam (INSIST: Jakarta, Thn II No.6/ Juli-September 2005)

Hashim, Rosnani, Gagasan Islamisasi Kontemporer: Sejarah, Perkembangan dan Arah Tujuan,
dalam Islamia: Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam (INSIST: Jakarta, Thn II No.6/ Juli-
September 2005)

Shopan, Mohammad, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, dalam Logos: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan
Humaniora, Vol.4 No.1 Januari 2005

11

Anda mungkin juga menyukai