A. Prosedur
MANAJEMEN PERIOPERATIF/PERIANESTESIA
Keseluruhan prosedur anestesia dimulai periode pra-anestesia/prabedah, intrabedah,
dan diakhiri pada periode pasca-anestesia/pasca bedah. Ketiga periode in dikenal dengan
periode perioperatif. Tujuan utama perioperative medicine adalah untuk mempersiapkan
pasien seoptimal mungkin serta meminimalkan komplikasi anestesia dan/atau pembedahan
yang akan dijalani.
1. Periode Prabedah
Pada periode ini tujuannya adalah mencari kemungkinan penyulit anesthesia atau
tindakan pembedahan.
Anamnesis
Identitas pasien penting diketahui untuk menghindari kesalahan pasien.
Riwayat penyakit yang diderita, termasuk riwayat pengobatan. Perlu juga
ditanyakan alergi yang dimiliki dan pencetusnya serta obat yang digunakan untuk
mengatasinya.
Gaya hidup dan kebiasaan, misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol,
penggunaan obat-obat rekreasional metamfetamin, heroin, kokain.
Riwayat operasi sebelumnya serta efek samping setelah melakukan operasi tersebut
jika ada.
Pemeriksaan fisis
Kemungkinan kesulitan ventilasi dan intubasi dapat diperkirakan dari bentuk wajah.
Leher pendek dan kaku, jarak tiro-mental, lidah besar, maksila yang protusif, gigi
geligi yang goyang, dsb.
Pasien sesak nafas, dapat dilihat dari posisi berbaring (setengah duduk atau
menggunakan bantal yang tinggi), frekuensi nafas, jenis pernafasan, dan tingkat
saturasi HbO2 dari pulse oximeter.
Auskultasi, selain untuk mendengarkan bunyi nafas dan bunyi nafas tambahan, juga
untuk mendeteksi murmur jantung dan bunyi jantung abnormal Iain.
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan tambahan atau penunjang lain seperti pemeriksaan darah
lengkap/rutin, pemeriksaan EKG, x-ray, CT-scan/MRI, dll.
Status fisis
Status fisis (physical status) menggambarkan tingkat kebugaran pasien untuk
menjalani prosedur anestesia. Klasifikasi status fisis yang disusun oleh American
Society of Anesthesiologist (ASA) dikenal dan digunakan secara luas di dunia.
Puasa
Lamanya puasa hendaknya disesuaikan dengan umur pasien, kondisi fisis, dan
rencana operasinya. Pasien dewasa memerlukan waktu 6-8 jam untuk mengosongkan
lambung dari makanan padat. Anak besar perlu 4-6 jam, sedangkan anak kecil dan bayi
memerlukan waktu 4 jam. Cairan bening (clear) boleh diminum sedikit-sedikit hingga
dua jam prabedah. Pada pasien pediatrik, harus diterangkan kepada orang tuanya bahwa
susu digolongkan setara makanan padat. Sangat perlu juga menjelaskan tujuan dari
puasa demi keselamatan pasien karena dapat mencegah terjadinya pneumonia aspirasi.
Pramedikasi
Pramedikasi termasuk hal yang menjadi rutinitas selama periode prabedah.
Pemberian obat dapat diberikan 1-2 jam sebelum induksi anesthesia. Tujuan dari
pramedikasi ialah:
Meredakan kecemasan dan ketakutan.
Memperlancar induksi anesthesia.
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus.
Meminimalkan jumlah obat anestetik.
Mengurangi mual-muntah pasca bedah.
Menciptakan amnesia.
Megurangi isi cairan lambung.
Mengurangi refleks yang membahayakan.
Pereda kecernasan bisa digunakan diazepam peroral 10-15 mg beberapa jam sebelum
induksi anestesia. Nyeri karena penyakit yang diderita dapat diberikan opioid misalnya
petidin 50 intramuskular. Cairan lambung 25 ml dengan pH 2,5 dapat menyebabkan
pneumonitis asam. Untuk meminimalkan kejadian diatas dapat diberikan antagonis
reseptor H2 histamin misalnya oral simetidin 600 mg atau oral ranitidin (zantac) 150 mg
1-2 jam sebelum jadwal operasi. Untuk mengurangi muntah pasca bedah sering
ditambahkan premedikasi suntikan intramuskular untuk dewasa droperidol 2,5-5 mg atau
ondansetron 2-4 mg (zofran, narfoz).
2. Periode Intrabedah
Persiapan Anestesia
Hal pertama yang harus ketika masuk ruang bedah adalah memastikan sumber
listrik terpasang pada peralatan elektronik. Lampu ruangan, mesin anestesia, berbagai alat
pantau, mesin penghangat, tempat tidur/blanket roll, infusion pumps, syringe pumps,
defibrilator dan sebagainya adalah peralatan elektronik yang harus dipastikan berfungsi.
Sumber gas, terutama O2 harus disambungkan dengan mesin anesthesia dan
dilakukan pengecekan dengan cara melihat gerakan flowmeter. Flowmeter adalah
indikator fresh gas flow, indikator ini juga mempunyai indikator di dalamnya yang dapat
bermacam bentuk.
Setelah semua gas diperiksa, harus dipastikan ada kebocoran pada sirkuit nafas.
Diperiksa juga kondisi APL valve (adjustable pressure-limiting valve), yaitu katup yang
dapat diatur untuk mengeluarkan gas ke udara Iuar jika tekanan di sirkuit nafas tinggi.
Berikutnya menyiapkan STATICS yaitu memastikan kelengkapan alat yang harus
disediakan sebelum anesthesia. Yang termasuk kedalam STATICS ialah:
S = Scope. Yang dimaksud adalah laringoskop dan stetoskop. Laringoskop harus
diperiksa lampunya cukup terang atau tidak. Stetoskop diperlukan untuk konflrmasi
bunyi nafas paru kanan-kiri setelah intubasi endotrakeal. Stetoskop juga dapat digunakan
untuk memantau intensitas dan irama denyut jantung
T = Tube. Yang dimaksud adalah endotracheal tube (ETT). ETT disiapkan dengan
ukuran yang sesuai, disertai satu ukuran dibawahnya dan satu ukuran diatasnya.
A= Airway, Yang dimaksud dengan airway slat-alat untuk menahan agar lidah tidak
jatuh, yaitu pipa orofaringeal Guedel atau pipe nasofaringeal.
T= Tapes, Tapes adalah pita plester yang akan digunakan untuk memfiksasi ETT
nantinya
I= Introducer, yaitu kawat atau tongkat kecil yang dimasukkan ke dalam ETT untuk
memudahkan tindakan intubasi. Alat ini harus fleksibel agar dapat diatur.
C= Connector, penghubung antara ETT dengan sirkuit nafas.
S= Suction, disampling mesin anestesia harus tersedia mesin penghisap yang berguna
untuk membersihkan jalan nafas ketika terpasang laringoskop-intubasi, selama anestesia
berlangsung, dan menjelang atau sesudah ekstubasi
Setelah STATICS dan perlengkapan lain sudah lengkap, barulah dapat disiapkan obat-
obatan yang akan digunakan. Ketika pasien masuk di ruang bedah, ada hal pertama yang
harus dilakukan yaitu memastikan patensi akses intravena dan memasang alat pantau pada
pasien. Akses intravena adalah keharusan setiap anesthesia umum karena bukan saja penting
untuk memasukkan obat, namur juga penting untuk memberikan obat dan cairan resusitasi
bila diperlukan.
Ada due masa kritikal anestesia, ketika induksi anestesia dan ketika pengakhiran
anestesia (emergence). Ekstubasi dalam keadaan sadar menguntungkan karena refleks
pertahanan diri pasien telah pulih. Kemungkinan obstruksi jalan napas karena sekret menjadi
kecil. Akan tetapi kondisi ini juga dapat memicu bahaya misalnya hipertensi. Ekstubasi
ketika anestesia masih dalam sangat menguntungkan bagi hasil pembedahan, namun
memerlukan kewaspadaan lebih lama. Anestesiologis harus mendampingi pasien
hingga kondisinya benar-benar aman dan pasien dapat diobservasi secara normal di ruang
pulih.
Pemantauan dan pencatatan
Pekerjaan terbesar semarang anestesiologis hakekatnya pemantauan yang terus-menerus
sejak pasien tiba di ruang operasi hingga keluar dari ruang pulih. Terkadang pemantauan
dilanjutkan di ICU. Selama operasi, pemantauan ditujukan untuk menjaga keselamatan
pasien.
Bahaya dapat datang dari pembedahan maupun anestesianya. Sebagian komplikasi
intraoperative juga merupakan akibat dari kondisi prabedah yang sudah dimiliki pasien.
3. Periode pascabedah
Semua pasien yang tidak memerlukan perawatan intensif di ICU atau PACU,
harus diobservasi di ruang pulih. Pemantauan standar dilakukan sesuai kriteria Aldrette.
B. Keuntungan dan kekurangan
Keuntungan
Mengurangi kesadaran dan ingatan pasien selama operasi
Memungkinkan relaksasi otot untuk jangka waktu yang lama
Dapat mempertahankan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi yang adekuat
Dapat digunakan pada pasien yang sensitive terhadap agen anestetik lokal
Dapat dilakukan tanpa merubah posisi pasien dari posisi supine
Dapat dengan mudah disesuaikan pada durasi yang tidak terduga atau lebih lama
Dapat diberikan dengan cepat dan bersifat reversible
Kekurangan
Membutuhkan perawatan yang lebih rumit dan biaya yang lebih besar
Membutuhkan beberapa persiapan preoperative
Dapat menginduksi fluktuasi fisiologi yang membutuhkan intervensi aktif
Berhubungan dengan komplikasi seperti mual, muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala,
menggigil dan lamanya perbaikan psikomotorik
Indikasi:
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi
7. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan
anestesi umum ringan
3. Kelainan neurologis
4. Kelainan psikis
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan
Ada beberapa situasi di mana resiko epidural lebih tinggi dari biasanya :
1. Kelainan anatomis, seperti spina bifida, meningomyelocele, atau skoliosis
2. Operasi tulang belakang sebelumnya (di mana jaringan parut dapat menghambat
penyebaran obat)
3. Beberapa masalah sistem saraf pusat, termasuk multiple sclerosis
4. Beberapa masalah katup jantung (seperti stenosis aorta, di mana vasodilatasi yang
diinduksi oleh obat bius dapat mengganggu suplai darah ke jantung)
1. Anestesia Kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis
kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal
melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum sakrokoksigeal tanpa
tulang yang analog dengan gabungan antara ligamentum supraspinosum, ligamentum
interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus
venosus, felum terminale dan kantong dura.