Bahan DKK
Bahan DKK
2. Definisi bitemark
menurut Lukman pada tahun 2003 bite mark mempunyai suatu gambaran dari anatomi gigi yang
sangat karakteristik yang meninggalkan bite mark pada jaringan ikat manusia baik disebabkan
oleh hewan maupun manusia yang masing-masing individu sangat berbeda.8
3. Klasifikasi bitemark
Bite mark mepunyai derajat perlukaan sesuai dengan kerasnya gigitan, pada bite mark manusia
terdapat 6 kelas yaitu :8
1. Kelas I : Bite mark terdapat jarak dari gigi insisivus dan kaninus.
2. Kelas II : Bite mark kelas II seperti bite mark kelas I, tetapi terlihat cusp bukalis dan palatalis
maupun cusp bukalis dan cusp lingualis tetapi derajat bite marknya masih sedikit.
3. Kelas III : Bite mark kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu permukaan gigi
insisivus telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai derajat lebih parah
dari bite mark kelas II.
4. Kelas IV : Bite mark kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit yang sedikit
terlepas atau rupture sehingga terlihat bite mark irregular.
5. Kelas V : Bite mark kelas V terlihat luka yang menyatu bite mark insisivus, kaninus dan
premolar baik pada rahang atas maupun bawah.
6. Kelas VI : Bite mark kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari rahang atas dan
rahang bawah dan jaringan kulit serta jaringan otot terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi
dan pembukaan mulut.
4. Jenis bitemark
5. Analisa bitemark
6. Manfaat identifikasi bitemark
Analisis Bite mark sangat penting dalam identifikasi kasus forensik. Bite mark dapat
direkam dalam kejahatan kekerasan seperti kekerasan seksual, pembunuhan, kasus
kekerasan terhadap anak
Polymerase chain reaction (PCR) digunakan untuk membuat jutaan kopi DNA dari sampel
biologis. Amplifikasi DNA dengan menggunakan PCR menyebabkan analisis DNA pada sampel
biologis hanya membutuhkan sedikit sampel dan dapat diperoleh dari sampel yang halus seperti
rambut.
DNA diisolasi dari sampel yang kemudian dipotong dengan enzim khusus restriction
endonuclease. Enzim ini memotong DNA pada pola sekuen tertentu yang disebut restriction
endonuclease recognition site (sisi yang dikenali oleh enzim restriksi). Ada atau tidaknya sisi
yang dikenali ini di dalam sampel DNA menghasilkan fragmen DNA dengan panjang yang
bervariasi. Selanjutnya potongan fragmen tersebut akan dipisahkan dengan elektroforesis pada
gel agarose 0,5%. Fragmen DNA kemudian dipindahkan dan difiksasi pada pada membran nilon
dan dihibridisasi spesifik dengan pelacak (probe) DNA berlabel radioaktif yang akan berikatan
dengan sekuen DNA komplementernya pada sampel. Metode ini akhirnya muncullah pita-pita
yang unik untuk setiap individu (Marks dkk., 1996).