Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PRAKTIKUM PARASITOLOGI BLOK 3.

03
PEMBUATAN APUSAN DARAH TEBAL DAN TIPIS
______________________________________________________________________________

NAMA / NIM : EVITA ZEVANYA

1. Aspek klinis infeksi malaria karena Plasmodium falciparum (gejala klinis – periode
demam)

Infeksi dari parasit Plasmodium falciparum pada manusia dapat menyebabkan malaria
falciparum atau malaria tertiana maligna atau malaria tropicana. Plasmodium falciparum
bersifat predominan diseluruh dunia. Transmisi Plasmodium falciparum dapat terjadi
karena gigitan dari nyamuk Anopheles betina infektif. Masa inkubasi malaria palcifarum
ialah 7-10 hari. Gejala klinis yang akan dialami penderita ialah flu-like illness, demam,
chills (panas dingin), sakit kepala, nyeri dan lemah pada otot, muntah, batuk, diare,
batuk kering, kehilangan nafsu makan, dan nyeri abdomen. Dapat pula ditemukan
splenomegali. Hal penting yang perlu diperhatikan dari malaria falciparum ialah hampir
pada semua kasus menunjukkan adanya demam yang tidak dapat dijelaskan (unexplained
fever) yang terjadi kira-kira 7 hari setelah terinfeksi atau bahkan 3 bulan terakhir setelah
terinfeksi. Pada malaria palciparum, demam (kenaikan suhu tubuh) akan terjadi secara
bertahap kemudian tiba-tiba turun. Demam biasa terjadi selama 20-36 jam. Hal ini
menyebabkan periode demam palciparum bersifat intermiten dan continiu. Gejala
klasik yang dialami penderita non-imun (berasal dari daerah non-endemis) ialah demam
akut (paroksisimal) yang didahului oleh stadium dingin(menggigil) diikuti demam
tinggi kemudian berkeringat banyak. Anak-anak, ibu hamil, penderita imunosupresi,
dan usial lanjut memiliki risiko lebih tinggi menderita malaria palciparum. Infeksi
Plasmodium palciparum pada non-immune pregnant travellers (berasal dari daerah non-
endemis) meningkatkan risiko kematian ibu, abortus, dan kematian janin. Pengobatan
yang diberikan pada malaria falciparum ialah Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP) +
Primakuin atau Artesunat-Amodiakuin + Primakuin. Lini kedua pengobatan malaria
falcoparum ialah Kina + Doksisiklin + Primakuin atau Kina + Tetrasiklin +
Primakuin. Jika tidak ada Artemisinin-based Combination Therapy (ACT), dapat
diberikan Sulfadoksin-Pirimetamin + Primakuin. Ada pula yang disebut malaria berat
yaitu ditemukannya P. palcifarum stadium aseksual dengan minimal satu manifestasi
klinis atau didapatkan temuan hasil laboratorium tertentu. Manifestasi klinis pada malaria
berat ialah perubahan kesadaran, kelemahan otot, kejang berulang, distres pernapasan,
gagal sirukulasi, jaundice, perdarahan spontan abnormal, edema paru, dan
hemoglobinuria. P. falciparum paling sering ditemukan di Afrika. Malaria falciparum
dapat bermultiplikasi dengan cepat dan dikatakan bersifat parah, serta dapat
menyebabkan kefatalan.

2. Aspek klinis infeksi malaria karena Plasmodium vivax (gejala klinis – periode demam)

Infeksi dari parasit Plasmodium vivak pada manusia dapat menyebabkan malaria tertiana
atau malaria vivak. Transmisi terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif
atau dapat terjadi akibat relpase P. vivak. Masa inkubasinya sekitar 10-17 hari. Gejala
klinis yang dialami penderita ialah sakit kepala, kelelahan, nyeri abdomen, mual, flu-
like symptom, mual, muntah, diare, pegal-pegal, kehilangan nafsu makan, diare,
batuk kering, dan nyeri otot. Gejala klasik yang dialami penderita non-imun (berasal
dari daerah non-endemis) ialah demam akut (paroksisimal) yang didahului oleh
stadium dingin(menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak.
Dapat pula ditemukan jaundice dan splenomegali pada penderita. Penderita juga
mengalami demam berulang dengan interval bebas demam selama 2 hari.
Plasmodium vivax ditemukan di Asia dan Amerika Latin. Parasit ini dapat bersifat
dorman di hepatosit dalam beberapa bulan hingga 4 tahun dan baru menimbulkan
manifestasi klinis setelah beberapa bulan atau tahun setelah terinfeksi. Pengobatan
malaria vivak ialah dengan Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP) + Primakuin atau
Artesunat-Amodiakuin + Primakuin. Untuk malaria vivak yang relaps dapat diberikan
Antemisinin-based Combination Therapy (ACT) + Primakuin (0,5 mg/kgBB/hari).
Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax.
Kriteria malaria berat akibat P. vivax memiliki kriteria yang sama pada malaria berat
akibat P. falciparum.

3. Aspek klinis infeksi malaria karena Plasmodium malariae (gejala klinis – periode
demam)

Infeksi dari parasit Plasmodium malariae pada manusia dapat menyebakan malaria
kuartana atau malaria malariae. Transmisi parasit terjadi melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina infektif. Masa inkulasi malaria tertiana kira-kira 18-40 hari setelah
terinfeksi. Gejala yang dialami penderita malaria tertiana tidak jauh berbeda dengan jenis
malaria lainnya seperti flu-like illness, nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-
pegal, nyeri otot, nyeri abdomen, diare, batuk kering, dan kehilingan nafsu makan.
Penderita malaria quartana juga mengalami demam berulang dengan interval bebas
demam selama 3 hari. Gejala klasik yang dialami penderita non-imun (berasal dari
daerah non-endemis) ialah demam akut (paroksisimal) yang didahului oleh stadium
dingin(menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak. Dapat pula
ditemukan jaundice dan splenomegali pada penderita. Pengobatan malaria kuartana ialah
dengan Dehidroartemisinin-Piperakuin (DHP) atau Artesunat-Amodiakuin atau
Klorokuin. Plasmodium malaria ditemukan pada sub-Sahara Afrika, banyak pula
ditemukan pada Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara (seperti Indonesia).

4. Aspek klinis infeksi malaria karena Plasmodium ovale (gejala klinis – periode demam)

Infeksi dari parasi Plasmodium oval dapat menyebabkan malaria ovale. Transmisi terjadi
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif atau akibat relaps dari Plasmodium
ovale. Masa inkubasi dari malaria ovale ialah 10-17 hari. Seperti halnya plasmodium
vivax, Plasmodium ovale dapat bersifat dorman beberapa bulan hingga 4 tahun di
hepatosit dan kembali menimbulkan gejala klinis pada kondisi tertentu misalnya pada
penurunan imunitas tubuh. Gejala yang dialami oleh penderita malaria ovale tidak jauh
berbeda dari malaria lainnya yaitu flu-like illness, nyeri kepala, mual, muntah, diare,
pegal-pegal, nyeri otot, nyeri abdomen, diare, batuk kering, dan kehilingan nafsu
makan. Gejala klasik yang dialami penderita non-imun (berasal dari daerah non-
endemis) ialah demam akut (paroksisimal) yang didahului oleh stadium
dingin(menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak. Dapat pula
ditemukan jaundice dan spenomegali pada penderita. Penderita juga mengalami demam
berulang dengan interval bebas demam selama 2 hari. Dikatakan bahwa manifestasi
klinis dari malaria ovale biasanya cenderung bersifat ringan. Pengobatan malaria ovale
ialah dengan Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP) + Primakuin atau Artesunat-
Amodiakuin + Primakuin. Untuk malaria ovale yang relaps dapat diberikan
Antemisinin-based Combination Therapy (ACT) + Primakuin (0,5 mg/kgBB/hari).
P. ovale ditemukan hampir disemua benua, namun terutama di Afrika dan Papua Nugini.
Referensi :

Collins & Jeffrey. 2007. Plasmodium malariae : Parasite and Disease. American
Society for Microbiology - Clinical Microbiology Reviews.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2176047/

Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia. 2017. Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/data/elibrary/bukusaku_malaria.pdf

Waits & Fischer. 2008. Malaria.


https://saltidin.com/uploads/tx_lxsmatrix/malaria.pdf

-WHO : Malaria, diakses pada 8 Juni 2020 melalui


https://www.who.int/ith/diseases/malaria/en/

-Centers for Disease (CDC) Control and Prevention : Malaria, diakses pada 8 Juni 2020
melalui https://www.cdc.gov/malaria/about/faqs.html#risk

Pengesahan,
Instruktur Praktikum :
Laboran :

Anda mungkin juga menyukai